Anda di halaman 1dari 21

TUGAS kelompok

TENTANG:
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN

MATA KULIAH:
FILSAFAT ILMU
Oleh
1. Arfia Lestari ( 18205003)
2. Ceci Raflis ( 18205004 )
3. Nirfit Datul Azizah ( 18205024)
4. Ririn Yulanda ( 18205041 )
5. ROMY. Y.S ( 18205042 )

Dosen Pembimbing: Dr. Ali Asmar, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA (S2) PENDIDIKAN


MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

1
Bismillahirahmanirrahiim,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar
kita tidak merasa kesulitan. Salawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia
sampai akhir zaman.

Makalah yang berjudul “Cara Mendapatkan Pengetahuan” ini, disusun sebagai


salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi tidak
luput dari kendala yang begitu banyak.

Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis, Amin yarobbal ‘alamiin.

                                                            Padang, September 2019

                                                            Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

A. Hakikat Pengetahuan......................................................................................5
B. Jenis-jenis Pengetahuan .................................................................................7
C. Tujuan Pengetahuan.......................................................................................9
D. Metode Ilmiah................................................................................................9

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-
sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk
kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk
mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang
menyelimuti kehidupan.
Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih adalah
pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia merupaka makhluk yang berakal budi
yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan akal budinya, manusia mampu
mengembangkan kemampuan yang spesifik manusiawi, yang menyangkut daya cipta, rasa
maupun karsa. Pada pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan tentang
pengetahuan dan ukuran kebenaran, yang meliputi hakikat pengetahuan, jenis-jenis
pengetahuan, untuk apa pengetahuan itu digunakan, serta apa itu metode ilmiah serta
lanngkah-lanngkahnnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimanakah hakikat pengetahuan?
2. Apa saja jenis-jenis pengetahuan?
3. Untuk apa pengetahuan ?
4. Apa itu metode ilmiah dan bagaimanakah langkah-langkahnya?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
1. Mengetahui tentang hakikat pengetahuan.
2. Mengetahui jenis-jenis pengetahuan.
3. Mengetahui manfaat pengetahuan.
4. Mengetahui tentang metode ilmiah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
objek tertentu, didalamnya juga termasuk ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan
yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan
agama. Bahkan seorang anak kecilpun sudah mempunyai berbagai pengetahuan sesuai
dengan tahap pertumbuhan dan kecerdasannya.
Pengetahuan merupakan suatu khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak
langsung turut memperkaya kehidupan kita, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban
dari berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
Secara umum, hakikat diartikan sebagai sesuatu yang inti, yang sebanarnya, yang sejati,
yang tak dapat berubah pengertiannya tentang sesuatu. Hakikat berasal dari bahasa
Arab haqîqah (jamaknya haqâiq) dengan kata dasar haq, yaitu nyata, pasti, tetap yang
diterjemahkan sebagai kebenaran, kenyataan, keaslian.
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Secara terminologi dikemukakan
beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa
yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.
Jadi, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus
filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia
secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan dalam arti luas berarti semua
kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam artian sempit pengetahuan hanya
berarti putusan yang benar dan pasti.
Pengetahuan memiliki makna yang lebih radikal. Namun, pengetahuan bukan hanya
penyatuan antara subjek dan objek, akan tetapi pengetahuan merupakan integrasi keduanya
yang bersifat mendalam. Artinya, pengetahuan adalah segenap pengetahuan kita tentang
suatu objek tertentu termasuk kedalamnya adalah ilmu dan dari pengetahuan itu kita bisa
membuat sebuah keputusan
Orang sering menyebutkan secara bersama-sama antara ilmu dan pengetahuan sebagai
satu istilah. Ada yang berpendapat bahwa keduanya memiliki kaitan proses. Namun, ada juga
yang memisahkan dan membedakan pengertian antara keduanya. Mohammad Adib
5
menyebutkan beberapa diantaranya yaitu, seorang filsuf John F. Kemeny. Ia menggunakan
ilmu dalam arti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah
Bagi Charles Singer ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan. Sedangkan Harold
H. Titus mengatakan bahwa banyak orang telah mempergunakan ilmu untuk menyebut suatu
metode guna memperoleh pengetahuan yang obyektif dan dapat diperiksa kebenarannya.
Dalam filsafat Islam, hakikat pengetahuan memiliki pengertian tersendiri. Pada
umumnya para filsuf muslim hampir mirip dengan Fenomenalisme Kant. Mereka tidak
mendewakan akal ataupun inderawi, tetapi mengakui potensi dan eksistensi keduanya untuk
mengetahui hakekat tentang segala sesuatu termasuk pengetahuan. Para filsuf muslim masa
skolastik mulai dari Al-Kindi hingga Ibnu Rusyd atau yang lebih dikenal dengan Averoes
memiliki pandangan bahwa pengetahuan pada hakekatnya datang dari Allah. Adapun semua
potensi yang ada pada manusia baik akal, indera, hati, maupun jiwa sama-sama penting dan
berperan serta secara bersama-sama untuk menemukan hakekat tentang segala sesuatu.
Pengetahuan yang diperoleh oleh akal, indera, hati, dan jiwa kebenarannya bersifat subyektif
dan sementara, oleh karenanya harus disesuaikan dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.
Al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan petunjuk yang diberikan oleh Allah untuk
membimbing manusia menuju hakekat dan menemukan kebenaran. Karena keduanya berasal
dari Allah maka kebenaran dan pengetahuan yang tercakup di dalam keduanya merupakan
pengetahuan dan kebenaran yang berlaku sepanjang masa. Untuk itulah pengetahuan yang
diperoleh oleh potensi manusia tersebut harus disesuaikan dengan petunjuk wahyu yang
berupa al-Qur’an dan as-Sunnah.
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang
mengenal sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur
yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya
itu. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran
untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya
sebagai hal yang diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil pengetahuan
manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang
dihadapinya,atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

