Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


“Penghayatan Nilai-Nilai Hijrah Rasulullah SAW dan Para
Sahabat”

Dosen Pengampu:
YULIANTO, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 5:


1. Zulfatriani
2. Novi siti kodijah

YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) YASNI BUNGO
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
2024
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat
dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul "Penghayatan Nilai-Nilai Hijrah
Rasulullah SAW dan Para Sahabat" terselesaikan dan terimakasih penulis
sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam, bapak
Yulianto, M.Pd, yang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah
yang baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini
dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin.

Muara Bungo, 31 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Nilai Peristiwa Hijrah .................................................................................. 3
B. Nilai Hijrah Untuk Penguatan Karakter ...................................................... 5
C. Nilai Pendidikan dari Peristiwa Hijrah ........................................................ 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9
A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Secara etimologi hijrah, bermakna berpindah tempat atau suasana yang tidak
baik kepada yang lebih baik. Sedangkan secara terminology adalah; Perpindahan
Rasulullah Muhammad saw. bersama pengikutnya dari Kota Mekkah ke Kota
Yasrib yang sekarang Kota Medinah yang di laksanakannya pada tahun 622 M yaitu
tiga belas tahun selepas Rasulullah Muhammad saw diutus Allah menjadi Rasul-
Nya.1
Hijrahnya Rasulullah Muhammad saw. akibat ketidak senangan kaum Quraisy
Mekkah terhadap dakwah yang dilakukan Rasulullah saw. yaitu; mengajak
masyarakat untuk merubah sikap mental penyembahan dari menyembah berhala
kepada menyembah Allah swt. mentauhidkan Allah, yaitu satu- satunya Tuhan
yang patut disembah yang lainnya tidak pantas. Program mentauhidkan Allah
(monoteisma) ini merupakan sikap hidup (tauhid) para nabi-nabi terdahulu sejak
nabi Adam as, sampai nabi Isa as. Artinya bahwa Muhammad Rasulullah saw.
berjuang untuk melanjutkan atau melestarikan sikap tauhid para rasul sebelumnya.
Oleh sebagian masyarakat Quraisy Mekkah tidak menerima dan menentang dakwah
Rasulullah saw. ini, karena mereka adalah penyembah berhala. Berbagai cara
pendekatan kaum Quraisy untuk menghadang dakwah Rasulullah saw. agar
meninggalkan dakwahnya, namun Rasulullah saw menyatakan dalam
perjuangannya, bahwa menyembah berhala itu tidak sesuai dengan sembahan yang
diperintahkan Allah dan para nabi yang mendahuluinya. Akibatnya muncul
berbagai tindakan yang mengancam kehidupan Rasulullah saw beserta sahabatnya,
mulai dari teror mental (fitnah, caci-maki, pelemparan kotoran) embargo ekonomi
(makanan minuman, jual beli dll) politik (adanya putusan kaum musyrik untuk
membunuh Rasulullah saw.) dan banyak hal yang membuat Rasulullah saw tidak
nyaman hidup di Negeri Makkah saat itu. Dari sekian banyak teror tersebut. Dari
kondisi yang demikian konflik yang dihadapi Rasulullah saw. akhirnya turun

1
Abdul Hakim. Motivasi Hijrahnya Rasulullah Muhammad SAW Dari Makkah Ke Madinah.
(Medan: Jurnal Wahana Inovasi, Vol. 5, No. 2, 2018). Hal. 429.

