Anda di halaman 1dari 18

Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam

KH. Ahmad Dahlan


Firdaus Fauzi
Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI “UISU” Pematangsiantar
Jln. Sangnawaluh Km 4,5 Pematangsiantar

Email: Maherfauzi85@gmail.com

Abstract: KH. Ahmad Dahlan about the concept of Islamic education can be seen in his efforts to
present the face of Islamic education as an integrated education system. KH. Ahmad Dahlan who
wants to integrate the dichotomy of science, maintain balance, intellectual, moral and religious
patterns can be seen in aspects of KH. Ahmad Dahlan which includes: a). The Purpose of Islamic
Education; he argues that the aim of a perfect Islamic education is to give birth to whole
individuals, be able to master the science of religion and general, material and spiritual sciences; b).
Islamic education material or curriculum; he took two actions at once, namely giving religious
lessons in secular Dutch schools, and establishing his own schools where religion and general
knowledge were taught together. Islamic educational material according to KH. Ahmad Dahlan
includes moral education, individual education and social education, and c). Teaching methods or
techniques; he adopted more advanced Western school education systems.

Kata Kunci : History of Thought, Islamic Education, KH. Ahmad Dahlan

A. Pendahuluan
Islam sebagai agama universal mengajarkan kepada umat manusia berbagai aspek
kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi. Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah
mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran Islam
pendidikan adalah merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi, demi
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.1
Sejak sejarah manusia lahir mewarnai rutinitas kegiatan alam fana ini, pendidikan sudah
merupakan “barang penting” dalam komunitas sosial. Nabi Adam as yang memulai kehidupan baru
di jagad raya ini senantiasa dibekali akal untuk memahami setiap yang ia temukan dan kemudian
menjadikannya sebagai konsep pegangan hidup.2
Pendidikan menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari tugas kekhalifahan
manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, kemudian pertanggungjawaban itu
baru bisa dituntut kalau ada aturan dan pedoman pelaksanaan. Pada awal abad ke-20, dunia
pendidikan Islam masih ditandai oleh adanya sistem pendidikan yang dikotomis antara pendidikan agama
dengan pendidikan umum. Di satu segi terdapat madrasah yang mengajarkan pendidikan agama
1
. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm 98
2
. Ahmad Barizi dalam A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005),hlm v

1
tanpa mengajarkan pengetahuan umum, dan di satu sistem dapat lembaga pendidikan umum yang tidak
mengajarkan agama. Pada saat itu pendidikan Islam juga tidak memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas,
terutama jika dihubungkan dengan perkembangan masyarakat
KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh pembaru atau pelopor pendidikan Islam dari Jawa yang
berupaya menjawab permasalahan umat tersebut di atas. Beliaulah tokoh yang berusaha memasukkan
pendidikan umum ke dalam kurikulum madrasah, dan memasukkan pendidikan agama ke dalam
lembaga pendidikan umum. Melalui pendidikan, KH. Ahmad Dahlan menginginkan agar umat dan
bangsa Indonesia memiliki jiwa kebangsaan dan kecintaan kepada tanah air. Beliaulah tokoh yang
telah berhasil mengembangkan dan menyebarluaskan gagasan pendidikan modern ke seluruh
pelosok tanah air melalui perkumpulan Muhammadiyah yang didirikannya, dan hingga kini makin
menunjukkan eksistensi secara fungsional. 3
B. Biografi Kh. Ahmad Dahlan
1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1869 di Kauman Yogyakarta dengan nama
Muhamad Darwis. Ayahnya bernama Kiai Haji Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang Khatib tetap
di masjid Sultan dikota tersebut. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, adalah anak seorang
penghulu di Kraton Yogyakarta, Haji Ibrahim. Kauman adalah suatu tempat yang biasanya berada
di sekitar kratonatau kompleks penguasa seperti bupati, atau kepala daerah, yang dilengkapi dengan
alun-alun dan masjid besar. Penduduknya terkenal sangat taat beragama 4.
KH. Ahmad Dahlan berasal dari keluarga berpengaruh dan terkenal di lingkungan
kesultanan Yogyakarta, yang secara biografis silsilahnya dapat ditelusuri sampai pada Maulana
Malik Ibrahim5. Silsilah KH.Ahmad Dahlan hingga Maulana Malik Ibrahim melalui 11 keturunan,
yaitu Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana Muhamad Fadlullah, Maulana Sulaiman, Ki
Ageng Giring (Jatinom), Demang Jurang Juru Sapisan, Demang Jurang Juru Kapindo, Kiai Ilyas,
Kiai Murtadha, Kiai Muhammad Sulaiman, Kiai Haji Abu Bakar dan KH. Ahmad Dahlan 6. KH.
Ahmad Dahlan mempunyai saudara sebanyak 7 orang, yaitu Nyai Ketib Harum, Nyai Mukhsin atau Nyai
Nur, Nyai Haji Saleh, Ahmad Dahlan, Nyai Abdurrahim, Nyai Muhammad Pakin dan Basir. KH.
Ahmad Dahlan pernah nikah dengan Nyai Abdullah, janda dari H. Abdullah.Pernah juga nikah
dengan Nyai Rumu (bibi Prof. A. Kahar Muzakir) adik ajengan penghulu Cianjur, dan beliau juga
pernah nikah dengan Nyai Solekhah putri kanjeng Penghulu M. Syari‟I adiknya kiai Yasin Paku
Alam Yogyakarta. Dan terakhir KH. Ahmad Dahlan nikah dengan Nyai Walidah binti Kiai

3
. Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Raja GRafindo Persada,
2005), hlm 128.
4
. Mansur, dkk, Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Depag, 2005), hlm 86
5
. Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Ar-Ruz, 2006), hlm 293.
6
. Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhamadiyah, Jakarta : Pustaka Antara,1989, hlm 53-54.

