Anda di halaman 1dari 15

REVISI MAKALAH

PERSOALAN
HADIS PALSU

Oleh :  Kelompok 4
KISRON ANSORI HARAHAP
MAHADIR PASARIBU

Prodi SISTEM INFORMASI


Mata Kuliah : AL Hadis
Dosen Pengampu : Nasrun Salim Siregar,S.Th.I., M.Hum
KATA PENGANTAR

‫س ِم‬
ْ ِ‫ب‬ ِ‫هللا‬ ‫ال َّر ْحم ِن‬ ‫يم‬
ِ ‫ال َّر ِح‬

Assallamualikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah

yang berjudul “Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)” ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu

yang di rencanakan. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas bapak Nasrun Salim

Siregar,S.Th.I., M.Hum Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah

SAW beserta keluarga. Amin.

Di dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-kesulitan  dalam

menyelesaikannya. Namun berkat bantuan yang Maha Kuasa dan dari semua pihak serta

dengan usaha yang maksimal sesuai kemampuan kami, akhirnya makalah ini dapat di

selesaikan dengan baik.

Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik

dari isi maupun tata cara penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami

berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

                  

                                                                   MEDAN, 13 APRIL 2020

                                                                                                                          Pemakalah
 
DAFTAR ISI
  

KATA PENGANTAR..........................................................................................           ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................           iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................           1

A. Latar Belakang..............................................................................................           1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................           1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................           1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................           2

A. Pengertian Hadist Palsu................................................................................           2

B. Sejarah Munculnya Hadist Palsu..................................................................           2

C. Sebab-Sebab Terjadinya Pemalsuan Hadist..................................................           3

D. Usaha Ulama dalam Menanggulangi Hadist Palsu.......................................           8

E. Ciri-Ciri Hadist Palsu....................................................................................           10

BAB III PENUTUP...............................................................................................           12

A. Kesimpulan...................................................................................................           10

B. Saran.............................................................................................................           11

DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................           14
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, sifat maupun taqrirnya disebut dengan Hadis. Hadis merupakan salah satu dari dua
peninggalan pusaka Nabi (Al-Qur’an dan Hadis). Banyak macam-macam Hadis seperti Hadis
Sahih, Hasan, Da’if dan lain-lain. Hadis Da’if merupakan Hadis lemah berdasarkan kualitas
sanadnya namun ada yang lebih parah yaitu Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat diambil rumusan masalah yaitu:
1.         Apa pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)?
2.         Bagaimana sejarah munculnya Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)?
3.         Apakah sebab-sebab terjadinya pemalsuan Hadis?
4.         Bagaimana usaha ulama dalam menanggulangi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)?
5.         Apakah ciri-ciri Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)?
C.      Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah dapat diambil tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.         Menjelaskan pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
2.         Menjelaskan sejarah munculnya Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
3.         Menjelaskan sebab-sebab terjadinya pemalsuan Hadis.
4.         Menjelaskan usaha ulama dalam menanggulangi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
5.         Menjelaskan ciri-ciri Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)
Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) secara etimologi merupakan bentuk isim maf’ul dari
kata ‫ وضع‬- ‫يض@@@@@ع‬. Kata  ‫وضع‬   memiliki beberapa makna, diantaranya menggugurkan,
meninggalkan, dan mengada-ada/membuat-buat.
Defenisi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) secara terminologi adalah Hadis yang diciptakan
dan dinisbatkan kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat atau mengada-adakan
sementara Rasulullah SAW tidak pernah melakukan, mengatakan maupun menetapkannya.
Kata-kata yang biasa dipakai untuk Hadis Maudhu’ adalah Al-Mukthtalaqu, Al-
Muhtala’u, Al-Mashnu, dan Al-Makdzub. Kata tersebut memiliki arti yang hampir sama.
Pemakaian kata-kata tersebut adalah lebih mengokohkan (ta’kid) bahwa Hadis semacam ini
semata-mata dusta atas nama Rasulullah SAW.
B.       Sejarah Munculnya Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan kapan mulai terjadinya pemalsuan
Hadis. Diantara pendapat-pendapat yang ada sebagai berikut:
1.    Menurut Ahmad Amin, bahwa Hadis Palsu terjadi sejak jaman Rasulullah SAW, beliau
beralasan dengan sebuah Hadis yang matannya :
‫من النّار‬ ‫من كذب عل ّي متع ّمدا فليتب ّوأ مقعده‬
“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, dia telah menempah tempatnya
didalam neraka”.
Menurutnya Hadis tersebut menggambarkan kemungkinan pada zaman Rasulullah SAW.
telah terjadi pemalsuan Hadis. Akan tetapi pendapat ini kurang disetujui oleh H.Mudatsir
didalam bukunya Ilmu Hadis, dengan alasan Ahmad Amin tidak mempunyai alasan secara
historis, selain itu pemalsuan Hadis dijaman Rasulullah SAW. tidak tercantum didalam kitab-
kitab standar yang berkaitan dengan Asbabul Wurud. Dan data menunjukan sepanjang masa
Rasulullah SAW. tidak pernah ada seorang sahabatpun yang sengaja berbuat dusta
kepadanya. Karena Ahmad Amin hanya berargumen melalui pemahamannya (yang tersirat)
pada Hadis tersebut, hal itu tidaklah kuat dijadikan dalil bahwa pada zaman Rasulullah SAW
telah terjadi pemalsuan Hadis. Andaikan pada masa itu sudah ada pemalsuan Hadis maka hal
