Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK BUDIDAYA CACING SUTRA

(TUBIFEX SP)
BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT)
SUKABUMI, JAWA BARAT

PROPOSAL PRAKTIK KERJA INDUSTRI


KOMPETENSI KEAHLIAN AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR

Disusun Oleh :
Amanda Fitriani
10516

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAKARTA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 36 JAKARTA
UTARA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Teknik Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp)


Tempat : Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT)
Alamat : Jl. Selabintana No.37, Cikole, Selabatu Kec.
Sukabumi.
Sukabumi – Jawa Barat 43114
Nama : Amanda Fitriani
Nis : 10516
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Air Tawar (APAT)

Mengetahui, Menyetujui,
Waka Humas Kaprog Agribisnis Perikanan

( Edi Rachmat S.Pd) (Popon Purbasari S.St.Pi)


NIP. 197112032008011013 NIP. 197711152014122003

ii
KATA PENGANTAR

Penulis menyajikan laporan Praktik Kerja Magang (PKM) yang berjudul


“Teknik Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp) di Balai Benih Perikanan Budidaya
Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat Proposal ini disusun sebagai
persiapan pelaksanaan prakerin dan sebagai acuan dalam penyusunan laporan
prakerin tentang budidaya Cacing Sutra (tubifex sp) Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT), Sukabumi, Jawa Barat.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan laporan, sehingga tulisan ini dapat bermanfaat dan
dapat memberikan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB 1......................................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................................1
1.3 Waktu Pelaksanaan.........................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
2.1 Klasifikasi.......................................................................................................3
2.2 Morfologi dan Anatomi..................................................................................3
2.3 Habitat Dan Kebiasaan Hidup........................................................................4
2.4. Siklus Hidup..................................................................................................5
2.5 Pakan dan Kebiasaan Makan..........................................................................6
2.6 Kandungan Nutrisi Cacing Sutra....................................................................7
2.7 Teknik Budidaya............................................................................................7
2.8 Media Pemeliharaan.......................................................................................9
2.9 Aspek ekonomi.............................................................................................13
2.10 Aspek sosial budaya...................................................................................13
2.11 BBPAT Sukabumi......................................................................................13
2.12 Komoditas unggulan yang ada di BBPBAT sukabumi..............................14
BAB 3....................................................................................................................15
3.1 Data penelitian..............................................................................................15
3.2 Analisis data.................................................................................................15
BAB 4....................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan...................................................................................................16
4.2 Saran dan masukan.......................................................................................17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Cacing Sutra........................................................................................3


Gambar 2. 2 Morfologi Cacing Sutra.......................................................................4
Gambar 2. 3 Siklus Hidup Cacing Sutra..................................................................6

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Nilai gizi Cacing Sutra............................................................................7


Tabel 2. 2 Kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang.........................10

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin berkembangnya budidaya larva ikan air tawar maka pakan yang di
butuhkan akan semakin banyak.salah satu pakan yang diberikan adalah pakan
alami. pakan alami yang umum diberikan pada larva ikan air tawar adalah cacing
sutera (Tubifex Sp).saat ini budidaya cacing sutera masih belum banyak di
budidayakan.umumnya para petani larva ikan air tawar mendapatkan pakan alami
dengan cara menambila dari sungai,jika musim kemarau cacing sutra mudah di
temukan sedangkan di musim penghujan sulit ditemukan karena cacing sutra
terbawa oleh arus air.
Oleh karena itu perlu adanya budidaya cacing sutera untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.cacing sutra (tubifex sp) sebagai pakan alami yang murah dan
dapat memacu pertumbuhan benih ikan semakin dicari sebagai pemenuhan akan
protein tinggi memiliki kandungan nutrisi yang baik dan cenderung seimbang
serta sangat bagus untuk pertumbuhan.seiring dengan kebutuhan pakan cacing
sutra untuk larva ikan air tawar,dengan cacing sutra yang ada di selokan dan lain-
lain semakin berkurang,bila musim hujan cacing sulit ditemukan,sehingga
terjadilah pertemuan antara permintaan dan penawaran yang akan melahirkan
bisnis budidaya cacing sutra.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan Dilaksanakan PRAKERIN Teknik Budidaya Cacing Sutra (Tubifex
sp) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar BBPBAT, Sukabumi Jawa
Barat Adalah untuk :
 Mempelajari teknik yang digunakan dalam Budidaya Cacing Sutra (Tubifex
sp)
 Mempelajari tahapan Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp)
 Mempelajari kualitas air yang sesuai untuk Budidaya Cacing Sutra (Tubifex
sp)
 Mempelajari biomassa mutlak Cacing Sutra dan pertumbuhan populasi
Cacing Sutra (Tubifex sp)
 Mengetahui hama penyakit yang menyerang pada Cacing Sutra (Tubifex sp)