2
penghulu Haji Fadhil (terkenal dengan nama Nyai KH. Ahmad Dahlan) yang mendampinginya
hingga beliau meninggal dunia7.
KH. Ahmad Dahlan adalah tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan
cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Beliau dikenal dikenal sebagai pemimpin yang amat
demokrat, terbukaserta sangat menghargai kaum intelektual dari golongan mana pun. Beliautidak
meninggalkan pemikiran dalam bentuk tulisan, karena dikhawatirkan kelak warga Muhammadiyah
hanya berpegang teguh pada apa yangditulisnya tanpa mengembangkan inisiatif dalam mencari
yang terbaik terhadap berbagai segi kehidupan umat Islam. Oleh sebab itu KH. Ahmad Dahlan
lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan lewat perkumpulan
Muhammadiyah yang didirikannya. Cita-citanya sebagai seorang ulama adalah tegas, yaitu hendak
memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usaha yang
ditujukan hidup beragama. Keyakinan beliau adalah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa
haruslah terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. Perkumpulan Muhammadiyah yang
didirikannya lebih menekankan usahanya kepadaperbaikan hidup beragama dengan amal-amal
8
pendidikan dan sosial . Pada waktu KH. Ahmad Dahlan sakit menjelang wafat, dokter
menasihatkan agar beliau istirahat di Tosari. Seharusnya beliau beristirahat dan sementara waktu
menghentikan berbagai aktivitasnya, tetapi kenyataanya KH. Ahmad Dahlan tetap bekerja keras,
kendatipun istrinya berkali-kali memperingatkannya agar beristirahat. Setelah perkumpulan
Muhamadiyah yang didirikannya teratur dan kuat, maka KH. Ahmad Dahlan berpulang ke
rahmatullah pada tanggal 23 Februari 1923 dalam usia 55 tahun. 9

2. Latar Belakang Pendidikan KH. Ahmad Dahlan

Latar belakang keluarganya memberikan pengaruh yang besar dalam pendidikan awal KH.
Ahmad Dahlan. Semenjak kecil, KH. Ahmad Dahlan diasuh dan dididik sebagai putra kiyai.
Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji Al Quran dan kitab-kitab
agama. KH. Ahmad Dahlan tidak pernah mengenyam pendidikan formal di sekolah-sekolah model
pendidikan Belanda. Malahan beliau mendapatkan pendidikan tradisional di Kauman Yogyakarta,
di mana ayahnya sendiri menjadi guru utamanya yang mengajarkan pelajaran-pelajaran dasar
mengenai agama Islam, seperti juga anak-anak kecil lain ketika itu. KH. Ahmad Dahlan dikirim ke
pesantren di Yogyakarta dan pesantren-pesantren lain di beberapa tempat di Jawa, di antaranya
KH.Ahmad Dahlan belajar pelajaran nahwu kepada KH. Muhsin, qiraat kepada syekh Amin dan

7
. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 114.
8
. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta :IAIN Press, 1986), hlm 204
9
. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 121

3
sayyid Bakri, fiqih kepada KH. Muhamad Saleh, ilmu hadits kepada KH. Mahfudz dan syekh
Khayyat Sattokh, dan ilmu falak kepada KH. R. Dahlan 10.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di madrasah dan pesantren di Yogyakarta dan
sekitarnya, di saat usianya mencapai 22 tahun KH. Ahmad Dahlan berangkat ke Mekkah untuk
pertama kali pada tahun1890. Selama setahun beliau belajar dan memperdalam ilmu agama
diMekkah. Dalam kesempatan tersebut, KH. Ahmad Dahlan banyak belajar ilmu agama dari para
ulama terkenal. Di antara gurunya adalah Sayyid Bakri Syata‟, salah seorang mufti Madzhab Syafi‟i
yang bermukim diMakkah. Bahkan Sayyid Bakri Syata‟-lah yang memberikan atau mengganti
nama Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan11.
Di tahun 1903, untuk kedua kalinya KH. Ahmad Dahlan berkunjung ke Mekkah. Kali ini
beliau menetap lebih lama, selama dua tahun. Ditempat ini, KH. Ahmad Dahlan sempat pula
melakukan diskusi dengan para ulama nusantara, seperti Syaikh Ahmad Khatib dari Minangkabau,
Kiai Nawawi dari Banten, Kiai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kiai Faqih Kumambang dari
Gresik12. Diyakini bahwa selama tinggalnya dikota suci Mekkah itu lah KH. Ahmad Dahlan
bertemu dengan ide-ide pembaruan Islam yang dipelopori Jamaluddin Al-Afghani, Muhamad Abduh
dan Rasyid Ridha. Di samping aktif melakukan dialog dengan para ulama, KH. Ahmad Dahlan juga
aktif membaca majalah dan kitab. Majalah yang dibacanya adalah al Manar dan al-Urwat al Wutsqa.
Sedangkan kitab yang seringdikaji dan diajarkannya adalah at Tauhid (karya tulis Muhammad
Abduh), Tafsir Juz Amma (Muhammad Abduh),al Islam wal Nasriyyah (Muhammad Abduh), Fi‟il
Bid‟ah (Ibnu Taimiyah), Izhar al-Haqq (Rahmat Allah al Hindi), Kanz al ‟Ulum, Da‟irah al
Ma‟arif (FaridWajdi), Matan al Hikam (‟Atha‟ Allah), al Tawassul wa al wasilah
(IbnuTaimiyah)13.
Sekembalinya dari Mekkah dengan berbekal ilmu yang cukup, KH. Ahmad Dahlan diangkat
sebagai khatib di Masjid Agung Yogyakarta, menggantikan ayahnya. Pada posisi ini, beliau
mendapat gelar “mas”, yang menurut Karel A. Steenbrik sudah dapat digolongkan sebagai
kelompok kaum bangsawan atau ningrat, meskipun dengan strata yang rendah14.
Ketika berusia empat puluh tahun, 1909, KH. Ahmad Dahlan telah membuat terobosan dan
strategi dakwah; beliau memasuki perkumpulan Budi Utomo. Melalui perkumpulan ini, KH.
Ahmad Dahlan berharap dapat memberikan pelajaran agama kepada para anggotanya. Lebih dari
itu, karena anggota Budi Utomo pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah dan kantor-kantor

10
. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Press, 2002),
hlm
11
. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam ; Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer. (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1999) hlm. 199
12
. Toto Suharto, Op cit, hlm 294
13
. Abdul Khaliq, dkk, Op.Cit., hlm 200
14
. Toto Suharto, Op.Cit, hlm 294

