(TUBIFEX SP)
BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT)
SUKABUMI, JAWA BARAT
Disusun Oleh :
Amanda Fitriani
10516
Mengetahui, Menyetujui,
Waka Humas Kaprog Agribisnis Perikanan
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB 1......................................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................................1
1.3 Waktu Pelaksanaan.........................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
2.1 Klasifikasi.......................................................................................................3
2.2 Morfologi dan Anatomi..................................................................................3
2.3 Habitat Dan Kebiasaan Hidup........................................................................4
2.4. Siklus Hidup..................................................................................................5
2.5 Pakan dan Kebiasaan Makan..........................................................................6
2.6 Kandungan Nutrisi Cacing Sutra....................................................................7
2.7 Teknik Budidaya............................................................................................7
2.8 Media Pemeliharaan.......................................................................................9
2.9 Aspek ekonomi.............................................................................................13
2.10 Aspek sosial budaya...................................................................................13
2.11 BBPAT Sukabumi......................................................................................13
2.12 Komoditas unggulan yang ada di BBPBAT sukabumi..............................14
BAB 3....................................................................................................................15
3.1 Data penelitian..............................................................................................15
3.2 Analisis data.................................................................................................15
BAB 4....................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan...................................................................................................16
4.2 Saran dan masukan.......................................................................................17
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Sedangkan maksud nya yang didapat dari pelaksanaan kegiatan Praktik
Kerja Industri (PRAKERIN) ini dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk
ngajar mengajar, menguatkan hubungan pendidikan dan dunia kerja.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Cacing Sutra memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi yaitu protein
(57%), lemak (13,3%), serat kasar (2,04%), kadar abu (3,6%) (Bintaryanto dan
Taufikurohmah, 2013), oleh karena itu cacing sutra sangat baik untuk benih ikan
(Priyadi et al., 2010). Klasifikasi cacing sutra menurut Gusrina (2008) adalah :
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp
Sumber: zonaikan.wordpress.com
3
adalah bagian-bagian organic yang telah terurai dan mengendap didasar perairan
tersebut. Cacing sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat
kelamin jantan dan betina sekaligus dalam satu tubuh. Berkembangbiak dengan
bertelur, proses penelusuran terjadi didalam kokon yaitu suatu segmen yang
berbentuk bulat telur yang terdiri dari kalenjer epidermis dan salah satu segmen
tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang
membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan
keluar dari kokon. Cacing sutera ini mulai berkembangbiak setelah 7-11 hari.
Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas
menjadi tubifex mempunyai usia 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap berkisar
antara 4- 5 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur di
dalam kokon sampai menetas menjadi embrio tubifex membutuhkan waktu sekitar
10-12 hari. Jadi daur hidup cacing sutera dari telur, menetas hingga menjadi
dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar 50-57 hari.
Sumber: elfianpermana010.wordpress.com
4
sepertikoloni lumut merah yang melambai-lambai. Kebiasaan makan dan cara
makan cacing rambut ialah memakan detritus, alga benang, diatom atau sisa-sisa
tanaman yang terlarut dilumpur dengen cara cacing membuat lubang berupa
tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel- pertikel lumpur
yang dapat dicemaskan didalam ususnya. Cara makan Cacing sutera (tubifex sp)
golongan tubifex yang permukaan atau dalam sedimen dengan membuat lubang
berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel halus
dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organic dan detritus.Cacing
tubifex sp biasanya hidup disaluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan
dasar perairan mengandung banyak bahan organic yang dijadikan bahan makanan.
Cacing tubifex sp hidupnya berkoloni, bagian ekornya berada dipermukaan dan
berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara. Oksigen
terlarut merupakn parameter yang sangat penting dalam kehidupan setiap
organisme yang hidup. Setiap organisme hidup pasti membutuhkan oksigen untuk
respirasi yang selanjutnya akan digunakan dalam proses metabolisme untuk
merombak bahan organic yang dimakan menjadi sari makanan yang dimanfaatkan
sebagai energi untuk tumbuh berkekembangbiak dan bergerak. Cacing tubifex
tumbuh optimal pada 18-20°C. pada suhu diatas 35°C cacing ini mati dan pada
suhu dibawah 5°C dalam keadaan tidak aktif. Seperti biota air lain, Cacing tubifex
membutuhkan oksigen untuk pernafasannya oksigen optimum untuk hidup dan
berkembangbiak adalah 3-8 ppm. Cacing tubifex adalah hewan air tawar sehingga
sangat peka terhadap perubahan salintas. Cacing tubifex tidak menyukai sinar,
sehingga mudah ditemukan pada tempat-tempat teduh. Cacing tubifex sp akan
berkurang dimana jenis keanekaragaman jenis organisme tinggi. Kelimpahannya
akan semakin tinggi bila standing corps rendah sekalipun. Maka predator
pemakan cacing akan banyak dalam kondisi perairan seperti diatas. Dan jika
semua jenis cacing tak ditemui dalam perairan maka dapat dikatakan perairan
tersebut dalam keadaan tercemar logam berat. Ketinggian air pada lingkungan
pemeliharaan Cacing tubifex sp berpengaruh terhadap ketahanan hidup dan
perkembangannya, jika air terlalu tinggi, maka koloni atau populasi Cacing
tubifex sp akan tidak berkembang bahkan akan mengalami kematian karena
cacing tubifex sp ini membutuhkan oksigen dari luar untuk bernafas. Sedangkan
apabila air terlalu rendah atau sedikit, maka lingkungannya akan cepat panas
sehingga Cacing tubifex ini tidak akan dapat bertahan hidup lebih lama.