yang demikian menjadi berita besar bagi para sahabat Nabi, dan ternyata sejarah tidak
mencatat peristiwa tersebut.
2.    Salah al-Din  al-Adlaby menyatakan bahwa pemalsuan Hadis berkenaan dengan masalah
kedunian telah terjadi pada masa Nabi dan dilakukan oleh orang munafik, sedangkan
pemalsuan Hadis berkenaan dengan agama, pada zaman Nabi belum pernah terjadi. Al-
Adlabi mengutip pendapat al-Tahawy dan al-Tabrani tentang “pelamaran seorang wanita”
warga Madinah. Tetapi sesudah diteliti kualitas Hadisnya, ternyata Sanad hadisnya lemah.
Karenanya kedua riwayat tersebut tidak bisa dijadikan dalil.
3.    Menurut jumhur muhadditsin, bahwa Hadis telah mengalami pemalsuan sejak jaman
khalifah Ali bin Abi Thalib (setelah tahun 40 H), yaitu setelah terjadinya perpecahan politik
antara kelompok Ali disatu pihak dan Muawiyah dipihak lain, serta kelompok ketiga yaitu
Khawariz yang pada awalnya merupakan pengikut Ali, namun ketika Ali
menerima Tahkim  mereka malah menentang kelompok Ali dan juga Muawiyah.merekapun
mulai membuat Hadis Palsu untuk mendukung kelompok mereka masing-masing. Sebelum
terjadi pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan, Hadis
masih bisa dikatakan selamat dari pemalsuan.
C.       Sebab-Sebab Terjadinya Pemalsuan Hadis
Banyak faktor penyebab terjadinya pemalsuan Hadis diantaranya sebagai berikut.
1.    Faktor politik ketika awal khalifah Ali bin Abi Thalib.
Pertentangan politik kekhalifahan yang timbul sejak akhir kekhalifahan ‘Ustman dan
awal kekhalifahan ‘Ali, merupakan sebab-sebab yang memunculkan Hadis Maudhu’. Di
waktu itu timbul partai Syi’ah dan golongan Mu’awiyyah. Dan setelah selesai perang shiffin
timbul pula golongan Khawarij. Diantara golongan-golongan tersebut , golongan Syi’ah
Rafidlah adalah yang paling banyak membuat Hadis Maudhu’. Imam Syafi’i berkata “Saya
tidak merlihat sesuatu kaum yang berani berdusta selain kaum Rafidlah”.
Mereka membuat Hadis-Hadis Maudhu’ tentang keutamaan ‘Ali dan Ahli-Bait
(keluarga-keluarganya). Selain mereka membuat Hadis Maudhu’ yang isinya memuji
golongannya sendiri, mereka juga membuat Hadis Maudhu’ yang isinya menjelek-jelekkan
lawannya. Seperti Hadis Maudhu’ yang dibuat Syi’ah digunakan untuk menjelek-jelekkan
kaum Mu’awiyyah,:
‫اذارأيتم معا وية على منبرى فاقتلوه‬.
“Apabila kamu melihat golongan Mu’awiyyah berada di atas mimbarku, maka
bunuhlah”.
Juga Hadis Maudhu’ untuk menjelek-jelekkan  Abu Bakar r.a dan Umar r.a. Yang
artinya : “Barang siapa yang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin melihat
Nuh tentang ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang kebaikan hatinya, ingin melihat
Musa tentang kehebatannya, ingin melihat Isa tentang ibadahnya, maka lihatlah Ali”.
Pengikut golongan lain yang merasa golongannya dihina, segera pula membalas
membuat Hadis Palsu untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepadanya.
Contoh Hadis Maudhu’ yang diciptakan oleh golongan yang membenarkan
kekhalifahan ‘Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Ustman r.a.
‫ عثان‬,‫عمرالفاروق‬, ‫ ابوبكرن الصدقيق‬,‫ منها الاله هللا محمد رسول هللا‬,‫ما فى الجنة شجرة اال مكتوب على ورقة‬
‫ذوالنوترين‬.
“Di surga tidak terdapat satu pohonpun, selain pohon yang daunnya ditulis dengan
kalimat : La illaha illallah, Muhammadur Rasulullah. Abu Bakar As-Shiddiq, ‘Umar Al-
faruq, dan ‘Usman dzun-nurain”.
Selain Hadis Maudhu’ yang dicantumkan tadi, masih banyak lagi Hadis-
Hadis Maudhu’ yang dari golongan Abbasiyyah dan golongan Khawarij.
Dan begitulah sehingga muncul Hadis Palsu. Adapun dari kelompok– kelompok
tersebut kelompok Syi’ah lah yang pertama kali memalsukan Hadis.

