Anda di halaman 1dari 14

H. Syafruddin ARL & Ruswhandi Martamala, Insidensi Kholangitis Kronik......

__________________________________________________________________________________________

INSIDENSI KHOLANGITIS KRONIK SEBAGAI MANIFESTASI


EKSTRAINTESTINAL PENDERITA IBD DI RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA PUSAT
H. Syafruddin ARL1, Ruswhandi Martamala2
1, 2
Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat
Email: Syafrudin.arl@gmail.com

ABSTRAK
IBD (Inflammatory Bowel Disease) adalah penyakit radang kronik usus dimana manifestasi
klinis intraintestinal dominan berupa diare kronik dan nyeri perut. Adapun manifestasi
ekstraintestinal dominan berupa Kholitis kronik dalam bentuk Perikholangitis atau Primary
Sclerosing Cholangitis (PSC) yang muncul setelah beberapa tahun kemudian dari timbulnya
kasus IBD dengan incidence rate 5%. Ingin mengetahui angka insidensi (incidence rate) IBD
serta PSC pada semua pasien yang dikolonoskopi dari 1 Maret 2016 - 28 Februari 2017 di
Pusat Endoskopi RSPAD Gatot Soebroto. Subyek penelitian adalah semua pasien yang
dikolonoskopi selama satu tahun. Data Kholitis kronik (Khk) didasarkan atas temuan AST
(SGOT) dan bilirubin total serum yang meningkat serta albumin serum yang menurun, dipilah
menjadi kelompok Khk-IBD atau PSC, Khk-non-IBD, Non-Khk-IBD, Non-Khk-non-IBD.
Insidensi PSC dan korelasi antara PSC dengan IBD diuji dengan uji mutlak Fisher. Bahan
penelitian diambil secara retrospektif deskriptif, Data PSC dan IBD pasien yang mengalami
kolonoskopi. angka Insidensi IBD dan PSC 18,6%, 5,4%; ada Korelasi PSC dengan IBD
sebagai manifestasi ekstra intestinal (p = 0,000); Dari data demografi IBD (30 orang), laki-
laki 62,4% (18 orang), rerata umur 50,6 tahun, angka kejadian terbanyak pada usia 40 - 59
tahun.
Kata Kunci : Angka Insidensi, Inflammatory Bowel Disease, Primary Sclerosing
Cholangitis, Manifestasi Ekstraintestinal, data demografi.
___________________________________________________________________________
ABSTRACT

IBD (Inflammatory Bowel Disease) as a disease of inflammation of chronic intestinal. The


extraintestinal manifestation is predominantly in the form Pericholangitis, chronic cholitis or
primary sclerosing cholangitis (PSC), which usually appear after a few years later from the
pop-up cases of IBD with the incidence rate of 5%. Want to know the incidence rate of IBD
and PSC in patients were undergoing colonoscopy at RSPAD GS since of March 1, 2016 until
February 28, 2017. All patients were undergoing colonoscopy for one year included as a
subject of research. Subjects sorted and selected on the findings of the colonoscopy as IBD
and non-IBD. Data Cholitis chronic (KHK) is based on the findings of aspartate
aminotransferase (AST) and total bilirubin elevated serum and serum albumin divided into
groups of KHK-IBD or PSC, KHK-non-IBD, Non-KHK-IBD and Non- KHK-non-IBD.
Correlation between the PSC and the PSC with IBD were tested statistically by Fisher,
materials taken retrospective descriptive. Data PSC and IBD patients as follows: The
incidence rate of IBD and PSC are 18.6% and 5.4%; Correlation PSC with extraintestinal
manifestation of IBD acceptable expectation (p = 0.000); demographic data of IBD (30
patients) with male 62.4% (18 people), mean age was 50.6 years and incidence between 40 -
59 years old.

