AHMAD DAHLAN
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada
mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
Dosen pengempu:
Dr. H. Syahidin, M.Pd.
Iman Firmansyah, M.Ag.
disusun oleh:
Aan Sopian
1001578
Enggi Pramudia
1005766
1003390
M. Sofwan Nugraha
1001741
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan nikmat iman dan islam
sehingga kita masih dapat berjihad di jalan-Nya dalam rangka menuntut ilmu. Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
ialah utusan Allah. Salawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada
Rasulullah SAW, kepada keluarga, para sahabat, tabiin tabiutnya dan seluruh
umatnya sampai akhir zaman. Amien.
Disusunnya Makalah ini, ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang membahas tentang
Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Syahidin, M.Pd. dan
Iman Firmansyah, M.Ag atas bimbingannya, serta kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Disadari sepenuhnya, bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna, baik dalam penyajiannya, maupun penguraianya. Oleh karena itu, besar
harapan penulis, semoga pembaca khususnya dosen pembina, dapat memaklumi
kekurangan yang terdapat pada makalah ini, karena penulis masih dalam tahap
proses pembelajaran. Karena segala kebenaran dan kesempurnaan hanya milik
Allah semata.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penyusunan.......................................................................................2
D. Metode Penyusunan......................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. KH. Ahmad Dahlan
1. Biografi Singkat KH. Ahmad Dahlan.........................................................3
2. Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan..............................................11
3. Peran KH. Ahmad Dahlan dalam Dunai Pendidikan Indonesia...............25
4. Analisis Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan................................28
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................31
A. Kesimpulan.................................................................................................31
B. Kritik dan Saran..........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini di antaranya
sebagai berikut.
1. Siapakah KH. Ahmad Dahlan?
2. Bagaimana pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan?
3. Bagaimana konsep pendidikan islam KH. Ahmad Dahlan?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat KH. Ahmad Dahlan
1. Kelahiran KH. Ahmad Dahlan
Pendirian persyarikatan Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan,
dilahirkan pada tahun 1285 H bertepatan dengan 1868 M di kampung
Kauman Yogyakarta. Beliau merupakan putra keempat dari KH Abu Bakar
bin Sulaiman KH Sulaiman yang pernah menjabat sebagai Khatib Mesjid
Besar Mataram Yogyakarta. (Yahya, 2003 : 27)
Silsilah lengkapnya ialah Muhammad Darwisy bin KH Abu Bakar bin KH
Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang
Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana
Sulaiman Ki Ageng Gibrig (Djatinom) bin Maulana Muhammad
Fadlulllah (Prapen) bin Maulana Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin
Maulana Malik Ibrahim. (Hidayat, 2011 : 15)
KH Abu Bakar memberi nama putranya itu Muhammad Darwisyi, masih
merupakan keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim salah seorang
dari sembilan Wali Songo yang telah berjasa menyebarkan Islam di Jawa.
Ibu Muhammad Darwisy yang terkenal dengan sebutan Nyai Abu Bakar,
adalah puti KH Ibrahim bin KH Hasan dengan nama Siti Aminah. KH
Ibrahim sendiri menjabat sebagai penghulu keraton. Dengan demikian
jelaslah bahwa Muhammad Darwisy dari sisi ayah dan ibu dilahirkan
dalam keadaan muslim yang taat. (Yahya, 2003 : 27)
Pada saat Darwisy berusia 21 tahun, beliau menikahi putri dari KH
Muhammad Fadlil yang bernama Siti Walidah yang kelak kemudian
dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan pada bulan Dzulhijjah tahun 1889 dan
pasangan ini kemudian dikaruniai enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj
Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah. (Hidayat,
2011 : 16)
Di samping itu KHA Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda
H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Rum, Adik Kyai
Munawwir
Krapyak.
KhA Dahlan
juga
mempunyai
putra
dari
beliau
mendirikan
realisasi
dari
ide
dari
bahasa
pada Al-Quran dan As-Sunnah (AD psal 1) dengan maksud dan tujuan
menegaskan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (AD pasal 2)
Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oelh pendirinya karena dengan
nama itu berharap agar dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan
pengabdian Nabi Muhammad. Juga dimaksudkan agar semua anggota
Muhammadiyah benar-benar menjadi seorang muslim yang penuh
pengabdian dan tanggungjawab terhadap agamanya serta bangga dengan
kesilamannya. Dengan Muhammadiyah beliau ingin mengadakan suatu
pembaharuan di Indonesia dalam cara berfikir dan beramal menurut
tuntunan K-Quran dan As-Sunnah. (Yahya, 2003 ; 7)
Ia pun menidirikan Muhammadiyah bukan sebagai organisasi politik tetapi
sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan yang bergerak di
bidang pendidikan. (Hidayat, 2011 : 17)
Semangat, jiwa dan pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, yang
diperoleh KHA Dahlan dari tokoh-tokoh pembaharu Islam seperti
Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, Ibnu Taimiyah dan laimlain selama belajar di Mekkah, diwujudkannya dengan menampilkan corak
keagamaan yang sama dengan tokoh pembaharu Islam tersebut di atas,
melalui
Muhammadiyah
yang
bertujuan
untuk
memperbaharui
kebangkitan
wanita
Indonesia
untuk
mengecap
pendidikan.
B. Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
1. Kiprah di Dunia Pendidikan
Membaca kisah hidupnya, KH. Ahmad Dahlan adalah seorang pendidik,
muballigh, dan organisatoris sejati. Namun dalam masalah ide dan pemikiran,
tampaknya Ahmad Dahlan tidak sehebat yang digambarkan oleh warga
Muhammadiyah
yang
hampir-hampir
mengultuskannya.
Mungkin
yang hendak dipraktikkan oleh KH. Ahmad Dahlan. KRH. Hadjid menuturkan
bahwa Ahmad Dahlan membagi pelajaran menjadi dua bagian, yaitu [1]
belajar ilmu, yakni pengetahuan atau teori; dan [2] belajar amal, yakni
mengerjakan atau mempraktikkan. Menurut Ahmad Dahlan, semua pelajaran
harus dengan cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Demikian
pula dalam belajar amal, harus dengan cara bertingkat. Kalau setingkat saja
belum dapat mengerjakan, tidak perlu ditambah.
Ada cerita yang cukup terkenal di kalangan Muhammadiyah dan sering
diceritakan ulang, berkenaan dengan cara KH. Ahmad Dahlan mengajarkan
surat Al-Maun kepada para muridnya. Diceritakan bahwa KH. Ahmad Dahlan
berulang-ulang mengajarkan surat Al-Maun dalam jangka waktu yang lama
dan tidak mau beranjak kepada ayat berikutnya, meskipun murid-muridnya
sudah mulai bosan.
Dihimpit oleh rasa bosan karena sang guru terus-menerus mengajarkan
surat Al-Maun, akhirnya salah seorang muridnya, H. Syuja, bertanya
mengapa Kyai Dahlan yang tidak mau beranjak untuk mempelajari pelajaran
selanjutnya. Namun Kyai Dahlan balik bertanya, Apakah kamu benar-benar
memahami surat ini? H. Syuja menjawab bahwa ia dan teman-temannya
sudah paham betul arti surat tersebut dan menghafalnya di luar kepala.
Kemudian
Kyai
Dahlan
bertanya
lagi,
Apakah
kamu
sudah
untuk
mengimplementasikannya.
Misalnya,
dalam
bentuk
2)
individu
yang
utuh
lagi
berkesinambungan
antara
3)
sakral.
Sedangkan
madrasah
Muhammadiyah
mulai
target dan sasaran tujuan yang diinginkan yang didasarkan pada dasar agama
(religi) dasar filsafah, psikologis, dan dasar sosiologis (Fathurrahman, 2004: 221).
Dalam desain kurikulum pendidikan Muhammadiyah harus bersifat
futuristik dengan memperhatikan kebutuhan yang mendasari masyarakat dan tidak
lepas dari identitasnya sebagai lembaga yang berorientasi pada amar maruf nahi
munkar yang bersumberkan pada Al-Quran dan As-Sunnah (Hamdan, 2009:
120). Kurikulum sekolah perserikatan Muhammadiyah berbeda dengan kurikulum
sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Perbedaannya, di
sekolah Perserikatan Muhammadiyah ada mata pelajaran Al-Quran (Suryanegara,
2009: 434).
Oleh karena itu, penyusunan kurikulum Muhammadiyah mengikuti
perundang-undangan yang didasarkan kepada asas-asas sebagai berikut:
1) Asas Filosofis
Sebagai organisasi pembaruan keagamaan, Muhammadiyah berpandangan
bahwa kunci kemajuan kaum Muslimin terletak pada perbaikan pendidikan
(Shihab, 1998: 105), karena itu sejak berdiri hingga saat ini bidang pendidikan
merupakan prioritas amal usaha organisasi Muhammadiyah. Karena secara
kuantitas lembaga sekolah Muhammdiyah begitu banyak, mulai Taman KanakKanak hingga perguruan tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa Muhammadiyah
merupakan organisasi sosial keagamaan yang maju di bidang amal usaha.