2.    Faktor kesengajaan dari pihak lain untuk menjelekkan ajaran agama Islam.
Pihak lain yang dimaksud adalah kaum Zindiq, Yahudi, Majasi dan Nashrani. Karena
mereka tidak sanggup melawan kekuatan Islam secar terbuka, maka kaum ini memilih jalan
lain yaitu membuat Hadis Palsu untuk menjelekkan ajaran Islam.
Namun pada makalah ini yang dibahas kaum Zindiq. Kaum berpura-pura memeluk
agama Islam dan membuat Hadis Palsu. Diantaranya :
“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari di Arafah, dengan berkendaraan unta
kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang berkendaraan dan memeluk
orang-orang yang berjalan”.
Ada juga seperti  “Melihat (memandang)   muka yang indah adalah ibadah”.
Contoh lain : Muhammad ibn Sa’id meriwayatkan Hadis, yang menutnya berasal dari
Anas dari Nabi SAW yang mengatakan: ”Saya adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi
sesudahku  kecuali apabila dikehendaki Allah” . Dari Hadis Palsu tersebut ada kata “kecuali”
yang mendorong adanya Nabi Palsu.
Menurut Hammad ibn Zaid, bahwa Hadis yang diPalsukan kaum Zindiq berjumlah
sekitar 12000 Hadis palu dan menurut riwayat lain senbanyak 14000 Hadis Palsu.
Tokoh-tokoh terkenal yang membuat Hadis Palsu dari kalangan kaum Zindiq. Adalah:
a.    Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 Hadis Palsu tentang hukum
halal-haram. Akhirnya dia dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman ( Walikota Bashrah).
b.    Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub, yang akhirnya sibunuh oleh Abu Ja’far Al-Manshur.
c.    Bayan bin Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin ‘Abdillah.
3.    Sikap Fanatisme Buta Terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Daerah dan Pimpinan
Contoh pemalsuan Hadis Palsu yang dibuat oleh golongan as-Syu’ubiyah yang fanatik
terhadap bangsa Persia yang berbunyi “ Jika Tuhanmu murka, maka dia turunkan wahyu
dalam bahasa Arab dan jika dia senang maka dia turunkan wahyu dalam bahasa
Persia.”.  Dan timbul Hadis kebalikannya.
:Ada lagi yang membuat Hadis Palsu karena kefanatikannya terhadap imam seperti
‫سيكون رجل في امتي يقال ابو حنيفة النعمان هو نوراامتي‬ 
“Nanti akan lahir seorang laki-laki pada umatku bernama Abu Hanifah an-Nu’man,
sebagai pelita umatku.”
Ada juga seperti “Dikalangan ummatku seorang laki-laki yang bernama Muhammad
ibn Idris, dia lebih merusak terhadap ummatku dari pada Iblis”.
4.    Pembuat Cerita atau Kisah-Kisah Agar Mendapat Simpati
Para pembuat kisah/cerita menggunakan Hadis Palsu untuk menarik simpati para
pendengarnya seperti:
“Didalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang berbau harum semerbak, masa
tuanya berjuta-juta tahun dan Allah menempatkan mereka disuatu istana yang terbuat dari
mutiara putih. Pada istana itu terdapat tujuh puluh ribu papiliun yang setiap papiliun
terdapat tujuh puluh ribu kubah. Yang demikian itu tetap berjalan selama tujuh puluh ribu
tahun tanpa bergeser sedikitpun”
Ada juga seperti menjelaskan imbalan bagi yang mengucap “ laa ilaaha
illallaah” yaitu : “Siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, Allah akan menciptakan
seekor burung yang mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan masing-masing lidah menguasai
tujuh puluh ribu bahasa yang memintakan ampunan baginya”
5.    Mempertahankan Mahzab Mengenai Fiqih dan Ilmu Kalam
Para pengikut mahzab fiqih dan pengikut ulama kalam, yang bodoh dan dangkal ilmu
agamanya, membuat Hadis-Hadis Palsu untuk menguatkan paham pendirian imamnya.
Dalam ilmu Fiqih mereka yang menganggap tidak syah shalat dengan mengangkat
tangan dikala shalat,dan menyaringkanbacaan “bismillah” ketika membaca Al-Fatihah.
membuat Hadis Palsu:
‫من رفع يديه في الصالة قال صالة له‬
“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat maka tidaklah sah
shalatnya”.
“Jibril telah mengimami aku (ketika shalat) di Kakbah, maka dia menghajarkan
( membaca dengan keras) Bismillahirrahmanirrahim”
Dan masih banyak lagi Hadis Palsu mengenai mahzab tentang fiqih.
Hadis Palsu mengenai kalam seperti : ”Setiap yang ada dilangit, dibumi, dan diantara
keduanya adalah makhluk, kecuali Allah dan Al-Qur’an. Kelak, akan datang kaum dari
ummatku yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Oleh marena itu, barang