1
2

perintah Allah agar beliau dan para sahabatnya supaya berhijrah ke Medinah al-
Munawwarah. Perintah Allah ini mereka laksanakan dengan penuh yakin dan sabar
sampai pada tujuan.2
Masyarakat Madinah ternyata sudah menanti kedatangan beliau beserta
sahabatnya, mereka menyambut Rasulullah dengan ungkapan syair: Telah datang
pemimpin yang kami dambakan, yang dapat memberikan kenyamanan dan
kemakmuran bagi kami dst.
B. Rumusan masalah.
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ketahui bahwa rumusan masalah
yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja nilai peristiwa hijrah?
2. Apa saja nilai hijrah untuk penguatan karakter?
3. Apa saja nilai pendidikan dari peristiwa hijrah?
C. Tujuan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar kita dapat mengetahui tentang nilai peristiwa hijrah.
2. Agar kita dapat mengetahui tentang nilai hijrah untuk penguatan
karakter.
3. Agar kita dapat mengetahui tentang nilai pendidikan dari peristiwa
hijrah.

2
Ibid, hal 429.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai Peristiwa Hijrah.
1. Nilai Keridhaan Allah Swt.
Berbagai pertolongan Allah Ta’ala kepada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi
Wasallamadalah bukti bahwa Allah Ta’ala meridhoi semua perjuangan Nabi
Sallallahu ‘alaihi Wasallam. Shahabat utama Abu Bakar r.a. mendampingi
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam dengan penuh keikhlasan dan
kecintaan kepada kekasih-Nya dalam peristiwa hijrah dan semua perjalanan
kekasih-Nya tidak lain tidak bukan hanyalah untuk mendapatkan ridho dari
Allah Ta’ala. Bukti keridhoan Allah Ta’ala kepada Abu Bakar r.a. Allah
Ta’ala memuliakan dengan mengabadikan perannya dalam Al -Qur’an Surah
atTaubah ayat 40. 3
2. Nilai Kedaulatan.
Pasca penaklukan Kota Mekah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam
menegaskan tidak ada lagi perintah hijrah. Kewajiban kaum muslimin
selanjutnya adalah menjaga nilai dan semangat perjuangan hijrah. Salah
satu nilai dari peristiwa hijrah adalah agar kaum m uslimin dapat beribadah
dengan aman, membangun dan memelihara Negara Islam yang berdaulat
dan menyeru (berdakwah) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga
jika ada seorang muslim bermukin di negeri non-muslim namun dapat
melindungi dan memberikan kebebasan kepada seorang muslim untuk
menjalankan ajaran agama dan dakwahnya, maka seorang muslim yang
menetap di sana lebih baik tetap tinggal di negeri tersebut dan tidak
berkewajiban untuk berhijrah. 4
3. Nilai Ikhtiar
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam memberikan contoh kepada
umatnya untuk berikhtiar maksimal dalam meraih keberhasilan

3
Ahmad Ridho. Sejarah Hijrah Dalam Kajian Pemikiran Islam Modern. (Sulawesi Tenggara:
Jurnal Tafsir, Hadis dan Teologi, Vol. 3, No. 1, 2023). Hal. 6.
4
Ibid, hal 6.

3
4

(keberhasilan hijrah). Semua jenis ikhtiar harus tetap menyandarkan dan


menyerahkan urusan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 5
4. Nilai Keberanian
Kesediaan Ali ibn Abi Thalib untuk tidur di pembaringan Rasulullah
Sallallahu ‘alaihi Wasallam pada malam beliau hendak melakukan hijrah,
tak lain merupakan satu tindakan luhur yang menunjukkan betapa besarnya
keberanian seorang yang dilandaskan kepada keimanan. Tercatat, ada
beberapa tokoh muda yang meioiki peran penting dalam melancarkan
pelaksanaan hijrah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam termasuk Ali ibn
Abi Thalib. 6
5. Nilai Ketauladanan
Peristiwa hijrah mengajarkan kepada kaum muslimin akan nilai
keteladanan dari Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam, diantaranya:
pertama, akhlak Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam terpuji tanpa cela,
bahkan sebelum diangkat menjadi rasul sudah mendapat gelar al-amîn.
Kedua, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam memiliki karakter yang
tahan uji, tangguh, ulet, sederhana dan bersemangat baja. 7
6. Nilai Persamaan Derajat
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam dalam pergaulan sehari -hari,
bersikap sama terhadap semua orang. Tutur sapanya, lemah lembutnya,
senyum manisnya, tidak berbeda antara satu dengan yang lain. Antara yang
kaya dan yang miskin, antara yang lemah dan yan g kuat, antara musuh dan
sahabat. Ia tidak pernah menghardik, menghina, atau bermuka masam
kepada siapapun. 8
7. Nilai Kebersamaan
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam dalam menggerakkan orang
berbuat tidak hanya memberikan perintah, tetapi ia sendiri ikut terjun
memberikan contoh. Ketika masyarakat Madinah membangun masjid Kubah

