Oleh :
AKHMAD MURJANI
NIP.19631031 199003 1 001
Biaya Mandiri
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2009
KATA PENGANTAR
Ikan sepat rawa sekarang ini tidak bisa hanya dipandang sebelah
mata, oleh karena hanya merupakan makanan pedesaan, tetapi hingga
saat ini ikan sepat rawa banyak dicari dan harganyapun relatif mahal,
hingga mencapai Rp 150.000.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) pada
musim paceklik. Maklum selama ini ikan sepat rawa hanya diperoleh hasil
tangkapan dari alam, khususnya pada perairan rawa, sehingga
keberadaan-nyapun di alam tergantung dari musim.
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 3
BAB V.PENUTUP 37
5.1. Kesimpulan 37
5.2. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN-LAMPIRAN 41
DAFTAR TABEL
Gambar 2.1.
Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus Pall) dan Perairan Rawa
Sepat rawa adalah ikan yang hidup di air tawar pada suhu 20
28oC. Di Jawa Barat dan seputaran Jakarta ikan ini disebut sepat siam, di
Sumatera Selatan dinamakan sepat merah mato atau bisa juga disebut
three spot gouramy karena pada tubuhnya terdapat dua bintik hitam dan
satu mata yang menjadi 3 bintik hitam, sedangkan di Jawa Timur ia juga
dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris ikan sepat rawa
disebut snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di
sisi tubuhnya (Anonim, 2008).
Ikan sepat rawa merupakan kelompok ikan yang mempunyai
pernafasan tambahan berupa tulang tipis yang berlekuk-lekuk seperti
buangan karang yang disebut labirin dengan menggunakan dan
mengambil oksigen langsung dari udara. Sebagian dapat membangun
karang berbusa yang berguna untuk menyimpan telurnya di dalam mulut.
Warna tubuh ikan ini dipengaruhi oleh jenis kelamin reproduksi dan
umurnya. Sirip punggung lebih kecil dari pada sirip dubur, mempunyai 6-8
jari-jari keras dan 8-10 jari-jari lunak. Sirip duburnya mempunyai 10-12
jari-jari keras 33-38 jari-jari lunak. Sirip perut memiliki 1 jari-jari keras dan
3-4 jari-jari lunak, satu diantaranya menjadi alat peraba yang panjang
seperti ijuk. Sirip dada mempunyai 9-10 jari-jari lunak. Terkadang pada
bagian sirip punggung dan sirip ekor yang lunak ada bulatan hitam.
(Djuhanda, 1981).
Ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus Pall) memiliki ciri-ciri
bentuk tubuhnya seperti ikan sepat siam yaitu tubuhnya pipih, kepalanya
mirip dengan ikan gurami muda yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak
dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip punggung terdapat di atas
bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua bulatan hitam,
satu di tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke
dalam dua lekukan yang dangkal, memiliki permulaan sirip punggung atas
yang lemah dari sirip duburnya. A. XI X (XII). 33-38. bagian kepala
dibelakang mata dua kali lebih dari permulaan sirip punggung di atas
bagian berjari-jari keras dari sirip dubur (Saanin, 1968).
Ikan ini memiliki warna yang menarik dengan berbagai variasi,
sehingga sering dijadikan ikan hias. Ada 2 jenis yang berwarna menarik,
yaitu blue gouramy (warnanya biru) dan gold gouramy (warnanya
keemas-an) (Anonim, 2008).
Blue gouramy dapat mencapai ukuran 200-350 gram dengan
panjang 12,7 cm. Ikan sepat yang jantan tubuhnya lebih pipih, sedangkan
yang betina lebih gemuk terutama pada ikan betina yang sedang matang
kelamin. Pemijahan blue gouramy umumnya berlangsung pada saat suhu
air 26,5 C (80 F). Telur yang sudah dibuahi diletakkan di dalam sarang
yang mereka buat dari buih (Anonim, 2008).