1
Sedangkan maksud nya yang didapat dari pelaksanaan kegiatan Praktik
Kerja Industri (PRAKERIN) ini dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk
ngajar mengajar, menguatkan hubungan pendidikan dan dunia kerja.

1.3 Waktu Pelaksanaan


Waktu yang akan dilaksanakannya Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)
pada tanggal 29 juli 2022 sampai 29 Desember 2022 yang akan bertempat di Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi
Cacing Sutra memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi yaitu protein
(57%), lemak (13,3%), serat kasar (2,04%), kadar abu (3,6%) (Bintaryanto dan
Taufikurohmah, 2013), oleh karena itu cacing sutra sangat baik untuk benih ikan
(Priyadi et al., 2010). Klasifikasi cacing sutra menurut Gusrina (2008) adalah :
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp

Gambar 2. 1 Cacing Sutra

Sumber: zonaikan.wordpress.com

2.2 Morfologi dan Anatomi


Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan
panjangnya 1-2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai
karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan
cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos yang hidup didasar
perairan tawar daerah tropois dan subtropics, tubuhnya beruas-ruas den
mempunyai saluran pencernaan, termasuk kelompok nematode. Cacing sutera
hidup diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang
disukai adalah berlumpur dan mengandung bahanorganic. Makanan utamanya

3
adalah bagian-bagian organic yang telah terurai dan mengendap didasar perairan
tersebut. Cacing sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat
kelamin jantan dan betina sekaligus dalam satu tubuh. Berkembangbiak dengan
bertelur, proses penelusuran terjadi didalam kokon yaitu suatu segmen yang
berbentuk bulat telur yang terdiri dari kalenjer epidermis dan salah satu segmen
tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang
membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan
keluar dari kokon. Cacing sutera ini mulai berkembangbiak setelah 7-11 hari.
Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas
menjadi tubifex mempunyai usia 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap berkisar
antara 4- 5 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur di
dalam kokon sampai menetas menjadi embrio tubifex membutuhkan waktu sekitar
10-12 hari. Jadi daur hidup cacing sutera dari telur, menetas hingga menjadi
dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar 50-57 hari.

Gambar 2. 2 Morfologi Cacing Sutra

Sumber: elfianpermana010.wordpress.com

2.3 Habitat Dan Kebiasaan Hidup


Cacing tubifex sp umumnya ditemukan pada daerah air perbatasan seperti
daerah yang terjadi polusi zat organik secara berat, daerah endapan sedimen dan
perairan oligotropis. Ditambahkan bahwa spesies Cacing tubifex sp ini bisa
mentolelir perairan dengan salinitas dengan 10 ppt, kemudian oleh Cartwight
dikatakan bahwa dua factor yang mendukung habitat hidup cacing tubifex sp ialah
endapan lumpur dan tumpukan bahan organic yang banyak.Cacing tubifex banyak
hidup diperairan tawar yang airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan
yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan
utamanya adalah bahan-bahan organic yang telah terurai dan mengendapdidasar
peraira. Cacing ini akan membenamkan kepalanya masuk ke dalam lumpur untuk
mencari makan. Sementara ujung ekornya akan disembulkan diatas permukaan
dasar untuk bernafas. Perairan yang banyak dihuni oleh cacing ini sepintas tampak