5
Ibid, hal 6.
6
Ibid, hal 6.
7
Ibid, hal 7.
8
Ibid, hal 7.
5

yang sekaligus pula akan menjadi tempat kediamannya, ia ikut


menyingsingkan lengan baju dan jubahnya untuk mengangkut tanah liat
yang akan dijadikan sebagai dinding masjid. 9
8. Nilai Kemaslahatan Umat
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam sangat memikirkan
kepentingan dan keselamatan umatnya Ketika sikap permusuhan kafir
quraisy sudah sampai pada tahap sadistis, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi
Wasallam memerintahkan sebagian kaum muslimin berhijrah ke Ab besynia
demi keselamatan iman dan fisik mereka, sedangkan Rasulullah Sallallahu
‘alaihi Wasallam beserta beberapa orang sahabat lain termasuk Abu Bakar,
Umar, dan Ali tetap tinggal di Mekah menghadapi segala macam cobaan
dan resiko. 10
9. Nilai Musyawarah
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam selalu bermusyawarah dalam
hal-hal yang mengatur hubungan antar manusia, mu’âmalah atau hal -hal
yang bersifat duniawi, yang tidak ada ketentuan langsung dari Allah Ta’ala.
Sikap ini ditunjukkan dengan mendengar pendapat dan saran orang lain. 11
B. Nilai Hijrah Untuk Penguatan Karakter.
Belajar dari peristiwa hijrah Nabi, kontekstualisasi untuk implementasi
gerakan dakwah Muhammadiyah berkemajuan harus bersinergi antara
penguatan karakter personal dan karakter organisasional serta integrasi
antara keduanya. Penguatan karakter personal bermakna penguatan yang
berkaitan ciri- ciri gambaran keadaan individu yang sebenarnya serta
pembeda dengan individu yang lain. Dimensi karakter personal meliputi
kepribadian, persepsi, sikap, kemampuan, kebutuhan, kepercayaan,
pengalaman, dan pengharapan. Penguatan karakter organisasional berkaitan
dengan karakter kepribadian seseorang dalam berhubungan dengan
bagaimana hidup di organisasi dengan perannya kepada lingkungan sosial.