2.3. Pakan
Ikan memerlukan pakan sejak mulai hidup dari ukuran larva
(burayak), dewasa sampai ukuran induk. Fungsi pakan adalah untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Pakan yang dimakan oleh ikan
pertama-tama digunakan untuk kelangsungan hidup dan apabila ada
kelebihannya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Jadi bila
menghendaki pertumbuhan ikan yang baik, maka harus diberi sejumlah
pakan yang melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya
(Djajasewaka, 1985).
Menurut Priyambodo dan Wahyuningsih (2001), salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan budidaya ikan adalah ketersediaan
pakannya. Dalam penyediaan pakan harus diperhatikan beberapa faktor,
yaitu jumlah dan kualitas pakan, kemudahan untuk menyediakannya,
serta lama waktu pengambilan pakan yang berkaitan dengan jenis ikan
maupun umurnya.
Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan berupa pakan alami
maupun pakan buatan. Menurut Ahmad Mujiman (1994), secara umum
pakan ikan yang baik mengandung protein antara 20 40 %, lemak
antara 5 14 % dan khusus untuk ikan omnivora kandungan
karbohidratnya menghendaki sekitar 9% saja.
Makanan utama ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus Pall)
adalah berupa tumbuh-tumbuhan air, cacing dan larva nyamuk. Rotifera
dan kutu air juga cocok untuk makanan benih ikan ini (Lingga dan
Susanto, 1987) maka ikan ini dapat digolongkan sebagai ikan omnivora
dan diharapkan dapat diberikan makanan buatan atau makanan
tambahan.
Pemberian makanan tambahan atau makanan buatan dapat
menaikan produksi sampai 3 kali lipat dibanding pemberian makanan
tumbuhan, menurut Boyd (1982) mengatakan bahwa makanan buatan
harus memenuhi syarat tepat jenis, tepat ukuran, tepat jumlah dan tepat
waktu. Selain itu makanan buatan yang bermutu baik ditentukan oleh
komposisi bahan penyusunnya, penanganannya, pembuatannya serta
ketahanannya dalam air.
Banyaknya pemberian makan setiap harinya secara optimal adalah
30% dari berat tubuh (Boyd, 1982) dan menurut Mujiman (1994)
menyatakan bahwa pemberian makanan pada ikan umumnya berlaku
pada pagi dan sore hari.
Pada penelitian ini ikan sepat rawa yang dipelihara dalam hapa
diberikan makanan tambahan berupa pakan ikan dalam bentuk pelet
yang komposisi kandungan gizinya seperti protein, lemak, karbohidrat,
serat kasar dan mineral dapat dilihat pada lampiran.
2.4. Pertumbuhan
Menurut Effendie (1997), pertumbuhan merupakan proses biologis
komplek yang banyak faktor mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya
adalah keturunan sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama
mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan dan lingkungan (suhu
perairan).
Menurut Asmawi (1983), pakan dimanfaatkan oleh ikan untuk
memelihara tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak, setelah itu
kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan akan terjadi
jika jumlah makanan yang dimakan lebih besar dari keperluan untuk
mempertahankan berat badan ikan dan pertumbuhan maksimum dapat
dicapai jika pakan yang diberikan telah melebihi kebutuhan untuk
pemeliharaan tubuh. Dari sejumlah pakan yang dimakan oleh ikan lebih
kurang 10% saja yang digunakan untuk tumbuh dan menambah berat
badan, selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak dapat
dicerna (Mudjiman, 1994).
Kecepatan tumbuh tiap jenis ikan berbeda-beda tergantung kepada
sistem metabolisme dalam tubuh tiap jenis ikan. Pertumbuhan akan lebih
cepat terjadi pada ikan-ikan muda, karena tingkat metabolisme lebih
tinggi.