B. Jenis-jenis Pengetahuan
Menurut Plato jenis pengetahuan itu dibagi menurut tingkatan-tingkatan pengetahuan
sesuai dengan karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut: 

6
1. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini
isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta
kenikmatan manusia. Pengetahuan dalam tingkatan ini misalnya seseorang yang
mengkhayal bahwa dirinya pada saat tertentu mempunyai rumah yang mewah,besar
dan indah,serta dilengkapi dengankendaraan dan lain-lainsehingga khayalannya itu
terbawa mimpi. Di dalam mimpinya, ia betul-betul merasa mempunyai dan
menempati rumah itu. Apabila seseorang dalam keadaan sadar dan menganggap
bahwa khayal dan mimpinya betul-betul berupa fakta yang ada dalam dunia
kenyataan.
2. PengetahuanPistis (Substansial)
            Pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan
atau hal-hal yang dapat diindrai langsung. Objek pengetahuan pistis biasanya
disebut zooya karena isi pengetahuan semacam ini mendekati suatu keyakinan
(kepastian yang bersifat sangat pribadi atau kepastian subjektif) dan pengetahuan ini
mengandung nilai kebenaran apabila mempunyai syarat-syarat yang cukup bagi
suatu tindakan mengetahui, misalnya mempunyai pendengaran yang
baik,penglihatan yang normal, serta indra yang normal.
3. Pengetahuan Dianoya (matematik)
            Pengetahuan ini ialah tingkatan yang ada didalamnya sesuatu tidak
hanya terletak pada bagaimana cara berfikirnya. Contoh yang dituturkan oleh plato
tentang pengetahuan ini ialah para ahli matematika atau geometri,dimana objeknya
adalah matematik yakni sesuatu yang harus diselidiki dengan akal budi dengan
melalui gambar-gambar,diagram kemudian ditarik hipotesis. Hipotesis ini diolah
terus hingga sampai pada kepastian. Dengan demikian dapat dituturkan bahwa
bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak
berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas,isi,jumlah,berat
yang  semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir
karenanya pengetahuan ini disebut pengetahuan pikir.

4. Pengetahuan Noesis (filsafat)


Plato menerangkan tentang  pengetahuan ini adalah hampir sama dengan
pengetahuan pikir, tetapi tidak lagi menggunakan pertolongan gambar,diagram
melainkan dengan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak. Tujuannya adalah untuk