Keywords : Incidence rates, Inflammatory Bowel Disease, Primary Sclerosing Cholangitis,


Extraintestinal manifestations, demographic data
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

PENDAHULUAN Tujuan penelitian untuk

Angka kejadian dan manifestasi mengungkap insidensi dan korelasi antara

klinis Inflammatory bowel disease (IBD) IBD dan Kholangitis kronik dengan

bervariasi tergantung pada area geografis pendekatan hasil kolonoskopi sebagai

dan asal populasi.1 Angka kejadian IBD di dasar penegakan diagnosis IBD serta

negara-negara barat cenderung plateau, dengan kriteria klinis diagnosis

akan tetapi di wilayah Asia justru Kholangitis kronik dari semua pasien yang

meningkat.2 Beberapa penelitian mengalami tindakan kolonoskopi

menunjukkan bahwa manifestasi klinis gastrointestinal di Ruang Pusat Endoskopi

penderita IBD di negara Asia lebih ringan RSPAD Gatot Soebroto Puskesad.

dibandingkan negara-negara Barat. Salah


satunya adalah penelitian oleh Li Jiang, TINJAUAN PUSTAKA

dkk (2006), yang menunjukkan bahwa dari Inflammatory bowel disease (IBD)

452 pasien yang diperiksa, keluhan yang merupakan kondisi keradangan kronik

paling banyak adalah diare dan nyeri saluran cerna yang berkaitan dengan proses

abdomen.3 Laporan studi tentang IBD, imun, terdiri dari Kolitis ulseratif (KU /

jarang mengungkapkan temuan manifestasi Ulcerative Colitis - UC) dan Penyakit

klinis ekstraintestinal IBD itu sendiri. Crohn (PC / Crohn’s Disease - CD) yang

Kholangitis kronik sebagai merupakan dua bagian utama IBD,

manifestasi gangguan abnormalitas disamping Indetermined Colitis (IC)

hepatobilier, sering dihubungkan serta untuk jenis colitis terduga IBD yang sulit

merupakan salah satu manifestasi di identifikasi antara kedua sebelumnya.1

ekstraintestinal IBD, dikenal sebagai Penanda KU adalah inflamasi/peradangan

Primary sclerosing cholangitis atau mukosa yang luas dan dangkal serta

Pericholangitis.4 Tidak ada perasat yang terbatas hanya pada kolon. Luasnya

spesifik untuk gejala yang sering menyertai peradangan ini dapat dibagi menjadi

manifestasi ini, namun pada umumnya bagian distal dan peradangan yang lebih

adalah nyeri abdomen, demam, fatique, luas (ekstensif). Yang dimaksud dengan

pruritus dan kholestatik berupa bagian distal adalah kolitis yang meliputi

peningkatan bilirubin direk dan aspartate rektum (proctitis) atau rektum dan kolon

transaminase (AST/SGOT); diikuti oleh sigmoid (proctosigmoiditis).2-5 Sedangkan

tanda-tanda hepatosplenomegali dan peradangan yang agak luas (pre-ekstensif)

hiperpigmentasi.5 adalah kolitis sisi kiri (hingga ke splenic


flexure); peradangan yang lebih luas
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

disebut kolitis ekstensif (hingga ke hepatic dapat mendukung untuk pembedaan antara
flexure) dan pankolitis (meliputi seluruh PC dengan KU.4
kolon).6 Penyakit Crohn (PC) ditandai Gejala yang paling banyak dialami
dengan bercak inflamasi transmural yang pada KU adalah diare, nyeri perut hebat,
dapat mengenai bagian manapun dari pendarahan rektum, tenesmus dan
saluran cerna. Dapat dibagi berdasarkan keluarnya lendir peranum. Beratnya gejala
lokasi, yaitu bagian akhir usus halus berhubungan dengan luasnya penyakit.
(ileocolitis), kolon, serta saluran cerna atas Meskipun KU dapat muncul secara akut,
atau berdasarkan pola penyakit (inflamasi, gejala biasanya telah timbul selama
fistula, atau striktura). beberapa minggu hingga bulan
Secara umum, IBD dihubungkan sebelumnya. Kadangkala, diare dan
dengan gangguan kinerja imunologik pada perdarahan sangat jarang dan ringan
jaringan saluran cerna yang mengalami sehingga pasien tidak mencari pertolongan
radang (immunologic mechanism of colon medis. Pasien dengan luas peradangan
tissue injury); hal ini terlihat dari aktivasi yang terbatas seperti proktitis, biasanya
sel-T di lamina propria, walaupun trigger- mengalami gejala yang ringan namun
nya belum diketahui pasti. Teori popular sering berulang, sedangkan pasien dengan
respons imun berupa aktivasi sel limfoid T pankolitis lebih sering mengalami gejala
helper ini berbeda antara KU dan PC. Pada yang berat, terutama rasa nyeri pada perut
PC yang berperan adalah T helper 1 (Th- yang membawa pasien sering memerlukan
1), sedangkan pada KU adalah sel limfoid perawatan di rumah sakit. Pada proktitis,
T helper 2 (Th-2).7 Selain itu, pada KU biasanya terdapat darah segar atau lendir
terlihat distribusi perinuclear yang disertai darah, bisa bercampur dengan
antineutrophil cytoplasmic antibodies (p- feses atau melapisi permukaan feses
ANCA) yang meningkat sampai 60% -70% normal atau padat. Muncul juga keluhan
kasus, sebaliknya hanya kadang-kadang seperti tenesmus, atau adanya urgency
ditemukan pada PC, dimana p-ANCA dengan keinginan pengeluaran feses yang
tidak terlibat dalam pathogenesis PC, tidak lampias, sedangkan keluhan nyeri
melainkan dikaitkan dengan HLA- DR2 perut jarang terjadi. Apabila kelainan
allele. Namun jika pada KU p-ANCA tidak terjadi jauh di atas rektum, darah biasanya
terlihat (KU dengan p-ANCA negative), bercampur dengan feses atau diare
maka adanya KU dapat ditunjukkan bercampur darah yang sangat banyak.
dengan HLA-DR4 yang positive. Hal ini Motilitas kolon dipengaruhi oleh inflamasi
yaitu isi usus akan sangat cepat melalui
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