siapa yang mengatakan demikian, sungguh kafir terhadap Allah Yang Maha Besar, dan
tertalakklah istrinya sejak saat itu.”
6.    Semangat yang Berlebihan dalam Beribadah Tanpa Didasari Ilmu Pengetahuan
Dikalangan orang-orang zuhud atau para ahli ibadah ada yang beranggapan bahwa
membuat Hadis-Hadis yang bersifat mendorong agar giat beribadah (targhib), atau yang
bersifat mengancam agar meninggalkan tindakan yang tidak benar (tarhib), menurut mereka
diperbolehkan demi kebaikan. Contoh :
“Siapa yang membaca surat Yasin  pada malam hari, maka pada pagi harinya dia
telah diampuni dari segala dosanya, dan siapa yang membaca surat Al-Dhukkhan pada
malam hari, maka pada subuhnya dia telah diampuni dari dosa-dosanya”
7.    Mendekati Diri pada Penguasa
Alasan membuat Hadis Palsu ini untuk menarik simpati dan mendapat hadiah dari para
khalifah. Seperti kisah Ghiyast bin Ibrahim An-Nakha’I yang datang kepada Amirul
Mukminin Al-Mahdi, yang sedang bermain merpati. Lalu, ia menyebut hadis dengan sanad
yang berurutan sampai Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Tidak ada perlombaan
kecuali dalam memanah, balapan unta, pacuan kuda, atau burung merpati”. Ghiyast
menambahkan Janah (atau burung merpati). Al-Mahdi akhirnya memerintahkan untuk
menyembelih merpati tersebut, dan member hadiah pada Ghiyast sejumlah 10.000 dirham.
Dari sebab-sebab diatas terlihat bahwa ada yang bertujuan baik dan juga tidak baik.
Apapun alasannya tetap Hadis Palsu.
D.       Usaha Ulama dalam Menanggulangi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)
1.         Memelihara sanad Hadis.
2.         Pengklasifikasian Hadis dalam sebuah buku tersendiri, agar tidak tercampur dengan
Hadis-Hadis Maudhu’.
3.         Membuat kaidah-kaidah untuk mengetahui kepalsuan sebuah Hadis. Kaidah-kaidah
tersebut tersusun dalam sebuah disiplin ilmu al-Jarh wa Ta’dil.
4.         Mempelajari biografi para perawi untuk dapat mengetahui sifat-sifat para perawi, dengan
begitu dapatlah ditentukan dari siapa yang layak diambil hadisnya.
5.         Di samping itu, perlu juga upaya dari umat Islam secara keseluruhan. Paling tidak upaya
yang dapat dilakukan yaitu menghindari penyebar luasan Hadis-Hadis Palsu dan mempelajari
secara mendalam tentang ilmu-ilmu Hadis, agar tidak terjerumus untuk meyakini sebuah
Hadis Maudhu’
E.       Ciri-Ciri Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)
Hadis Maudhu’ bisa dikenali dari tanda-tanda yang ada, baik dari Sanad maupun
Matannya. Terdapatnya lafaz “Humaira’” seperti yang tersebut di dalam riwayat ini:
‫خذوا شطر دينكم عن الحميراء‬
“Ambillah separuh agama kamu daripada al-Humaira’ ”
Al-Mizzi berkata: Setiap hadis yang menyebutkan lafaz Ya Humaira’ itu adalah
Hadis Maudhu` kecuali sebuah Hadis dalam al-Nasa’i. (al-Masnu` hal. 212).
1.        Ciri-Ciri Hadis Maudhu’ pada Sanad
1)        Jika perawi itu adalah seorang pembohong yang diketahui oleh orang banyak tentang
kebohongannya itu, tanpa seorang pun dari kalangan orang handal yang meriwayatkannya.
Para ulama akan memberi perhatian yang sangat besar untuk mengetahui para pembohong itu
dan mereka akan mengikuti dengan cermat kebohongan itu untuk suatu Hadis.
2)        Pengakuan perawi akan kedustaannya, seperti yang telah dilakukan oleh Abd al-Karim ibn
Abi al-‘Awja’ tentang pemalsuan empat ribu Hadis yang telah ia lakukan untuk
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Ini merupakan bukti terkuat
mengenai kepalsuan Hadis.
3)        Adanya indikasi yang hampir sama dengan pengakuan. Misalnya, pengakuan Ma’mun bin
Ahmad al-Halawi bahwa ia pernah mendengar dari Hisyam bin ‘Ammar, lalu ditanya oleh al-
Hafidh Ibn Hibban “Kapan engkau pergi ke Syiria?” dia menjawab : “Tahun dua ratus lima
puluh”, lalu Ibnu Hibban berkata “tapi Hisyam yang engkau mengaku meriwayatkan dari
padanya itu telah mati tahun dua ratus empat puluh lima!”.
4)        Perawi yang dikenal sebagai seorang pendusta meriwayatkan suatu Hadis seorang diri, dan
tidak ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukum
palsu.
5)        Diantara tanda Hadis Maudhu’ adalah hal yang ada dalam diri perawi dan dorongan-
dorongan psikologismenya. seperti yang diungkap oleh al-Hakim dari Ssyf bin Umar al-