7
mencapai prinsip-prinsip utama yang isinya hal-hal yang berupa kebaikan,
kebenaran, dan keadilan.
Jenis-jenis pengetahuan menurut Burhanuddin salam pengetahuan yang
dimiliki manusia itu ada empat yaitu:
1. Pengetahuan Biasa
Adalah pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilahcommon
sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di
mana ia menerima secara baik.
2. Pengetahuan Ilmu
Adalah ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang
sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective
thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia
factual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, 
eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu obkektif dan menyampingkan unsur
pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh
sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif), karena dimulai dengan fakta.
3. Pengetahuan Filsafat
            Pengetahuan manusia itu ada tiga yaitu pengetahuan sains,pengetahuan
filsafat dan pengetahuan mistik.Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang
berdasarkan logika.[9] Pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. kalau ilmu hanya pada satu
bidang pengetahuan yang sempit ,filsafat membahas hal yang lebih luas dan
mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis,
sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
4. Pengetahuan Agama
            Adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para
utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beebrapa hal yang pokok, yaitu ajaran
tentang cara berhubungan dengan tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan
vertical dan cara berhubungan dengan sesame manusia, yang sering juga disebut
dengan hubungan horizontal.

8
C. Tujuan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan mempunyai beberapa tujuan, dan sebagaimana oleh para ilmuwan,
tujuan itu dibagi menjadi tujuan secara teoritis dan praktis

1. Secara praktis
Oleh karena ilmu pengetahuan merupakan suatu aktifitas kognitif yang harus
mematuhi berbagi kaidah pemikiran yang logis, maka metode ilmiah juga berkaitan
sangat erat dengan logika. Dengan demikian, prosedur-prosedur yang tergolong
metode logis termasuk dalam pula ruang lingkup metode ilmiah. Ini misalnya ialah
deduksi, abstraksi, penalaran analogis, dan analisis analogis.
2. Secara teoritis
Pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif,
juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan
dalam melakukan aktifitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu
melayani suatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan
demikian, ilmu adalah aktivitasa manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapay
bermacam-macam sesuai apa yang diharapkan oleh masing-masing ilmuwan.
D. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur yang digunakan dalam mendapatkan yang disebut
ilmu yang berupa langkah-langkah tertentu. Metode ilmiah menjadi syarat bagi suatu
pengetahuan agar dapat disebut sebagai ilmu. Dengan metode ilmiah, diharapkan
pengetahuan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu
sifat rasional dan teruji yang memungkinkan pengetahuan yang disusun merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan.

1. Sifat metode ilmiah


a. Sistematik, berisi langkah-langkah/kegiatan yang tersusun dalam urutan yang
teratur.
b. Eksplisit, tidak terselubung, sifat ini memungkinkan terjadinya komunikasi yang
intensif dalam kalangan masyarakat keilmuan.
2. Cara berpikir metode ilmiah
Dalam menyusun pengetahuan, metode ilmiah mengembangkan dua cara
berpikir:

9
a. Berpikir deduktif
Cara berpikir yang memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah
dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang yang telah dikumpulkan
sebelumnya. Penjelasan yang bersifat rasional dengan kriteria kebenaran
koherensi ini (suatu pernyataan benar, jika pernyataan tersebut obyektiv dan
reliabel), tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan
hakikat rasionalisme yang bersifat pluralistic, dimungkinkan disusunnya berbagai
penjelasan tentang suatu obyek .
b. Berpikir induktif
Cara berpikir yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi (suatu
pernyataan dianggap benar, bila materi yang terkandung dalam pernyataan
tersebut bersesuaian dengan obyek faktual yang dituju).
3. Langkah-langkah Metode Ilmiah
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah (logico-hypothetico-verifikasi)
dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam
kegiatan ilmiah, langkah-langkah tersebut adalah:
a. Perumusan masalah
Pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat
diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait didalamnya
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin ada antara berbagai
faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Disusun
secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan
c. Perumusan hipotesis
Jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan, materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan
d. Pengujian hipotesis
Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk
memperlihatkan ada/tidaknya hubungan antara fakta-fakta yang mendukung hipotesis.
Dalam pengujian hipotesis,dilakukan hal-hal berikut:
1) Menyatakan asumsi-asumsi penelitian.