4
pemerintah, KH. Ahmad Dahlan berharap dapat mengajarkan pelajaran agama di sekolah-sekolah
pemerintah. Rupanya, pelajaran dan cara mengajar agama yang diberikan KH. Ahmad Dahlan dapat
diterima baik oleh anggota-anggota Budi Utomo. Terbukti, mereka menyarankan agar KH. Ahmad
Dahlan membuka sendiri sekolah secara terpisah. Sekolah tersebut hendaknya didukung oleh suatu
organisasi atau perkumpulan yang bersifat permanen. Melalui organisasi tersebut selain sistem
pengajaran dapat diatur sedemikian rupa, juga lebih dapat terhindar dari kebangkrutan manakala
pendirinya telah meninggal, sebagaimanasistem pesantren tradisional ketika kiainya telah wafat15.
Akhirnya pada 18 November 1912, KH. Ahmad Dahlan mendirikan perkumpulan Muhammadiyah
di Yogyakarta. Tujuan dari perkumpulan ini adalah menyebarkan pengajaran Rasulullah kepada
penduduk bumi putera dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Untuk mencapai maksud ini, KH. Ahmad Dahlan bersama perkumpulan Muhamadiyah mendirikan
lembaga pendidikan (tingkat dasar sampaiperguruan tinggi), mengadakan rapat-rapat, dan tabligh,
mendirikan badan wakaf, dan masjid, serta menerbitkan buku-buku, brosur, surat kabar dan
majalah16.
3. Usaha dan Jasa-Jasa Besar KH. Ahmad Dahlan
Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti gagasan-gagasan
pembaharuan Islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif menyebarkan gagasan pembaharuan Islam
ke pelosok-pelosok tanah air. Sambil berdagang batik, KH. Ahmad Dahlan melakukan tabligh dan
diskusi keagamaan dan pada akhirnya atas desakan dari para muridnya pada tahun 1912 M, KH. Ahmad
Dahlan mendirikan perkumpulan Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat
berani. Baginya kebenaran harus tetap dilaksanakan dan ditegakkan, sekalipun harus berhadapan
dengan kekuasaan. Beliau pun patut diberikan penghargaan terhadap ide, jasa, dan perjuangannya.
Hal ini dibuktikan dalam usaha dan jasa-jasanya yang besar17.
a. Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya. Umumnya masjid-
masjid dan langgar di Yogyakarta menghadap ke jurusan Timur dan orang-orang sholat di
dalamnya menghadap ke arah barat lurus. Padahal kiblat yang sebenarnya menuju Ka‟bah dari
tanah Jawa haruslah miring ke arah utara +24 derajat dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu
pengetahuan tentang ilmu falak bahwa orang tidak boleh menghadap kiblat menuju barat
lurus,melainkan harus miring ke utara +24 derajat. Oleh sebab itu, KH.Ahmad Dahlan
mengubah bangunan pesantrennya sendiri, supaya menuju ke arah kiblat yang betul. Memang
perubahan yang diadakan oleh KH. Ahmad Dahlan itu mendapat tantangan keras dari
pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan kerajaan.

15
. Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Op.Cit., hlm 100.
16
. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Press, 2002),
hlm 102
17
. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Hidakarya agung, 1996), hlm 267-268

5
b. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan secara popular, bukan saja di pesantren,
melainkan beliau pergi ke tempat-tempat lain seperti mendatangi berbagai golongan. Bahkan
dapat dikatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan adalah bapak muballigh Islam di Jawa Tengah.
c. Memberantas bid‟ah, khurafat dan takhayul yang bertentangan dengan ajaran Islam.
d. Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912, yang hidup dan tersebar seluruh
Indonesia sampai sekarang. Pada permulaan berdirinya Muhammadiyah mendapat halangan
dan rintangan yang sangat hebatnya, bahkan KH. Ahmad Dahlan dikatakan telah keluar dari
mazhab meninggalkan ahli sunnah wal jamaah. Pendeknya bermacam-macam tuduhan dan
fitnahan yang dilemparkan kepadanya, tetapi semuanya itu diterimanya dengan sabar dan
tawakal sehingga Muhammadiyah menjadi salah satu perkumpulan yang terbesar diIndonesia
serta berjasa kepada rakyat dengan mendirikan sekolah-sekolah dari Taman Kanak-Kanak
sampai Sekolah Tinggi.
Dalam masalah pemikiran dan perjuangannya mendakwahkan Islam di Indonesia, KH.
Ahmad Dahlan memang banyak mengadopsi pemikirandan perjuangan tokoh-tokoh Islam dari
Timur Tengah (Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha) yang menjadi motivator
daninovator bagi KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil kesimpulan. Dalam perjalanannya, beliau
banyak mendapatkan perlawanan dari pertentangan dari masyarakat. Sebab, apa yang dipergunakan
KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil suatu kesimpulan dan hukum pada saat itu dianggap
melenceng dan jauh dari tradisi yang sudah mendarah daging dalam komunitas Indonesia18.
Namun, berkat keuletan serta kerja keras, akhirnya sedikit demi sedikit tantangan dan
halangan yang dihadapi KH. Ahmad Dahlan semakin melemah, dan hingga saat ini sudah tidak
terasa lagi pengaruhnya. KH. Ahmad Dahlan telah ikut serta memajukan dan menyejahterakan bangsa
dan negara Indonesia. Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini
melalui pembaharuan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai
Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan
itu adalah sebagai berikut19.
a. KH. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya
sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.
b. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam
yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi
masyarakat danumat dengan dasar iman dan Islam.
c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial dan pendidikan
yang amat diperlukan bagi kebangkitan dankemajuan bangsa dengan jiwa ajaran Islam.

18
. Adi Nugraha, KH. Ahmad Dahlan; Biografi Singkat (1869-1923) ,( Yogyakarta : Garasi, 2009), hlm 43
19
. Ibid., hlm 44

6
d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian perempuan Indonesia (Aisyiah) telah memelopori
kebangkitan perempuan Indonesia untuk mengecap pendidikan.

