Anda di halaman 1dari 23

GHAZW AL-FIKRI

Diajukan sebagai tugas untuk mata pelajaran Tauhid kepada


pembimbing
Ust.Abdurrahman S,Ag

Disusun Oleh:
Azzazunda Choibar L.
Hilmy Ahmad Sahl S. R.
Zaidan Musyaffa Madio

Pondok Pesantren Tahfizh Quran Dewan Dakwah Lampung


Bandar Lampung
T.A. 2022/2023

I
KATA
PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt atas karunia serta nikmatnya yang
tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Saw berserta para keluarga,
sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini


tidaklah dapat selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Terlebih utama,
penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ust. Slamet Syukron, Selaku mudir PPTQ DDL


2. Ust. Abdurahman S.Ag, Selaku pembimbing mata pelajaran
Tauhid yang tidak pernah lelah dan bosan dalam membimbing
kami, hingga tercapailah makalah ini dengan maksimal.
3. Ust. Akmal Yamin, Yang membantu dalam menyediakan
pinjaman laptop yang sangat kami butuhkan.
4. Ust. M. Rifky, Yang membantu dalam menyediakan pinjaman
laptop yang sangat kami butuhkan.
5. Kang Indihome,selaku provider wifi yang tidak gangguan ketika
kami mengerjakan makalah ini.
6. Selaku kawan kawan yang sangat beban dan senang melihat
kelompok kami dalam kesusahan
Tentunya dalam makalah ini, banyak kekurangan baik dari segi metode
penulisan, literasi yang kurang memadai maupun bahasanya yang sulit
dimengerti agar diberi kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Besar harapan, semoga makalah ini dapat menjadi sumbangsi kepada
akademik dan masyarakat sekalian, agar lebih berhati-hati lagi dalam meniti
kehidupan yang fana ini. Wallahu a’lam bi al-Ṣawāb

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

II
DAFTAR ISI
GHAZW AL-FIKRI..........................................................................................................................I

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Pokok Masalah......................................................................................................................6
1. Apakah Itu Ghazwul Fikri ?................................................................................................6
2. Bagaimana Pandangan Islam Tentang Ghazwul Fikri ?......................................................6
3. Apa Dampak Ghazwul Fikri Terhadap Islam ?...................................................................6
4. Bagaimana Cara Menyikapi Ghawzul Fikri ?.....................................................................6
5. Produk-produk Yang Dibawa Ghazwul Fikri ?...................................................................6
C. Tujuan....................................................................................................................................6
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................................8

A. Pengertian Ghazwul Fikri....................................................................................................8


B. Sejarah Perkembangan Ghazw al-Fikri..............................................................................9
C. Dampak Ghazwul Fikri......................................................................................................13
1. Perubahan keperibadian pada umat Islam, gaya hidup dan tingkah laku...........................13
2. Merusakkan akhlak Muslim..............................................................................................13
3. Menghancurkan pemikiran tentang islam..........................................................................13
4. Melarutkan keperibadian asli Muslim...............................................................................13
5. Menjadikan muslim riddah yaitu muslim yang menuju kekafiran karna mengikuti orang
kafir..........................................................................................................................................13
D. Produk Produk Ghazw al Fikri.........................................................................................13
1. Liberalisme......................................................................................................................13
2. Sekularisme.....................................................................................................................14
3. Pluralisme........................................................................................................................14
4. Feminisme........................................................................................................................15
5. Orientalisme....................................................................................................................15
6. Utilitarianisme.................................................................................................................16
7. Fositivisme.......................................................................................................................16
E. Solusi al-Quran dalam Menghadapi Ghazw al-Fikri.......................................................16
1. Penguatan Aqidah...........................................................................................................17
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................................18

III
A. Kesimpulan..........................................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................................18

IV
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Awal Al-Qur’an diturunkan membawa pesan perdamaian dengan


membawa misi untuk mengeluarkan manusia dari kehidupan yang gelap gulita
kepada cahaya kebenaran. Tentu dalam membawa misi tersebut al-Qur’an tidak
bergerak dengan sendirinya melainkan membutuhkan seseorang untuk
menyampaikan pesan-pesannya. Dalam hal ini Allah memilih Muhammad Saw
sebagai seorang Nabi sekaligus Rasul untuk mengemban amanah dalam
menyampaikan misi tersebut. Tentunya bukanlah hal yang mudah bagi Nabi
untuk menyampaikannya kepada umat mengingat sejarah al-Qur’an turun di
tengah masyarakat jahiliyah yang terkenal keras, kasar dan suka membangkang.
Perlawanan demi perlawanan Nabi hadapi dengan penuh kesabaran begitu juga
para pengikutnya yang ketika itu masih dikatakan minoritas karena jumlahnya
yang masih sangat sedikit. Bahkan seringkali Nabi terancam untuk dibunuh oleh
kaum kafir Quraisy akan tetapi tidak pernah berhasil tidak sampai di situ
mereka terus merancang strategi-strategi untuk membungkam dakwah Nabi dan
mengusirnya dari kota Mekah. Akhirnya karena desakan demi desakan yang
terus-menerus Nabi alami, ia memustuskan untuk hijrah ke Madinah dengan
para pengikutnya. Sejarah mencatat bahwa Nabi berhasil mempersatukan kaum
Muhajirin yaitu penduduk kota Mekah dengan kaum Ansor penduduk kota
Madinah.