bagian usus yang meradang. Pada penyakit persendian dan sulit dibedakan dengan
yang berat, pasien mengeluarkan feses cair komplikasi pada kolitis ulseratif.
yang bercampur darah, dan nanah. Diare Manifestasi ekstraintestinal antara
seringkali muncul malam hari dan atau lain melibatkan mata (scleritis, uveitis),
setelah makan. Meskipun nyeri hebat kulit (eritema nodosum), atau persendian
bukan merupakan gejala yang menonjol, (spondiloartritis, artritis perifer) dan
beberapa pasien dengan penyakit yang hiperkoagulabilitas, serta gangguan
aktif dapat mengalami rasa tidak nyaman hepato-bilier (primary sclerosing
pada perut yang tidak terlalu jelas atau cholangitis),4,5 seperti yang dilaporkan di
kram ringan pada perut bagian tengah. Iran8 dan ditekankan dalam Klasifikasi
Kram dan nyeri perut hebat dapat terjadi Montreal.9
pada penyakit yang berat. Beberapa gejala Pemeriksaan baku pada IBD adalah
lain pada penyakit yang sedang hingga pemeriksaan endoskopi berupa
berat meliputi anoreksia, mual, muntah, kolonoskopi, sigmoidoskopi fleksibel dan
demam dan turun berat badan.2 untuk membedakan antara PC dan KU,
Diagnosis PC tidak mudah perlu dilakukan ileokolonoskopi dengan
ditegakkan, oleh karena manifestasi klinis biopsi. Disamping itu mungkin diperlukan
yang sangat bervariasi, penampakan klinis pemeriksaan Barium enema maupun X-ray
yang mirip dengan penyakit peradangan abdomen standar.10,11 Endoskopi sangat
saluran cerna yang lain, atau karena adanya bermanfaat tidak hanya untuk memeriksa
presentasi klinis lain (ekstraintestinal) pengisian lesi pada barium enema,
tanpa gejala saluran cerna. Gejala khas mengetahui lokasi peradangan yang akan
seperti diare dan nyeri perut kronik dan menentukan prognosis dan terapi, akan
nokturnal, penurunan berat badan, demam, tetapi juga sangat berperan penting untuk
atau pendarahan rektum menggambarkan tindakan biopsi dan menentukan keputusan
proses peradangan yang terjadi. Tanda- untuk dilakukan tindakan operasi. Pada
tanda klinis antara lain pucat, kaheksia, salah satu studi prospektif, dikatakan
dan massa abdominal atau nyeri perut, bahwa ileokolonoskopi memiliki
atau fisura perianal, fistula, atau abses. keakuratan 80-90% dalam membedakan
Penyakit Crohn (PC) yang terbatas pada KU dan PC.10 Disamping itu sesuai
kolon memberikan gejala seperti keperluan dapat dilakukan tes dan tindakan
pendarahan rektum, komplikasi perianal diagnostik berupa tes darah, pemeriksaan
dan komplikasi ekstraintestinal, meliputi sampel feses. Sedangkan penanda
kulit, mata, sistim hepatobilier atau laboratorium seperti genetic marker dan
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