10
Asumsi merupakan landasan dasar yang memberikan petunjuk penafsiran
kesimpulan yang akan didapat. Sebagai contoh, jika melakukan penelitian tentang
kecepatan membaca siswa SD, maka Asumsinya semua siswa SD dapat membaca
2) Membuat rancangan penelitian.
Rancangan penelitian merupakan suatu bentuk strategi mengatur latar
penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik
variabel dan tujuan penelitian sehingga mendapatkan validitas internal yang
maksimal. Validitas internal adalah mempertanyakan apakah faktor-faktor
penyebab (variabel bebas) benar-benar memberikan perubahan terhadap faktor
akibat (variabel terikat)
3) Menetapkan populasi dan sampel
Langkah ini merupakan strategi pengaturan latar penelitian agar peneliti
memperoleh jumlah data yang memadai sesuai dengan karakteristik variabel dan
tujuan penelitian sehingga mendapatkan validitas eksternal yang maksimal.
Validitas eksternal mempertanyakan efek keluar dari kesimpulan yang akan
diperoleh, apakah berlaku secara loka, regional atau universal.
4) Mengembangkan instrumen penelitiankan
Merupakan strategi untuk mendapatkan data yang benar sehingga
mendapatkan hasil pengujian hipotesisi yang maksimal
5) Menetapkan metode pengumpulan data
Adalah metode tentang bagaimana cara untuk mendapatkan data yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Apakah melalui eksperimen, wawancara, angket dll
6) Pemilihan cara analisa data
Langkah ini merupakan salah satu langkah penting yang mengarahkan peneliti
kepada penarikan kesimpulan yang benar, sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilakukan dan berhubungan dengan hipotesis yang telah diajukan.
e. Penarikan kesimpulan
Penilaian apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.Hipotesis yang
diterima dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, karena telah memenuhi
persyaratan keilmuan: (a) kerangka penjelasan yang konsisten dan (b) teruji
kebenarannya(secara pragmatis).

11
Langkah-langkah metode ilmiah sebagai berikut:

1. Ask a question,
Metode ilmiah dimulai dengan mengajukan pertanyaan tentang sesuatu yang di
amati: Bagaimana, Apa, Kapan, Siapa, Mengapa, atau mana?. Dan, agar metode
ilmiah dapat menjawab pertanyaan itu, pertanyaannya harus tentang sesuatu yang
dapat diamati dan diukur
2. Do Background Research
Dari awal dalam menyusun rencana untuk menjawab pertanyaan dengan
menggunakan penelitian kepustakaan dan internet untuk membantu menemukan
caraterbaik untuk melakukan hal-hal dan memastikan bahwa tidak mengulangi
kesalahan dari masa lalu.
3. Construct a Hypothesis,
Hipotesis adalah dugaan yang dibuat tentang bagaimana sesuatu bekerja:
"Jika _____[saya melakukan] ini _____, kemudian _____[ini ]_____ ini akan
terjadi."
Anda harus menyatakan hipotesis Anda dengan cara yang Anda dapat dengan
mudah mengukur, dan tentu saja, hipotesis Anda harus dibangun dengan cara untuk
membantu Anda menjawab pertanyaan asli Anda.
4. Test Your Hypothesis by Doing an Experiment,
Tes percobaan Anda apakah hipotesis Anda benar atau salah. Hal ini penting
untuk percobaan Anda untuk menjadi ujian yang adil. Anda melakukan tes adil
dengan memastikan bahwa Anda mengubah hanya satu faktor pada waktu saat
menjaga semua kondisi lain yang sama.

12
Anda juga harus mengulang percobaan beberapa kali untuk memastikan bahwa
hasil pertama bukan hanya kecelakaan.
5. Analyze Your Data and Draw a Conclusion,
Setelah percobaan selesai, Anda mengumpulkan pengukuran dan analisis
mereka untuk melihat apakah hipotesis Anda benar atau salah.
Para ilmuwan sering menemukan bahwa hipotesis mereka adalah palsu, dan dalam
kasus seperti itu mereka akan membangun hipotesis baru memulai seluruh proses
metode ilmiah lagi. Bahkan jika mereka menemukan bahwa hipotesis mereka
benar, mereka mungkin ingin menguji lagi dengan cara baru.
6. Communicate Your Results,
Untuk menyelesaikan proyek ilmu pengetahuan adil Anda, Anda akan
mengkomunikasikan hasil-hasil Anda kepada orang lain dalam laporan akhir dan /
atau papan layar. Profesional ilmuwan melakukan hamper semua hal yang pesrsis
sama dengan menerbitkan laporan akhir mereka dalam jurnal ilmiah atau dengan
menyajikan hasil mereka pada poster di pertemuan ilmiah.
Struktur pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diproses dengan metode ilmiah
dan memenuhi syarat-syarat keilmuan (Jujun, 2005). Sedangkan menurut Peursen,
pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang terorganisasi dengan sistem dan metode
berusaha mencari hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala (Bakker,1990).
Piaget juga mendefenisikan pengetahuan ilmiah sebagai hasil penyesuaian terhadap
kenyataan, yang menggambarkan latar belakang hayati maupun kejiwaan dari ilmu
(Peursen, 2003). Dari berbagai defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan hasil penyesuaian terhadap kenyataan yang
diperoleh dengan metode ilmiah dan memenuhi syarat-syarat keilmuan. Oleh karena
itu, pengetahuan ilmiah sering diistilahkan dengan ilmu.
Dalam kaitannya dengan pengetahuan dan metode ilmiah, Gie (1997)
menyatakan bahwa ilmu adalah kesatuan antara pengetahuan, aktivitas, dan metode.
Ketiga hal tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Ilmi
harus diusahakan dengan aktivitas, aktivitas harus dilaksanakan dengan metode
tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang
sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara aktivitas, metode, dan pengetahuan
menyusun suatu ilmu. Hubungan ketiganya dapat digambarkan dengan bagan sebagai
berikut: Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan

13
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Sesuatu yang ilmiah itu
mempunyai sifat tidak absolut. Kebenaran ilmiahnya terbatas hingga sesuatu yang
ilmiah dapat disangkal atau disanggah dan diperbaiki.
Ginzburg berpendapat bahwa ilmu dalam pengertiannya sebagai pengetahuan
merupakan suatu sistem pengetahuan sebagai dasar teoritis untuk tindakan praktis.
Sedangkan Nagel menyatakan ilmu adalah suatu sistem penjelasan mengenai saling
hubungan diantara peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, ilmu sebagai sekumpulan
pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau
dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberi penjelasan yang
termaksud. Saling keterkaitan diantara segenap komponen itu merupakan struktur dari
pengetahuan ilmiah (Gie, 1997).
Struktur pengetahuan ilmiah mencakup:
1. Objek sebenarnya:
a. Objek material: Ide abstrak,  Benda fisik, Jasad hidup, Gejala rohani, Peristiwa
sosial, Proses tanda.
b. Objek formal: Pusat perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap fenomena
itu
2. Bentuk pernyataan
a. Deskripsi: Bersifat deskriptif dengan memberikan pemerian mengenai bentuk,
susunan dll
b. Preskripsi: Memberikan petunjuk atau ketentuan apa yang sebaiknya
berlangsung
c. Eksposisi Pola: Merangkum pernyataanpernyataan yang memaparkan pola-
pola
d. Rekonstruksi historis: Menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang
diperlukan dalam pertumbuhan sesuatu pada masa lampau
3. Ragam proposisi: Bentuk pernyataan yang lain, terutama ditemukan pada cabang
ilmu yang lebih dewasa
4. Ciri pokok: Ilmu sama, tidak tergantung siapa yang menemukan/ mengungkapkan.
Ilmu bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika.
Ilmu dapat diuji kebenarannya; Kebenarannya tidak bersifat individual; Ilmu dapat
digunakan oleh semua orang.

14
5. Pembagian sistematis: Sejarah dan Filsafat Ilmu,  ilmu Fisis, ilmu bumi, ilmu
biologis, ilmu kedokteran dan disiplin-disiplin yang tergabung,  Ilmu-ilmu sosial
dan psikologi, ilmu teknologis
Menurut Gie (1997), sistem pengetahuan ilmiah mencakup empat kelompok unsur,
yaitu sebagai berikut:
1. Jenis-jenis sasaran
Setiap cabang ilmu khusus mempunyai sasaran atau objek sebenarnya (proper
object) yang dapat dibedakan menjadi objek material dan objek formal. Objek
material adalah fenomena di dunia ini yang ditelaah oleh ilmu, sedangkan objek
formal adalah pusat perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap pengetahuan
tersebut. Suteja berpendapat, objek material (material object) ilmu pengetahuan
ialah seluruh lapangan bahasan yang dijadikan objek penyelidikan ilmu
pengetahuan.
Sedangkan objek formal ilmu pengetahuan ialah objek material yang menjadi
fokus status ilmu, sehingga yang membedakan ilmu pengetahuan yang satu dan yang
lainnya adalah jika ilmu pengetahuan mempunyai objek material yang sama.
Apabila kebetulan objek materianya sama maka yang membedakan adalah objek
formalnya, yaitu sudut pandang tertentu yang menentukan macam atau jenis ilmu
pengetahuan.
Penggabungan antara objek material dan objek formal merupakan pokok soal
tertentu yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah yang merupakan objek yang
sebenarnya dari cabang ilmu yang bersangkutan.
2. Bentuk-bentuk pernyataan
Suatu fenomena sebagaimana ditentukan oleh pusat perhatian ilmuwan
menjadi objek sebenarnya dari suatu cabang ilmu. Berbagai keterangan mengenai
objek sebenarnya itu dituangkan dalam pernyataan-pernyataan. Kumpulan
pernyataan yang memuat pengetahuan ilmiah dapat mempunyai empat bentuk.
a. Deskripsi
Ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak dekripsif dengan
memberikan pemerian mengenai bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal terperinci
lainnya dari fenomena bersangkutan. Bentuk ini umumnya terdapat pada cabang-
cabang ilmu khusus yang terutama bercorak deskriptif, misalnya anatomi dan
geografi.