Tamimi yang mengatakan kami sedang berada dirumah Sa’ad ibn Tharif, ketika putranya
pulang dari sekolah sambil menangis, lalu ia bertanya : “Ada apa denganmu?”. Ia
menjawab “ aku dipukuli oleh guru”. Ia berkata “hari ini aku akan membuat para guru
menyesal.”
6)        Hadis Maudhu’ memang yang paling banyak tidak memiliki sanad.
2.        Ciri-Ciri Hadis Maudhu’ pada Matannya
1)        Susunannya kalimatnya rancu, tidak luwes, tidak mungkin diucapkan  oleh seorang yang
sangat fasih seperti Nabi.
2)        Hadis yang menerangkan dosa dan siksa yang sangat besar atas kesalahan yang kecil.
Umpamanya: “Barangsiapa memakan bawang putih pada malam Jum’at, maka hendaklah
dia masuk Neraka selama tujuh puluh tahun.”
3)        Matannya bertentangan dengan akal, al-Qur’an dan Hadis yang lebih kuat.
4)        Bertentangan dengan kaidah kedokteran.
BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
1.         Pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) adalah Hadis yang diciptakan dan dinisbatkan
kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat atau mengada-adakan sementara
Rasulullah SAW tidak pernah melakukan, mengatakan maupun menetapkannya.
2.         Sejarah munculnya hadis ada 3 pendapat yaitu:
1)        Menurut Ahmad Amin, bahwa Hadis Palsu terjadi sejak jaman Rasulullah SAW, beliau
beralasan dengan sebuah Hadis yang matannya :
‫من النّار‬ ‫من كذب عل ّي متع ّمدا فليتب ّوأ مقعده‬
“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, dia telah menempah tempatnya
didalam neraka”. Menurutnya Hadis tersebut menggambarkan kemungkinan pada zaman
Rasulullah SAW. telah terjadi pemalsuan Hadis.
2)        Salah al-Din  al-Adlaby menyatakan bahwa pemalsuan Hadis berkenaan dengan masalah
kedunian telah terjadi pada masa Nabi dan dilakukan oleh orang munafik, sedangkan
pemalsuan Hadis berkenaan dengan agama, pada zaman Nabi belum pernah terjadi.
3)        Menurut jumhur muhadditsin, bahwa Hadis telah mengalami pemalsuan sejak jaman
khalifah Ali bin Abi Thalib (setelah tahun 40 H), yaitu setelah terjadinya perpecahan politik
antara kelompok Ali disatu pihak dan Muawiyah dipihak lain, serta kelompok ketiga yaitu
Khawariz.
3.         Sebab-Sebab Terjadinya Pemalsuan Hadis
1)        Faktor politik ketika awal khalifah Ali bin Abi Thalib.
2)        Faktor kesengajaan dari pihak lain untuk menjelekkan ajaran agama islam.
3)        Sikap fanatisme buta terhadap bangsa, suku, bahasa, daerah dan pimpinan.
4)        Pembuat cerita atau kisah-kisah agar mendapat simpati.
5)        Mempertahankan mahzab mengenai Fiqih dan Ilmu Kalam.
6)        Semangat yang berlebihan dalam beribadah tanpa didasari ilmu pengetahuan.
7)        Mendekati para pengusaha.
4.         Usaha Ulama dalam Menanggulangi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)
1)        Memelihara sanad Hadis.
2)        Pengklasifikasian Hadis dalam sebuah buku tersendiri.
3)        Membuat kaidah-kaidah untuk mengetahui kepalsuan sebuah Hadis.
4)        Mempelajari biografi para perawi untuk dapat mengetahui sifat-sifat para perawi
5)        Di samping itu, perlu juga upaya dari umat Islam secara keseluruhan.
5.         Hadis Maudhu’ bisa dikenali dari tanda-tanda yang ada, baik dari Sanad maupun
Matannya. Terdapatnya lafaz “Humaira”
6.         Ciri-Ciri Hadis Maudhu’ pada Sanad
1)        Perawi itu adalah seorang pembohong yang diketahui oleh orang banyak tentang
kebohongannya
2)        Hadis yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.
3)        Adanya indikasi yang hampir sama dengan pengakuan.
4)        Perawi yang dikenal sebagai seorang pendusta meriwayatkan suatu Hadis seorang diri, dan
tidak ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukum
palsu.
5)        Diantara tanda Hadis Maudhu’ adalah hal yang ada dalam diri perawi dan dorongan-
dorongan psikologismenya.
6)        Hadits maudhu memang yang paling banyak tidak memiliki sanad.
7.         Ciri-Ciri Hadis Maudhu’ pada Matan
1)        Susunannya kalimatnya rancu.
2)        Hadis yang menerangkan dosa dan siksa yang sangat besar atas kesalahan yang kecil.
3)        Matannya bertentangan dengan akal, al-Qur’an dan Hadis yang lebih kuat.
4)        Bertentangan dengan kaidah kedokteran.

