__________________________________________________________________________________________
ABSTRAK
IBD (Inflammatory Bowel Disease) adalah penyakit radang kronik usus dimana manifestasi
klinis intraintestinal dominan berupa diare kronik dan nyeri perut. Adapun manifestasi
ekstraintestinal dominan berupa Kholitis kronik dalam bentuk Perikholangitis atau Primary
Sclerosing Cholangitis (PSC) yang muncul setelah beberapa tahun kemudian dari timbulnya
kasus IBD dengan incidence rate 5%. Ingin mengetahui angka insidensi (incidence rate) IBD
serta PSC pada semua pasien yang dikolonoskopi dari 1 Maret 2016 - 28 Februari 2017 di
Pusat Endoskopi RSPAD Gatot Soebroto. Subyek penelitian adalah semua pasien yang
dikolonoskopi selama satu tahun. Data Kholitis kronik (Khk) didasarkan atas temuan AST
(SGOT) dan bilirubin total serum yang meningkat serta albumin serum yang menurun, dipilah
menjadi kelompok Khk-IBD atau PSC, Khk-non-IBD, Non-Khk-IBD, Non-Khk-non-IBD.
Insidensi PSC dan korelasi antara PSC dengan IBD diuji dengan uji mutlak Fisher. Bahan
penelitian diambil secara retrospektif deskriptif, Data PSC dan IBD pasien yang mengalami
kolonoskopi. angka Insidensi IBD dan PSC 18,6%, 5,4%; ada Korelasi PSC dengan IBD
sebagai manifestasi ekstra intestinal (p = 0,000); Dari data demografi IBD (30 orang), laki-
laki 62,4% (18 orang), rerata umur 50,6 tahun, angka kejadian terbanyak pada usia 40 - 59
tahun.
Kata Kunci : Angka Insidensi, Inflammatory Bowel Disease, Primary Sclerosing
Cholangitis, Manifestasi Ekstraintestinal, data demografi.
___________________________________________________________________________
ABSTRACT
klinis Inflammatory bowel disease (IBD) IBD dan Kholangitis kronik dengan
dan asal populasi.1 Angka kejadian IBD di dasar penegakan diagnosis IBD serta
akan tetapi di wilayah Asia justru Kholangitis kronik dari semua pasien yang
penderita IBD di negara Asia lebih ringan RSPAD Gatot Soebroto Puskesad.
dkk (2006), yang menunjukkan bahwa dari Inflammatory bowel disease (IBD)
452 pasien yang diperiksa, keluhan yang merupakan kondisi keradangan kronik
paling banyak adalah diare dan nyeri saluran cerna yang berkaitan dengan proses
abdomen.3 Laporan studi tentang IBD, imun, terdiri dari Kolitis ulseratif (KU /
klinis ekstraintestinal IBD itu sendiri. Crohn (PC / Crohn’s Disease - CD) yang
hepatobilier, sering dihubungkan serta untuk jenis colitis terduga IBD yang sulit
Primary sclerosing cholangitis atau mukosa yang luas dan dangkal serta
Pericholangitis.4 Tidak ada perasat yang terbatas hanya pada kolon. Luasnya
spesifik untuk gejala yang sering menyertai peradangan ini dapat dibagi menjadi
manifestasi ini, namun pada umumnya bagian distal dan peradangan yang lebih
adalah nyeri abdomen, demam, fatique, luas (ekstensif). Yang dimaksud dengan
pruritus dan kholestatik berupa bagian distal adalah kolitis yang meliputi
peningkatan bilirubin direk dan aspartate rektum (proctitis) atau rektum dan kolon
disebut kolitis ekstensif (hingga ke hepatic dapat mendukung untuk pembedaan antara
flexure) dan pankolitis (meliputi seluruh PC dengan KU.4
kolon).6 Penyakit Crohn (PC) ditandai Gejala yang paling banyak dialami
dengan bercak inflamasi transmural yang pada KU adalah diare, nyeri perut hebat,
dapat mengenai bagian manapun dari pendarahan rektum, tenesmus dan
saluran cerna. Dapat dibagi berdasarkan keluarnya lendir peranum. Beratnya gejala
lokasi, yaitu bagian akhir usus halus berhubungan dengan luasnya penyakit.