Hijrahnya Nabi membuahkan hasil yang baik, dengan membawa misi


perdamaian disertai akhlak yang mulia satu-persatu kaum Ansor telah masuk
Islam. Kesusksesan dakwah Nabi ditandai dengan seiring bertambah banyaknya
pengikut Nabi Muhammad di kota Madinah sehingga melahirkan kecemburuan
dan rasa dendam orang-orang kafir terhadap Nabi dan pengikutnya. Sukses
besar inilah yang mendorong kembali timbulnya kecemburuan dan benih-benih
permusuhan kaum musyrikin Mekah berkobar kembali. Pada akhirnya terjadilah

1
peperangan seperti perang Uhud, Khandaq, Ahzab dan begitupun juga
peperangan setelah zaman Nabi, yang mana perang tersebut merupakan perang
fisik yang berawal dari ketidaksenangan orang-orang Kafir terhadap Islam.

Ibarat musim, hujan lebat selalu dimulai dengan gerimis terlebih dahulu.
Usaha musuh-musuh Islam untuk menghancurkan umat Islam tak pernah
kendor. Kini tak hanya perang fisik, Ghazwul al-Fikri (perang pemikiran) pun
ditempuh. Sebenarnya awal mula ghazwul fikri ini terjadi sudah lama, yaitu
ketika iblis menyesatkan Nabi Adam untuk memakan buah yang Allah larang
untuk memakannya. Dalam kejadian itu Nabi Adam berada dalam surga dengan
Siti hawa. Allah persilakan Nabi Adam untuk menikmati semua fasilitas yang
ada di Surga. Hanya saja Allah menunjukkan satu pohon dalam surga yang tak
boleh dimakan buahnya oleh Nabi Adam.

Namun Iblis yang sombong itu memiliki teknik yang biasa juga disebut
ghazwul fikri (perang pemikiran) yang begitu halus, untuk membujuk agar Nabi
Adam memakan buahnya, hingga ketaatan yang dibangun Nabi Adam seketika
runtuh hanya karena bujuk rayunya.

Cara inilah yang digunakan oleh musuh-musuh Islam sesuai dengan


perkembangan zaman. Menurut mereka, invasi menggunakan kekuatan militer
dan menduduki wilayah Islam banyak menimbulkan kerugian ketimbang hasil
yang dicapai. Dengan invasi militer justru akan menumbuhkan rasa persatuan
umat dan menghidupkan ruh jihad untuk menggapai kemenangan. Berdasarkan
hal ini terjadilah perubahan strategi dalam memerangi umat Islam, mereka
mengesampingkan penjajahan militer dan pendudukan wilayah atau yang
dikenal dengan sebutan Ghazwul al-Fikri. Menurut para pakar perang pemikiran
yang dilancarkan ini seribu kali lebih berbahaya dari penjajahan militer dan
politik yang terjadi pada masa lalu. Hal ini karena penjajahan militer akan
berakhir dengan penarikan mundur tentara pendudukan, namun penjajahan
pemikiran akan tetap bercokol selama mereka dijajah masih hidup.

2
Saat mengartikulasikan Ghazwul al-Fikri (perang pemikiran) yang
semakin masif dilancarkan di dunia Islam, Ghazwul al-Fikri (perang pemikiran)
didefinisikannya secara terminologis sebagai “Beragam sarana dan media selain
bentuk invasi militer, yang secara masif dipropagandakan pasca (kegagalan)
Perang Salib dengan tujuan untuk menghapus nilai-nilai keislaman dalam
kehidupan kaum Muslimin dan untuk memalingkan komitmen mereka terhadap
Islam, dengan menyebarkan virus akidah dan hal-hal lain yang terkait
dengannya, seperti pemikiran, adat-istiadat dan bahkan hingga gaya hidup
(lifestyle).

Dari Ghazw al-Fikri tersebut banyak sekali lahir paham-paham Barat


yang diadopsi oleh pemerintahan Mesir seperti paham sekularisme, kapitalisme,
liberalisme, materialisme, komunisme dan lain-lain. Paham-paham tersebut
telah meracuni dan sudah masuk ke dalam sendi-sendi Islam sehingga umat
Islam tunduk di bawah Hegemoni Barat. Gamal Abdel Naser (presiden kedua
mesir) ingin menerapkan politik sekularisme dengan meniru Barat yang telah
terbukti bahwa peradaban Barat telah maju setelah berusaha membebaskan diri
dari cengkraman agama (gereja), tentunya mereka menjadi bangga dengan
kesusksesan sekarang dan melihat penyebab kemajuan adalah berkat
keberhasilan sekularisasi di dunia Barat.

Ini merupakan invasi pemikiran (Ghazw al-fikri) yang dilancarkan oleh


Barat melalui sistem pemerintahan negara-negara Islam tak terkecuali Mesir.
Bukan lagi bicara tentang perang fisik tetapi perang pemikiran, karena di dalam
al-Qur’an musuh-musuh Islam tidak akan senang sebelum umat Islam
mengikuti millah atau langkah-langkah mereka. Sebagaimana firman Allah
dalam QS. Al-Baqarah[2]: 120

َ‫ص ٰرى َح ٰتّى تَتَّبِ َع ِملَّتَهُ ْم ۗ قُلْ اِ َّن هُدَى هّٰللا ِ ه َُو ْاله ُٰدى ۗ َولَ ِٕى ِن اتَّبَعْت‬
ٰ َّ‫ك ْاليَهُوْ ُد َواَل الن‬
َ ‫ضى َع ْن‬ ٰ ْ‫َولَ ْن تَر‬
‫هّٰللا‬
ِ َ‫اَ ْه َو ۤا َءهُ ْم بَ ْع َد الَّ ِذيْ َج ۤا َءكَ ِمنَ ْال ِع ْل ِم ۙ َما لَكَ ِمنَ ِ ِم ْن َّولِ ٍّي َّواَل ن‬
‫ص ْي‬

Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga

3
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Dalam hal ini, Nabi diutus oleh Allah untuk menyebarkan dakwah
kepada mereka (Yahudi dan Nashrani) agar mereka masuk ke dalam agama
Islam, akan tetapi Nabi ditugaskan hanya sebatas membawa berita tentang kabar
gembira dan memberi peringatan kepada mereka. Sebagaimana firman Allah
pada ayat sebelumnya

‫ب ْٱل َج ِح ِيم‬
ِ ‫ق بَ ِشيرًا َونَ ِذيرًا ۖ َواَل تُ ْسـَٔ ُل ع َْن َأصْ ٰ َح‬ َ َ‫ِإنَّٓا َأرْ َس ْل ٰن‬
ِّ ‫ك بِ ْٱل َح‬

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;


sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak
akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.

Inilah informasi yang Allah berikan sekaligus kesaksian dari al-Qur’an


mengenai pandangan orang-orang dari kalangan Yahudi dan Nashrani yang
tidak senang bila Islam berjaya kembali, berdasarkan sejarah mulai dari masa
nabi hingga saat ini, ada sikap-sikap kebencian yang masih tertanam dalam hati
mereka meskipun tidak secara keseluruhan. Target mereka, umat Islam tidak
harus menjadi murtad atau keluar dari agamanya melainkan umat Islam sudah
cenderung mengikuti gaya hidup dan cara berfikir mereka sehingga jauh dari
nilai-nilai keislaman itu pun sudah menjadi bukti tanda keberhasilan mereka.

Hal inilah yang menjadi semangat untuk berjuang memperbaiki kondisi


umat Islam untuk melepas belenggu-belenggu yang sudah masuk ke dalam
batang tubuh umat Islam yang pada akhirnya Sayyid Quṭb seorang penulis,

4
pendidik, ulama, penyair Mesir memutuskan untuk bergabung ke dalam gerakan
Ikhwanul Muslimin pada tahun 1953 di bawah pimpinan Hasan Al-Banna
seorang guru sekolah dan imam asal Mesir. Serangan demi serangan ia
lancarkan bersama gerakan tersebut untuk menepis paham-paham Barat dan ia
pun tidak menyia-nyiakan kemampuan yang ia miliki sebagai seorang
sastrawan, novelis, kritikus politik yang pada akhirnya ia melahirkan sebuah
maha karya yaitu kitab Maā„lim al- Ṭarῑq dan Tafsir Fī Ẓilāl Al-Qur‟ān. Sebuah
karya fenomenal yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran kaum muslimin
dan berhasil mengguncang singgasana kekuasaan Gamal Naser sehingga ia
terancam lengser dari kekuasaanya. Tekanan demi tekanan dirasakan oleh Quṭb
sehingga membuatnya berulang kali keluar masuk penjara dan terancam
dibunuh di tiang gantung.

Karya tafsir tersebut merupakan sebuah serangan balik umat Islam


terhadap racun pemikiran Barat. Dengan menyegarkan kembali pola pikir umat
Islam terhadap al-Qur’an dan sunnah, karena Ghazw al-Fikri yang dilancarkan
oleh musuh-musuh Islam bertujuan untuk mengikis akidah umat Islam sehingga
mereka jauh dari kebenaran al-Qur’an dan sunnah dan yang merupakan tujuan
utama musuh-musuh Islam adalah untuk memurtadkan mereka dari agamanya
sehingga mereka mati dalam kekafiran, sebagaimana firman Allah QS. Al-
Baqarah[2]: 217

‫ص ٌّد ع َْن َسبِي ِْل هّٰللا ِ َو ُك ْف ۢ ٌر بِ ٖه َو ْال َم ْس ِج ِد‬ َ ‫يَ ْسـَٔلُوْ نَكَ َع ِن ال َّشه ِْر ْال َح َر ِام قِتَا ٍل فِ ْي ۗ ِه قُلْ قِتَا ٌل فِ ْي ِه َكبِ ْي ٌر ۗ َو‬
‫ْال َح َر ِام َواِ ْخ َرا ُج اَ ْهلِ ٖه ِم ْنهُ اَ ْكبَ ُر ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو ْالفِ ْتنَةُ اَ ْكبَ ُر ِمنَ ْالقَ ْت ِل ۗ َواَل يَزَ الُوْ نَ يُقَاتِلُوْ نَ ُك ْم َح ٰتّى يَ ُر ُّدوْ ُك ْم ع َْن‬
ٰۤ ُ
ۚ ‫ت اَ ْع َمالُهُ ْم فِى ال ُّد ْنيَا َوااْل ٰ ِخ َر ِة‬ ْ َ‫ك َحبِط‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫ت َوهُ َو َكافِ ٌر فَا‬ْ ‫ِد ْينِ ُك ْم اِ ِن ا ْستَطَا ُعوْ ا ۗ َو َم ْن يَّرْ تَ ِد ْـد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَيَ ُم‬
ٰۤ ُ
َ‫ار هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ ۚ َّ‫ك اَصْ ٰحبُ الن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َوا‬

Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram:”Berperang


dalam bulan itu adalah dosa besar tetapi menghalangi manusia dari jalan
Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) daripada membunuh.
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)

5
mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka
sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya lalu dia
mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan
di akhirat dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Dari pemaparan di atas maka, kami dari Kelompok 4 tertarik untuk


mengkaji lebih jauh tentang Ghazw al-Fikri, apa saja strategi-strategi yang
mereka susun untuk menghancurkan akidah umat Islam dan apa solusi yang
ditawarkan oleh al- Qur’an dalam menjawab berbagai tantangan tersebut. Atas
dasar itulah Kelompok 4 mengangkat judul yaitu “Ghazw Al-Fikri.”

B. Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok


masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Apakah Itu Ghazwul Fikri ?


2. Bagaimana Pandangan Islam Tentang Ghazwul Fikri ?
3. Apa Dampak Ghazwul Fikri Terhadap Islam ?
4. Bagaimana Cara Menyikapi Ghawzul Fikri ?
5. Produk-produk Yang Dibawa Ghazwul Fikri ?

C. Tujuan
Berdasarkan identifikasi pokok masalah di atas, yang menjadi tujuan ini
yaitu;

1. memberikan pemahaman tentang bahaya Ghazwul Fikri dalam


kehidupan sehari-hari.

6
2. memperkenalkan istilah-istilah dalam Ghazwul Fikri yang marak
di era digital sekarang ini.
3. memberikan pencerahan tentang keharusan untuk memahami
Ghazwul Fikri mulai metode, sarana-sarana serta ideologi-ideologi
yang menyertainya dan cara efektif mengantisipasi dan memfilter
agar tidak menjadi bagian di dalamnya. Sedangkan manfaat yang
diharapkan dari kegiatan workshop ini adalah:
a) Pendengar diharapkan mampu memahami secara baik dan
benar Ghazwul Fikri baik dari pengertian, sejarah, metode,
dan sarana-sarananya,
b) Pendengar diharapkan memahami ideologi-ideologi yang
dibawa Ghazwul Fikri seperti orientalisme, pluralisme,
feminisme, sekularisme, liberalisme, utilitarianisme dan
positivisme.

7
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ghazwul Fikri

Secara etimologis Ghazw al-Fikri berasal dari kata “Ghazw” artinya


perang, serangan dan invasi. Sedangkan “al-Fikr” adalah pemikiran. Jadi
gabungan kedua kata Ghazw dan al-Fikr bermakna perang pemikiran.
Sedangkan Ghazw al-Fikri secara terminologis bermakna penyerangan dengan
berbagai cara terhadap umat Islam guna mengeluarkan mereka dari agamanya
atau minimal menjauhkan mereka dari nilai-nilai Ilahiyah.

Ghazw al-Fikri adalah sebuah istilah yang lahir sejak kekalahan bangsa
Eropa terhadap umat Islam pada Perang Salib beberapa abad lalu. Oleh karena
itu, Ghazw al-Fikri merupakan buah balas dendam bangsa Eropa terhadap umat
Islam yang tak akan pernah padam. Mereka menyadari bahwa umat Islam tidak
bisa dihancurkan dengan perang, senjata dan peluru-peluru mereka, justru hal
itu akan semakin menumbuhkan ruh jihad bagi umat Islam, karena prinsip
mereka adalah „ῑsy karῑman au mut syahῑdan (hidup mulia atau mati syahid).
Mereka menyadari bahwa umat Islam hanya bisa dihancurkan dengan Ghazw
al-Fikri.

Ghazw al-Fikri juga sering disebut dengan perang intelektual, perang


kecerdasan, perang otak, perang akidah dan lain sebagainya. Alat yang
digunakan untuk menyerang bukan lagi dengan pistol, pedang, tombak, ataupun
bom. Melainkan dengan pemikiran, gagasan, ide-ide, teori, agitasi, argumentasi
dan perdebatan intelektual. Jadi Ghazw al-Fikri merupakan perang yang tidak
menumpahkan darah, tidak menghancurkan gedung-gedung, memborbardir
suatu wilayah ataupun membinasakan manusia. Namun, daya ledak dan daya
rusaknya lebih dahsyat dari pada perang fisik. Karena Ghazw al-Fikri sasaran

8
atau objek utamanya adalah hati dan pikiran manusia. Jika yang menjadi korban
Ghazw al- Fikri adalah seorang ulama atau tokoh intelektual yang berpengaruh,
maka daya ledak Ghazw al-Fikri akan sangat cepat menjalar kemana-mana yang
melebihi daya ledak bom atom sekalipun, karena tokoh-tokoh tersebut akan
diikuti dan ditiru segala gerak-geriknya dan segala argumentasinya akan
dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam kehidupan sehari-hari oleh para
pengikutnya

Misalkan tokoh intelektualis atau ulama tersebut menjadi manusia


sekuler, hedonis, materialis, liberalis dan pluralis, maka secara otomatis para
pengikut- pengikut mereka akan menjadi manusia serupa. Tentu saja, jika hal
tersebut diarahkan kepada umat Islam, maka sudah pasti umat Islam akan
tergadai bahkan tercabut akidahnya sehingga semangatnya untuk
memperjuangkan panji-panji Islam akan memudar dan perlahan hilang.

B. Sejarah Perkembangan Ghazw al-Fikri

Sejarah Ghazw al-Fikri Bangkit sejak meletusnya Perang Salib. Perang


tersebut merupakan konflik antara kaum Muslimin dengan Barat. Tujuan perang
tersebut adalah untuk membebaskan kota suci Jarussalem atau Baitul Maqdis
dari tangan kaum Muslimin. Disebut Perang Salib karena orang Kristen Eropa
menggunakan tanda Salib di dadanya sebagai simbol pemersatu dan
menunjukkan bahwa peperangan yang dijalankan adalah perang suci (perang
agama). Sepanjang sejarah, kehidupan damai dan harmonis lebih banyak
dijalani umat beragama dibanding konflik. Di tengah Perang Salib antara umat
Kristen dan Islam yang berlangsung selama ratusan tahun pun banyak sekali
ditemukan hubungan sosial antara umat Islam dan Kristen di wilayah Syiria.

Perang Salib berlangsung dari tahun 1095-1291 M dengan kemenangan


berpihak pada Islam. Karena kekalahan itulah yang menjadi faktor utama
bangkitnya Ghazw al-Fikri dengan dendam kaum Kristen yang sangat membara
selama berabad-abad. Terlebih ketika mereka melihat kejayaan dan

9
kecemerlangan ekspansi Islam yang mampu menduduki wilayah Eropa selama
berabad-abad. Perang Salib telah mengajarkan kepada kaum Kristen bahwa jika
mereka mengibarkan bendera Kristen (Salib) dalam berhadapan dengan kaum
muslimin, maka mereka akan kalah. Sejak itu sebagian tokoh Kristen angkat
bicara mengenai kekalahan mereka pada Perang Salib. Mereka menilai Perang
Salib merupakan cara yang tidak tepat untuk menaklukan kaum muslimin. Salah
satu tokoh terkenal adalah Pierre Maurice de Montboissier atau Peter The
Venerable atau Petrus Venerabilis (1094-1156).

Sekitar tahun 1141-1142, Peter mengunjungi Toledo, Spanyol. Di sana


ia menghimpun sejumlah cendikiawan untuk menerjemahkan karya-karya kaum
muslimin ke dalam bahasa Latin. Kemudian terjemahan tersebut akan
digunakan sebagai bahan misionaris Kristen terhadap dunia Islam. Salah satu
usaha sukses Peter adalah terjemahan al-Qur‟an ke dalam bahasa Latin oleh
Robert of Ketton (selesai tahun 1143) yang diberi judul “Liber Legis
Saracenorum Quem Alcorant Vocant”(Kitab Hukum Islam yang disebut Al-
Qur‟an). Inilah terjemahan pertama al-Qur‟an ke dalam bahasa Latin, yang
selama beratus-ratus tahun menjadi rujukan kaum Kristen Eropa dalam melihat
Islam.8 Sasaran utama mereka adalah al-Qur‟an dan Hadis, karena mereka
mengetahui bahwa sumber kekuatan dan kehidupan umat Islam adalah dari
kedua kitab itu. Jika substansidari kedua kitab tersebut mereka rusak, maka
rusak pula pola pemikiran umat Islam. Oleh karena itu mereka ingin melakukan
pengkajian Islam (Islamic Studies) secara massif, dengan menciptakan kader-
kader orientalis yaitu orang- orang Barat yang belajar keislaman di Timur,
namun dengan tujuan untuk menghancurkan Islam itu sendiri. Mereka ingin
membaptis pemikiran kaum muslimin, mengacak-acak ayat-ayat al-Qur‟an,
mencuci otak (brain washing) mereka dengan paham-paham liberal, sehingga
timbullah keraguan terhadap kitab suci mereka. Selain menugaskan para
sarjana Kristen untuk melakukan penerjemahan berbagai naskah bahasa Arab ke
dalam bahasa Latin, Peter juga menulis dua buku yang menyerang pemikiran
Islam. Tentang al-Qur‟an, Peter menyatakan bahwa al-Qur‟an tidak terlepas
dari para setan. Setan telah mempersiapkan Muhammad, orang yang paling
nista, menjadi anti-kristus. Setan telah mengirim informan kepada Muhammad

10
yang memiliki kitab setan (Diabolical Scripture). Nampaknya strategi Peter ini
banyak diminati dan menjadi bahan konsumsi pokok para kaum misionaris
terhadap kaum muslimin.

Strategi penaklukan Islam melalui pemikiran ini kemudian


dikembangkan oleh para orientalis Barat. Sebagian dari mereka membawa
semangat misionaris, sebagian lainnya ingin melakukan penjajahan
(kolonialisme) dan sebagian lainnya murni ingin melakukan kajian ilmiah. Kita
bisa melihat bagaimana bencinya orang-orang Barat terhadap Islam dan
kesungguhan mereka ingin memporak-porandakan umat Islam agar mereka
terpecah belah dan perlahan meninggalkan agama mereka Islam disebut
sebagai agama yang paling berbahaya di antara agama-agama non Kristiani
karena pengikut-pengikut Islam menguasai sebagian besar wilayah di dunia ini.
Gilbertus Voitus mengatakan:

“Islam adalah agama yang secara totalitas mengingkari Tuhan Yang


Maha Besar dan mengingkari perjanjian suci dalam Bibel. Ia mendustakan
ajaran Tuhan tentang penyelamatan dan penebusan dosa, serta ajaran tentang
moralitas dan cinta kasih. Muhammad adalah penderita penyakit epilepsy
dan gila. Penduduk Mekah, pengikut-pengikut Muhammad sendiri sudah
mengakuinya sebagai orang gila dan sering kesurupan. Bahkan istrinya sendiri
menyangka dia sudah jatuh menjadi korban setan.”

Samuel Martinus Zwemer menyatakan misinya dalam konferensi pers


al- Quds (1935) di hadapan para misionaris.

“Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari


agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari
agamanya (al-Qur‟an dan Sunnah), sehingga mereka menjadi orang- orang yang
putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan), menjadi
terpecah-belah dan jauh dari persatuan. Dengan demikian kalian telah
menyiapkan generasi-generasi baru yang akan memenangkan kalian dan
menindas mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian”.

11
Zwemmer menambahkan bahwa, sejak tahun 1882 M politik penjajahan
telah menguasai kurikulum pengajaran di sekolah-sekolah dasar dengan
menghapuskan pengajaran al-Qur‟an dan sejarah Islam. Dengan demikian, ia
telah menciptakan generasi yang bukan beragama Muslim, Kristen dan bukan
Yahudi. Akan tetapi generasi yang labil, materialistis, tidak percaya aqidah,
tidak mengerti kewajibannya terhadap agamanya dan tidak memuliakan tanah
airnya. Inilah sebuah warisan dari kekalahan umat Kristen pada Perang Salib,
mereka bersumpah akan menghancurkan umat Islam dengan cara apapun
sebagai balas dendam atas kekalahan mereka. Bisa dilihat saat ini gerakan-
gerakan mereka kian massif dan tersistematis tentu dengan perencanaan yang
matang. Mulai dari liberalisme, orientalisme, sekularisme, kolonialisme dan lain
sebagainya yang berhasil mereka ledakan di tengah pemikiran umat Islam.
Tentunya semua paham-paham tersebut mengandung resiko yang sangat
berbahaya apabila dikonsumsi umat Islam yang akan berdampak pada lemahnya
akidah, ghῑrah dan kecintaan (maḥabbah) terhadap agamanya. Dengan begitu,
sangat mudah bagi mereka memecah belah umat Islam dan menguasai alias
menjajah semua kehidupan umat Islam. Akhirnya umat Islam turut ke mana
angin dihembuskan oleh penjajahnya.

Kolonialisasi bukan diartikan penjajahan terhadap suatu wilayah


tertentu, akan tetapi bentuk kolonialisasi yang dilancarkan oleh Barat adalah
memasukkanpemahaman bahwa Islam itu hanya sebatas ibadah mahḍah, tidak
ada istilah ekonomi Islam, politik Islam, ilmu pengetahuan Islam dan tidak ada
budaya Islam, sehingga dengan mudahnya mereka sisipkan ideologinya baik
kapitalisme, komunisme, liberalisme, pluralisme dan sekularisme ke dalam
memori-memori umat Islam. Mereka pisahkan antara dunia dan akhirat seolah
di antara keduanya tidak saling berkaitan dan tidak saling mempengaruhi.
Hukum Islam dibuat seakan-akan hukum yang kolot, ketinggalan zaman, rasis,
dogmatis dan tanpa metodologis yang jelas dan ketat. Selanjutnya, melalui
tangan para sarjana muslim didikan Barat, sebagai perpanjangan tangan dan
mulut para orientalis, “perang” ini terus mereka lancarkan dan menusuk ke
jantung umat Islam.

12
C. Dampak Ghazwul Fikri

Ghazwul fikri merupakan serangan pemikiran, budaya, mental dan


konsep yang berterusan dan dilakukan secara sistematik, beraturan, terancana
yang dirintis oleh pihak-pihak yang bermusuhan terhadap muslim sehingga
memiliki dampak yang buruk yaitu

1. Perubahan keperibadian pada umat Islam, gaya hidup dan tingkah laku.
2. Merusakkan akhlak Muslim.
3. Menghancurkan pemikiran tentang islam.
4. Melarutkan keperibadian asli Muslim
5. Menjadikan muslim riddah yaitu muslim yang menuju kekafiran karna
mengikuti orang kafir.

D. Produk Produk Ghazw al Fikri


Kini perang Salib yang pernah melibatkan umat Islam dan Kristen itu
bukan lagi berbentuk perang fisik maupun invasi militer, akan tetapi perang
tersebut sudah mengejawantah menjadi perang permikiran atau Ghazw al-Fikri.
Adapun bentuk-bentuk Ghazw al-Fikri yang mereka lancarkan sebagai berikut.

1. Liberalisme.
a. Pengertian Liberalisme
Liberalisme berasal dari kata liber yaitu bebas atau merdeka
sedangkan menurut istilah liberalisme merupakan paham/ideologi
mainstream yang memprioritaskan kebebasan individu sebebas-
bebasnya dalam segala aspek.

13
Filsuf John Locke dianggap sebagai pencetus liberalisme pada
abad 16 di barat sedangkan liberalisme masuk ke indonesia pada abad
19 yang dibawakan oleh nurcholis majid

2. Sekularisme.
a. Pengertian Sekularisme
Sekularisme berasal dari kata sekuler yang berasal dari bahasa
Latin, saeculum, yang bermakna ganda, yakni "ruang" dan "waktu".
Istilah "ruang" menunjuk pada pengertian "dunia" atau "duniawi",
sedangkan "waktu" pada pengertian "sekarang" atau "kini".
Sedangkan Sekuler menurut istilah adalah suatu sistem etik yang
didasarkan pada prinsip moral alamiah yang terlepas dari agama
wahyu atau supernaturalisme bisa disebut juga gerakan pemisahan
antara agama dan pemerintahan.

Sekularisme didirikan oleh George Holyoake asal Inggris pada


tahun 1851 karna mengangap agama mengganggu pemerintahan.

3. Pluralisme.
a. Pengertian Pluralisme
Pluralisme berasal dari dua kata plural dan isme yang berarti
paham atas keberagaman. Sedangkan menurut bahasa Pluralisme
merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu
masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut
untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing.

Pemikiran pluralisme agama muncul pada masa yang disebut


Pencerahan (Enlightenment) Eropa, tepatnya pada abad ke-18
Masehi.

14
b. Macam Macam pluralisme
1) Pluralisme Budaya.
2) Pluralisme Agama.
3) Plualisme Sosial.
4) Pluralisme Ilmu Pengetahuan.
5) Pluralisme Media.

4. Feminisme.
a. Pengertian Feminisme
Feminisme berasal dari kata feminin yaitu sebuah kata sifat
yang berarti "kewanitaan" atau menunjukkan sifat perempuan.
Sedangkan menurut istilah Feminisme adalah gerakan dan ideologi
yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan tingkat gender yang
bernaung pada hak asasi manusia bias disebut juga aliran pergerakan
wanita yang memperjuangkan hak-hak perempuan.

Feminisme ada sejak abad pertengahan yang ditandai dengan


adanya debat publik oleh laki-laki, dan pada abad ke 15 M mulailah
perempuan menyuarakan hak-hak dan kewajiban seksualnya yang
melalui tulisan oleh seorang perempuan bernama Cristine de Pisan
(1364-1430), kemudian berlanjut pada abad ke 17 M yang ditandai
dengan gerakan protes sekuler oleh kaum feminis pertama di Inggris
melalui tulisan-tulisannya yakni Aphra Ben (1640-1689) dan Mary
Astell (1666-1731) yang kedua-duanya dianggap sebagai teoritisi
feminisme sistematis pertama di barat .

5. Orientalisme.
a. Pengertian Orentalisme
Orientalisme adalah suatu ilmu ketimuran atau ilmu tentang
timur. Adapun kata orientalis dalam pengertian umum berarti semua

15
ahli Barat yang mempelajari dunia Timur (Jauh, Tengah atau Dekat)
tentang baasanya, sastranya, peradabanya ataupun agamanya.