Pencapaian kuantitas lembaga pendidkan ini tidak diiringi meningkatnya kulitas
sumber daya manusia di tubuh Muhammadiyah (Hamdan, 2009: 121).
2) Asas Psikologis
Muhammadiyah dalam menyusun kurikulum pendidikannya perlu
memperhatikan aspek psikologis anak didiknya. Dalam hal ini, Al-Syaibani
mengemukakan pentingnya aspek psikologis menjadi salah satu pertimbangan
dalam menyususn kurikulum sebagai berikut:
Dasar psikologis bersangkut paut dengan perkembangan pelajar, tahap
kematangannya, bakat-bakat jasmani, intelektual bahasa, emosi, dan
sosial, kebutuhan kebutuhan, keinginan-keinginan, minat, kecakapan yang
bermacam-masam, perbedaan perseorangan di antara mereka, faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan, proses belajar, pengamatan
mereka terhadap sesuatu, pemikiran mereka, dan lain-lain perkaraperkara psikologis atau mempunyai hubungan dengan segi-segi psikologis
pada pribadi pelajar yang pada keseluruhannya membentuk dasar
psikologis bagi kurikulum dan proses pendidikan sebagai keseluruhan (AlSyaibani: 529-530).
1.
2.
Komponen
Sebelum
Sesudah
Manajemen
Pendidikan
Manajemen -Sumber belajar utama Kiyai -Guru juga memanfaatkan
Pengajaran dan buku-buku klasik (kitab sumber belajar lain termasuk
kuning).
buku ( Barat)
Manajemen
Personalia
Manajemen
Kesiswaan
4.
Manajemen
Humas
Manajemen
Keuangan
Manajemen
Supervisi
Sarana
Prasarana
Tujuan
Pendidikan
-Administrasi TU sekolah
ditangani oleh karyawan yang
menanganinya
-Sttudent centered, keunikan
siswa diperhatikan (bimbingan
konseling)
-Berlaku absensi, raport, OSIS
dll
-Menggunakan media
kehumasan seperti surat kabar,
TV, Radio dll (ditangani secara
khusus)
-Menggunakan sistem akutansi
-Dana pemerintah, RAPB
Sekolah
mendirikan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur suratsurat kabar dan majalah-majalah.
Usaha lain untuk mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
terlihat
lebih
jelas
lagi.
Karena
strategi
gerakan
Al-Quran,
yang
di
zaman
Belanda
diharamkan.
Muhammadiyah mempelopori ibadah hari raya di lapangan pada tahun 1930an, yang menggemparkan. Bahkan belanda khawatir akan bergeser pada aksi
masa. Dengan pola pikir yang rasional tetapi tetap mengedepankan jiwa
kemanusiaan (kecerdasan emosional), Muhammadiyah berhasil membawa
umat sedikit demi sedikit untuk mempergunakan nalar rasional dengan
inspirasi ajaran Al-Quran dan sunah. Dari pola pemikiran rasional tersebut
gerakan Muhammadiyah telah menumbuhkan kesadaran umat Islam yang
sebelumnya lebih terkesan tertinggal dan menjauhi kemajuan modern dalam
pengembangan sains dan teknologi. Sehingga perlahan muhammadiyah bisa
membawa umat dan bangsa untuk mensejajarkan umat dan bangsa ini dengan
umat dan bangsa lainnya. (Hidayat, 2011: 41)
Menurut Mochammad Arif Hidayat dalam Skripsinya mengatakan bahwa
peranan Muhammadiyah sampai kini tetap menjadi harapan umat dan bangsa
selain ormas Islam lainnya seperti NU, Persis, SI dan lain-lain. Terlebih
dalam menyikapi isu-isu nasional dan Internasional selalu tampil di depan
sebagai pelopornya. Baik secara kelembagaan ataupun yang diperankan
individu kader-kadernya. Dalam usia satu abad, muhammadiyah telah, sedang
dan akan terus menghasilkan kader-kader intelektual bagi umat dan bangsa.
(Hidayat, 2011: 41)
Kegiatan cabang Muhammadiyah dalam bentuk kelembagaan yang berada
di bawah oraganisasi Muhammadiyah ialah : 1) PKU (Penolong
Kesengsaraan Umum) yang bergerak dalam usahamembantu orang-orang
miskin, yatim piatu, korban bencana alam dan mendirikan klik-klinik
kesehatan; (2) Aisyah, organisasi wanita Muhammadiyah, dan menitik
beratkan perhatiannya kepada kedudukan wanita sebagai ibu dan pendidik,
yang mempunyai tanggung jawab besar untuk kemajuan masyarakat melalui
asuhan dan didikan anak, dan mengkordinir kegiatan remaja putri didalam
nasyiatul
Aisyah;
(3)
Hizbul
watan,
berupa
gerakan
kepanduan
muhammadiyah yang dibentuk pada tahun 1918 oleh K.H. Ahmad Dahlan.
(Zuhairini, dkk, 2010: 176)
Menurut Hamdan (2009) mengatakan bahwa sebagai salah satu
wahana
untuk
berperan
aktif
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
dengan
dunia
pendidikan,
Muhammadiyah
telah
menghapus
Jabatan yang ditawarkan adalah hakim diluar kota Kairo, sebenarnya ia tidak
menyenangi jabatan tersebut, akan tetapi karena ia melihat tidak ada jalan lain
yang lebih baik selain menerima jabatan tersebut, maka jabatan tersebut
diterimanya
juga
dan
dimanfaatkan
untuk
merealisasikan
cita-cita
dilakukannya.
pembaharuan
adalam
bidang
pendidikan
yang
diajukan
sekolah agama
menghasilkan
ulama-ulama
yang
tidak
urusan politik untuk berkonsentrasi ke bidang ilmiah dan sastra Arab. Rumah
tempat tinggalnya menjadi pusat pertemuan bagi para mahasiswa, diantaranya
adalah Muhammad Abduh.
Di Mesir Al-Afghani dapat mempengaruhi massa intelektual dengan
pikiran-pikiran barat antara lain mengenai ide trias politika melalui terjemahan
bahasa Arab yang berasal dari bahasa Perancis yang dilakukan oleh At-Tahthawi.
Ia berhasil membentuk Partai Nasional (Al-Hizbu al-Watani) disana dan
mendengungkan Mesir
Al-Afghani
meninggalkan
Mesir
menuju
Paris
dan
melalui pemilihan dan disepakati oleh rakyat. Dengan demikian orang yang
terpilih memiliki dasar hukum untuk melaksanakan kekuasaan itu.
Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa sumber kekuasaan menurut AlAfghani adalah rakyat, karena dalam pemerintahan republik, kekuasaan atau
kedaulatan rakyat terlembaga dalam perwakilan rakyat yang anggotanya dipilih
oleh rakyat.
3. Pan Islamisme / Solidaritas Islam
Al-Afghani menginginkan adanya persatuan umat Islam baik yang sudah
merdeka maupun masih jajahan. Gagasannya ini terkenal dengan Pan Islamisme.
Ide besar ini menghendaki terjalinnya kerjasama antara negara-negara Islam
dalam masalah keagamaan, kerjasama antara kepala negara Islam. Kerjasama itu
menuntut adanya rasa tanggung jawab bersama dari tiap negara terhadap umat
Islam dimana saja mereka berada, dan menumbuhkan keinginan hidup bersama
dalam suatu komunitas serta mewujudkan kesejahteraan umat Islam.
Kesatuan benar-benar menjadi tema pokok pada tulisan Al-Afghani. Ia
menginginkan agar umat Islam harus mengatasi perbedaan doktrin dan kebiasaan
permusuhan. Perbedaan sekte tidak perlu menjadi hambatan dalam politik.
Bahkan perbedaan besar dalam doktrin wilayah teluk, antara sunni dan syiah,
dapat dijembatani sehingga ia menyerukan kepada bangsa Persia dan Afghan
supaya bersatu.
Meskipun semua ide Al-Afghani bertujuan untuk mempersatukan umat
Islam guna menanggulangi penetrasi barat dan kekuasaan Turki Usmani yang
dipandangnya menyimpang dari Islam, tapi ide Pan-Islamnya itu tidak jelas.
Apakah bentuk-bentuk kerjasama tersebut dalam rangka mempersatukan umat
Islam dalam bentuk asosiasi, atau bentuk federasi yang dipimpin oleh seseorang
atau badan yang mengkoordinasi kerjasama tersebut, dan atau seperti negara
persemakmuran di bawah negara Inggris. Sebab ia mengetahui adanya kepala
negara di setiap negara Islam.
Tapi, menurut Munawwir Sjadzali, Pan-Islamismenya Al-Afghani itu
adalah suatu asosiasi antar negara-negara Islam dan umat Islam di wilayah jajahan
kontribusi Afghani bagi umat Islam saat itu, namun semua itu mengalami
kegagalan dan jauh yang diharapkan.
2. Gerakan Pan Islamisme
Dari sudut pandang ide secara umum gerakan pembaharuan di Indonesia
dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran dan usaha tokoh-tokoh pembaharu Timur
Tengah pada akhir abad ke-19, khususnya Sayid Jamaluddin Al-Afghani dan
Sheikh Muhammad Abduh. Pemikiran dan usaha mereka bertumpu pada
keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sangat mendorong penggunaan akal
sehingga keharusan ijtihad tidak pernah tertutup.
Gerakan Jamaluddin Al-Afghani dengan Pan Islamismenya mempunyai
dua tujuan utama,yaitu membangun dunia Islam di bawah satu pemerintahan dan
mengusir penjajahan dunia Barat atas dunia Islam (Masyhur Amin, Sejarah
Peradaban Islam). Al-Afghani melihat di antara sebab kemunduran Islam adalah
lemahnya persaudaraan antara sesama umat Islam. Karena itu harus dibangun
solidaritas umat Islam sedunia (Pan Islamisme) sehingga umat Islam berada dalam
pemerintahan yang demokratis. Dengan cara demikian umat Islam akan
memperoleh kemerdekaannya kembali dari penjajah Barat.
Di Indonesia, hampir berbarengan dengan Gerakan Pan Islam berdiri
perkumpulan Jamiatul Kheir di Pekojan, Batavia, pada 1901 sebagai organiasi
sosial yang membawa semangat tolong menolong. Jamiatul Kheir dibentuk
dengan tujuan utama mendirikan satu model sekolah modern yang terbuka luas
untuk umat Islam. Perkumpulan ini lebih menitikberatkan pada semangat
pembaruan melalui lembaga pendidikan modern. Pramudya Ananta Toer dalam
bukunya, Rumah Kaca, menyebut Jamiatul Kheir yang didirikan sejak 1901
merupakan organisasi politik yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan yang
telah menginspirasi lahirnya Boedi Oetomo.
3. Tarbiyah Pemikiran Syaikh Jamaluddin Al-Afghani
Afghani menggabungkan ilmu-ilmu tradisional Islamnya dengan berbagai
ilmu pengetahauan yang diperolehnya dari Eropa dan pengetahuan modern. Ia
mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran keagamaan yang
berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus
kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan
oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu) yang saleh.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kyai Haji Ahmad Dahlan, dilahirkan pada tahun 1285 H bertepatan
dengan 1868 M di kampung Kauman Yogyakarta. Beliau merupakan putra
keempat dari KH Abu Bakar bin Sulaiman KH Sulaiman yang pernah
menjabat sebagai Khatib Mesjid Besar Mataram Yogyakarta. (Yahya, 2003 :
27)
Silsilah lengkapnya ialah Muhammad Darwisy bin KH Abu Bakar bin KH
Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung
Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki
Ageng Gibrig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlulllah (Prapen) bin
Maulana Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.
(Hidayat, 2011 : 15)
Sebagaimana kata Prof. Abuddin, Ahmad Dahlan memang seorang pelaku
atau praktisi. Dia mendirikan sendiri model lembaga pendidikan yang
diinginkannya, sekolah yang menerapkan pengajaran ilmu agama Islam
sekaligus ilmu pengetahuan umum. Pada tahun 1910, bertempat di ruang tamu
rumahnya sendiri yang berukuran 2,5 m x 6 m, sekolah itu pun terwujud.
Sekolah pertama itu dimulai dengan delapan orang siswa di mana Ahmad
Dahlan sendiri bertindak sebagai guru.
terlihat
lebih
jelas
lagi.
Karena
strategi
gerakan
Al-Quran,
yang
di
zaman
Belanda
diharamkan.
Muhammadiyah mempelopori ibadah hari raya di lapangan pada tahun 1930an, yang menggemparkan. Bahkan belanda khawatir akan bergeser pada aksi
masa. Dengan pola pikir yang rasional tetapi tetap mengedepankan jiwa
kemanusiaan (kecerdasan emosional), Muhammadiyah berhasil membawa
umat sedikit demi sedikit untuk mempergunakan nalar rasional dengan
inspirasi ajaran Al-Quran dan sunah. Dari pola pemikiran rasional tersebut
gerakan Muhammadiyah telah menumbuhkan kesadaran umat Islam yang
sebelumnya lebih terkesan tertinggal dan menjauhi kemajuan modern dalam
pengembangan sains dan teknologi. Sehingga perlahan mihammadiyah bisa
membawa umat dan bangsa untuk mensejajarkan umat dan bangsa ini dengan
umat dan bangsa lainnya. (Hidayat, 2011: 41)
pahlawan
dalam
dunia pendidikan
di Indonesia, terutama
DAFTAR PUSTAKA