4. Latar Belakang Lahirnya Perkumpulan Muhammadiyah

Menghadapi realitas sistem pendidikan Barat dan Islam yangdualistik, KH. Ahmad Dahlan
mencoba mengatasi dengan cara mencariperpaduan model sebagai jalan tengah dari kebutuhan
sistem yang ada. Upaya kompromi ini diawali dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi
umat Islam pada waktu itu dan dipandang perlu segera mendapat jawaban dalam bidang
pendidikan. Masalah inilah yang merupakan latar belakang didirikannya perkumpulan
Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan20., adalah :
a. Kelahiran perkumpulan Muhammadiyah didorong oleh tersebarnya gagasan pembaharuan Islam
dari Timur Tengah ke Indonesia pada tahun-tahun pertama abad 20, terutama melalui tokoh
Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Dari kedua tokoh pembaharuan pendidikan
Islam ini, Muhammad Abduh diakui memiliki pengaruh paling besar dan bertahan lama
terhadap lahirnya perkumpulan Muhammadiyah. Hal ini bisa jadi karena Muhammad
Abduh, seperti juga KH. Ahmad Dahlan dalam agenda pembaharuan mereka lebih
memberikan perhatian kepada upaya-upaya memajukanaspek pendidikan ketimbang politik.
b. Kenyataan bahwa perkumpulan Muhammadiyah muncul sebagai respon terhadap
pertentangan ideologis yang telah berlangsung lama dalam masyarakat Jawa. Perkumpulan
Muhammadiyah lahir dari proses pertentangan yang panjang dan berlangsung perlahan
antara dua kelompok besar dalam masyarakat Jawa. Di pulau Jawa, kelompok elitnya
kembar; kaum priyayi, kaum muslim yang dangkal tingkat komitmen keislamannya, di satu
pihak terdapat kaum santri yang mana kaum muslim yang sangat taat. Hubungan antara
kedua kelompok ini meliputi baik konfrontasi yang keras maupun kolaborasi yang saling
menguntungkan. Namun demikian, pola hubungan yang dominanadalah kesalah pahaman
dan rasa saling tidak percaya antara keduabelah pihak. Kerja sama dan persahabatan di
antara mereka sangat jarang terjadi.
c. Penetrasi dalam misi Kristen di Indonesia yang dikembangkan oleh pemerintah Hindia
Belanda. Pemerintah kolonial tidak saja menanamkan pengaruh politiknya untuk
menguasasi negeri jajahannya, tetapi juga membawa paham keagamaan yang bertentangan
dengan ajaran Islam (Barat-Kristen). Inilah yang dikhawatirkan KH. Ahmad Dahlan.
d. Kemunduran umat Islam yang berpusat di pondok-pondok pesantren disebabkan umat Islam telah
mengisolir diri mereka dari perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat modern21.

20
. Suwendi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 95-96.
21
. Khozin, Menggugat Pendidikan Muhammadiyah, (Malang : UMM Press, 2005), hlm 35

7
e. Kemunculan sekolah-sekolah kolonial yang sekuler mengancam kehidupan batin para
pemuda, karena dapat mejauhkan generasi muda dari agama dan kebudayaan bangsanya22.
Perkumpulan Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlanpada tanggal 8 Dzulhijah
1330 H, bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M. Muhammadiyah adalah organisasi yang
lahir sebagai alternatif berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam Indonesia sekitar akhir abad
19 dan awal abad 20. Kelahiran perkumpulan Muhammadiyah merupakan bagian dari daya kreatif
umat Islam Indonesia saat itu. Oleh karena itu, sejarah perkembangan Muhammadiyah adalah
dinamika dan mekanis menghubungan daya kreatif intelek manusia muslim dan berbagai
persoalanhidupnya dengan norma ajaran Islam23. Misi utama yang dibawa oleh KH. Ahmad Dahlan
bersama perkumpulan Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid) pemahaman agama. Adapun yang
dimaksud dengan pembaharuan oleh KH. Ahmad Dahlan bersama perkumpulan Muhammadiyah adalah
mengenai dua segi menurut sasarannya. Pertama, pembaharuan dalam arti mengembalikankepada
keasliannya, kemurniannya, adalah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip perjuangan
yang sifatnya tetap atau tidak berubah-ubah. Kedua, pembaharuan dalam arti modernisasi, adalah
tajdid itu sasarannya mengenai masalah seperti metode, sistem, tehnik, strategi, taktik perjuangan
dan lain-lain yang sebangsa itu dan sifat-sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi dan
kondisi ruang dan waktu24.
Di dalam anggaran dasar Muhammadiyah Bab II pasal 3dikemukakan maksud dan tujuan
Muhammadiyah yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya25.. Tujuan Muhammadiyah dapat diperinci sebagai berikut :
a. Mengembalikan amal dan perjuangan umat Islam pada sumber alQuran dan Hadits, bersih
dari bid‟ah dan khurafat.
b. Menafsirkan ajaran-ajaran Islam secara modern.
c. Memperbaharui sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengankehendak dan
kemajuan zaman.
d. Membebaskan umat dan ikatan-ikatan tradisionalisme, konservatisme,taqlidisme dan
formalisme yang membelenggu kehidupan umat26.
Peran serta Muhammadiyah dalam tiga bidang, yaitu keagamaan, pendidikan dan
kemasyarakatan (sosial). Di bidang pendidikan, KH. Ahmad Dahlan bersama perkumpulan
Muhammadiyah menawarkan sistem yang berbeda dengan maindstream pendidikan yang

22
. Ibid..
23
. Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah : dalam Perspektif Perubahan
Sosial, (Jakarta : Bumi aksara, 1990), hlm 1
24
. Tim Pembina al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammadiyah ; sejarah,
pemikiran dan amal usaha,(Malang : UMM Press, 1990), hlm 117-118.
25
. Ibid., hlm 119
26
. Ibid., hlm 153-154.

