Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PELAYANAN DAN KOLABORATIF

INTERDISIPLIN KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :

HASIHOLAN SITUMORANG
OVITA PERMATA SARI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2024

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang


Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Jiwa , dengan Judul “Pelayanan Dan Kolaboratif Interdisiplin
Keperawatan Jiwa”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan Doa, saran dan
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua

Hormat Kami

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan........................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
A. Pengertian ..................................................................................3
B. Elemen Penting..........................................................................4
C. Manfaat......................................................................................4
D. Hambatan...................................................................................6
BAB IV PENUTUP....................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................7
B. Saran...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama di Negara- negara maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung,
namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu
dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak
produktif (Hawari, 2009). Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan
jiwa menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi
pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani
tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa diterjemahkan sebagai suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional
yang optimal dari seseorang. Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan
keadaan orang lain (Febriani, 2008).

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk


menggambarkan suatuhubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.
Sekian banyak pengertian dikemukakandengan sudut pandang beragam
namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan,kerja sama,
berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Dalam hal
medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan
praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-
batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling
mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk
memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat (American Medical Assosiation (AMA), 1994). Intinya kolaborasi
merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Bekerja Bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang
kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dengan ahli medis

1
lainnya. Berdasarkan uraian diatas kami sangat tertarik untuk memperjelas
materi tentang pelayanan dankolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan Jiwa ?

C. Manfaat
Dapat memahami tentang pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam
keperawatan jiwa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa


Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa
merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim
kesehatan profesional (perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien
dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas,
dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan
moral dan kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan
berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit jiwa. Anggota
tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial,
ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin
hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling
menghargai antar sesama anggota tim.
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi
pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu
rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal
hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal
ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran yang
rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari anggota
tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-
tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki
keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat
anggota tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan kontak
langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam
24 jam sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan
banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang
baik.

3
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain.
Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan
modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka
sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat
referal pemberian pengobatan.

B. Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif


Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja
dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai
kolaborasi interdisiplin yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung
jawab, komunikasi, kewenangan dan kordinasi. Kolaborasi dalam
interdisiplin dapat berjalan dengan baik jika :
1. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
2. Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
3. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang
tergabung dalam tim.

C. Manfaat Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa


Kerjasama, menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk
memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
Asertifitas penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka
dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-
benar didengar dan konsensus untuk dicapai.Tanggung jawab, mendukung
suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam
pelaksanaannya.

4
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk
membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan
untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota
tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang
dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin
orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi
profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada
pasien.Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan
profesional untuk masalah-masalah dalam team dari pada menyalahkan
seseorang atau atau menghindari tangung jawab. Hensen menyarankan
konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana dia mengartikan sebagai
suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis antara orang-orang
ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap
anggota.
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi.
Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman,
menghindar dari tanggungKolaborasi didasarkan pada konsep tujuan
umum, konstribusi, praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek
yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling
menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim
dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa
antara lain :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa
2. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja dan loyalitas
4. Meningkatnya kohesifitas antar professional
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional

5
6. Menumbuhkan komunikasi,kolegalitas dan menghargai dan memahami
orang lain.

D. Hambatan dalam Melakukan Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin dalam


Keperawatan Jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan
mudah.Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :
1. Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim
2. Struktur organisasi yang konvensional
3. Konflik peran dan tujuan
4. Kompetisi interpersonal
5. Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien gangguan jiwa yang
efektif maka keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus
berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi
memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan
dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi
yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya
pelayanan keperawatan jiwa yang berkualitas.
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan
mudah dalam keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota
interdisiplin, meliputi ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim,
struktur organisasi yg konvensional, konflik peran dan tujuan, kompetisi
interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri

B. Saran
Semoga seluruh perawat mampu berkolaborasi dalam memberikan
pelayanan yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diharapkan
terutama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan jiwa

7
DAFTAR PUSTAKA

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for


Optimal Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA

Dalami E, 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media

Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Kepeawatan Jiwa.Jakarta: Trans


Info Media

Febriani, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara.


Sumatera Utara.

Hawari, 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara.


Sumatera Utara.

Widiyawati, Wiwik. 2020. Keperawatan Jiwa. Literasi Nusantara. malang

Anda mungkin juga menyukai