4
sepertikoloni lumut merah yang melambai-lambai. Kebiasaan makan dan cara
makan cacing rambut ialah memakan detritus, alga benang, diatom atau sisa-sisa
tanaman yang terlarut dilumpur dengen cara cacing membuat lubang berupa
tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel- pertikel lumpur
yang dapat dicemaskan didalam ususnya. Cara makan Cacing sutera (tubifex sp)
golongan tubifex yang permukaan atau dalam sedimen dengan membuat lubang
berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel halus
dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organic dan detritus.Cacing
tubifex sp biasanya hidup disaluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan
dasar perairan mengandung banyak bahan organic yang dijadikan bahan makanan.
Cacing tubifex sp hidupnya berkoloni, bagian ekornya berada dipermukaan dan
berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara. Oksigen
terlarut merupakn parameter yang sangat penting dalam kehidupan setiap
organisme yang hidup. Setiap organisme hidup pasti membutuhkan oksigen untuk
respirasi yang selanjutnya akan digunakan dalam proses metabolisme untuk
merombak bahan organic yang dimakan menjadi sari makanan yang dimanfaatkan
sebagai energi untuk tumbuh berkekembangbiak dan bergerak. Cacing tubifex
tumbuh optimal pada 18-20°C. pada suhu diatas 35°C cacing ini mati dan pada
suhu dibawah 5°C dalam keadaan tidak aktif. Seperti biota air lain, Cacing tubifex
membutuhkan oksigen untuk pernafasannya oksigen optimum untuk hidup dan
berkembangbiak adalah 3-8 ppm. Cacing tubifex adalah hewan air tawar sehingga
sangat peka terhadap perubahan salintas. Cacing tubifex tidak menyukai sinar,
sehingga mudah ditemukan pada tempat-tempat teduh. Cacing tubifex sp akan
berkurang dimana jenis keanekaragaman jenis organisme tinggi. Kelimpahannya
akan semakin tinggi bila standing corps rendah sekalipun. Maka predator
pemakan cacing akan banyak dalam kondisi perairan seperti diatas. Dan jika
semua jenis cacing tak ditemui dalam perairan maka dapat dikatakan perairan
tersebut dalam keadaan tercemar logam berat. Ketinggian air pada lingkungan
pemeliharaan Cacing tubifex sp berpengaruh terhadap ketahanan hidup dan
perkembangannya, jika air terlalu tinggi, maka koloni atau populasi Cacing
tubifex sp akan tidak berkembang bahkan akan mengalami kematian karena
cacing tubifex sp ini membutuhkan oksigen dari luar untuk bernafas. Sedangkan
apabila air terlalu rendah atau sedikit, maka lingkungannya akan cepat panas
sehingga Cacing tubifex ini tidak akan dapat bertahan hidup lebih lama.
Ketinggian air yang optimal pada populasi Cacing tubifex sp adalah setinggi 6
cm.

5
2.4. Siklus Hidup
Spesies Tubifex sp. Ini merupakan jenis hermaprodit, memiliki dua jenis
alat kelamin berupa testis dan ovarium yang terbentuk pada segmen X dan XI
dengan reproduksi umumnya dengan cara seksual. Namun, untuk membuahi sel
telurnya diperlukan sperma dari cacing lainnya dan berkembang biak dengan cara
bertelur dari betina yang telah matang telur. Selanjutnya, telur hasil
perkembangbiakannya dibuahi oleh kelamin jantan yang telah matang. Oleh
karena itu jika ingin cepat mendapatkan perkembangan cacing sutra yang
signifikan maka peternak harus memelihara cacing sutra yang telah dewasa
dengan harapan cacing bisa langsung segera kawin dan meghasilkan telur, telur-
telur cacing sutra berada di dalam wadah yang dinamakan kokon.
Spesies Tubifex sp. Ini merupakan jenis hermaprodit, memiliki dua jenis
alat kelamin berupa testis dan ovarium yang terbentuk pada segmen X dan XI
dengan reproduksi umumnya dengan cara seksual. Namun, untuk membuahi sel
telurnya diperlukan sperma dari cacing lainnya dan berkembang biak dengan cara
bertelur dari betina yang telah matang telur. Selanjutnya, telur hasil
perkembangbiakannya dibuahi oleh kelamin jantan yang telah matang. Oleh
karena itu jika ingin cepat mendapatkan perkembangan cacing sutra yang
signifikan maka peternak harus memelihara cacing sutra yang telah dewasa
dengan harapan cacing bisa langsung segera kawin dan meghasilkan telur, telur-
telur cacing sutra berada di dalam wadah yang dinamakan kokon.

Gambar 2. 3 Siklus Hidup Cacing Sutra

Sumber: https://debbyeka.blogspot.com

2.5 Pakan dan Kebiasaan Makan


Pakan dan Pemberian Pakan Pakan yang diberikan adalah ampas tahu.
Pakan ampas tahu diberikan 3 hari setelah penebaran bibit cacing Tubifex sp.
Dosis pakan yang diberikan 45 g/wadah dengan tujuan untuk menambah sumber

6
makanan agar pertumbuhan cacing Tubifex sp cepat meningkat (Ahmad, 2016).
Pada saat pemberian pakan sirkulasi air dimatikan agar pakan yang diberikan
tidak terbawa aliran air. Sebelum pemberian pakan mesin resirkulasi dimatikan
terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk pakan yang ditebar pada media tidak
terbawa aliran air. Pakan ampas tahu diberikan dengan ditebar langsung pada
permukaan media pemeliharaan cacing sutera, setelah diberikan media dibiarkan
tanpa resirkulasi selama 10-15 menit, hal ini bertujuan agar pakan yang ditebar
mengendap ke dasar media sehingga tidak terbawa aliran air pada saar sirkulasi.

2.6 Kandungan Nutrisi Cacing Sutra


Nilai gizi Cacing Sutra

Protein Lemak Serat Kasar Kadar Abu Air

57% 13,3% 2,04% 3,6% 87,7%

Tabel 2. 1 Nilai gizi Cacing Sutra

2.7 Teknik Budidaya


a. Menyiapkan lahan atau kolam
Budidaya cacing sutra bisa dilakukan memakai kolam, nampan bertingkat,
atau menggunakan bak. Namun, yang paling optimal untuk budidaya adalah
memakai kolam terpal karena kolam dengan terpal bisa menampung lebih banyak
cacing dibanding media lainnya. Akan tetapi meski bisa menampung banyak,
kolam terpal tidaklah membutuhkan lahan yang terlalu luas. Nah, untuk
menyiapkan kolam cacing yang siap pakai, simak lebih dulu tipsnya berikut ini:
Lahan tempat kolam terpal tidak perlu terlalu luas, sesuaikan saja dengan tempat
yang ada di sekitar rumah Anda.Jika kolam sudah dipasang terpal, semprotlah
menggunakan airBiarkan kolam kering sendiri dengan bantuan sinar matahari.Jika
sudah kering, artinya kolam sudah siap dipakai untuk membudidayakan cacing.
Untuk pengisian airnya sendiri, tidaklah sembarangan. Demi kelangsungan
tumbuh kembang cacing, Anda perlu memperhatikan kualitas air yang akan
dipakai di kolam. Hal pertama yang harus diingat, air kolam harus memakai air
bagus yang mengalir.

b. Membuat media cacing sutra di kolam

7
Langkah kedua setelah memperhatikan jenis atau kualitas air adalah
menyiapkan media untuk cacing. Jika media cacing tidak dibuat dengan benar,
maka tumbuh kembang cacing juga tak akan optimal. Berikut adalah cara yang
bisa Anda ikuti untuk menyiapkan media cacing di kolam:
Siapkan lumpur sawah yang sudah steril dari banyak sampah. Hal ini
bertujuan untuk menghindari banyaknya bibit penyakit di lumpur.Setelah itu,
masukkan lumpur sawah ke dalam kolam. Sesuaikan saja banyaknya lumpur
dengan besarnya kolam. Paling tidak ketinggiannya mencapai 10 cm.Setelah itu
siapkan pupuk kandang di dalam bak. Untuk jumlahnya bisa dikira-kira saja,
paling tidak sekitar 3 kg. Campur pupuk ini dengan nutrisi tambahan supaya
pupuk lebih lembut yang bisa Anda beli di toko pertanian.Jika sudah tercampur
rata, masukkan ke kolam terpal yang tadi sudah diisi dengan lumpur.Lalu aliri
kolam dengan air bersih sampai semua media cacing terkena air. Setelahnya,
diamkan kolam kurang lebih 3 hari supaya kualitas pupuk  dan lumpur lebih baik
untuk bibit cacing. Setelah 3 hari, kolam pun siap diberi benih cacing sutra.

c. Penebaran bibit cacing


Langkah ketiga adalah menebar bibit cacing ke kolam. Sebelumnya, Anda
harus memastikan bahwa bibit yang akan ditebar merupakan bibit yang unggul.
Untuk mendapatkannya, Anda bisa membelinya di pihak pembibit atau pengepul
cacing sutra yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dengan begitu, bibitnya pun
lebih optimal dan terpercaya. Adapun cara menyebarnya yaitu sebagai berikut:
Mematikan alat filter air kolam.Lakukanlah aklimatisasi  supaya cacing
tidak stres begitu ditebar. Caranya adalah dengan meletakkan plastik bibit cacing
di permukaan air. Biarkan beberapa saat supaya cacing bisa menyesuaikan diri
dengan suhu kolam. Jika kira-kira sudah 30 menitan, buka plastik bibit cacing dan
buang airnya.Lakukan penimbangan pada berat cacing. Hal ini untuk mengetahui
bobot cacing sutra di awal penebaran. Setelah ditimbang, tebar bibit di kolam
dengan kedalaman kira-kira 1-2 cm. Jika penebaran sudah dilakukan, Anda tak
perlu memberinya pakan, sebab cacing akan mendapat makanan dari media cacing
yang tadi sudah dibuat di kolam.
d. Perawatan cacing sutra
Setelah cacing ditebar, langkah berikutnya adalah melakukan perawatan
pada cacing. Hal penting yang harus dilakukan adalah menjaga kenyamanan
cacing supaya tidak stres. Bagaimana cara memeliharanya? Berikut ulasannya:
1) Pemeliharaan pertama adalah dengan menjaga sistem resirkulasi air pada
kolam. Sebab hal paling krusial untuk budidaya cacing sutra merupakan

8
kondisi airnya. Jadi, Anda harus selalu memastikan air kolam mengandung
DO kurang lebih 1,61 ppm.
2) Lalu pastikan pula suhu airnya tetap 24-27 derajat celcius, tidak lebih atau
kurang. Adapun resirkulasi air kolam ini sangat penting untuk menjaga
kualitas air. Selain bermanfaat untuk menjaga kualitas air, resirkulasi ini
juga berguna untuk tetap menjaga kandungan O2 dan CO2 pada air kolam.
Ukuran filter airnya bisa Anda sesuaikan sendiri dengan besarnya kolam.
Pastikan pula filter ini menyala 24 jam, kecuali saat Anda memberi makan
cacing.
3) Pemeliharaan kedua adalah dengan menjaga cacing sutra dari hama penyakit
yang menyerang. Hama cacing ini jika tidak diantisipasi bisa sangat
mengganggu tumbuh kembang semua cacing sutra di kolam. Dalam
pemeliharaan ini Anda juga perlu memberi cacing sutra pakan. Pemberian
pakan sebaiknya dilakukan seminggu setelah cacing ditebar. Selama
seminggu itu, cacing tak perlu diberi makan karena sudah mendapat nutrisi
dari media cacing dalam kolam.
Setelah satu minggu, cacing akan membutuhkan nutrisi yang lebih banyak
sehingga Anda perlu memberinya pakan. Adapun pakan yang disarankan adalah
ampas tahu. Sebab ampas tahu ini mengandung nutrisi berupa protein kasar dan
karbohidrat yang baik untuk pertumbuhan cacing.
Untuk memberi makan cacing, Anda harus mematikan filter kolam lebih
dulu. Setelah itu, tebarlah fermentasi ampas tahu yang sudah siap untuk pakan
cacing. Jika sudah memberi pakan sekitar 15 menit, barulah Anda bisa
menghidupkan kembali filternya. Pemberian pakan ini sangat penting untuk
pertumbuhan cacing, sehingga Anda tak boleh mengabaikannya.

2.8 Media Pemeliharaan


a. Kotoran Ayam
Pupuk organik memiliki kelebihan dibanding dengan pupuk anorganik,
diantaranya adalah
1) Berfungsi sebagai granulator sehingga dapat Memperbaiki struktur tanah
2) Daya serap tanah terhadap air dapat meningkat dengan pemberian pupuk
organik karena dapat mengikat air lebih banyak dan lebih lama
3) Pupuk organik dapt menigkatkan kondisi kehidupan di dalam tanah

9
4) Unsur hara di dalam pupuk organik merupakan sumber makanan bagi
tanaman
5) Pupuk organik merupakan sumber unsure hara N, P, dan S (Prihmantoro,
2004) Kotoran Ayam termasuk bahan organik yang mudah larut dalam air
dan memiliki kandungan nitrogen tinggi yaitu 2,94% sehingga dapat
meningkatkan nutrisi tanah, nutrisi yang ada di tanah ini kemudian
dimanfaatkan oleh cacing sutera untuk tumbuh dan berkembang biak.
Selain kotoran ayam jenis pupuk dari ampas tahu juga cocok untuk
digunakan sebagai media pemeliharaan cacing sutera, karena memiliki
kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan cacing sutera (Suharyadi,
2012). Unsur makro dan mikro pada kotoran ayam terdiri dari N (1,72%),
P (1,82%), K (2,18%), Ca (9,23%), Mg (0,86%), Mn (610%), Fe (3475%),
Cu(160%), Zn (501%) (Susilowati, 2013). Hal ini diperkuat dengan hasil
Sutedjo (2002) yang mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam
mengandung unsur hara tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang
lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk
kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan
bagian padat.
Berikut kandungannya lebih rinci disajikan pada Tabel 2.2

Jenis Ternak N (%) P₂O₅ (%) K₂O(%)

Ayam 2,6 2,9 3,4

Sapi 1,3 1,2 1,2

Kuda 1,4 1,2 1,2

Domba 1,6 1,3 1,3

Tabel 2. 2 Kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang

Sumber : (Sutedjo, 2012)

b. Lumpur Halus
Lumpur halus merupakan media kultur cacing sutera. Umumnya terdapat
dipinggir sungai, selokan, disekitar pintu air kolam ikan, atau disekitar saluran
pembuangan. Banyaknya lumpur halus yang dibutuhkan untuk media kultur
cacing sutera bervariasi. Ketebalannya tergantung dari bahan organik yang
terkandung didalamnya. Apabila kandungan bahan organiknya cukup banyak,

10
yakni terlihat subur dan berwarna hitam, lumpur yang digunakan setebal 10 cm
dari dasar kolam sebaiknya jika lumpur halus yang digunakan tidak subur,
ketebalannya cukup 5-7 cm. sisahnya, yakni 3-5 cm diisi dengan pupuk kandang
atau media lainnya.
c. Ampas Tahu
Ampas tahu juga dapat digunakan sebagai media sekaligus bahan sumber
makanan bagi cacing sutera. Ampas tahu adalah sisa dari proses pengolahan susu
kedelai yang tidak terlarut. Ampas tahu mengalami pembusukan yang lebih cepat
dari media kultur lain seperti dedak. Umumnya selama proses pembusukan
berlangsung akan timbul gelembung-gelembung gas, jika proses tersebut selesai
barulah bibit cacing sutera dapat ditebar. Sebagai alasan memilih media kultur
ampas tahu adalah selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya
perairan, pada tepung ampas tahu masih terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein
(23,55% ), lemak (5,54%), karbohidrat (26,92), abu (17,03%), seat kasar
(16,53%) ,dan air (10,43%). Ketika ampas tahu dipilih untuk dijadikan media,
diharapkan terjadi transfer energi dari ampas tahu pada cacing tubifex yang
dihasilkan. Selain itu, sebagai limbah, ampas tahu mudah didapatkan dengan
harga relatif terjangkau. Hal itu terjadi pembiakan cacing tubifex merupakan
teknologi yang murah dan mudah diaplikasikan.