(ileocolitis), kolon, serta saluran cerna atas Meskipun KU dapat muncul secara akut,
atau berdasarkan pola penyakit (inflamasi, gejala biasanya telah timbul selama
fistula, atau striktura). beberapa minggu hingga bulan
Secara umum, IBD dihubungkan sebelumnya. Kadangkala, diare dan
dengan gangguan kinerja imunologik pada perdarahan sangat jarang dan ringan
jaringan saluran cerna yang mengalami sehingga pasien tidak mencari pertolongan
radang (immunologic mechanism of colon medis. Pasien dengan luas peradangan
tissue injury); hal ini terlihat dari aktivasi yang terbatas seperti proktitis, biasanya
sel-T di lamina propria, walaupun trigger- mengalami gejala yang ringan namun
nya belum diketahui pasti. Teori popular sering berulang, sedangkan pasien dengan
respons imun berupa aktivasi sel limfoid T pankolitis lebih sering mengalami gejala
helper ini berbeda antara KU dan PC. Pada yang berat, terutama rasa nyeri pada perut
PC yang berperan adalah T helper 1 (Th- yang membawa pasien sering memerlukan
1), sedangkan pada KU adalah sel limfoid perawatan di rumah sakit. Pada proktitis,
T helper 2 (Th-2).7 Selain itu, pada KU biasanya terdapat darah segar atau lendir
terlihat distribusi perinuclear yang disertai darah, bisa bercampur dengan
antineutrophil cytoplasmic antibodies (p- feses atau melapisi permukaan feses
ANCA) yang meningkat sampai 60% -70% normal atau padat. Muncul juga keluhan
kasus, sebaliknya hanya kadang-kadang seperti tenesmus, atau adanya urgency
ditemukan pada PC, dimana p-ANCA dengan keinginan pengeluaran feses yang
tidak terlibat dalam pathogenesis PC, tidak lampias, sedangkan keluhan nyeri
melainkan dikaitkan dengan HLA- DR2 perut jarang terjadi. Apabila kelainan
allele. Namun jika pada KU p-ANCA tidak terjadi jauh di atas rektum, darah biasanya
terlihat (KU dengan p-ANCA negative), bercampur dengan feses atau diare
maka adanya KU dapat ditunjukkan bercampur darah yang sangat banyak.
dengan HLA-DR4 yang positive. Hal ini Motilitas kolon dipengaruhi oleh inflamasi
yaitu isi usus akan sangat cepat melalui
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017
bagian usus yang meradang. Pada penyakit persendian dan sulit dibedakan dengan
yang berat, pasien mengeluarkan feses cair komplikasi pada kolitis ulseratif.
yang bercampur darah, dan nanah. Diare Manifestasi ekstraintestinal antara
seringkali muncul malam hari dan atau lain melibatkan mata (scleritis, uveitis),
setelah makan. Meskipun nyeri hebat kulit (eritema nodosum), atau persendian
bukan merupakan gejala yang menonjol, (spondiloartritis, artritis perifer) dan
beberapa pasien dengan penyakit yang hiperkoagulabilitas, serta gangguan
aktif dapat mengalami rasa tidak nyaman hepato-bilier (primary sclerosing
pada perut yang tidak terlalu jelas atau cholangitis),4,5 seperti yang dilaporkan di
kram ringan pada perut bagian tengah. Iran8 dan ditekankan dalam Klasifikasi
Kram dan nyeri perut hebat dapat terjadi Montreal.9
pada penyakit yang berat. Beberapa gejala Pemeriksaan baku pada IBD adalah
lain pada penyakit yang sedang hingga pemeriksaan endoskopi berupa
berat meliputi anoreksia, mual, muntah, kolonoskopi, sigmoidoskopi fleksibel dan
demam dan turun berat badan.2 untuk membedakan antara PC dan KU,
Diagnosis PC tidak mudah perlu dilakukan ileokolonoskopi dengan
ditegakkan, oleh karena manifestasi klinis biopsi. Disamping itu mungkin diperlukan
yang sangat bervariasi, penampakan klinis pemeriksaan Barium enema maupun X-ray
yang mirip dengan penyakit peradangan abdomen standar.10,11 Endoskopi sangat
saluran cerna yang lain, atau karena adanya bermanfaat tidak hanya untuk memeriksa
presentasi klinis lain (ekstraintestinal) pengisian lesi pada barium enema,
tanpa gejala saluran cerna. Gejala khas mengetahui lokasi peradangan yang akan
seperti diare dan nyeri perut kronik dan menentukan prognosis dan terapi, akan
nokturnal, penurunan berat badan, demam, tetapi juga sangat berperan penting untuk
atau pendarahan rektum menggambarkan tindakan biopsi dan menentukan keputusan
proses peradangan yang terjadi. Tanda- untuk dilakukan tindakan operasi. Pada
tanda klinis antara lain pucat, kaheksia, salah satu studi prospektif, dikatakan
dan massa abdominal atau nyeri perut, bahwa ileokolonoskopi memiliki
atau fisura perianal, fistula, atau abses. keakuratan 80-90% dalam membedakan
Penyakit Crohn (PC) yang terbatas pada KU dan PC.10 Disamping itu sesuai
kolon memberikan gejala seperti keperluan dapat dilakukan tes dan tindakan
pendarahan rektum, komplikasi perianal diagnostik berupa tes darah, pemeriksaan
dan komplikasi ekstraintestinal, meliputi sampel feses. Sedangkan penanda
kulit, mata, sistim hepatobilier atau laboratorium seperti genetic marker dan
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017
Usia
< 20 tahun 0% 0%
20 – 39 tahun 6,6 % (2) 17,5 % (5)
40 – 59 tahun 29,7 % (9) 19,8 % (8)
> 60 tahun 9,9 % (3) 9,9 % (3)
Jenis Kelamin
Laki-laki 24,1 % (7) 38,3 % (11)
Perempuan 24,1 % (7) 17,5 % (5)
Korelasi Kholangitis kronik pada IBD. dilakukan penghitungan dan uji mutlak
Fisher sesuai tabel 2x2 contingency, seperti
Untuk menilai korelasi Kholangitis pada Tabel 7.
