Anda di halaman 1dari 14

SAMPUL

MAKALAH
PENGETAHUAN ILMIAH
DOSEN PEMBIMBING : IRWANSYAH S.Pd M.Pd

Oleh : Kelompok Ganjil

Muhammad Fazrul (AK.20.02.037)

PRODI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) YAPIS

DOMPU

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat serta telah
membukakan akal pikiran kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan lancar. Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada junjunan kami yakni Nabi
Muhamad SAW yang telah membawa kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
seperti ini. Tak lupa terima kasih kepada Bapak Irwansyah, S.Pd M.Pd yang telah
memberikan tugas makalah ini.

Makalah ini berisi pekerjaan mahasiswa didalam perkuliahan sebagai salah satu tugas
kelompok. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi kepada kita semua agar
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas..

Melalui makalah ini diharapkan kita bisa meniru semangat mereka dalam memanage
waktu antara kuliah dan kegiatan diluar perkuliahan, terutama mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Yapis Dompu.

Dompu, 29 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................1

1.3. Tujuan Masalah................................................................................................1

BAB II PENGETAHUAN ILMIAH......................................................................................2

2.1. Pengertian Pengetahuan Ilmiah........................................................................2

2.2. Struktur pengetahuan ilmiah............................................................................4

2.3. Pengambilan Keputusan dalam Pengetahuan Ilmiah.......................................5

2.4. Metode Ilmiah..................................................................................................7

BAB III PENUTUP.................................................................................................................9

Simpulan....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia
karena manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan secara
sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan namun terbatas hanya untuk
kehidupannya. Dan manusia senantiasa mengembangkan pengetahuan untuk mengatasi
kebutuhan hidup. Manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesifik yang
menyangkut daya cipta,rasa dan karsa.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai materi filsafat ilmu yaitu pengetahuan
ilmiah yang meliputi pengertian, struktur, pengambilan keputusan dan metode dalam
pengetahuan ilmiah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pengetahuan ilmiah?
2. Bagaimana struktur pengetahuan ilmiah?
3. Bagaimana pengambilan keputusan pengetahuan ilmiah?
4. Apa metode pengetahuan ilmiah?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian pengetahuan ilmiah
2. Untuk mengetahui struktur pengetahuan ilmiah
3. Untuk mengetahui pengambilan keputusan pengetahuan ilmiah
4. Untuk mengetahui metode pengetahuan ilmiah

1
BAB II
PENGETAHUAN ILMIAH

2.1. Pengertian Pengetahuan Ilmiah


Pengetahuan berdasarkan sifatnya terdiri atas pengetahuan prailmiah.
[1] Pengetahuan yang bersifat prailmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi
syarat-syarat ilmiah pada umumnya Pengetahuan pra-ilmiah ini juga disebut dengan
pengetahuan biasa, disebut dengan prescientific knowledge, ordinary knowledge.
commonsence knowledge, atau the knowledge of the man on the street, adalah
pengetahuan yang muncul dari akal sehat manusia dalam mengenali fenomena dalam
kehidupan sehari-hari, baik disengaja atau tidak disengaja. Ini biasa disebut sebagai
pengetahuan saja.[2] Sedangkan  pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus
memenuhi syarat-syarat ilmiah. Adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan
ilmiah adalah harus memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem
(harus runtut).[3]

Pengetahuan ilmiah ialah kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan


berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan
untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada.

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang didapat dari metode science dalam


arti suatu proses pemikiran yang bergerak dari kutub rasional ke emprik, dari dari pola
deduksi ke induksi, dari kutub a-priori ke a-posteriori dalam sejarah perkembangan
sejarah filsafat barat, lahir setelah kehadiran filsafat Kritisisme dari Emmanuel Kant
dan dari filsafat Positivisme dari Auguste Comte. Dalam kaitannya

dengan hal terebut Darwin menyatakan bahwa setiap hal yang saya pikirkan atau
teori yang saya baca, saya usahakan untuk dibuktikan secara langsung , atau saya
usahakan untuk menemukan keterkaitan dengan apa yang nantinya dapat saya amati di
dunia empirik. Keyakianan saya, kebiasaan berpikir seperti hal tersebutlah yang
memungkinkan saya dapat melakukan aktivitas apapun di dunia sains (lihat uraian
tentang munculnya istilah science).