immunologic marker tidak begitu dari klasifikasi sebelumnya yaitu


berpengaruh, karena tidak menentukan klasifikasi Vienna, lihat tabel 1. Pada
ada-tidaknya IBD.11 klasifikasi ini, terdapat tiga komponen
Secara klinis, IBD diklasifikasikan yang dipertimbangkan, yaitu usia (Age)
dalam beberapa klasifikasi yang akan saat munculnya penyakit (A), lokasi
menentukan prognosis dan terapi yang (location) terjadinya inflamasi (L), dan
akan diberikan.9 Pada PC, digunakan bentuk-sifat (behaviour) kelainan yang
klasifikasi Montreal yang merupakan revisi terjadi (B).
Tabel 1. Klasifikasi Montreal dan Vienna untuk penyakit Crohn (PC)9

Untuk KU, klasifikasi klinis dibagi Tabel 2 Sedangkan berdasarkan


berdasarkan luas (Extension-E) dan derajat severitas (S), aktifitas kelainan KU ini
berat (Severity-S)-nya kelainan. terbagi dalam empat kategori, yakni KU
Berdasarkan luasnya kelainan (E), KU asimptomatik (SO), KU aktif-ringan (S1),
terbagi dalam tiga kategori Proctitis (E1), KU aktif-sedang dan KU aktif-berat (Tabel
KU distal (E2) dan Pancolitis (E3), lihat 3).

Tabel 2. Klasifikasi Montreal berdasarkan luasnya kelainan kolitis ulseratif 9


ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

Kelompok Studi IBD Indonesia Indonesia yang disosialisasikan pada tahun


(KSIBDI) sebagai badan otonom dalam 2011 (disebut KNP IBD 2011) untuk
kepengurusan Pengurus Besar menegakkan diagnosis IBD per endoskopi
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia secara praktis dengan merumuskan acuan
(PB PGI) telah menyusun suatu Konsensus temuan hasil kolonoskopi (Tabel 4).12
Nasional Penatalaksanaan IBD di

Tabel 3. Klasifikasi Montreal berdasarkan beratnya penyakit kolitis ulseratif 9

Tabel 4. Acuan Temuan Hasil Kolonoskopi Untuk Penegakan Diagnosis IBD

TEMUAN Kerapuhan Aphthous Cobble Pseudo


KOLONOSKOPI mukosa dan Ulkus stone dan polip
linear Skip area

Kolitis Ulseratif (KU) +++ 0 0 ++

Penyakit Crohn (PC) + ++ ++/+++ +

Penyakit lain (Non-IBD) 0/+/++ +++ 0/+ 0

Keterangan : 0 = Tidak ada; + = Kadang kadang/hampir sering;


++ = Sering +++ = Sangat sering

Gambaran epidemiologi kasus IBD usia pasien dengan KU adalah 42+14,5


akhir-akhir ini cenderung semakin tahun, sedangkan pasien dengan PC adalah
meningkat di negara-negara Asia. Salah 32,6+12,5 tahun.3 Studi di Iran,
satu studi di negara Cina yang melibatkan menunjukkan hasil yang serupa yaitu usia
452 pasien IBD menunjukkan bahwa rerata rerata pasien KU adalah 37,2+13,7 tahun,
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