2.5.3.Amoniak (NH3)
Amoniak adalah senyawa bersifat racun yang berasal dari hasil
penguraian protein secara kimiawi. Protein yang terurai bersumber dari
makanan dan sisa-sisa metabolisme larva. Kandungan amoniak di dalam
air akan dipengaruhi oleh temperatur, pH, dan faktor lainya. Kenaikan pH
dan penurunan suhu dapat menaikan konsentrasi amoniak di dalam
media. Kenaikan pH juga dapat mempengaruhi daya racun amoniak. Di
daerah perairan Kalimantan Selatan dimana banyak ikan sepat terdapat,
kandungan amoniak berkisar antara 0,014 0,074 ppm (Anonim, 1983).
Waktu
Tabel 1. Jadual Kegiatan Kegiatan
Penelitian
No Kegiatan I II III IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi
dan
perizinan * * * *
lokasi
penelitian
2. Pelaksanaa
n penelitian * *
- Persiapan * * * * * * * *
- Pelaksana-
an
3. Pelaporan
(pengolahan
data, penyu-
sunan lapor-
an,penggan- * * * *
daan dan
distribusi.
Keterangan : I, II, III, IV = Bulan pelaksanaan
1,2,3,4 = Minggu pelaksanaan
* = Pelaksanaan
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Ikan uji
Ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus Pall) yang di ambil dari
empat lokasi rawa yaitu rawa monoton di Desa Tabat Pemangkih
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, rawa pasang surut di Desa Beringin
Kabupaten Barito Kuala, rawa tadah hujan di Bati-bati Kabupaten Tanah
Laut dan rawa padang galam di Gambut Kabupaten Banjar. Keempat
varietas ikan sepat rawa yang berasal dari empat jenis rawa tersebut
diperoleh dari hasil tangkapan atau dari pedagang pengumpul yang telah
kita pesan sebelumnya.
Ikan sepat rawa yang baru kita peroleh dari pedagang pengumpul
tersebut selanjutnya kita lakukan proses aklimatisasi (proses adaptasi
pada lingkungan terkontrol) untuk menjamin agar dia mampu hidup pada
lingkungan yang telah kita rekayasa sedemikian rupa. Jumlah ikan sepat
rawa yang kita perlukan adalah 15 ekor/hapa. Dalam penelitian ini
pengambilan ukuran panjang dan berat awal dari berbagai varietas ikan
uji dilakukan secara homogen.
Gambar Hapa
Tinggi 1,5 m
Ikan betok dalam
Ikan Sepat dalam hapa
hapa
Gambar 3.1.
Hapa Wadah Penelitian
3.4.3. Pemeliharaan
Alat dan bahan setelah siap semua, ikan sepat di tebar dalam hapa
pada sore hari, sebelumnya ikan sepat diukur panjang dan beratnya.
Pengukuran pertumbuhan dilakukan setiap 2 minggu sekali pemberian
pakan sebanyak 3 % dari berat tubuh populasi ikan dengan frekuensi 3
kali dalam satu hari, yaitu pagi, siang, dan sore hari.
Pengamatan ikan uji yang dicobakan dilakukan sampling setiap 2
minggu sekali meliputi bobot (gram), panjang (cm), banyaknya ikan yang
mati (mortalitas), sedangkan untuk pengamatan terhadap parameter
kualitas air (Suhu, DO, pH dan NH3). Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara cara yang meliputi data sebagai berikut :
a. Pengukuran parameter kualitas air meliputi :
Suhu di ukur dengan menggunakan alat Water Checker U-10 Horiba
dengan cara : Terlebih dahulu alat di kalibrasi pada larutan
aquadest dengan suhu udara, kemudian di celupkan selama 5
menit kedalam perairan, tekan tombol mode sampai pada layar
menunjukkan mode pengukuran suhu, setelah angka pada layar
sudah stabil, kemudian di lakukan pencatatan data suhu perairan.
Oksigen terlarut (DO) di ukur dengan menggunakan alat Water
Checker U-10 Horiba dengan cara : Terlebih dahulu alat di kalibrasi
pada larutan aquadest, kemudian di celupkan selama 5 menit ke
dalam perairan, atau setelah melakukan pengukuran suhu dapat
langsung melanjutkan pengukuran DO dengan menekan tombol
mode sampai pada layar menunjukkan mode parameter DO, setelah
angka pada layar sudah stabil, lakukan pencatatan dan
pengambilan data Oksigen terlarut (DO) pada perairan.