15
b. Preskripsi
Ini merupakan kumpulan pernyataan bercocak preskriptif dengan
memberikan petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang
perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan objek
sederhana itu.
c. Eksposisi pola
Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola
dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomena
yang diteliti.
d. Rekonstruksi Historis
Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang berusaha
menggambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang
diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh lebih baik
secara alamiah atau karena campur tangan manusia.
3. Ragam-ragam proposisi
Selain preposisi, terdapat proposisi-proposisi yang dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Asas Ilmiah
Suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung
kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
b. Kaidah Ilmiah
Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah
proposisi yang mengungkapkan hubungan tertib yang dapat diperiksa
kebenarannya diantara fenomena sehingga umumnya berlaku pula untuk berbagai
fenomena sejenis.
c. Teori Ilmiah
Suatu teori dalam pengetahuan Ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang
saling berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah
fenomena. Menurut Fred Kerlinger, tujuan akhir dari ilmu ialah mencapai teori
yang tidak lain adalah penjelasan-penjelasan terhadap fenomena alamiah. Teori
berupa sekumpulan proposisi yang mencakup konsep-konsep tertentu yang saling
berhubungan. Saling hubungan di antara konsep-konsepitu menyajikan suatu
pandangan yang sistematik tentang fenomena yang bersangkutan sehingga dapat

16
menjelaskan dan meramalkan fenomena itu. Lachman menyatakan bahwa teori
mempunyai peranan atau kegunaan sebagai berikut :
1) Membantu mensistematiskan dan menyusun data maupun pemikiran
mengenai data sehingga tercapai pertalian yang logis diantara aneka data itu
yang semula kacau balau. Jadi teori berfungsi sebagai kerangka pedoman,
bagan sistematisasi, atau sistem acuan
2) Memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang
semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi.
3) Menunjukkan atau menyarankan arah-arah untuk penyelidikan lebih lanjut.
Dalam menerangkan fenomena-fenomena, sebuah teori mungkin mengacu pada
suatu kaidah umum, dalam arti keteraturan atau pada beberapa kaidah seperti itu.
Kaidah-kaidah itu mungkin sudah ditemukan sebelumnya, dan teori itu hanya
mengacu pada kaidah-kaidah itu sebagai diketahui; atau teori dapat terdiri dari saran
bahwa kaidah umum yang sebelumnya tersembunyi menerangkan kejadian yang
bersangkutan. Dalam hal terakhir ini, kaidah yang disarankan mungkin perlu
penguatan lebih lanjut. Teori-teori baru kerap kali menggabungkan referensi kepada
kaidah yang telah lama mapan dengan saran suatu kaidah baru.
Oleh karena itu, sebuah teori tidak pernah merupakan sebuah kaidah; teori
mengacu kepada kaidah-kaidah dan mungkin menyarankan eksistensi kaidah-kaidah
tambahan, tetapi teori sendiri bukan kaidah. Sebaliknya sebuah kaidah bukanlah teori.
Kaidah lebih tepat adalah sebuah fakta.
4. Ciri-ciri fisik
Ciri fisik/pokok dari suatu ilmu berupa ciri sistematisasi, yang selanjutnya
dilengkapi ciri fisik lainnya berupa ciri keumuman (generality), rasionalitas,
obyektivitas, kemampuan diperiksa kebenarannya (verifiability), dan kemampuan
menjadi milik umum (comunality).
Struktur Pengetahuan Ilmiah Menurut Jujun (2005) dalam bukunya Filsafat
Ilmu, yaitu :
a. Asumsi
Asumsi adalah sesuatu yang dianggap sudah benar, tetapi perlu didampingi
dengan fakta empiris.
b. Hipotesa
Hipotesa merupakan suatu perkiraan awal yang belum diuji. Biasanya
hipotesa diambil berdasarkan teori-teori umum yang mendukung.