sedangkan pada PC adalah 33,8+12,9 Disamping itu, agen toksin dan


tahun.8 Perbandingan antara laki-laki dan virus yang terserap dari inflamed colon,
perempuan pada PC dan KU secara termasuk bakteri peptides seperti N-
berurutan adalah 0,9 dan 0,7.5 Angka ini formylated chemotactic peptides dan
lebih rendah dibandingkan dengan studi endotoksin memacu keluarnya sitokin-
yang dilakukan di Cina, yaitu 2,32 dan sitokin inflamasi sehingga menyebabkan
1,53.3 Namun, data yang ada tidak bile duct injury.4,5,13 Peran kinerja faktor
menunjukkan manifestasi klinis imun Haplotypes HLA-B2 dan HLA-DR3
ekstraintestinal IBD. sering muncul dan meningkat pada PSC.
Di Indonesia, angka insidensi dan Estimasi klinis menyebutkan
prevalensi berbeda-beda antar tiap-tiap bahwa pada 5% kasus KU akan ditemukan
daerah dan umumnya berbasis rumah sakit PSC beberapa tahun setelah munculan
(Hospital base data). Dilaporkan dalam IBD.5 Kriteria penegakan diagnosis PSC
buku Konsensus Nasional Penatalaksanaan terutama didasarkan atas pemeriksaan
IBD di Indonesia tahun 2011 (KNP IBD abnormalitas sampel darah (direct
2011) bahwa, Ari FS, dkk (2008) hyperbilirubinemia, hypoalbuminemia,
menunjukkan karakteristik KU dan PC di hyperaspartate transaminasemia) dan
RSCM Jakarta selama periode 2001 - 2006 radiologic imaging saluran empedu.1
dengan prevalensi IBD 8,3%; di RSPAD Penelitian ini bertujuan untuk
Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta, mengetahui insidensi Kholangitis kronik
Lelosutan, dkk (2008) melaporkan pula (PSC) dan korelasinya sebagai manifestasi
dari 532 kasus yang mengalami ekstraintestinal pada penderita IBD
kolonoskopi selama 5 tahun (2002-2006), (inflammatory bowel disease) selama satu
rerata prevalensi IBD adalah 10,15%.12 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan
Namun dari data tersebut juga tidak Darat Gatot Soebroto Puskesad.
digambarkan bagaimana manifestasi klinis Hasil penelitian ini diharapkan
ekstraintestinal IBD. dapat meningkatkan kemampuan
Presentasi Kholangitis sklerosing penegakan diagnosis klinis pada pasien
primer (PSC – primary sclerosing IBD sebelum dilakukan pemeriksaan
cholangitis), berkaitan dengan kondisi kolonoskopi. Selain itu, penelitian ini
Kolitis kronik pada hampir 70% kasus diharapkan dapat mengetahui insidensi
serta sering dikaitkan dengan abnormalitas manifestasi ekstraintestinal kholangitis
proses imun pada IBD dan merupakan kronik (PSC) pada IBD di RSPAD Gatot
manifestasi ekstraintestinal IBD. Soebroto Puskesad.
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

METODE PENELITIAN 2. Untuk data demografi dan


Metodologi dan Populasi Sampel. karakteristik IBD, subyek dengan
Penelitian ini merupakan penelitian hasil kolonoskopi yang menunjang
retrospektif deskriptif, dengan populasi diagnosis IBD dikumpulkan
terjangkau berdasarkan semua pasien yang datanya meliputi : (1) usia, (2)
mengalami kolonoskopi di ruang Pusat jenis-kelamin, (3) rumusan masalah
Endoskopi Rumah Sakit Pusat Angkatan klinis (dasar indikasi) sebelum
Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Puskesad pemeriksaan kolonoskopi, (4)
selama bulan 1 Maret 2016 sampai dengan kesimpulan hasil temuan
28 Februari 2017; dimasukkan sebagai pemeriksaan kolonoskopi dan (5)
subyek penelitian dengan kriteria inklusi : hasil pemeriksaan patologi
(1) Pemeriksaan kolonoskopi dilakukan anatomi.
oleh operator ahli/konsultan 3. Untuk melihat korelasi PSC dengan
gastroenterologi; (2) Diagnosis IBD IBD, semua subyek yang
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mengalami kolonoskopi dinilai
kolonoskopi sesuai Klasifikasi Montreal kriteria diagnosis PSC-nya dan
dan KNP IBD 2011; dan (3) Diagnosis dipilah dalam tabel 2x2
PSC ditegakkan berdasarkan kriteria berdasarkan kelompok IBD dan
adanya data awal pre-endoskopi berupa Non-IBD. Untuk uji statistik,
hiperbilirubinemia direk, hipoalbuminemia dipakai perhitungan korelasi uji
dan AST (aspartate transaminase) yang mutlak Fisher untuk tabel 2x2
meningkat pada subyek yang mengalami karena mempunyai nilai ekspektasi
kolonoskopi dalam periode waktu satu dengan distribusi ekstrim (p <
tahun tersebut. 0.05).14,15,16
Pasien dieksklusi bila tidak Tempat dan Waktu Penelitian.
ditemukan data dasar yang diambil dari Penelitian ini dilakukan di
rekam medis. Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit
Rancangan cara kerja pada penelitian, Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot
sebagai berikut : Soebroto Puskesad dengan persiapan sudah
1. Data demografi subyek diambil dimulai pada bulan Februari 2016.
berdasarkan data registrasi pasien Pengambilan data sampel hasil
yang masuk sebagai subyek kolonoskopi dimulai pada 1 Maret 2016
penelitian. dan berakhir pada 28 Februari 2017
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

HASIL PENELITIAN 28 Februari 2012 sampai dengan 1 Maret


Karakteristik demografik. 2016 adalah 161 pasien, dimasukkan
Jumlah pasien dari register ruang sebagai subyek (n = 161). Selanjutnya
endoskopi gastrointestinal Departemen dipilah seperti pada Gambar 1 dibawah ini
Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto :
yang mengalami tindakan kolonoskopi dari

Pasien kolonoskopi selama


Februari 2012 - Maret 2016 (n = 161)

30 Subyek, di diagnosis IBD 131 Subyek, tidak mendukung


berdasarkan kolonoskopi diagnosis IBD

Khk (8) Khk (3) Non-Khk (128)

Keterangan : IBD = Inflammatory Bowel Disease, Khk = Kholangitis kronik; Non-Khk =


Bukan Kholitis kronik, n = Subyek terjangkau.

Gambar 1. Pemilahan subyek penelitian

Seluruh subyek penelitian adalah 2. Puncak kejadian IBD baik pada PC


161 orang, 30 subyek merupakan penderita maupun KU adalah pada usia 40 hingga 59
IBD dengan dasar diagnosis per tahun, dengan rerata umur adalah 50,6
kolonoskopi. Berarti insidensi IBD tahun (SD: 12,8 th), dan umur terendah
terhitung sebanyak 18,6%. adalah 29 tahun dan tertinggi 71 tahun.
Dari jumlah 30 subyek IBD tampak 3. Perbandingan kejadian KU pada laki-
karakteristik demografi sebagai berikut : laki dan perempuan seimbang 1:1,
1. 52,8% di diagnosis sebagai Penyakit sedangkan pada PC angka kejadian pada
Crohn (PC) dan 47,2% di diagnosis laki-laki lebih banyak yaitu 2,2:1.
sebagai Kolitis Ulseratif (KU).
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

Tabel 5. Karakteristik demografi IBD dari subyek

Kolitis Ulseratif Penyakit Crohn


Karakteristik Demografis 47,2% (14) 52,8% (16)

Usia
< 20 tahun 0% 0%
20 – 39 tahun 6,6 % (2) 17,5 % (5)
40 – 59 tahun 29,7 % (9) 19,8 % (8)
> 60 tahun 9,9 % (3) 9,9 % (3)

Jenis Kelamin
Laki-laki 24,1 % (7) 38,3 % (11)
Perempuan 24,1 % (7) 17,5 % (5)

Karakteristik Klinis. 2. Pada tipe-PC adalah diare kronik


Masalah klinis sebagai indikasi – (29,7%), nyeri perut (9,9%) dan
sebelum dilakukan – pemeriksaan hematoschezia (9,9%) (Tabel 6).
kolonoskopi subyek IBD (30) :
1. Pada tipe-KU yang paling sering adalah
nyeri perut (17,5%), diare kronik (13,2%),
dan hematoschezia (6,6%).
Tabel 6. Karakteristik klinis

MASALAH KLINIS KU (n = 14) PC (n = 16)

Diare kronik 13,2% (4) 29,7% (9)


Hematemesis melena 3,3% (1) --
Hematokhezia 6,6% (2) 9,9% (3)
Hemorrhoid 3,3% (1) --
Nyeri perut 17,5% (5) 9,9% (3)
Fissura ani -- 3,3% (1)
Massa rektosigmoid 3,3% (1) --