d. Lokasi dan Lay Out Produksi


Cacing akan tumbuh setelah 2 minggu,biang cacing ditebar di kolam.Panen
pertama dilakukan setelah cacing berumur 75 hari untuk selanjutnya dapat
dipanen setiap 15 hari.dengan ciri-ciri apabila lumpur sudah kental.Panen cacing
sutera dilakukan pada pagi/sore hari dengan car menaikan air ketinggian air
sampai 50-60 cm agar cacing naik sehingga mudah dipanen.Cacing dan lumpur
dikeruk dengan caduk/garu dimasukan dalam baskom kemudian dicuci dalam
saringan.cacing yang terangkat masih bercampur lumpur,selanjutnya dimasukan
dalam ember yang berisi air dengan ketinggian 1 cm diatas media lumpur.ember
ditutup agar bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama 1-2 jam.cacing
akan bergerombol di atas media dan dapat diambil dengan tangan untuk di
pisahkan dari media/lumpur.cacing tersebut dimasukan kedalam bak pemberokan
selama 10-12 jam.cacing siap di jual ke pembeli

e. Kualitas Air
Cacing sutera berkembang baik bila tempat pemeliharaannya mendapatkan
cahaya yang cukup. Dimana kualitas air yang optimum yang akan membantu

11
populasi pertumbuhan dan reproduksi setiap individu dengan baik. Faktor yang
berhubungan dengan kualitas air tersebut antara lain suhu, derajat kesamaan,
oksigen terlarut dan amonia.
1) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi beberapa perubahan
populasi seperti reproduksi dan pertumbuhan. Secara umum laju pertumbuhan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan organisme,
bahkan menyebabkan kematian bila suhu sampai drastis. Suhu air dalam
pengkulturan antara 23-25°C
2) Derajat kesamaan (pH)
Derajat kesamaan atau pH digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui
baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup perairan. Perubahan
perairan pH sapat terjadi karena terbentuknya gas-gan hasil perombakan bahan
organik, proses metabolisme organisme perairan dan kegiatan sejenis yang
memungkinkan bertambahnya konsntrasi asam atau basa perairan. Derajat
kesamaan atau pH air yang ideal untuk pengkulturan cacing sutera berkisar antara
7-8
3) Oksigen Terlarut atau Disolvet Oxigen (DO)
Oksigen terlarut atau DO sangat penting bagi pernapasan dan merupakan
komponen utama bagi metabolisme cacing sutra dan organisme lainnya. Air
mengalir berfungsi untuk meningkatkan kandungan oksigen yang dibutuhkan
cacing untuk bernafas. Konsentrasi oksigen yang baik untuk cacing sutra adalah
4-5 ppm.
4) Amonia
Amonia merupakan hasil perombakan asam-asam amino oleh berbagai jenis
bakteri aerob dan anaerob. Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein
dan amonia dalam bentuk yang tidak terionisasi merupakan racun bagi organisme
air sekalipun konsentrasi sangat rendah. Amonia disatu sisi merupakan hasil akhir
dari metabolisme protein, dan disisi lain amonia dalam bentuk yang tidak
terionisasi merupakan racun bagi organisme sekalipun pada konsentrasi yang
sangat rendah. Kadar amonia yang masih layak untuk ikan adalah tidak lebih dari
1mg/l, namun kadar amoniak 0,006 ppm sudah dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan organ ikan. Gas beracun ini biasanya dihasilkan dari pembusukan
bahan organik, terutama kotoran ayam jika konsentrasinya terlalu tinggi
(pekat)maka dapat mengakibatkan kematian pada cacing

12
2.9 Aspek ekonomi
Budidaya cacing sutera memberikan dampak positive bagi tetangga di
lingkungan kami melalui penyerapan tenaga kerja yg semakin kami butuhkan
seiring dengan semakin berkembangnya usaha yang kami dirikan berkaitan
dengan semakin melambungnya permintaan terhadap cacing sutera.

2.10 Aspek sosial budaya


Usaha mengenai cacing sutera tidak begitu banyak mengganggu lingkungan,
hanya sedikit bau amis yang timbul seiring berjalannya budidaya ini.