9
Ibid, hal 7.
10
Ibid, hal 7.
11
Ibid, hal 7.
6

Penguatan karakter personal dalam proses hijrah dicontohkan oleh


Rasulullah SAW seperti nilai karakter keteguhan niat, ikhtiar yang
sungguh-sungguh, pengorbanan, ketahanan diri, kebulatan tekad, kesabaran
dan keihlasan. Kandungan hijrah Nabi pada muatan pe ndidikan ideologi.
Mulai dari perencanaan yang matang, perjalanan yang berliku, dan beberapa
tempat destinasi hijrah yang dilandasi oleh kesucian, keteguhan hati,
komitmen, keberanian serta semangat berkorban dengan resiko bermuara
pada upaya perjuangan membangun dan memajukan masyarakat Madinah. 12
Nilai-nilai penguatan karakter organisasional dari peristiwa hijrah
dicontohkan oleh Rasulullah yang memberikan kepercayaan dan tugas
kepada para sahabat (Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib). Kepercayaan
Rasulullah kepada Ali bin Abi thalib dipercaya untuk m enggantikan tidur
di tempat tidur Abu Bakar bertugas sebagai pemasok informasi dan
melakukan monitoring orang-orang kafir Quraisy Mekah. Asma' putri Abu
Bakar berperan menyiapkan logistik dan semua bekal perjalanan dari tempat
transitnya di Gua Tsur menuju Madinah. Rasulullah mencontohkan karakter
keberanian dan ideologi yang teguh. Allah berfirman "Janganlah engkau
bersedih hati, Allah selalu membersamai kita" (QS At- Taubah 9:40).
Kekuatan ideologi mendasari keyakinan dan membawa ketenangan hati
karena tertancap bahwa pembela, pengawal, dan penolong perjuangan hanya
Allah SWT. Perjalanan hijrah mengajarkan pula dari peristiwa penunjukan
pemandu jalan dari orang Yahudi yang bernama Abdullah bin Uraiqith al -
Laitsi. Tauladan terbuka didapatkan dari buah pembe lajaran hijrah bahwa
kekuatan berbagai suku, bahasa, budaya, dan agama akan terbangun
karakter positif. Komitmen, semangat membangun, rela berkorban, dan
pantang mengkhianati bangsanya menjadi pembelajaran karakter hijrah
Nabi. Karakter hidup dalam mensikapi pluralitas dan multikultural
dicontohkan oleh kaum muhajirin. Sambutan terhadap kaum Anshor
menunjukkan jiwa menghargai dan rasa persatuan, persaudaraan dan

12
Casmini. Penguatan Karakter Anggota ‘Aisyiyah Melalui Penyuluhan Nilai-nilai Hijrah
Rasulullah. (Yogyakarta: Jurnal Surya Masyarakat, Vol. 2, No. 2, 2020). Hal. 130.
7

kebersamaan yang diutamakan. Semangat juang, loyalitas dan keyakinan


dari buah kesadaran yang tertanam membuktikan peradaban Islam
terbangun di Madinah. Tauladan Rasulullah tertanam melalui perjalanan
hijrah bahwa kesulitan dan seberat apapun tantangan serta resiko kehidupan
akan mudah dilalui dengan keteguhan pikiran, perasaan dan perilaku. 13
C. Nilai Pendidikan dari Peristiwa Hijrah.
1. Peningkatan Trilogi Kecerdasan.
Penghayatan terhadap makna hijrah seperti yang telah dipaparkandi
atas akan berpengaruh terhadap peningkatan tiga model kecerdasan
anakdidik. Hal ini tentu harus didukung oleh berbagai latihan dan
pengembangan potensi lain yang memungkinkan kecerdasan
tersebutberkembang. Latihan tersebut tidak hanya dengan penghayatan
ajaranagama saja, tetapi juga amalan-amalan sosila manusia lainnya
yangmemungkinkan timbulnya aktifitas sosial kemanusia dalam pribadi
anak. Dalam bagian ini terdapat tiga aspek kecerdasan manusia yang
dikemukakan oleh para ahli, ketiga kecerdasan tersebut adalahkecerdasan
Intelektual, kecerdasan Emosionla, dan kecerdasan Spritual. 14
2. Muhasabah (Intropeksi Diri)
Kemampuan mengoreksi diri adalah keniscayaan bagi setia pindividu
agar dapat membentuk pola pikir dan kepribadian yang lebih sempurna.
Tidak ada orang yang hidup di dunia ini memiliki kesempurnaan penuh
tanpa kesalahan. Setiap orang pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang
yang berbuat salah adalah mereka yang berusaha memperbaiki
kesalahannya dan menjadikan kesalahan itu sebagai pelajaran, semua orang
mampu mengaca diri asalkan ia mampu membuka hati dan berlapang dada
untuk mengambil sesuatu yang berharga dari kesalahan yang
dilakukannya. 15

13
Ibid, hal 131.
14
Lismijar. Nilai-Nilai Edukasi Dalam Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW. (Aceh: Jurnal
Mimbar Akademika, Vol. 3, No. 1, 2018). Hal. 11.
15
Ibid, hal 15.
8