Total persentase 47,2 52,8


ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

Korelasi Kholangitis kronik pada IBD. dilakukan penghitungan dan uji mutlak
Fisher sesuai tabel 2x2 contingency, seperti
Untuk menilai korelasi Kholangitis pada Tabel 7.
kronik (Khk) dengan IBD pada subyek,

Tabel 7. Korelasi Khk dengan IBD pada Subyek

KOLONOSKOPI (n = 161) Khk (11) Non-Khk (150)

IBD (30) 8 22

Non-IBD (131) 3 128

Perhitungan statistik pada uji Angka kejadian dan karakteristik


mutlak Fisher dengan memakai 2x2 demografis IBD.
Contingency Table, ditemukan p = Karakteristik demografis IBD
0,0000681. Hal ini menunjukkan bahwa berbeda-beda sesuai dengan faktor
Kholitis kronik di ekspektasi diterima geografis. Insidensi penyakit IBD tahun
(tidak ada penolakan) dan berhubungan 2016 berdasarkan kolonoskopi (n=161) di
erat dengan IBD (p = 0,00007; p < 0,05). RSPAD Gatot Soebroto Puskesad adalah
Insidensi Khk pada IBD terhitung dari 18,6 %. Angka ini lebih tinggi
Subyek terjangkau berarti 8 Subyek dibandingkan prevalensi IBD tahun 2011
mengalami Khk di dalam 30 Subyek IBD, (5 tahun sebelumnya) di RSAPD Gatot
sama dengan 8/30 dari 161 x 100%, adalah Soebroto, yaitu 10,15% dari 532 pasien
5,37% atau 5,4%. yang dilakukan kolonoskopi.12
Seluruh subjek penelitian yang Karakteristik demografi lainnya
dilakukan kolonoskopi, temuan IBD pada penelitian ini, yakni: 62,4% (18
dengan karakter KU (87,5 %) serta PC orang) dari 30 orang IBD adalah laki-laki,
(57,1 %), tidak didukung oleh hasil PA rerata umur adalah 50,6 tahun dengan
(patologi anatomi). angka kejadian paling banyak adalah pada
usia antara 40 hingga 59 tahun, serta
PEMBAHASAN dengan frekuensi 52,8% PC dan 47,2%
Beberapa parameter klinis penting KU.
dapat diungkapkan dari penelitian ini, Pada penelitian sebelumnya,
antara lain adalah sebagai berikut. dengan jumlah sampel yang lebih banyak,
di Amerika Utara kejadian IBD mencapai
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

puncak pada usia 15-30 tahun dan 60-80 Insidensi Kholangitis kronik pada
tahun.2 Sedangkan di Asia, penelitian oleh IBD dari semua pasien yang dikolonoskopi
Li Jiang di Cina menunjukkan bahwa selama satu tahun adalah 5,4%. Angka ini
kejadian penyakit IBD baik kolitis ulseratif tidak jauh berbeda dari studi kepustakaan
dan penyakit Crohn muncul pada usia 30 sebelumnya.
hingga 39 tahun.3 Hasil serupa juga
diperoleh oleh Vahidi dkk pada tahun 2009 KESIMPULAN
di Iran, sebagian besar kasus IBD terjadi Hasil penelitian ini menunjukkan
pada usia 20 hingga 39 tahun.8 bahwa Insidensi IBD yang terbaru (2017)
Pada penelitian ini perbandingan di RSPAD Gatot Soebroto Puskesad
antara laki-laki dan perempuan (RSPAD GSP) adalah 18,6%; dengan
menunjukkan hasil yang serupa dengan karakteristik demografi pasien IBD –nya,
penelitian di Amerika Utara, yaitu 1:1 sebagian besar pada usia antara 40 hingga
untuk kolitis ulseratif dan 2,2:1 untuk 59 tahun dan lebih banyak pada laki-laki.
penyakit Crohn.2 Begitu pula dengan hasil Manifestasi gejala klinis yang paling sering
penelitian di Cina dan Iran yang tidak dikeluhkan adalah nyeri abdomen dan
menunjukkan perbandingan yang terlalu diare kronik. Kholangitis kronik sebagai
berbeda.2,3 manifestasi ekstraintestinal IBD ditemukan
Manifestasi klinis IBD. dengan insidensi sebesar 5,4%.
Manifestasi klinis yang paling Hasil insidensi PSC sebagai
sering muncul pada beberapa literatur, manifestasi ekstraintestinal IBD pada
adalah diare, pendarahan rektum, dan nyeri penelitian ini dapat memberikan gambaran
perut. Hal ini didukung oleh penelitian Li awal gejala klinis yang mengarahkan para
Jiang yang memperoleh data bahwa pada klinisi pada diagnosis IBD dan PSC serta
pasien kolitis ulseratif dan penyakit Crohn dapat menjadi data awal penelitian
sebagian besar pasien mengeluh diare dan selanjutnya.
nyeri perut.3 Pada penelitian sekarang ini,
karakteristik klinis yang paling banyak DAFTAR PUSTAKA
terjadi pada kasus KU adalah diare kronik
1. Bonner GF. Current medical therapy for
(13,4%), nyeri perut (17,5%) dan
inflammatory bowel disease. South Med
hematoschezia (6,6%). Sedangkan pada
J. 1996 Jun;89(6):556-66.
pasien dengan PC adalah diare kronik
2. Friedman S. Inflammatory Bowel
(29,7%), nyeri perut (9,9 %) dan
Disease. Harrison's Principles of
hematoschezia (9,9 %).
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