Ketinggian air yang optimal pada populasi Cacing tubifex sp adalah setinggi 6
cm.
5
2.4. Siklus Hidup
Spesies Tubifex sp. Ini merupakan jenis hermaprodit, memiliki dua jenis
alat kelamin berupa testis dan ovarium yang terbentuk pada segmen X dan XI
dengan reproduksi umumnya dengan cara seksual. Namun, untuk membuahi sel
telurnya diperlukan sperma dari cacing lainnya dan berkembang biak dengan cara
bertelur dari betina yang telah matang telur. Selanjutnya, telur hasil
perkembangbiakannya dibuahi oleh kelamin jantan yang telah matang. Oleh
karena itu jika ingin cepat mendapatkan perkembangan cacing sutra yang
signifikan maka peternak harus memelihara cacing sutra yang telah dewasa
dengan harapan cacing bisa langsung segera kawin dan meghasilkan telur, telur-
telur cacing sutra berada di dalam wadah yang dinamakan kokon.
Spesies Tubifex sp. Ini merupakan jenis hermaprodit, memiliki dua jenis
alat kelamin berupa testis dan ovarium yang terbentuk pada segmen X dan XI
dengan reproduksi umumnya dengan cara seksual. Namun, untuk membuahi sel
telurnya diperlukan sperma dari cacing lainnya dan berkembang biak dengan cara
bertelur dari betina yang telah matang telur. Selanjutnya, telur hasil
perkembangbiakannya dibuahi oleh kelamin jantan yang telah matang. Oleh
karena itu jika ingin cepat mendapatkan perkembangan cacing sutra yang
signifikan maka peternak harus memelihara cacing sutra yang telah dewasa
dengan harapan cacing bisa langsung segera kawin dan meghasilkan telur, telur-
telur cacing sutra berada di dalam wadah yang dinamakan kokon.
Sumber: https://debbyeka.blogspot.com
6
makanan agar pertumbuhan cacing Tubifex sp cepat meningkat (Ahmad, 2016).
Pada saat pemberian pakan sirkulasi air dimatikan agar pakan yang diberikan
tidak terbawa aliran air. Sebelum pemberian pakan mesin resirkulasi dimatikan
terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk pakan yang ditebar pada media tidak
terbawa aliran air. Pakan ampas tahu diberikan dengan ditebar langsung pada
permukaan media pemeliharaan cacing sutera, setelah diberikan media dibiarkan
tanpa resirkulasi selama 10-15 menit, hal ini bertujuan agar pakan yang ditebar
mengendap ke dasar media sehingga tidak terbawa aliran air pada saar sirkulasi.
7
Langkah kedua setelah memperhatikan jenis atau kualitas air adalah
menyiapkan media untuk cacing. Jika media cacing tidak dibuat dengan benar,
maka tumbuh kembang cacing juga tak akan optimal. Berikut adalah cara yang
bisa Anda ikuti untuk menyiapkan media cacing di kolam:
Siapkan lumpur sawah yang sudah steril dari banyak sampah. Hal ini
bertujuan untuk menghindari banyaknya bibit penyakit di lumpur.Setelah itu,
masukkan lumpur sawah ke dalam kolam. Sesuaikan saja banyaknya lumpur
dengan besarnya kolam. Paling tidak ketinggiannya mencapai 10 cm.Setelah itu
siapkan pupuk kandang di dalam bak. Untuk jumlahnya bisa dikira-kira saja,
paling tidak sekitar 3 kg. Campur pupuk ini dengan nutrisi tambahan supaya
pupuk lebih lembut yang bisa Anda beli di toko pertanian.Jika sudah tercampur
rata, masukkan ke kolam terpal yang tadi sudah diisi dengan lumpur.Lalu aliri
kolam dengan air bersih sampai semua media cacing terkena air. Setelahnya,
diamkan kolam kurang lebih 3 hari supaya kualitas pupuk dan lumpur lebih baik
untuk bibit cacing. Setelah 3 hari, kolam pun siap diberi benih cacing sutra.