Derajat keasaman (pH) di ukur dengan menggunakan alat Water
Checker U-10 Horiba cara pengukurannya terlebih dahulu alat di
kalibrasi pada larutan aquadest, kemudian di celupkan selama 5
menit, atau setelah melakukan pengukuran DO dapat langsung
melanjutkan pengukuran ke pengukuran pH dengan menekan
tombol mode sampai pada layar menunjukkan mode parameter pH,
setelah angka pada layar sudah stabil, lakukan pencatatan dan
pengambilan data pH pada perairan.
Amoniak (NH3), pengukuran amoniak di lakukan dengan mengguna-
kan alat Spectrofotometer Hach DR 2800, dengan cara : Siapkan
alat Spectrofotometer Hach DR 2800. tekan tombol stored
programs, masukkan 25 ml sample kedalam tabung reaksi sample,
masukkan 25 ml aquabides kedalam tabung reaksi pembanding,
tambahkan 3 tetes, tambahkan tiga tetes larutan penetral mineral
ke dalam masing-masing tabung reaksi, tutup dan kocok beberapa
kali, tambahkan 3 tetes alcohol pada tiap tabung, tutup dan kocok,
masukkan 1,0 ml regent kedalam masing masing tabung, tutup dan
kocok beberapa kali. Tekan timer untuk mengatur lama reaksi,
tuangkan 10 ml, tuangkan 10 ml dari tiap solusi ke dalam tabung
sample. ketika timer berakhir, tekan Read untuk membaca hasil
analisa.
b. Pengamatan berat ikan betok di lakukan pada saat sampling dengan
cara sebagai berikut :
Siapkan alat berupa timbangan Triple Beam Balance Ohaus Gros
dengan tingkat ketelitian 0,01 Gram.
Siapkan ikan yang akan di ukur beratnya.
Siapkan wadah penampungan ikan yang telah di ukur beratnya.
Letakkan lapisan berupa kertas di atas timbangan Triple Beam
Balance Ohaus Gros untuk memudahkan pengukuran berat ikan
dan mengura-ngi gerakan ikan.
Normalkan angka pada layar sampai pada layar menunjukkan angka
0,00 gram.
Setelah angka pada layer stabil catat berat ikan betok tersebut dan
teruskan pada sample selanjutnya.
c. Pengamatan panjang ikan betok di lakukan dengan cara :
Siapkan alat berupa mistar alat ukur khusus untuk ikan.
Siapkan ikan yang akan di ukur panjangnya.
Siapkan wadah penampungan ikan yang telah di ukur panjangnya.
Letakkan ikan betok pada mistar tersebut, kemudian catat panjang
ikan betok tersebut dan teruskan pada sample selanjutnya.
d. Mortalitas (%). Pengamatan terhadap mortalitas dilakukan setiap
sampling atau setiap 2 minggu sekali dan di lakukan pencatatan jumlah
ikan betok yang mati.
3.5. Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan.
Masalah yang diteliti adalah pengaruh pakan komersil terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup beberapa varietas ikan sepat rawa
(rawa monoton, rawa tadah hujan, rawa padang galam dan rawa pasang
surut) yang dipelihara dalam hapa di kolam pasang surut. Tiap perlakuan
disimbolkan dengan huruf dan ulangan disimbolkan dengan angka, seperti
berikut ini :
Perlakuan :
Perlakuan A : ikan sepat rawa dari rawa pasang surut
Perlakuan B : ikan sepat rawa dari rawa padang galam
Perlakuan C : ikan sepat rawa dari rawa tadah hujan
Perlakuan D : ikan sepat rawa dari rawa monoton
Keterangan :
i = Perlakuan (1,2,.I,K) dari jumlah K perlakuan
j = Ulangan (1,2,.j,.n) Dari jumlah n ulangan
X = Nilai pengamatan pada perlakuan ke I ulangan ke j
i = Pengaruh perlakuan ke-i
= Nilai tengah dari seluruh perlakuan
B2 D3 A1 A3
B3 C2 D2 D1
A2 B1 C3 C1
Gambar 3.2.