Internal Medicine. 17 ed: The McGraw- patients with inflammatory bowel


Hill Companies; 2008. disease in Iran studied from 2004
3. Jiang L, Xia B, Li J, Ye M, Yan W, through 2007. Arch Iran Med. 2009
Deng C, et al. Retrospective survey of Sep;12(5):454-60.
452 patients with inflammatory bowel 9. Satsangi J, Silverberg MS, Vermeire S,
disease in Wuhan city, central China. Colombel J-F. The Montreal
Inflamm Bowel Dis. 2006 Classification of inflammatory bowel
Mar;12(3):212-7. disease controversies, consensus and
4. Willenbucher RF. Inflammatory Bowel implications. Gut. 2006;55:749-53.
Disease. In: Grendel JH, McQuaid KR, 10. The British Soceity of
Friedman SL. (Eds.) Current Diagnosis Gastroenterology. Guidelines for the
and Treatment in Gastroenterology, initial biopsy diagnosis of suspected
International Edition a Lange Medical chronic idiopathic inflammatory bowel
Book. Appleton & lange, 1996;7:95- disease. BSG Guidelines in
111. Gastroenterology. 1997.
5. Lindor KD. Primary Disease of Bile 11. Mayo Clinic Staff. Inflammatory Bowel
Ducts. In: Grendel JH, McQuaid KR, Disease - Diagnosis and Treatment
Friedman SL. (Eds.) Current Diagnosis Option http://www.mayoclinic.com;
and Treatment in Gastroenterology, Update Aug. 2, 2011.
International Edition a Lange Medical 12. Lelosutan SAR, Djojoningrat D,
Book. Appleton & lange, 1996;51:683-6 Simadibrata M. (Eds.). Konsensus
6. Botoman VA, Bonner GF, Botoman Nasional Penatalaksanaan Inflammatory
DA. Management of inflammatory Bowel Disease (IBD) di Indonesia.
bowel disease. Am Fam Physician. Kelompok Studi IBD Indonesia PB
1998;57(1):57-68, 71-2. PGI. Jakarta, Interna Publishing; 2011.
7. Lelosutan SAR. Penyakit Crohn dan 13. Lee D, Marks JW. (Eds). Primary
Kolitis Ulseratif. In: Rani A, Sclerosing Cholangitis. Last Editorial
Simadibrata M, Syam AF. (Eds.). Buku Review:11/21/2007. http://www.
Ajar Gastroenterologi, Edisi 1. Interna medicinenet.com/primary_sclerosing_
Publishing, email: pipfkui@yahoo.com; cholangitis/page6.htm.
Cet. Pertama: Juli 2011. p. 427-39. 14. Azwar A, Prihartono J. Metodologi
8. Vahedi H, Merat S, Momtahen S, Olfati Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
G, Kazzazi AS, Tabrizian T, et al. Masyarakat.Binarupa Aksara; 2003.
Epidemiologic characteristics of 500
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017

15. Penelitian Bidang Kesehatan Fitramaya; 2005.


Keperawatan dan Kebidanan. Penerbit

Anda mungkin juga menyukai