17
c. Prinsip
Disamping hukum maka teori keilmuan juga mengenal kategori pernyataan
yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku
secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu, yang mampu menjelaskan
kejadian yang terjadi, umpamanya saja hukum sebab akibat sebuah gejala. Prinsip
adalah sesuatu yang mendasari sesuatu yang lain.
d. Teori
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai
suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Tujuan akhir dari tiap disiplin
keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan
konsisten, namun hal ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan saja.Teori
adalah suatu penjelasan yang menjelaskan tentang sesuatu. Akan tetapi teori
masih dapat disanggah atau disangkal.
e. Hukum
Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum-hukum pada
hakikatnya meupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel
atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Hukum adalah teori yang sudah tidak
dapat disanggah atau disangkal lagi. Akan tetapi, apabila terdapat suatu teori yang
lebih umum daripada hukum tersebut, maka hukum tersebut tidak benar lagi dan
digantikan oleh teori yang baru tersebut. Secara mudah maka kita dapat
mengatakan bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan
tentang “mengapa” suatu gejala-gejala terjadi sedangkan hukum memberikan
kemampuan kepada kita untuk meramalkan tentang “apa” yang mungkin terjadi.
f. Aksioma/postulat
Postulat atau aksioma merupakan suatu pernyataan yang sudah tidak perlu
dibuktikan lagi. (dianggap sudah benar). Beberapa disiplin ilmu sering
mengembangkan apa yang disebut postulat dalam menyusun teorinya. Postulat
merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut
pembuktiannya.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode keilmuan adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu yang merupakan
paradigma dari Abad pertengahan. Demikian juga ilmu dapat dibedakan dari apa yang
ditelaahnya serta untuk apa ilmu itu dipergunakan. Pengetahuan merupakan suatu
khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya
kehidupan kita, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban dari berbagai pertanyaan
yang muncul dalam kehidupan.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistemologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu disusun.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Metode ilmiah merupakakan
prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semuah ilmu
pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Kerangka berpikir ilmiah yang
berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-
langkah sebagai berikut;
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan
Dalam kaitannya dengan pengetahuan dan metode ilmiah, Gie (1997) menyatakan
bahwa ilmu adalah kesatuan antara pengetahuan, aktivitas, dan metode. Ketiga hal
tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Ilmi harus

19
diusahakan dengan aktivitas, aktivitas harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan
akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
B. Saran
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk mempelajari filsafat
dengan berbagai macam cabang ilmunya. Karena, dengan cara kerjanya yang bersifat
sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas, menganalisa sesuatu
secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problematika hidup dan kehidupan
manusia serta mampu menjadi perekat antara berbagai macam disiplin ilmu yang
terpisah kaitannya satu sama lain. Dengan demikian, menggunakan analisa filsafat,
berbagai macam disiplin ilmu yang berkembang sekarang ini, akan menemukan kembali
relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi
meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.Manusia dalam berbuat
tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap dari yang telah ditetapkan atau
seharusnya. Apalagi dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis harapkan
dari pembaca, mohon kritik dan sarannya guna perbaikkan penyusunan selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri S, Jujun.. 2007. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka
Harapan

Noor Syam, Muhammad. 2006. FilsafatIlmu. Malang : FIP UM

Sudarminta, J. 2002. Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Dasar. Yogyakarta : Kanisius

Sutomo, Hedi.2009. Filsafat Ilmu Kealaman dan Etika Lingkungan. Malang : UM

Tafsir, Ahmad. 2007. Filsafat Ilmu, mengurai Ontologi, Epistimologi dan aksiologi
Pengetahuan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Zainudin, M. 2006. Filsafat Ilmu, Jakarta: Lintas

https://www.scribd.com/doc/117487200/80511588-makalah-epistemologi-pdf
di akses tanggal 6 Oktober 2016 pukul 16.30.

21

Anda mungkin juga menyukai