8
kondisi airnya. Jadi, Anda harus selalu memastikan air kolam mengandung
DO kurang lebih 1,61 ppm.
2) Lalu pastikan pula suhu airnya tetap 24-27 derajat celcius, tidak lebih atau
kurang. Adapun resirkulasi air kolam ini sangat penting untuk menjaga
kualitas air. Selain bermanfaat untuk menjaga kualitas air, resirkulasi ini
juga berguna untuk tetap menjaga kandungan O2 dan CO2 pada air kolam.
Ukuran filter airnya bisa Anda sesuaikan sendiri dengan besarnya kolam.
Pastikan pula filter ini menyala 24 jam, kecuali saat Anda memberi makan
cacing.
3) Pemeliharaan kedua adalah dengan menjaga cacing sutra dari hama penyakit
yang menyerang. Hama cacing ini jika tidak diantisipasi bisa sangat
mengganggu tumbuh kembang semua cacing sutra di kolam. Dalam
pemeliharaan ini Anda juga perlu memberi cacing sutra pakan. Pemberian
pakan sebaiknya dilakukan seminggu setelah cacing ditebar. Selama
seminggu itu, cacing tak perlu diberi makan karena sudah mendapat nutrisi
dari media cacing dalam kolam.
Setelah satu minggu, cacing akan membutuhkan nutrisi yang lebih banyak
sehingga Anda perlu memberinya pakan. Adapun pakan yang disarankan adalah
ampas tahu. Sebab ampas tahu ini mengandung nutrisi berupa protein kasar dan
karbohidrat yang baik untuk pertumbuhan cacing.
Untuk memberi makan cacing, Anda harus mematikan filter kolam lebih
dulu. Setelah itu, tebarlah fermentasi ampas tahu yang sudah siap untuk pakan
cacing. Jika sudah memberi pakan sekitar 15 menit, barulah Anda bisa
menghidupkan kembali filternya. Pemberian pakan ini sangat penting untuk
pertumbuhan cacing, sehingga Anda tak boleh mengabaikannya.
9
4) Unsur hara di dalam pupuk organik merupakan sumber makanan bagi
tanaman
5) Pupuk organik merupakan sumber unsure hara N, P, dan S (Prihmantoro,
2004) Kotoran Ayam termasuk bahan organik yang mudah larut dalam air
dan memiliki kandungan nitrogen tinggi yaitu 2,94% sehingga dapat
meningkatkan nutrisi tanah, nutrisi yang ada di tanah ini kemudian
dimanfaatkan oleh cacing sutera untuk tumbuh dan berkembang biak.
Selain kotoran ayam jenis pupuk dari ampas tahu juga cocok untuk
digunakan sebagai media pemeliharaan cacing sutera, karena memiliki
kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan cacing sutera (Suharyadi,
2012). Unsur makro dan mikro pada kotoran ayam terdiri dari N (1,72%),
P (1,82%), K (2,18%), Ca (9,23%), Mg (0,86%), Mn (610%), Fe (3475%),
Cu(160%), Zn (501%) (Susilowati, 2013). Hal ini diperkuat dengan hasil
Sutedjo (2002) yang mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam
mengandung unsur hara tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang
lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk
kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan
bagian padat.
Berikut kandungannya lebih rinci disajikan pada Tabel 2.2
b. Lumpur Halus
Lumpur halus merupakan media kultur cacing sutera. Umumnya terdapat
dipinggir sungai, selokan, disekitar pintu air kolam ikan, atau disekitar saluran
pembuangan. Banyaknya lumpur halus yang dibutuhkan untuk media kultur
cacing sutera bervariasi. Ketebalannya tergantung dari bahan organik yang
terkandung didalamnya. Apabila kandungan bahan organiknya cukup banyak,
10
yakni terlihat subur dan berwarna hitam, lumpur yang digunakan setebal 10 cm
dari dasar kolam sebaiknya jika lumpur halus yang digunakan tidak subur,
ketebalannya cukup 5-7 cm. sisahnya, yakni 3-5 cm diisi dengan pupuk kandang
atau media lainnya.
