Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.
Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam
namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama,
berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling
ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi
nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang
berkontribusi untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga dan masyarakat.
Intinya kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan
sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab
bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah
esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan
hubungan perawat dengan ahli medis lainnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi peran perawat jiwa?
2. Bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin kesehatan dan
keperawatan jiwa?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang bagaimana peran
perawat dalam kolaborasi dan interdisiplin dalam
kesehatan dan keperawatan jiwa.
2. Tujuan Khusus

1
a. Mahasiswa mampu menjelaskan peran perawat.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan kolaborasi dan
interdisiplin dalam kesehatan dan keperawatan jiwa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran perawat jiwa


1. Peran perawat dalam advokasi
Ada beberapa macam advokasi yaitu:
a. Self advocacy: yaitu individu atau kelompok bicara atau beraksi
tentang kebutuhan mereka. Pasien gangguan jiwa sering sukar
menyuarakan kebutuhan mereka, oleh karena itu mereka memerlukan
bantuan, mereka perlu assosiasi untuk menyatukan suara.
b. Citizen advocacy: yaitu seseorang berbicara atau beraksi atas nama
user atau membantu mereka bicara untuk dirinya. Mereka yang tidak
mendapatkan hak, dan yang didiskriminasi. Masyarakat bersama-sama
mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalahnya. Di
Indonesia dapat dikembangkan assosiasi keluarga dan pasien atau
assosiasi kader kesehatan jiwa sebagai kelompok pendukun (support
group).
c. Professional advocacy: yaitu memotivasi para professional yang peduli
kesehatan jiwa, membantu menyelesaikan masalah kesehatan jiwa.
Semua profesi, bukan hanya profesi kesehatan.
Perawat dapat memfasilitasi semua bentuk advokasi agar semua lapisan
masyarakat menyadari kesehatan jiwa dan merasakan pentingnya kesehatan
jiwa. Seluruh anggota masyarakat dijadikan marketer kesehatan jiwa sehingga
kesehatan jiwa menjadi perilaku seluruh masyarakat. Pasien dan keluarganya
di rumah sakit jiwa merupakan target utama, oleh karena itu berikan
perawatan yang berkualitas, berikan informasi kesehatan jiwa melalui
pendidikan kesehatan jiwa, sehingga pasien dan keluarganya merasakan
dampak pelayanan keperawatan jiwa pada diri dan kehidupannya.

3
2. Peran perawat dalam prevensi primer.
a. Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.
b. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat
kemiskinan dan pendidikan
c. Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan
perkembangan dan Pendidikan seks.
d. Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.
e. Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah
psikiatri.
f. Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya
untuk meningkatkan fungsi kelompok.
g. Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa.

3. Peran perawat dalam prevensi sekunder.


a. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
b. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.
c. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.
d. Menciptakan lingkungan terapeutik.
e. Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
f. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
g. Memberi konsultasi.
h. Melaksanakan intervensi krisis.
i. Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada
semua usia.
j. Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan
teridentifikasi masalah.

4. Peran perawat dalam prevensi tertier.


a. Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.

4
b. Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari
rumah sakit jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke
komunitas.
c. Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.

B. Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan dan


keperawatan jiwa
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan
profesional (perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien dan
keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas, dengan
tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan moral dan
kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi
baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan
pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit jiwa. Anggota tim kesehatan
meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi,
manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin hendaknya
memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai
antar sesama anggota tim.
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat
berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan.
1. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi
praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan
kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan
pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada
menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.

5
Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan
keperawatan jiwa antara lain :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa
b. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
c. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
d. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
f. Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami
orang lain.

2. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan


Jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan
mudah. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi:
a. Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim
b. Struktur organisasi yang konvensional
c. Konflik peran dan tujuan
d. Kompetisi interpersonal
e. Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri

6
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif
maka keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi
satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih
berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi
profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi
kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif
antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan
keperawatan jiwa yang berkualitas.
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah
dalam keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin,
meliputi ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim, struktur
organisasi yg konvensional, konflik peran dan tujuan, kompetisi interpersonal,
status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri

B. Saran
Dengan disusunnya makalah penelitian ini
mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah
dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini.
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan
pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih
baik pada makalah selanjutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. (2004). Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Salemba Medika:Jakarta

Potter & Perry. (2005). Buku ajar Fundamental keperawatan. Volume 1. EGC:
Jakarta.

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for


Optimal Health, Second Editions. Apleton and Lange.Prenticehall. USA

Anda mungkin juga menyukai