B.       SARAN
Kita mestilah berhati-hati dalam menerima sesuatu hadis. Jangan sampai kita tergolong
dalam kalangan pereka-pereka hadis atau menerima apa saja dengan memejam mata. Apa
lagi hadis yang zahirnya kelihatan memuji kedudukan sahabat tetapi sebaliknya mengandungi
benih-benih penghinaan terhadap mereka. Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua.
DAFTAR RUJUKAN

1.      Mukarom Faisal Rosidin Sugiyono. Hadis 1 untuk Kelas XI Madrasah Aliyah Program


Keagamaan, (Solo: PT Wangsa Jatra Lestari, 2012). hlm 2.
2.      Harun Al Rasyid. Pegertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
(http://harunrazor.blogspot.co.id/2011/05/pengertian-hadits-palsu-hadits-maudhu.html).
Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
3.      Nawir Yuslem. Ulumul Hadis.( Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya, 2003). hlm 298 –
313.
4.      Agus Solahudin, Agus Suyadi. Ulumul Hadis. (Bandung: Pustaka Setia, 2008). hlm 170 –
181.
5.      Dede KS,dkk. Hadits Maudhu (Hadis
Palsu) (https://t4f5.wordpress.com/2009/01/25/hadits-maudhu-hadits-palsu/). Diakses pada
hari Minggu 02 Oktober 2016.
6.      Askolan Lubis. Diktat Ilmu Hadis.(Medan:IAIN Sumatera Utara, 2007). hlm 45 – 48.
7.      Nofita Sari. Hadits Palsu dan Sejarah
Munculnya (http://arsitekhijrah.blogspot.co.id/2012/03/hadits-palsu-dan-sejarah-
munculnya.html). Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
8.      Muhammad Syariyansah. Makalah Hadis
Maudhu’ (http://islaminstituthere.blogspot.co.id/2014/12/makalah-hadits-maudhu.html).
Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
9.      Achmad Siddiq An-Nur . Hadis Palsu dan Sejarah Munculnya.
(http://arsitekhijrah.blogspot.co.id/2012/03/hadits-palsu-dan-sejarah-munculnya.html).
Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
10.  Muhammad Hanief Awang Yahaya. Ciri-Ciri Hadis Palsu: Hadis Yang Menggunakan Lafaz
Al-Humaira`. (http://www.darulkautsar.net/darulkautsar-net/hadis-online/lanjutan/hadits-
dhaif-dan-maudhu/ciri-ciri-hadis-palsu-hadis-yang-menggunakan-lafaz-al-humaira.html).
Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
11.  Mohd Yaakub bin Mohd Yunus . Ciri-Ciri dan Asal Usul Hadis Palsu.
(http://akob73.blogspot.co.id/2009/04/ciri-ciri-dan-asal-usul-hadis-palsu.html). Diakses pada
hari Minggu 02 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai