DALAM ISLAM
Disusun oleh:
KELOMPOK
II
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL ...................................................................................... i
A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Nash al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad SAW selain menunjukkan hukum
melalui bunyi bahasanya juga melalui ruh tasryi’ atau maqasid syari’at. Pengembangan
ini dilakukan dengan menggunakan metode istinbat seperti qiyas, istihsan, maslahah
mursalah, dan urf yang pada sisi lain juga disebut sebagai dalil. Ibadah merupakan
unsure mutlak dalam agama. Agama intinya adalah keyakinan tentang adanya dzat yang
berkuasa diatas alam raya, dan kerinduan manusia untuk mengagungkan dan
berhubungan dengan-Nya, melahirkan berbagai macam cara pengabdian,dan ibadah.
Ibadah merupakan perkara yang perlu adanya perhatian,karena ibadah itu tidak bisa
dibuat main-main apalagi disalah gunakan.
Dalam islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah SWT
perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammmad SAW kepada umat
islam yang dilandaskan pada kitab yang di turunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW berupa kitab suci al-Qur’an dan segala perbuatan, perkataan, dan
ketetapan Nabi Muhammad SAW atau disebut dengan hadis Nabi.Umat islam tentunya
mengetahui apa itu ibadah dan bagaimana cara pelaksanaan ibadah tersebut. Islam harus
mengikuti ibadah yang dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi SAW, dan tidak boleh
membuat ibadah yang tidak berdasar pada al-Qur’an dan Hadis.Dalam tulisan ini, akan
dikaji tentang bagaimana Fiqih ibadah dan prinsip ibadah dalam islamyang sesuai
dengan al-Qur’an danhadis.
B. Rumusan Masalah
1
4. Bagaimana Pengertian Khilafah ?
5. Apa Kriteria Khilafah?
6. Bagaimana Dasar Hukum Wajibnya Khilafah ?
7. Bagaimana Pengertian Jihad?
8. Apa Saja Jenis-Jenis Jihad ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Prinsip kedaulatan, yakni kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan yang
mutlak dan legal adalah milik Allah. Kedaulatan tersebut dipraktekkan dan
diamanahkan kepada manusia selaku khalifah di muka bumi. Prinsip kedaulatan atau al
Hukmiyah dapat ditemukan dalam Al Quran Surat Yusuf:40: Kamu tidak menyembah
yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang
Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan
agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui."
1
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah:Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. (Jakarta: Prenadamedia Group,
2014), h.14
2
Ibid, h. 15-16
4
2. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan ditemukan dalam Al Quran Surat An Nisa:58 dan
135 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.Sebagaimana prinsip ini juga didapati dalam surat As Syura:15. Prinsip
keadilan adalah kunci utama penyelenggaraan negara. Keadilan dalam hukum
menghendaki setiap warga negara sama kedudukannya didepan hukum. Ketika
Rasulullah memulai membangun negara Madinah, ia memulainya dengan membangun
komitmen bersama dengan semua elemen masyarakat yang hidup di Madinah dari
berbagai suku dan agama. Prinsip keadilan dan persamaan dapat ditemukan dalam
pasal 13, 15, 16, 22, 23, 24, 37, dan 40 dari Piagam Madinah. 3
3. Prinsip musyawarah dan Ijma’. Prinsip musyawarah ditemukan dalam Al Quran Surat
Al Imran: 159: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
3
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan UUD 1945, Kajian Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama
Dalam Masyarakat Yang Majemuk, (Jakarta: UI Press, 1995), h.78
4
Ade Shitu-Agbetola. “Theori of al-Khilafah in The Religion-Political Viev of Sayyid Kutb, dalam Hamdar
Islamicus: Quartely journal of Studies and Researchin Islam. Summer, 1991, h. 25
5
Muhammad al-Khudhari Bek. Itmaam al-Wafaa’fi Sirat al-Khulafaa’. (Beirut: Daar al Fikr)
5
dengan merujuk kepadanya. Karena kemaslahatan akhirat adalah tujuan akhir, maka
kemaslahatan dunia seluruhnya harus berpedomankepada syariat. Hakikatnya, sebagai
pengganti fungsi pembuat syariat (Rasulullah SAW) dalam memelihara urusan agama dan
mengatur politik keduniaan.10 Pengertian ini sinonim pula dengan imamah secara istilah.