8
berkembang saat itu di antara pendidikan pesantren dan sekolah kolonial. KH. Ahmad Dahlan
berusaha mencarikan jalan keluar dari kebutuhan sistemp endidikan yang sama-sama ekstrim pada
kutub religiusitas yang sempit disatu sisi dan keduniawian yang sekuler di sisi lain. Kedua sistem
pendidikan ini hanya melahirkan manusia ”cacat”, karena memang tidak berangkat dari pemahaman
terhadap konsep manusia secara utuh. Artinya membenarkan dan mengikuti desain pendidikan
seperti ini sama halnya dengan membenarkan terjadinya proses dehumanisasi, yang pada akhirnya
dapat membahayakan hari depan umat manusia. Sementara pendidikan sejatinya merupakan proses
memanusiakan manusia (humanisasi), sehingga dapat mendorong peserta didik berani menghadapi
problema dimasa depan sambil meningkatkan fitrah sebagai khalifah di muka bumi. Karena itu
perlu pemahaman mendalam terhadap konsep manusia dari seluruh dimensinya dan terhadap
konsep manusia baik masa kini maupunmasa yang akan datang. Ciri khas pendidikan Muhammadiyah
adalah beridentitas Islam. Dasar pendidikan Muhammadiyah adalah Islam yang bersumber dari Al-
Quran dan Sunnah Rasul dan tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah terwujudnya manusia
muslim. Yang diharapkan Muhammadiyah adalah agar sekolah Muhammadiyah mencerminkan
pendidikan Islam sebagai yang dicita-citakan yaitu melaksanakan semua komponen pendidikan
Islam yang mantap dan terpadu. Yang membedakan sekolah Muhammadiyah dengan sekolah yang bukan
Muhammadiyah adalah bahwa sekolah Muhammadiyah melaksanakan pendidikan agama Islam yang
luas dan mendalam meliputi tauhid, ibadah, akhlak dan ilmu pembantu dalam pendidikan Islam
serta ke Muhammadiyahan. Konon kompromi dua sistem pendidikan pribumi dengan kolonial
itulah yang menjadi pilihan KH. Ahmad Dahlan. Yaitu, dengan membuang jauh-jauh nilai-nilai dari
sistem pendidikan kolonial yang dianggap tidak sejalan dengan ajaran Islam (sekuler) dan
memadukan yang terbaik dengan sistem pendidikan santri pribumi atau pesantren. Langkah
pragmatis ini hingga masa tertentu masih cukup memberikan harapan peserta didik
Muhammadiyah27.
Jadi, maksud dan tujuan KH. Ahmad Dahlan mewujudkan pendidikan yang teratur secara
modern, pada prinsipnya adalah hendak mendorong terwujudnya umat Islam yang baik
sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT. Beliau tidak ingin sekolah yang dibangunnya akan
membentuk ulama-ulama seperti yang ada pada masa itu28.
Beliau justru melahirkan para ulama dan cendekiawan yang takwa kepada Tuhan serta
berguna bagi masyarakat, yaitu muslim terdidik yang memiliki identitas Islam yang kuat, mampu
memberikan bimbingan dan keteladanan terhadap masyarakat, dan juga sekaligus sebagai kekuatan

27
. Khozin, Op.Cit, hlm 3-4.
28
. Salah sati ciri lembaga pendidikan Islam pada masa penjajahan adalah menyiapkan ulama yang hanya menguasai
masalah agama semata dan mengisolir diri mereka dari perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat modern,
Lihat bukunya Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya : Pustaka Pelajar, 2003), hlm 70

9
untuk mengimbangi tantangan kaum elite sekuler berpendidikan Barat yang dihasilkan oleh sistem
pendidikan Belanda pada waktu itu. 29
Adapun semboyan Muhammadiyah adalah ” sedikit bicara bayak bekerja ”. Perkembangan
Muhammadiyah berkembang pula di Singapura dan Malaysia30.
Salah satu ciri yang menandai kelebihan Muhammadiyah pada saat itu jika dibandingkan
dengan organisasi-organisasi Islam lainnya adalah kelenturan organisasinya dalam mengantisipasi
berbagai perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat, sehingga tetap kohesif dalam
menghadapi perubahan macam apapun. Karena itu, Muhammadiyah tetap langgeng. Pendidikan
yang berjalan intensif menyaingi pendidikan kolonial kini telah terasa manfaatnya dan merata di
hampir segenappenjuru tanah air 31.
Mula-mula ajaran Muhamadiyah memang ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabaran,
akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekat KH. Ahmad Dahlan. Profesinya sebagai
pedagang sangat mendukung ajakannya sehingga dalam waktu singkat ajakan KH. AhmadDahlan
menyebar ke luar Kauman, bahkan sampai ke luar daerah dan luar Jawa 32.
Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan nama Aisyiah.
Dalam Aisyiah, istri KH. Ahmad Dahlan yaitu Nyai Walidah berperan aktif dan sempat menjadi
pemimpinnya. Berdirinya Nasyiatul Aisyiah juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang
sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memperhatikan keberlangsungan kader penerus
perjuangan. Muhammadiyah dalamm embangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh yang
akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkunganMuhammadiyah 33.
Demikianlah Muhammadiyah didirikan. Organisasi ini mempunyai maksud ” menyebarkan
pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Saw kepada penduduk bumi putera dan memajukan hal
agama Islam kepada anggota-anggotanya”. Untuk mencapai ini, organisasi itu bermaksud
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh dimana dibicarakan
masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-
brosur, surat-surat kabar dan majalah-majalah34.
C. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Konsep Pendidikan Islam
Secara umum, ide-ide pembaharuan KH. Ahmad Dahlan dapat diklasifikasikan kepada dua
dimensi, yaitu : Pertama, berupaya memurnikan ajaran Islam dari khurafat, tahayul, dan bid‟ah
yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam. Kedua, mengajak umat Islam

29
. Din Syamsuddin, dkk, Muhammadiyah Kini dan Esok, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1990), hlm 43
30
. I. Djumhur, Sejarah Pendidikan, (Bandung : CV Ilmu, 1976), hlm 164.
31
. Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan KomentarI, (Jakarta : CV. Rajawali, 1986), hlm 16
32
. Adi Nugraha, Op Cit, hlm 64
33
. Ibid, Hlm 64-65
34
. Samsul Nizar, Op Cit, Hlm 103-104.

10
untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam
rumusan dan penjelasan yang diterima rasio35.
Pemikiran dan perjuangannya memang banyak mengadopsi pemikirandan perjuangan
tokoh-tokoh Islam yang berasal dari Timur Tengah. Di antara para pemikir Islam Timur Tengah
yang menjadi motivator dan inspirator bagi KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil kesimpulan
adalah Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasid Ridha. Selain itu, beliau
mendapat pula inspirasi dan motivasi dari Jamaluddin al Afghani asal Afganistan dan Kiai Saleh
darat dari Semarang.
KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang tidak banyak meninggalkan tulisan. KH. Ahmad Dahlan lebih
menampilkan sosoknya sebagai manusia amal atau praktisi dari pada filosof yang banyak
melahirkan pemikiran dan gagasan tetapi sedikit amal. Sekalipun demikian tidak berarti bahwa KH.
Ahmad Dahlan tidak memiliki gagasan. Amal usaha Muhammadiyah merupakan refleksi dan
manisfestasi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Istilah pendidikan
di sini dipergunakan dalam konteks yang luas tidak hanya terbatas pada sekolah formal tetapi
mencakup semua usaha yangdilaksanakan secara sistematis untuk mentransformasikan ilmu
pengetahuan,nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu (tua) kepada generasi muda.Dalam
konteks ini termasuk dalam pengertian pendidikan adalah kegiatan pengajian, tabligh, dan
sejenisnya36.
1. Tujuan Pendidikan Islam
Membicarakan tujuan atau cita-cita pendidikan KH. Ahmad Dahlan tidak terlepas dari
tujuan atau cita-cita Muhammadiyah sendiri, karena cita-cita Muhammadiyah adalah cita-cita KH.
Ahmad Dahlan. Karena itu, mengenai cita-cita pendidikan Muhammadiyah akan mempelajari cita-
cita pendidikan KH. Ahmad Dahlan37.
KH. Ahmad Dahlan menganggap bahwa pembentukan kepribadiansebagai target penting
dari tujuan-tujuan pendidikan. Beliau berpendapat bahwa tak seorang pun dapat mencapai
kebesaran di dunia ini dan di akhirat kecuali mereka yang memiliki kepribadian yang baik.
Seseorang yang berkepribadian baik adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran Al Quran dan
Hadits. Beliau juga berpandangan bahwa pendidikan harus membekali siswa dengan pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kemajuan materiil. Oleh karena itu, pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dimana siswa itu hidup 38.
Berkaitan dengan keadaan pada masa itu, KH. Ahmad Dahlan berusaha memperbaikinya
dengan memberikan pencerahan tentang pentingnya pendidikan yang sesuai perkembangan zaman
35
. Adi Nugraha, Op Cit, Hlm 43.
36
. Abdul Khaliq, Op Cit, Hlm 202.
37
. Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam oleh Pergerakan Muhammadiyah,
(Jember : Universitas Muhammadiyah Press, 1985), Hlm 69
38
. Abuddin Nata, , Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Op Cit, Hlm 102.

11
bagi kemajuanbangsa. Berkaitan dengan masalah ini KH. Ahmad Dahlan mengutip (QS Ar Ra‟ad
ayat 11 yang berbunyi )39.
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan. yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Berdasarkan pada ide-ide dan ayat itu, terlihat bahwa KH. Ahmad Dahlan menggunakan
pendekatan self corrective terhadap umat Islam. Menurut KH. Ahmad Dahlan, bahwa pandangan
muslim tradisionalis selalu menitik bertakan pada aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap semacam ini mengakibatkan kelumpuhan atau bahkan kemunduran dunia Islam, sementara
kelompok yang lain telah mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi. KH. Ahmad Dahlan
terobsesi dengan kekuatan sistem pendidikan Barat seperti terlihat pada sekolah-sekolah misionaris
maupun pemerintah. KH. Ahmad Dahlan berpandangan bahwa kemajuan materiil merupakan
prioritas karena dengan cara itu kesejahteraan mereka akan bisa sejajar dengan kaum kolonial40.
Pelaksanaan pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan hendaknya didasarkan pada landasan
yang kokoh. Landasan ini merupakan kerangkafilosofis bagi merumuskan konsep dan tujuan ideal
pendidikan Islam, baik secara vertikal (Khaliq) maupun horizontal (makhluk) 41.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia itu sendiri. Tujuan hidup
manusia secara vertikal adalah mencari keridhaan Tuhan, sesuai dengan firman Allah dalam (QS Al
Baqarah ayat 207). 42
Artinya :
“ Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah
MahaPenyantun kepada hamba-hamba-Nya”.
Sedangkan secara horizontal adalah untuk rahmat bagi segenap alam,sesuai dengan firman Allah
(QS al Anbiya‟ ayat 107)
Artinya :
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
Pernyataan yang tertuang dalam dua ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam hidup dan kehidupan
ini manusia mempunyai tugas-tugas yang amat jelas. Tugas-tugas tersebut adalah sebagai „Abd
Allah dan khalifah fi al-ardh. hal ini juga sesuai dengan firman Allah dalam (QS adz Dzariyat ayat
56)
Artinya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkansupaya mereka mengabdi kepada-Ku.
39
. Ibid, Hlm 102-103
40
. Ibid, hlm 103
41
. Samsul Nizar, Op.Cit, hlm 104
42
. Khozin, Op.Cit, hlm 39

12
Arti menyembah atau mengabdi kepada Allah mempunyai ruang lingkup yang khusus dan luas.
Ibadah dalam arti khusus adalah segala tata cara dan acara pengabdian kepada Tuhan yang segala
sesuatunya secara terperinci sudah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan ibadahdalam
arti luas adalah segala perbuatan, perkataan dan sikap ikhlas, mardhatillah dan amal shaleh43.

2. Materi atau Kurikulum Pendidikan Islam

Berangkat dari tujuan pendidian tersebut, KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa
kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a. Pendidikan moral atau akhlak yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik
berdasarkan al Quran dan Sunnah.
b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkankesadaran individu yang utuh
dan berkeseimbangan antaraperkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan
intelek,antara perasaan dengan akal pikiran serta antara dunia dengan akhirat.
c. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkankesediaan dan
keinginan hidup bermasyarakat. Pada saat itu, KH. Ahmad Dahlan belum memiliki konsep
kurikulumatau materi pelajaran yang baku. KH. Ahmad Dahlan bersamaperkumpulan
Muhammadiyah menyempurnakan kurikulum pendidikanIslam dengan memasukkan
pendidikan agama (Islam) ke dalam sekolah umum dan pengetahuan sekuler ke dalam sekolah
agama44.
Muatan kurikulum pelajaran agama menurut KH. Ahmad Dahlan bisa dilihat dari materi
pelajaran agama yang diajarkannya dalam pengajian-pengajian dimadrasah dan pondok
Muhammadiyah. Hadjid, salah seorang murid KH. Ahmad Dahlan, beliau sangat tekun dan menulis
apa-apa yang dipaparkan gurunya dan mengumpulkan ajaran-ajaran gurunya ke dalam sebuah buku
berjudul Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok Ayat Al-Qur‟an yang
merupakan catatan pribadinya selama mengikuti pelajaran agama. Kelompok ayat-ayat al Quran
yang sering dan berulang-ulang diajarkan KH. Ahmad Dahlan itu antara lain45.
Kelompok 1 : membersihkan diri sendiri. Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad
Dahlan dalam kelompok ini adalah (QS. Al-Jatsiyah ayat 23).
Artinya :
“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadi kanhawa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya (maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, Karena Allah
Telah mengetahui bahwa dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya), dan
Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas

43
. “Ibid” hlm 40.
44
. Din Syamsuddin, dkk, Op.Cit.,hlm 43
45
. Hadjid, Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an, (Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Malang Press, 2005), hlm. 45-149

13
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya
sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Selain itu menurut KH. Ahmad Dahlan, materi pendidikan adalah Al-Quran dan Hadits,
membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, dan menggambar materi al Quran dan Hadits meliputi
ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah,
pembuktian kebenaran al Quran dan Hadits menurut akal, kerjasama antara agama-kebudayaan-
kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan kehendak, demokratisasi dan
liberalisasi, kemerdekaan berpikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia didalamnya dan budi
pekerti46.
Sejalan dengan ide pembaharuannya, KH. Ahmad Dahlan adalah seorang pendidik yang
sangat menghargai dan menekankan pendidikan akal. KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa akal
merupakan sumber pengetahuan. Tetapi sering kali, akal tidak mendapatkan perhatian yang
semestinya, seperti biji yang terbenam dalam bumi. Karena itulah, pendidikan harus memberikan
siraman dan bimbingan yang sedemikianrupa sehingga akal manusia dapat berkembang dengan
baik. Hal inipenting karena itu menurutnya akal merupakan instrumen penting untuk memahami
dan mendalami agama. Untuk mengembangkan pendidikanakal, KH. Ahmad Dahlan
menganjurkan diberikannya pelajaran ilmu mantiq di lembaga-lembaga pendidikan47.

3. Metode atau Tehnik Pengajaran


Di dalam menyampaikan pelajaran agama, KH. Ahmad Dahlan tidak menggunakan
pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Lalu bagaimana KH. Ahmad Dahlan mengajarkan
agama, antara lain dijelaskan oleh Mas Mansur, salah seorang murid dan teman seperjuangan KH.
Ahmad Dahlan. Dalam kaitan ini sebagimana dikutib Amir Hamzah Wirjosukarto, menjelaskan :
“ KH A. Dahlan gemar sekali mengupas tafsir dan pandai pula tentang hal itu. Kalau
menafsirkan sebuah ayat, beliau selidiki lebih dahulu tiap-tiap perkataan dalam ayat itu satu demi
satu. Beliau lihat kekuatan atau perasaan yang terkandung oleh perkataan itu di dalamayat yang
lain-lain, barulah beliau sesuaikan dengan keadaan hinggaketerangan beliau itu hebat dan dalam
serta tepat48.”

Di samping menggunakan penafsiran yang kontekstual, KH. Ahmad Dahlan berpendapat


bahwa pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkanatau dipahami secara kognitif, tetapi harus
diamalkan sesuai situasi dankondisi. Gagasan KH. Ahmad Dahlan tentang ”pembumian” ajaran al-
Quran tersebut antara lain tercermin dalam pengajaran surat al Maun yang dalam perkembangannya
melahirkan majelis pembinaan kesejahteraan umat. Bagi KH. Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak
akan membumi dan dijadikan pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikkan. Betapa pun

46
. Samsul Nizar, Op Cit, Hlm 108
47
. Abdul Kholiq, Op Cit, Hlm 203-204.
48
. Abdul Khaliq, Op Cit, hlm 205

14
bagusnya suatu program, menurutnya jika tidak dipraktikkan tidak bakal bisa mencapai tujuan
bersama. Karena itu, KH. Ahmad Dahlan tidak terlalu banyak mengelaborasi ayat-ayat al Quran,
tetapi beliau lebih banyak mempraktikkan dalam amal nyata. Praktik amal nyata yang fenomenal
ketika menerapkan apa yang disebut dalam QS. Al Maun yang secara tegas memberi peringatan
kepada kaum muslim agar mereka menyayangi anak-anak yatim dan membantu fakir miskin.
Aplikasi dari QS. Al Maun ini ditandai dengan terealisirnya rumah-rumah yatim dan menampung
orang-orang miskin, terjadi zaman penjajahan49.
Ketika menerapkan QS. Asy Syu‟aro ayat 80, yang menyatakan bahwa Allah
menyembuhkan sakit seseorang. Oleh karena itu, KH.Ahmad Dahlan bersama perkumpulan
Muhammadiyah mendirikan balaikesehatan masyarakat atu rumah-rumah sakit. Lembaga ini
didirikan, selain untuk memberi perawatan pada masyarakat umum, bahkan yang miskin
digratiskan, juga untuk memberi penyuluhan, betapa pentingnya arti sehat. Sedangkan, ketika
menerapkan QS. Al Alaq ayat 1 yang memberi penekanan arti pentingnya membaca, diterjemahkan
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Dengan pendidikan, buta huruf diberantas. Lembaga ini
didirikan dan muncul pula bahan-bahan bacaan dansejenisnya. Ini lah yang terjadi pada tahun 1920
sampai 1930-an. Dengan melek huruf, mereka bisa baca, dan ketika sudah mampu membaca,
mereka bisa melihat dunia. Membaca, kata pepatah adalah jendela dunia50.