2.11 BBPAT Sukabumi


Terletak di Jl. Selabintana No.37, Sukabumi Jawa Barat, Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi memiliki sejarah yang panjang
sejak jaman penjajahan Belanda. Bermula dari sebuah Sekolah Pertanian yang
berdiri pada tahun 1920 yaitu Cultuur School/ Landbow School, dan pada Jaman
Jepang lembaga ini sempat berganti nama menjadi Noo Gakko. Setelah
mengalami beberapa perubahan nama dan fungsi, pada tahun 1978 berubah
menjadi Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) hingga terakhir pada tahun 2006 yang
lalu diubah menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT).
BBPBAT Sukabumi berada pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut,
karena itu udaranya cukup sejuk, bahkan dingin, dengan suhu berkisar antara 20 –
27 oC. Areal yang dimiliki seluas 25,6 Ha yang terbagi atas 3 Ha Perkantoran, 7
Ha Perkolaman, dan 15,6 Ha Sawah dan Kebun. Adapun sumber air utama berasal
dari Gunung Gede (S. Panjalu, S. 13. Cipelang, S. Cisarua) sehingga pasokan
airnya cukup melimpah dengan kondisi yang masih jernih dan sangat bagus untuk
budidaya.
Visi BBPBAT Sukabumi :
“Mewujudkan Balai sebagai Institusi Pelayanan Prima dalam Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Usaha Budidaya Air Tawar yang Berdaya Saing,
Berkelanjutan dan Berkeadilan”
Misi BBPBAT Sukabumi :
1. Pelayanan prima terhadap masyarakat;
2. Meningkatkan profesionalisme SDM
3. Pengkajian dan pengujian teknik budidaya air tawar;
4. Menghasilkan induk dan benih berkualitas;
5. Menerapkan sistem sertifikasi dan pengawasan
6. Diseminasi teknologi budidaya hasil pengkajian dan perekayasaan;

13
7. Pelestarian sumberdaya perairan;
8. Meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas balai;
9. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan instansi terkait, baik dalam
maupun luar negeri.

Ada sekitar 13 ikan yang dibudidayakan disini yaitu Nila, Mas, Lele,
Gurame, Patin, Baung, Koan, Mola, Kodok Lembu, Udang Galah, , Koki,
Arowana,dan Cherax. Selain mengembangkan dan menerapkan teknik
pembenihan dan pembudidayaan disini juga melayani penjualan ikan dalam
bentuk induk maupun benih.
Dalam hal ini BBPBAT Sukabumi juga memiliki Koperasi Mina Karya
yang menyediakan induk dan benih ikan air tawar, artemia, ovaprim, MS-222,
estradiol, dan lainnya.

2.12 Komoditas unggulan yang ada di BBPBAT sukabumi


Cacing sutra atau dikenal dengan nama latin Tubifex ini merupakan salah
satu pakan jenis unggul bagi ikan tawar. Biasanya yang banyak menggunakan
cacing ini adalah pembibitan ikan Patin.
Cacing sutra ini dipilih lantaran memiliki kandungan nutrisi yang sesuai
untuk tumbuh kembang bibit ikan. Di dalam cacing sutra terkandung 13% lemak
dan 57% protein yang sangat dibutuhkan ikan. Selain itu, ukuran cacing sutra
yang kecil sangat memudahkan para peternak ikan dalam memberi pakan bibit-
bibit ikan kecil.
Jika Anda ingin membudidayakan cacing ini, maka tak usah ragu. Ada
banyak keuntungan yang bisa didapatkan. Nah, untuk lebih meyakinkan Anda
dalam memulai budidaya, berikut ada beberapa potensi luar biasa dari cacing
sutra:
1. Cacing ini banyak dicari petani ikan, sehingga lebih mudah menjualnya
2. Memiliki konsumen yang jelas, terutama para pembibit ikan air tawar
3. Jumlah orang yang melakukan budidaya ikan cukup banyak, sehingga
permintaan cacing sutra di pasar juga cukup tinggi
4. Harga yang beredar di pasaran cukup stabil dari waktu ke waktu
5. Bisa dijual baik dalam keadaan basah ataupun kering
6. Mudah dalam pemeliharaan
7. Tidak membutuhkan lahan yang luas, jadi bisa dibudidayakan di lahan sempit
di rumah
8. Tidak memerlukan modal yang banyak
9. Bisa menikmati keuntungan setiap bulan
10. Tak hanya profesional saja, para pemula juga bisa melakukan budidaya
cacing jenis ini.

14
BAB 3
METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Data penelitian

3.2 Analisis data

15
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

16
4.2 Saran dan masukan

17

Anda mungkin juga menyukai