Imamah adalah “kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan keagamaan
dan urusan dunia sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW”.
B. Dasar Hukum Wajibnya Khilafah
Siapapun yang menelaah dalil-dalil syar’i dengan cermat dan ikhlas akan
menyimpulkan bahwa menegakkan daulah khilafah hukumnya wajib atas seluruh kaum
muslimin. Di antara argumentasi syar’i yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Dalil dari al-Qur’an
QS an-Nur: 55
Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-riman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang- orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, Makamereka Itulah orang-orang yang fasik.(QS. An-Nur {24}:55).
b) Dalil dari hadist Rasulullah Saw
Yang artinya: “ Di tengah-tengah kalian terdapat masa kenabian yang
berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu dia mengangkat masa itu
ketika berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa khilafah ‘ala
minhaj al-nubuwwah”. (HR. Ahmad).
c) Dari Dalil Kaidah Syar’iyah
Ditilik dari analisis ushul fiqh, mengangkat khalifah juga wajib.Dalam ushul fiqh
dikenal qaidah syar’iyah yang disepakati para ulama:“Suatu kewajiban yang
tidak sempurna kecuali adanya sesuatu,maka sesuatu itu wajib pula
keberadaannya”.Menerapkan hukum-hukum yang berasal dari Allah SWT dalam
segala aspeknya adalah wajib. Sementara hal ini tidak dapat dilaksanakan dengan
sempurna tanpa adanya kekuasaan Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah.
6
Maka dari itu, berdasarkan kaidah syar’iyah tadi,eksistensi khilafah hukumnya
menjadi wajib.
C. Kriteria Khilafah
1) Muslim,18 tidak sah jika ia kafir, munafik, atau diragukan kebersihan aqidahnya.
2) Laki-laki, tidak sah jika perempuan, karena Rasulullah SAW bersabda, “Tidak
akan sukses suatu kaum jika mereka menjadikan wanita sebagai pemimpin”.
3) Merdeka, tidak sah jika ia budak, karena ia harus memimpin dirinya dan orang
lain. Sedangkan budak tidak bebas memimpin dirinya, apalagi memimpin orang
lain.
4) Baliqh, tidak sah jika anak-anak, karena anak-anak itu belum mampu
memahami dan memenej permasalahan. Sebab anak-anak belum bisa
membedakan antara yang baik dengan yang buruk.
5) Mujtahid, orang yang bodoh atau berilmu karena ikut-ikutan (taklid), tidak sah
kepemimpinannya seperti yang dijelaskan Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan Ibnu
Abdil Bar bahwa telah ada ijmak (konsensus) para ulama’, bahwa tidak sah
kepemimpinan tertinggi umat Islam jika tidak sampai derajat Mujtahid tentang
Islam.
6) Adil, tidak sah jika ia dzhalim dan fasik, karena Allah menjelaskan kepada Nabi
Ibrahim bahwa janji kepemimpinan umat itu tidak (sah) bagi orang-orang yang
dzhalim. Adil di sini artinya, ia adalah seorang yang menjaga agama, harta dan
kehormatan dirinya; tidak melakukan dosa besar; tidak sering melakukan dosa
kecil; dan selalu menjaga muru’ah. Muru’ah adalah meninggalkan segala bentuk
perbuatan yang bisa merusak kewibawaan, sekalipun perbuatan itu mubah.
7) Amanah, serta mampu. Khilafah itu bukan tujuan, akan tetapi sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan yang disyari’atkan seperti menegakkan keadilan,
menolong orang-orang yang didzhalimi, memakmurkan bumi, memerangi kamu
kafir, khususnya yang memerangi umat Islam dan berbagai tugas besar lainnya.
Orang yang tidak mampu dan tidak kuat mengemban amanah tersebut tidak
boleh diangkat menjadi khalifah.
3. Konsep Jihad Dalam Islam
A. Pengertian Jihad
Arti Jihad itu sendiri bukanlah perang, apapun dan di manapun yang dilakukan
muslim untuk mendapatkan kekuasaan, ketenaran, harta dan kekayaan. Jihad adalah
abstract noun atau masdar dalam bahasa Arab yang asal katanya jahada جاهدyang berarti
7
‘berjuang dan berusaha keras’. Jihad dalam konteks keislaman adalah melawan
kecenderungan jahat dalam diri sendiri, seperti malas dan dengki.
Jihad artinya berjuang dan berusaha untuk menata masyrakat yang lebih baik dan
bermartabat, seperti damai dan saling menghormati.
Jihad maknanya berjuang dan berusaha melawan penindasan dan kedzaliman,
seperti pemerkosaan, human trafficking dan korupsi.
Jihad adalah mengakatakan kebenaran dan menegur pemimpin yang dzalim lagi
diktator.Jihad juga berjuang dan berusaha melindungi diri hanya jika diserang
atau ketika terjadi peperangan.Berbakti pada orang tua dan menuntut ilmu pun
termasuk bagian dari jihad.
B. Macam-Macam Jihad
Jihad Melawan Hawa Nafsu
Manusia berjihad melawan hawa nafsunya dalam melakukan ketaatan. Karena
jiwa manusia mudah berbelok dan selalu mengajak kepada keburukan kecuali
yang dirahmati Allah. Harus ada jihad, jiwa tersebut melawanmu dan engkau
melawannya, ada yang menang dan kalah, jika yang menang adalah hawa
nafsunya (kita berlindung kepada Allah dari hal ini) maka ia akan jatuh dalam
keharaman. Tetapi jika seseorang mengalahkan nafsunya maka dia akan
mengarahkannya kepada kebaikan, ini adalah jihad, yaitu jihad melawan hawa
nafsu, ini adalah jenis jihad pertama. Orang yang tidak pernah berjihad melawan
hawa nafsunya maka tidak akan pernah berjihad melawan selainnya. Yang
pertama kali dia lawan adalah hawa nafsu. Dia tahan dari keharaman Allah, dan
ia arahkan kepada ketaatan. Mengendalikannya agar bersabar atas berat dan lelah
dalam ketaatan atau berat dalam meninggalkan kebiasaan yang haram. Butuh
perjuangan dan kesabaran. Orang yang tidak berjihad melawan nafsunya maka
selamanya tidak akan pernah jihad melawan yang lain.
Mujahadh al-aduw az-zahir (jihad menghadapi musuh yang nyata). Yang di
maksud yang nyata ialah orang-orang yang memusuhi Islam, yaitu orang-orang
8
kafir dan munafik.
Mujahadah asy-syaitan (jihad menghadapi syetan). Pertama,
jihad melawan setan dalam menepis syahwat-syahwat yang
ditawarkan setan pada kita dengan penuh kesabaran. Kedua,
jihad melawan setan dalam menepis syubhat-syubhat kita terima dengan
keyakinan penuh pada Allah.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fiqh siyasah ialah ilmu yang mempelajari hal-ihwal urusan umat dan negara
dengan segala bentuk hukum, pengaturan, dan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemegang kekuasan yang sejalan dengan dasar-dasar ajaran syariat untuk
mewujudkan kemaslahatahatan umat.
Kata khilafah dengan demikian menunjuk pada serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh seseorang, yaitu seseorang yang disebut khalifah. Olehkarena itu
tidak akan ada suatu khilafah tanpa adanya seorang khalifah. Sedangkan secara
teknis, khilafah adalah lembaga pemerintahan Islam yang berdasarkan pada Al-
Qur’an dan Sunnah.
Arti Jihad itu sendiri bukanlah perang, apapun dan di manapun yang
dilakukan muslim untuk mendapatkan kekuasaan, ketenaran, harta dan kekayaan.
Jihad adalah abstract noun atau masdar dalam bahasa Arab yang asal katanya
jahada جاهدyang berarti ‘berjuang dan berusaha keras’.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11