Orientalisme mempunyai tujuan utama untuk mengungkap dan


menyingkap signifikansi simbolik ungkapan kultural Islam yang
dalam dengan menjadikan bahasa Arab sebagai wahana utamanya

6. Utilitarianisme.
a. Pengertian Utilitarisme
Utilitarianisme memandang suatu perbuatan dianggap baik
apabila mendatangkan kebahagiaan dan sebaliknya dianggap
perbuatan buruk apabila menyebabkan ketidaksenangan. Bukan saja
kebahagiaan bagi para pelakunya, tapi juga kebahagiaan bagi orang
lain.

7. Fositivisme.
a. Pengertian Fositivisme
Positivisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa
pengetahuan yang benar hanya berasal dari ilmu alam dan tidak
berkaitan dengan metafisika

Positivisme adalah: bahwa ilmu adalah satu-satunya


pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat
menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian positivisme menolak
keberadaan segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak
segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah
fakta.

E. Solusi al-Quran dalam Menghadapi Ghazw al-Fikri

Strategi dalam menghadapi Ghazw al-Fikri tentu sangat dibutuhkan,


terlebih umat Islam harus dijelaskan bagaimana worldview of Islam dengan

16
menjadikan Tuhan sebagai bangunan sentral kehidupan serta segala hal terkait
paradigma berfikir Islam.

Berikut solusi yang disuguhkan oleh al-Qur‟an dalam menghadapi


ghazw al- Fikri.

1. Penguatan Aqidah

Melihat sepak terjang ghazw al-Fikri sebagaimana yang sudah


dipaparkan di atas, tentu kaum Muslimin khususnya di Indonesia sedang
menghadapi ujian keimanan dan ketaqwaan yang sangat serius. Apalagi,
banyak paham-paham yang mengandung ghazw al-Fikri yang kadang kala
dikemas dengan bungkusan yang menarik dan tak jarang berhujjah
dengan dalil al-Qur‟an dan hadis untuk melegitimasi kebenarannya, agar
orang tertarik dan tergiur untuk mengikutinya. Maka tak ada cara lain
untuk terhindar dari itu semua kecuali dengan membentengi diri dengan
keimanan dan ketaqwaan serta meningkatkan pemahaman terhadap ilmu-
ilmu keislaman secara baik dan benar.

Seperti Nabi Muhammad Saw jelaskan di dalam hadisnya


mengenai 2 perkara yang apabila umatnya memegang teguh akan perkara
tersebut, yaitu al=Quran dan as-Sunnah maka ia takkan tersesat dunia dan
akhirat.

17
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ghazw al-Fikri merupakan strategi baru yang dipakai oleh musuh- musuh
Islam di mana objeknya adalah hati dan pikiran manusia. Informasi- informasi yang
telah diberikan oleh Allah melalui firman-Nya mengenai fenomena tersebut telah
tercantum di al-Qur’an dan tersebar di berbagai surat dalam al-Qur’an.

Dalam menjelaskan fenomena ghazw al-Fikri Quṭb memaparkan adanya


upaya-upaya permurtadan kaum Muslimin dari agamanya, tentunya bukan dengan
cara dibaptis akan tetapi dengan cara yang lebih elegan yaitu mengaburkan nilai-
nilai keIslaman dan menjauhkan umat Islam dari al-Qur’an dan sunnah, sehingga
mereka menjadi umat yang lemah dan cenderung meragukan ajaran agamanya
sendiri. Pelaku dari Ghazw al-Fikri itu sendiri bukan hanya dari kalangan orang-
orang kafir, akan tetapi juga ikut andil di dalamnya orang-orang munafik. Quṭb
menyebut sifat orang-orang munafik tersebut yaitu orang yang pandai bersliat lidah
dan mudah memutar balikkan fakta bukan dengan retorika semata akan tetapi
mereka juga berhujjah dengan dalil al-Qur’an dan sunnah.

B. Saran

Sebagaimana dalam pepatah “tak ada gading yang tak retak” dan
“kesempurnaan hanya milik Allah”. Kami dari kelompok 4 sangat berharap bila
ada kekeliruan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini, baik dari aspek
materi, metodologi maupun analisisnya, penulis sangat berharap koreksi yang
bersifat konstrukstif demi kesempurnaan makalah ini.

18
Sebagai saran, kami dari kelompok 4 mengajukan beberapa hal penting,
yakni:

1. Menjadikan setiap pribadi kita sebagai pribadi yang terbebas dari ghazwul
fikri, dan bukti sebagai kemurnian ajaran Islam melalui tarbiyah Islamiah
yang aktif diikuti dan menjadikan lingkungan keluarga kita dan tempat
tinggal kita sebagai lingkungan yang positif terhadap Islam.
2. Meninjau kurikulum pendidikan nasional yang berlaku sehingga bisa
membendung pengaruh jahat dari ghazwul fikri dengan mendirikan instansi
atau lembaga-lembaga untuk menghadapi ghazwul fikri yang bertugas
mengamati, menghadapi dan mencari jalan keluar bagi serangan itu
3. Membentuk media-media massa alternatif yang punya visi da’wah Islam
yang kental dan kuat dalam pemberitaan dan opini yang hendak
disampaikan kepada masyarakat

19

Anda mungkin juga menyukai