Mengaca diri perlu dilakukan sebelum insan memberikan penilaian


kepada orang lain sering kali individu menilai orang lain berdasarkan
perspektif yang sempit yang dibatasi dengan kepentingan sepihak
danegoisme. Penilaian seperti ini menimbulkan salah sangka yang berujung
pada ketidakharmonisan kehidupan bersama. Menganggap diri sendiri
sebagai pemegang otoritas kebenaran adalah sifat yang keliru ini
menimbulkan ketimpangan dalam bersikap dan bertindak yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Intropeksi adalah peninjauan atau
koreksi terhadap sikap, perbuatan, kelemahan dan kesalahan diri. Intropeksi
merupakan salah satu bentuk analisis kritis terhadap apa yangtelah
diucapkan atau dilakukan, yang bermuara pada mawas diri, tidak
mengedepankan kelakuannya dan tidak menafikan eksistensi orang lain.
3. Visioner (Penuh Pertimbangan)
Dalam situasi dunia yang demikian kompleks muncul
pertanyaantentang keberadaan dan posisi remaja, latar pendidikannya,
kapasitas danjati dirinya dan cita-cita remaja dimasa depan dari semua ini
bertujuan untuk mempersiapkan remaja agar menjadi kelompok vis ioner
yang mengimplementasikan nilai lahirnya dan insaniah dalam kehidupan
yang manusiawi, berada dan bermartabat. 16

16
Ibid, hal 16.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari pemaparan materi di atas, maka dapat kami simpulkan bahwa
penghayatan nilai-nilai hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat merupakan hal
yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Hijrah merupakan peristiwa
bersejarah ketika Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya meninggalkan
Kota Mekah yang dipenuhi dengan tekanan dan kekerasan menuju Kota Madinah
untuk memperjuangkan agama Islam. Nilai-nilai hijrah yang dapat dipelajari dan
dihayati dari peristiwa tersebut antara lain adalah keimanan dan ketakwaan yang
teguh, keberanian, keteguhan hati dalam menghadapi ujian, kesabaran dan
ketabahan dalam menghadapi cobaan dan perlawanan, serta kecintaan kepada
sesama umat Islam dan solidaritas untuk membangun komunitas yang kuat.
Penghayatan nilai-nilai hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat tidak hanya
sebatas mengingat sejarah, tetapi juga sebagai inspirasi dan tauladan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, meneguhkan keyakinan, serta menghadapi
berbagai tantangan dengan sikap yang mulia dan penuh keteguhan seperti yang
telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya pada saat itu.
B. Saran.
Saran yang dapat pemakalah sampaikan adalah dengan membaca makalah ini
diharapkan kita semua dapat memahami dengan baik mengenai materi makalah kali
ini.
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu selaku
penyusun makalah ini menerima kritik dan saran agar untuk pembuatan makalah
kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

9
DAFTAR PUSTAKA
Casmini. Penguatan Karakter Anggota ‘Aisyiyah Melalui Penyuluhan Nilai-nilai
Hijrah Rasulullah. Yogyakarta: Jurnal Surya Masyarakat, Vol. 2, No. 2,
2020.
Hakim, Abdul. Motivasi Hijrahnya Rasulullah Muhammad SAW Dari Makkah Ke
Madinah. Medan: Jurnal Wahana Inovasi, Vol. 5, No. 2, 2018.
Lismijar. Nilai-Nilai Edukasi Dalam Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW.
Aceh: Jurnal Mimbar Akademika, Vol. 3, No. 1, 2018.
Ridho, Ahmad. Sejarah Hijrah Dalam Kajian Pemikiran Islam Modern. Sulawesi
Tenggara: Jurnal Tafsir, Hadis dan Teologi, Vol. 3, No. 1, 2023.

10

Anda mungkin juga menyukai