Ilmu pengetahuan ilmiah sering disebut dengan ilmu pengetahuan atau disebut
dengan ilmu saja. Ilmu adalah sekelompok atau sekumpulan pengetahuan yang tersusun
secara teratur dan sistematik mengenai suatu objek tertentu. Kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara teratur dan sistematik tadi, memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan menunjukkan sebab akibat dari suatu objek. Ilmu
merupakan buah pemikiran manusia dalam menjawab apa, bagaimana dan mengapa
(untuk apa).

Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan dalam rangka


menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala alam. Menjelaskan atau menerangkan
serta meramalkan dalam rangka mengontrol gejala alam merupakan kegiatan pokok
kegiatan keilmuan. Menerangkan di sini berarti tidak hanya sekedar mengadakan
infentarisasi dan mendiskripsikan gejala-gejala alam saja, tetapi juga menjelaskan
tentang hubungan antar gejala tadi.[4]

   Ilmu pengetahuan ilmiah menurut William R. Overton, memiliki ciri-ciri


sebagai berikut:

1) ia dipandu atau dibimbing oleh hukum-hukum alam;


2
2) penjelasannya adalah mengacu pada hukum alam;
3) harus diuji atau dibuktikan di dunia empirik;
4) kongklusinya bersifat tentatif, dalam hal ini kesimpulan ilmiah bukanlah kata
final;
5) kesimpulannya masih dapat diuji lagi.[5]

Mengacu pada hukum alam dimaksud, adalah didasarkan pada fakta empirik,
seperti data yang didapat melalui munculnya istilah teknik eksperimen dalam ilmu
kimia, data observasi yang didapat melalui penggalian tanah dan batu atau dengan
memanjat gunung dari ahli giologi, serta data hasil observasi tentang cuaca dari stasiun
meteorologi (Bird, 2000: 63).

Dalam pembicaraan-pembicraan sebelumnya, sudah dikemukakan bahwa


pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang didapat melalui proses berpikir yang
bergerak dari kutub rasional ke empirik, dari kutub a-priori ke a-posteriori, dari
kutub das sollen ke das sein dengan alat bantu logika deduksi ke induksi. Oleh karena
itu, jelas bahwa pengetahuan ilmiah bersumber dari dua sumber pengetahuan, yaitu :

1. Penalaran        
Nalar yang sering digunakan secara bergantian dengan penalaran adalah
kemampuan manusia yang tidak dimiliki oleh mahluk lain di dunia ini. Nalar atau
rasio, adalah kemampuan manusia yang digunakan untuk berpikir dalam
memecahkan masalah di samping intuisi sebagai sumber pengetahuan. Dapat
diartikan pula bahwasanya penalaran ialah proses pemikiran yang logis untuk
memperoleh kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan (sebenarnya). terdapat
tiga jenis penarikan kesimpulan yakni berdasarkan
logika induktif, logika deduktif dan logika abduktif :

a) Logika induktif
Merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual (seperti kesimpulan
peneliti humoris). Misalnya, kita punya fakta bahwa kambing punya mata,
kucing punya mata, demikian juga anjing dan berbagai binatang lainnya.
Dari kenyataan-kenyataan ini dapat kita tarik kesimpulan umum bahwa
semua binatang mempunyai mata.

b) Logika deduktif
Adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif.
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan bersifat umum ditarik
kesimpulan bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
menggunakan pola berpikir silogismus. Silogismus, disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung
silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai
premis mayor dan premis minor. Pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif adalah hasil kesimpulan berdasarkan kedua premis tersebut.

c) Logika abduktif
Pemikiran mendasar di sini adalah bahwa sebuah hal yang mungkin
untuk melukiskan dan menggambarkan konsekuensi dari sebuah produk
dalam iklan. Berdasarkan pada konsekuensi itu, baik atribut dari produk

3
yang diiklankan ataupun hubungan nilai dari pengguna produk dapat
disimpulkan (abduktif) oleh penerima iklan tersebut. Apabila kesimpulan
abduktif ini tidak secara eksplisit ada di dalam sebuah iklan, maka berarti
dibuat secara implisit. Bagaimanapun juga, berdasarkan pada konsekuensi
yang digambarkan di dalam iklan itu.

Abduktif (abduksi) melakukan penalaran dari sebuah fakta ke aksi


atau kondisi yang mengakibatkan fakta tersebut terjadi. Metode ini
digunakan untuk menjelaskan event yang kita amati. Sebagai contoh,
misalkan kita mengetahui bahwa seseorang yang bernama Sam selalu
mengendarai mobilnya dengan sangat cepat jika sedang mabuk. Maka pada
saat kita melihat Sam mengendarai mobilnya dengan sangat cepat maka kita
berkesimpulan bahwa Sam mabuk. Tentunya hal ini belum tentu benar,
mungkin saja dia sedang terburu-buru atau dalam keadaan gawat darurat.

2. Panca indera

Panca indera dianggap sumber pengetahuan yang paling utama yang


dimiliki manusia untuk mengenal objek-objek, baik yang ada di luar maupun di
dalam dirinya. Panca indera dianggap alat yang paling utama untuk memperoleh
pengetahuan. Bagi aliran realisme panca indera merupakan satu-satunya alat
untuk menyerap segala sesuatu yang ada di luar dirinya di mana semua relitas
adalah segala sesuatu yang dapat di indera. Pengetahuan yang bersumber dari
pengenalan atau pengalaman inderawi ini, disebut dengan pengetahuan empirik.

Panca indera berkaitan dengan persepsi. Persepsi adalah pengolahan


informasi-informasi yang berupa stimulus yang ditangkap oleh indera manusia
seperti mata telinga, hidung dan indera yang lain Objek yang ditangkap oleh
indera disimpan dalam penyimpanan sensorik sebagai ingatan sensorik. Indera
sebagai alat sensorik menangkap stimulus sebagai informasi pada mulanya masih
dalam bentuk kasar, karena pencatatan sensorik (sensory register) masih dalam
waktu yang sangat pendek. Pencatatan sensorik ini dirancang untuk menyimpan
rekaman informasi yang sudah diterima oleh sel-sel reseptor masih dalam bentuk
yang masih kasar (veridical form) dan masih belum memiliki makna. Sel-sel
receptor tersebut merupakan sistem yang terdapat pada alat indera seperti mata,
telinga, hidung, lidah, dan kulit yang berfungsi untuk merespon enersi fisik dari
lingkungan.[6]

2.2. Struktur pengetahuan ilmiah


Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang
memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan
ilmiah atau ilmu. Ada pun struktur pengetahuan ilmiah sebagai berikut:

1) Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai


suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2) Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua
variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat
3) Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi
sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang
terjadi.

4
Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa
dituntut kebenarannya.[7]

2.3. Pengambilan Keputusan dalam Pengetahuan Ilmiah


Menurut Wiliam S. Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian yang dikutif oleh Jujun
S. Suryasumantri penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar
kebenaran maka proses berfikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan
kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut
dilakikan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika,
dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara
sahih”.

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera


(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk  proposisi-proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah  proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah
yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.[8]

Ada bermacam-macam cara penarikan kesimpulan tapi yang akan dibahas dalam
pembahasan kali ini focus pada penalaran ilmiah. Maka yang akan di bahas hanya dua
penariakn kesimpulan yaitu penarikan induktif dan deduktif.

1. Induksi
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau
peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa
Indonesia, hal 444 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006).
Penalaran induktif adalah proses untuk menarik kesimpulan berupa prinsip
atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus,
prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif terkait dengan empirisme. Secara
impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan
yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan
hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris
untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku secara
umum.[9]
Menurut Jujun Surya Sumantri Induksi merupakan cara berpikir di mana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Misalnya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah
mempunyai mata, begitu juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainya.
Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan umum yakni semua
binatang mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting penting
artinya sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah
bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kehidupan yang
beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi
beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah

5
merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut.
Demikian jiga dalam pernyataan fakta-fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak
bermaksud membuat reproduksi dari objek tertentu, melainkan menekankan
kepada struktur dasar yang menyangga ujud fakta tersebut. Pernyataan yang
bagaimanapun lengkap dengan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa
manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup
puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis
dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoretis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun secara
deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum
dapat disimpulkan pernyataan yang lebih umum lagi. Umpamanya melanjutkan
contoh yang sebelumnya, dari kenyataan bahwa semua binatang mempunyai mata
dan semua manusia mempunyai mata maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
semua makhluk hidup itu mempunyai mata. Penalaran seperti ini memungkinkan
disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-
pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.

2. Penalaran Deduktif

Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction  yang berarti penarikan


kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari
yang umum, lawannya induksi ( Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273
W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006).
Penalaran deduktif adalah sebuah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta
– fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut deduksi, kesimpulan
deduktif di bentuk dengan cara deduksi. Di mulai dari hal – hal umum menuju
kepada hal – hal yang khusus atau hal – hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat di mulai dari suatu dalil atau
hukum menuju kepadal hal – hal yang kongkrit.[10]
Menurut Jujun Surya Sumantri (2007:53) Penalaran Deduktif adalah
kegiatan berfikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara
berfikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan
pola berfikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus itu
itu disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan
premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Contoh:
Semua makhluk hidup bernafas                                  (premis mayor)
Dewi adalah seorah makhluk                                      ( premis minor)
Jadi Dewi bernafas                                                     (kesimpulan)

Kesimpulan yang diambil bahwa Dewi bernafas adalah sah menurtu


penalaran deduktif, karena kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis
yang mendukungnya. Ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal
yakni kebenaran premis mayaor, kebenaran premis minor, dan keabsahan
pengambilan keputusan. Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya

6
tidak dipenuhi maka kesimpulan yang ditarik akan salah. Matematika adalah
pengetahuan yang disusun secara deduktif. Argumentasi matematika seperti a
sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a sama dengan c merupaakan
penalaran deduktif. Kesimpulan yang berupa pengetahuan baru bahwa a sama
dengan c pada hakikatnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yang
sebenarnya, melainkan sekedar konsekuensi dari dua pengetahuan yang sudah
kita ketahui sebelumnya, yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c.

2.4. Metode Ilmiah


Metode ilmiah adalah system konseptual yang bersifat empiris eksperimental,
logika matematis. System ini mengatur dan inferensi (penyimpulan). Metode ilmiah
merupakan istilah kolektif yang menunjukan bermacam-macam proses dan langkah
yang dilalului.[11]

Berikut ini adalah contoh metode ilmiah biologi dan langkah-langkah metode
ilmiah sederhana :

I. Masalah
Pengaruh manusia sebagai factor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan.

II. Rumusan Masalah


1. Apakah manusia berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan ?
2. Bagaimana keadaan tumbuhan yang dirawat secara baik oleh manusia, dan
keadaan tumbuhan yang tidak dirawat ?
III. Observasi
Mengamati tumbuhan yang selalu dipelihara, dirawat, diberi air dan diberi
pupuk oleh manusia, tumbuhan tersebut tumbuh dengan subur.

IV. Hipotesis
Mungkin tumbuhan akan tumbuh subur oleh manusia.

V. Eksperimen
1. Tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh manusia factor luar terhadap
pertumbuhan tumbuhan.

2. Alat dan bahan untuk melakukan eksperimen tersebut :


 2 pot ukuran sama
 2 tanaman sejenis dan seukuran
 Tanah
 Pupuk
 Air
 Alat tulis

3. Cara Kerja :
 Isi pot 1 dengan tanah, tanaman, dan pupuk lalu siram,
 Isi pot 2 dengan tanah, tanaman tanpa di beri pupuk lalu disiram,
 Rawat tanaman dalam pot 1 secara baik, sementara tanaman dalam
pot 2 dibiarkan atau tidak dirawat,

7
 Amati tanaman dalam pot 1 dan pot 2 ( daun, batang, dahan ) lalu
dibandingkan ke 2 tanaman tersebut.
VI. Kesimpulan
Setelah melakukan eksperimen kemudian dengan mengamati tanaman
tersebut selama beberapa hari hasil yang saya dapat adalah :

 Tanaman pada pot 1 tumbuh dengan baik dengan daun, batang, dan dahan
tumbuh sempurna,
 Tanaman pada  pot 2 tumbuh dengan sebaliknya, tumbuh dengan tidak
baik dengan daun, batang, dan dahan tidak tumbuh dengan sempurna
bahkan terlihat layu,
 Jadi, manusia sebagai factor luar sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tumbuhan, baik tidak nya tumbuhan tersebut tumbuh.[12]

Menurut Jujun Surya Sumantri (2007:59) metode ilmiah adalah prosedur


dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut imu. Jadi imu adalah pengetahuan-
pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan
disebut imu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya
harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut


ilmu adalah metode ilmiah. Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis[13].

 Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola


kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan atau
pengembangan pengetahuan. Pola umum tata langkah dalam metode ilmiah
mencakup penentuan masalah, perumusan dugaan sementara, pengumpulan data,
perumusan kesimpulan, dan verifikasi.

Corak-corak metode ilmiah yang berkembang menyebabkan ilmu


pengetahuan bersifat positivistik, deteministik, evolusionistik, sehingga
analisisnya selalu dibantu dengan pendekatan kuantitatif dan eksperimen melalui
observasi.

Ilmu-ilmu kealaman pada umumnya menggunakan metode siklus-empirik


dan objektivitasnya diuji secara empiris-eksperimental. Ilmu-ilmu social dan
humanistic pada umumnya menggunakan metode linier dan analisisnya
dimaksudkan untuk menemukan arti, nilai dan tujuan. [14]

Secara lebih khusus Archie J. Bahm menjelaskan bahwa metode


ilmiah meliputi lima langkah, yaitu a). menyadari akan masalah; b). menguji
masalah; c). mengusulkan solusi; d). menguji usulan atau proposal; e).
memecahkan masalah. Lima langkah itu disadari berlawanan dengan tradisi
empiris yang sering kali menginterpretasikan dengan membedakan empat tahap
penting, yaitu observasi data, klasifikasi data, membuat hipotesis, dan penemuan
ilmu. [15]

8
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan dalam rangka
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala alam. Menjelaskan atau menerangkan serta
meramalkan dalam rangka mengontrol gejala alam merupakan kegiatan pokok kegiatan
keilmuan.

Struktur ilmiah meliputi : Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup


penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan, hukum yang
merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam
suatu kaitan sebab akibat, prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku
secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang
terjadi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah Syarbini, dkk. Filsafat imu pengetahuan dalam dimensi transcendental. 2015.
Bandung: Fajar Media

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers

Heris Hermawan. Filsafat ilmu. 2011. Bandung: CV Insan Mandiri

Matlin, 1989; Solso, 1988; Ellis dan Hunt, 1993; lihat suharnan 2005.

Mohammad Muslih. Filsafat Ilmu. 2004. Yogyakarta: belukar

Siswomiharjo, 1989,Peursen, 1980, Ofm, 1983 dan Suriasumantri, 1997

Suriasumantri, S.J. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Filsafat


Ilmu. 2010. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Wibisono, K, dkk; 1989. Dasar-Dasar Filsafat (Materi Pokok ADNE 4221 Modul 1-12)
Terbuka Penerbit Kurnia, Jakarta.

http://www.academia.edu/5086030/Filsafat_Ilmu_Berfikir_Induktif_deduktif (diakses
pada tanggal 20/11/17)

 https://naringgoyudo.wordpress.com/2015/03/24/perbedaan-deduktif-dan-induktif/ (dia
kses pada tanggal 20/11/17)

https://naringgoyudo.wordpress.com/2015/03/24/perbedaan-deduktif-dan-induktif/ (dia
kses pada tanggal 20/11/17)

[1] Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers

[2] Wibisono, K, dkk; 1989. Dasar-Dasar Filsafat (Materi Pokok ADNE 4221 Modul 1-
12) Terbuka Penerbit Kurnia, Jakarta.

[3] Ibid.Hal 37

[4] Siswomiharjo, 1989,Peursen, 1980, Ofm, 1983 dan Suriasumantri, 1997.Hal 38

[5] Ibid.Hal 40

[6] Matlin, 1989; Solso, 1988; Ellis dan Hunt, 1993; lihat suharnan 2005.

[7] Suriasumantri, S.J. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan,

10
[8] http://www.academia.edu/5086030/Filsafat_Ilmu_Berfikir_Induktif_deduktif

[9]   https://naringgoyudo.wordpress.com/2015/03/24/perbedaan-deduktif-dan-induktif/

[10]https://naringgoyudo.wordpress.com/2015/03/24/perbedaan-deduktif-dan-induktif/

[11] Heris Hermawan. Filsafat ilmu. 2011. Bandung: CV Insan Mandiri

[12] https://6best-friends.blogspot.co.id/2014/08/metode-ilmiah.html

[13] Amirullah Syarbini, dkk. Filsafat imu pengetahuan dalam dimensi transcendental.


2015. Bandung: Fajar Media

[14] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Filsafat


Ilmu. 2010. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

[15] Mohammad Muslih. Filsafat Ilmu. 2004. Yogyakarta: belukar

11

Anda mungkin juga menyukai