Tata Letak Penempatan Perlakuan dan
Ulangan yang Diterapkan Dalam Penelitian
3.7. Peubah
Peubah utama yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Wt Wo
H x100 %
Wo
Keterangan :
H = Laju pertumbuhan relatif berat (%)
Wt = Berat akhir rata-rata individu (g)
Wo = Berat awal rata-rata individu (g)
Lt Lo
P X 100 %
Lo
Keterangan :
P = Laju pertumbuhan relatif panjang (%)
Lt = Panjang akhir rata-rata (cm)
Lo = Panjang awal rata-rata (cm)
3.7.3. Konversi Pakan
Konversi pakan adalah jumlah pakan yang diberikan selama masa
pemeliharaan dibagi dengan penambahan rerata berat ikan uji (gram) dan
jumlah berat ikan yang mati selama pemeliharaan dikurang rerata berat
awal ikan uji (gram). Dirumuskan oleh Djajasewaka (1985) sebagai
berikut :
F
FCR
(Wt D) Wo
Keterangan :
FCR= feed Convertion ratio (konversi makanan)
F = Jumlah Pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)
Wt = Rata-rata berat akhir ikan uji (g)
Wo = Rata-rata berat awal ikan uji (g)
D = jumlah berat ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
Nt
S x100 %
No
Keterangan :
Nt = Jumlah akhir ikan yang hidup (ekor)
No = Jumlah awal individu ikan yang hidup (ekor)
3.8. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho, Pemeliharaan ikan sepat rawa dari berbagai varietas tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan survival rate ikan yang
dipelihara dalam hapa pada perairan pasang surut.
H1, Pemeliharaan ikan sepat rawa dari berbagai varietas berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan survival rate ikan yang dipelihara dalam
hapa pada perairan pasang surut.
F tabel (5 %) terima H0
Jika F Hitung
KTG
KK = x 100%
Y
35
L aju Pertumbuhan Relatif Berat (%)
30
25
20 A
B
15
C
10 D
0
2 4 6 8 Minggu Ke-
Gambar 4.1.
Laju Pertumbuhan Relatif Berat (%)
Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) Selama Masa Pemeliharaan
Gambar 4.2.
Laju Pertumbuhan Relatif Panjang (%) Ikan Sepat Rawa
(Trichogaster trichopterus) Selama Masa Pemeliharaan
7.5
7.4
7.3
Nilai K onvers i P akan
7.2
7.1
7 K onvers i pakan
6.9
6.8
6.7
6.6
6.5
A B C D Perlakuan
Gambar 4.3.
Konversi Pakan Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus)
Selama Masa Pemeliharaan
78
76
Daya Kelangsungan Hidup %)
74
72
Daya kelangs ungan
hidup
70
68
66
64
A B C D Perlakuan
Gambar 4.4.
Daya kelangsungan hidup ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus)
selama masa pemeliharaan
Hasil uji normalitas lilliefors dan Homogenitas ragam bartlett
menunjukkan bahwa data menyebar normal, dimana Li max < Li tabel
(Lampiran 21) dan mempunyai ragam data yang homogen, yakni X2 hitung
< X2 tabel (Lampiran 22). Selanjutnya hasil analisa keragaman (ANOVA)
menunjukkan bahwa keempat perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap daya kelangsungan hidup ikan sepat rawa, dimana diperoleh F
hitung < F tabel, yaitu 0,56 < 4,07 (terima Ho) (Lampiran 23).
Menurut Fatimah (1992), daya kelangsungan hidup ikan sangat
bergantung kepada daya adaptasi ikan terhadap makanan yang baik,
keadaan fisik ikan yang cukup kuat, kualitas makanan yang diberikan
cukup baik, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan.
Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah hapa yang
digunakan tidak bertutup, hal ini sangat berpengaruh terhadap daya
kelangsungan hidup ikan sepat rawa, karena banyaknya predator (burung)
di lingkungan tersebut yang memangsanya. Faktor lain yang juga
mempengaruhi, yaitu tidak adanya shelter (tempat berlindung bagi ikan)
yang mengakibatkan suhu perairan akan meningkat pada siang hari. Daya
kelangsungan hidup juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti
umur, kualitas air, makanan, dan hama penyakit. Hal ini didukung oleh
Merlina (2004) yang menyatakan bahwa mortalitas dipengaruhi oleh
adanya faktor dalam dan faktor luar, dimana faktor yang paling dominan
mempengaruhi mortalitas adalah kompetisi antar jenis, meningkatnya
predator dan parasit, kekurangan makanan baik kualitas maupun
kuantitas, penanganan dan kualitas air.
4.5.3. Amoniak
Senyawa yang bersifat racun atau Amoniak pada awal penelitian
yaitu 0,70 mg/l sedangkan pada akhir penelitian di peroleh nilai 0,66 mg/l.
Di daerah perairan Kalimantan Selatan dimana banyak ikan sepat terdapat,
kandungan amoniak berkisar antara 0,014 0,074 ppm (Anonim, 1983).
4.5.4. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH digunakan untuk mengetahui asam
basanya suatu perairan. Kisaran pH perairan selama penelitian berkisar
antara 4,91 6,17. Menurut Ortanez (2008), ikan sepat rawa dapat hidup
pada pH 6,0 8,3.
Berdasarkan data-data kualitas air yang diperoleh menunjukkan
bahwa kualitas air di lokasi penelitian masih bisa ditoleransi oleh ikan
sepat rawa. Parameter kualitas air seperti suhu air, kandungan oksigen
terlarut (DO), amoniak dan pH yang terdapat dalam perairan tersebut
masih termasuk baik dan layak untuk kehidupan ikan sepat rawa dan
mendukung untuk perkembangan pertumbuhannya.
Parameter kualitas air hasil pengukuran pada penelitian ikan sepat
rawa (Trichogaster trichopterus) dibandingkan dengan literatur dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Parameter Kualitas Air Penelitian Dibandingkan Dengan Literatur
No. Parameter Hasil Pengukuran Standar
1. Suhu Air (0C) 26,4 28,20 C 23-280C(Ortanez, 2008)
2. Oksigen Terlarut (mg/L) 2,95 7,56 mg/l 6,8-7,0 mg/l (Ismit,
1991)
3. Kadar amoniak (ppm) 0,61 0,70 mg/l 0,014-0,074 ppm
(anonim 1983).
4. Derajat Keasaman (pH) 4,91 6,17 6,0-8,3 (Ortanez, 2008)
Sumber:data primer, 2009.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus) mampu hidup dan
beradaptasi di lingkungan budidaya, serta dapat diberi pakan buatan
seperti umumnya ikan-ikan yang dibudidayakan.
2. Variasi jenis ikan sepat rawa tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan sepat rawa yang
dipelihara di lingkungan budidaya.
3. Rerata laju pertumbuhan relatif berat yang terbaik adalah pada
perlakuan C (ikan sepat rawa dari rawa tadah hujan) sebesar 29,36
%.
4. Rerata laju pertumbuhan relatif panjang yang terbaik adalah pada
perlakuan B (ikan sepat rawa dari rawa padang galam) sebesar 9,35
%.
5. Konversi pakan yang terbaik adalah pada perlakuan C (ikan sepat
rawa dari rawa tadah hujan) sebesar 6,80.
6. Daya kelangsungan hidup yang terbaik adalah pada perlakuan B, C, D
sebesar 75,56 %.
5.2. Saran
Jika ingin membudidayakan ikan sepat rawa di daerah perairan
pasang surut, sebaiknya menggunakan ikan sepat rawa yang berasal dari
daerah perairan rawa tadah hujan. Dikarenakan ikan sepat rawa dari
daerah ini dapat bertumbuh dengan baik.