kronik (Khk) dengan IBD pada subyek,
IBD (30) 8 22
puncak pada usia 15-30 tahun dan 60-80 Insidensi Kholangitis kronik pada
tahun.2 Sedangkan di Asia, penelitian oleh IBD dari semua pasien yang dikolonoskopi
Li Jiang di Cina menunjukkan bahwa selama satu tahun adalah 5,4%. Angka ini
kejadian penyakit IBD baik kolitis ulseratif tidak jauh berbeda dari studi kepustakaan
dan penyakit Crohn muncul pada usia 30 sebelumnya.
hingga 39 tahun.3 Hasil serupa juga
diperoleh oleh Vahidi dkk pada tahun 2009 KESIMPULAN
di Iran, sebagian besar kasus IBD terjadi Hasil penelitian ini menunjukkan
pada usia 20 hingga 39 tahun.8 bahwa Insidensi IBD yang terbaru (2017)
Pada penelitian ini perbandingan di RSPAD Gatot Soebroto Puskesad
antara laki-laki dan perempuan (RSPAD GSP) adalah 18,6%; dengan
menunjukkan hasil yang serupa dengan karakteristik demografi pasien IBD –nya,
penelitian di Amerika Utara, yaitu 1:1 sebagian besar pada usia antara 40 hingga
untuk kolitis ulseratif dan 2,2:1 untuk 59 tahun dan lebih banyak pada laki-laki.
penyakit Crohn.2 Begitu pula dengan hasil Manifestasi gejala klinis yang paling sering
penelitian di Cina dan Iran yang tidak dikeluhkan adalah nyeri abdomen dan
menunjukkan perbandingan yang terlalu diare kronik. Kholangitis kronik sebagai
berbeda.2,3 manifestasi ekstraintestinal IBD ditemukan
Manifestasi klinis IBD. dengan insidensi sebesar 5,4%.
Manifestasi klinis yang paling Hasil insidensi PSC sebagai
sering muncul pada beberapa literatur, manifestasi ekstraintestinal IBD pada
adalah diare, pendarahan rektum, dan nyeri penelitian ini dapat memberikan gambaran
perut. Hal ini didukung oleh penelitian Li awal gejala klinis yang mengarahkan para
Jiang yang memperoleh data bahwa pada klinisi pada diagnosis IBD dan PSC serta
pasien kolitis ulseratif dan penyakit Crohn dapat menjadi data awal penelitian
sebagian besar pasien mengeluh diare dan selanjutnya.
nyeri perut.3 Pada penelitian sekarang ini,
karakteristik klinis yang paling banyak DAFTAR PUSTAKA
terjadi pada kasus KU adalah diare kronik
1. Bonner GF. Current medical therapy for
(13,4%), nyeri perut (17,5%) dan
inflammatory bowel disease. South Med
hematoschezia (6,6%). Sedangkan pada
J. 1996 Jun;89(6):556-66.
pasien dengan PC adalah diare kronik
2. Friedman S. Inflammatory Bowel
(29,7%), nyeri perut (9,9 %) dan
Disease. Harrison's Principles of
hematoschezia (9,9 %).
ISSN 0216-3438. │ Jurnal Profesi Medika │Vol. 11, No. 1 Januari – Juni 2017