c. Ampas Tahu
Ampas tahu juga dapat digunakan sebagai media sekaligus bahan sumber
makanan bagi cacing sutera. Ampas tahu adalah sisa dari proses pengolahan susu
kedelai yang tidak terlarut. Ampas tahu mengalami pembusukan yang lebih cepat
dari media kultur lain seperti dedak. Umumnya selama proses pembusukan
berlangsung akan timbul gelembung-gelembung gas, jika proses tersebut selesai
barulah bibit cacing sutera dapat ditebar. Sebagai alasan memilih media kultur
ampas tahu adalah selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya
perairan, pada tepung ampas tahu masih terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein
(23,55% ), lemak (5,54%), karbohidrat (26,92), abu (17,03%), seat kasar
(16,53%) ,dan air (10,43%). Ketika ampas tahu dipilih untuk dijadikan media,
diharapkan terjadi transfer energi dari ampas tahu pada cacing tubifex yang
dihasilkan. Selain itu, sebagai limbah, ampas tahu mudah didapatkan dengan
harga relatif terjangkau. Hal itu terjadi pembiakan cacing tubifex merupakan
teknologi yang murah dan mudah diaplikasikan.
e. Kualitas Air
Cacing sutera berkembang baik bila tempat pemeliharaannya mendapatkan
cahaya yang cukup. Dimana kualitas air yang optimum yang akan membantu
11
populasi pertumbuhan dan reproduksi setiap individu dengan baik. Faktor yang
berhubungan dengan kualitas air tersebut antara lain suhu, derajat kesamaan,
oksigen terlarut dan amonia.
1) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi beberapa perubahan
populasi seperti reproduksi dan pertumbuhan. Secara umum laju pertumbuhan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan organisme,
bahkan menyebabkan kematian bila suhu sampai drastis. Suhu air dalam
pengkulturan antara 23-25°C
2) Derajat kesamaan (pH)
Derajat kesamaan atau pH digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui
baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup perairan. Perubahan
perairan pH sapat terjadi karena terbentuknya gas-gan hasil perombakan bahan
organik, proses metabolisme organisme perairan dan kegiatan sejenis yang
memungkinkan bertambahnya konsntrasi asam atau basa perairan. Derajat
kesamaan atau pH air yang ideal untuk pengkulturan cacing sutera berkisar antara
7-8
3) Oksigen Terlarut atau Disolvet Oxigen (DO)
Oksigen terlarut atau DO sangat penting bagi pernapasan dan merupakan
komponen utama bagi metabolisme cacing sutra dan organisme lainnya. Air
mengalir berfungsi untuk meningkatkan kandungan oksigen yang dibutuhkan
cacing untuk bernafas. Konsentrasi oksigen yang baik untuk cacing sutra adalah
4-5 ppm.
4) Amonia
Amonia merupakan hasil perombakan asam-asam amino oleh berbagai jenis
bakteri aerob dan anaerob. Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein
dan amonia dalam bentuk yang tidak terionisasi merupakan racun bagi organisme
air sekalipun konsentrasi sangat rendah. Amonia disatu sisi merupakan hasil akhir
dari metabolisme protein, dan disisi lain amonia dalam bentuk yang tidak
terionisasi merupakan racun bagi organisme sekalipun pada konsentrasi yang
sangat rendah. Kadar amonia yang masih layak untuk ikan adalah tidak lebih dari
1mg/l, namun kadar amoniak 0,006 ppm sudah dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan organ ikan. Gas beracun ini biasanya dihasilkan dari pembusukan
bahan organik, terutama kotoran ayam jika konsentrasinya terlalu tinggi
(pekat)maka dapat mengakibatkan kematian pada cacing
12
2.9 Aspek ekonomi
Budidaya cacing sutera memberikan dampak positive bagi tetangga di
lingkungan kami melalui penyerapan tenaga kerja yg semakin kami butuhkan
seiring dengan semakin berkembangnya usaha yang kami dirikan berkaitan
dengan semakin melambungnya permintaan terhadap cacing sutera.
13
7. Pelestarian sumberdaya perairan;
8. Meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas balai;
9. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan instansi terkait, baik dalam
maupun luar negeri.
Ada sekitar 13 ikan yang dibudidayakan disini yaitu Nila, Mas, Lele,
Gurame, Patin, Baung, Koan, Mola, Kodok Lembu, Udang Galah, , Koki,
Arowana,dan Cherax. Selain mengembangkan dan menerapkan teknik
pembenihan dan pembudidayaan disini juga melayani penjualan ikan dalam
bentuk induk maupun benih.
Dalam hal ini BBPBAT Sukabumi juga memiliki Koperasi Mina Karya
yang menyediakan induk dan benih ikan air tawar, artemia, ovaprim, MS-222,
estradiol, dan lainnya.
14
BAB 3
METEDOLOGI PENELITIAN
15
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
16
4.2 Saran dan masukan
17