a. Cara belajar dan mengajar


Di pondok pesantren tradisional masih memakai cara belajar dengan sistem sorogan dan
weton, tetapi dipondok Muhamadiyah digunakan sistem klasikal dengan memakai cara-cara yang
terhitung modern. Yang dimaksud sistem klasikal adalah suatu cara belajar dalam satu ruangan
kelas dari murid-muridyang sebaya dan memiliki pengetahuan yang sejajar, diajar oleh guru yang
sama dengan buku pelajaran yang sama pula. Untuk mengetahui kemajuan murid diadakan ulangan-ulangan
pada waktu-waktu tertentu.Tempat belajar dilengkapi dengan meja dan bangku dan papan
tulis.Cara-cara semacam ini diambil dari sekolah-sekolah Barat.
b. Bahan pelajaran
Di pondok tradisional, bahan pelajaran semata-matahanya agama. Kitab karangan ulama
pembaharu belum dipakai, tetapi di pondok Muhammadiyah di samping pelajaran agama, juga
diajarkan ilmu pengetahuan umum, dan kitab-kitab yang diajarkan di samping terdapat karangan
ulama salaf juga terdapat karangan ulama modern.
c. Rencana pelajaran

49
. Adi Nugraha, Op.Cit, hlm 123
50
. Ibid, hlm 124

15
Di pesantren tradisional belum memiliki rencana pelajaran yang teratur dan integral.
Rencana pelajaran ditetapkan oleh kitab-kitab yang ditentukan oleh masing-masing guru mengajar,
kenaikan tingkat diukur dengan kitab-kitab yang telah dipelajari, ulangan atau ujian pun tidak ada.
Sedangkan di pondok Muhamadiyah sudah diatur dengan rencana kurikulum sehingga efisien
belajar akanlebih terjamin.
d. Pendidikan di luar waktu-waktu belajar
Di pesantren tradisional,pendidikan para santri di luar waktu belajar terlalu bebas dan
kurangterpimpin, sedangkan di pondok Muhammadiyah, pendidikan parasantri di luar waktu belajar
diselenggarakan dalam asrama yangterpimpin secara teratur.
e. Pengasuh dan guru
Di pesantren tradisional, para pengasuhnya hanyaterdiri dari mereka yang berpengalaman
agama saja, tetapi di pondok Muhammadiyah di samping ada guru-guru agama juga terdapat guru-
guru ilmu pengetahuan umum.
f. Hubungan guru dan murid
Di pesantren tradisional, hubungan gurudengan murid lebih bersifat otoriter, sedangkan di
pondok Muhammadiyah diusahakan suasana yang lebih akrab antara gurudengan para santri. Dari uraian
yang bersifat membanding ini, menjadi jelaslahpembaharuan dari segi tehnik yang digagas oleh
KH. Ahmad Dahlan,yakni penggunaan dan cara-cara mengajar dan belajar. Sekolah-sekolah
dan pesantren yang didirikan KH. Ahmad Dahlan adalah satu model pembaharuan yang bersifat
sinetis antara unsur-unsur lama dan unsur-unsur-unsur baru yang datang dari barat. Yang lama tetap
dipertahankannya roh agama dan pelajaran agama sebagai dasar, sedangkan hal-hal yang baru adalah tehnik
penyelenggaraan perguruanyang banyak diambil dari cara-cara sekolah Barat.

Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal,
sebagai berikut :
1. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dapat terlihat pada usaha
beliau yang menampilkan wajah pendidikan Islam sebagai suatu sistem pendidikan yang
integral. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang hendak mengintegrasikan dikotomi ilmu
pengetahuan, menjaga keseimbangan, bercorak intelektual, moral dan religius dapat terlihat
pada aspek pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang meliputi :
a) tujuan pendidikan Islam; beliau berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang
sempurna adalah melahirkan individu yang utuh, dapat menguasai ilmu agama dan ilmu
umum, material dan spiritual;

16
b) Materi atau kurikulum pendidikan Islam; beliau melakukan dua tindakan sekaligus, yaitu
memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan
sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan.
Materi pendidikan Islam menurut KH. Ahmad Dahlan itu meliputi pendidikan moral,
pendidikan individu, dan pendidikan kemasyarakatan;dan
c) Metode atau tehnik pengajaran; beliau lebih banyak mengadopsi sistem pendidikan
sekolah Barat yang sudah maju.
Relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan pada konteks pendidikan Islam di abad 21 nampak
sebagiannya masih ada yang sesuai dan sebagian lainnya ada yang perlu disempurnakan jika
diaplikasikan di abad 21. Di antara pemikiran KH.Ahmad Dahlan yang memiliki keterkaitan dalam
pendidikan Islam abad 21 adalah aspek tujuan pendidikan Islam dan kurikulum pendidikan Islam,
karena pemikiran KH. Ahmad Dahlan hendak menyinergikan antara aspek kognitif, afektif
danpsikomotorik. Apalagi di abad 21, arah pendidikan Islam itu sendiri tidak hanyamenjadikan
manusia memiliki kemampuan secara kognitif, afektif, danpsikomotorik tetapi dalam diri seseorang
harus tertanam sikap dan pribadi yangberakhlak karimah. Dan pemikiran KH. Ahmad Dahlan
tentang konsep pendidikanIslam sarat dengan ide-ide yang berkenaan dengan upaya menanamkan
nilai-nilaikepribadian, etika, dan moral dalam diri anak didik. Walaupun pemikiran KH.Ahmad
Dahlan telah ada sejak masa penjajahan, namun tak mengurangi paragenerasinya untuk
mengembangkan dan melanjutkan semangat pembaharuan KH.Ahmad Dahlan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hadjid, KRH. 2008.Pelajaran KH. A Dahlan. ;7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat al Quran.
Malang : UMM Press.
Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ; Lintasan SejarahPertumbuhan dan
Perkembangan . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada._______. 1996.
Karim, Rusli. 1986. Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar . Jakarta :
CV.Rajawali.Kartanegara, Mulyadi. 2003.
Kholiq, Abdul (dkk.). 1999. Pemikiran Pendidikan Islam ; Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bekerja Sama denganFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.Khozin. 2005.
Nata, Abuddin. 1997.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu._______. 2001.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam ; Pendekatan Historis, Teoritis, dan
Praktis. Jakarta : Ciputat Press.Noer, Deliar. 1980.
Nugraha, Adi. 2009. KH. Ahmad Dahlan ; Biografi Singkat (1869-1923) . Yogyakarta :
Garasi.Puar, Yusuf Abdullah. 1989.
Syamsuddin, Din. 1990.Muhammadiyah Kini dan Esok.Malang : UMM Press.
Yunus, Mahmud. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : PT. PT.Hidakarya Agung.
Zuhairini, dkk. 1986. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : IAIN Press._______. 1991.

18

Anda mungkin juga menyukai