Anda di halaman 1dari 18

Konseling pada Sirosis

Hati
Disusun Oleh :
NAMA : HELTI PURWANTI
NIM : P01031217066
PRODI : DIV GIZI – VI B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


MEDAN
PENYAKIT SIROSIS HATI
Sirosis adalah proses
difus yang ditandai
oleh fibrosis dan
perubahan struktur
Pengertian hepar yang normal
menjadi nodula-
nodula yang
abnormal. Hasil
akhirnya adalah
destruksi hepatosit
dan digantikan oleh
jaringan fibrin serta
gangguan atau
kerusakan vaskular
(Dipiro et al, 2006).
Contoh kasus : Pasien S datang berkonsultasi kepada ahli
gizi dengan keluhan menderita sirosis hati akibat hepatitis
B disertai dengan hematemesis melena dan varises
eshopagus. Pasien juga mengalami muntah darah dan
didapati BAB berwarna hitam. Pasien memiliki riwayat
penyakit hepatitis B dua tahun yang lalu dan mengalami
penurunan berat badan sebesar 2 kg selama 1 bulan
terakhir yang merupakan salah satu gejala sirosis hati
yang diawali dengan rasa fatigue dan kelelahan laludiikuti
oleh mual, muntah, diare, dan anoreksia sehingga nafsu
makan berkurang
Pada sirosis hepatis, jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut
(fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini mempengaruhi
struktur normal dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati
sehingga hati secara bertahap kehilangan fungsinya. Hati (liver) sebagaimana
diketahui adalah organ di bagian kanan atas perut yang memiliki banyak fungsi, di
antaranya:
Menyimpan glikogen (bahan bakar untuk tubuh) yang terbuat dari gula. Bila
diperlukan, glikogen dipecah menjadi glukosa yang dilepaskan ke dalam aliran
darah.
Membantu proses pencernaan lemak dan protein.
Membuat protein yang penting bagi pembekuan darah.
Mengolah berbagai obat
Membantu membuang racun dari tubuh.

Sirosis merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena mengganggu fungsi-


fungsi di atas. Selain itu, sirosis juga berisiko menjadi kanker hati (hepatocellular
carcinoma). Risiko terbesar sirosis yang disebabkan oleh infeksi hepatitis C dan B,
diikuti dengan sirosis yang disebabkan oleh hemokromatosis.
B. Penerapan dalam Konseling
Membangun Dasar – Dasar Konseling

Menyambut klien, konselor berdiri sambil mengucapkan salam lalu


mempersilahkan masuk.

Memperkenalkan diri sambil berjabat tangan dan mempersilahkan


klien untuk duduk.

Meminta rujikan bila ada, data lab. Data pendukung lain untuk
diagnosis medis (penyakit yang berkaitan dengan pemberian DIET
Sirosis hati)
Menjelaskan tujuan dan proses konseling brdasarkan diagnosis
medis tersebut.

Menjelaskan pengertian hasil lab atau diagnosis medis tanpa


menyinggung perasaan pasien.

Jelaskan waktu yang diperlukan dalam proses konseling 30 menit

Tekankan bahwa keberhasilan konseling bergantung pada


keseriusan pasien mendengarkan penjelasan dari kenselor. “saya
sangat mengharapkan partipasi bapak/ibu yang serius dalam
proses konseling ini”.
Melakukan perhitungan Antropometri yang meliputi :
IMT = BB(Kg)/TB2 (m)
Persentil LLA = LLA Aktual / LLA Persentil x 100%
Dan menyimpukan status gizi pasien normal atau tidak

Menyimpulkan hasil pemeriksaan biokimia/laboratorium


apabila ada dengan cara yang baik tanpa menjatuhkan semangat
pasien apabila hasil kurang bagus
Biasanya pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan SGOT,
SGPT, total kolestrol, total blirubin, dan direct (conjugated)
DIAGNOSIS
Tujuan dari langkah ini adalah
menentukan masalah gizi
yang dihadapi klien
(problem), menentukan
etiologi (penyebab masalah),
menentukan tanda dan gejala
masalah tersebut,
Melakukan recall 24 jam serta perhitungan kebutuhan energi dan
zat gizi
Dan menjelaskan kepada pasien bahwa tujuan diet adlah :
1. Mencegah kerusakan hati lebih lanjut yang progresif
2. Serta mengkonsumsi makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi, sesuai dengan kemampuan saluran cerna dan
daya terima
Menjelaskan Syarat dan Prinsip Diet

Syarat dan Prinsip Diet :


1. Energi tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, untuk mencegah
pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan
kemampuan pasien (40-45 kkal/Kg BB).
2. Lemak sedang (cukup), yaitu 20-25 persen dari kebutuhan energi
total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila
pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai
sedang (Medium Chain Triglycerida / MCT). Jenis lemak ini tidak
membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses
absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
3. Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme
protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah,
pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu
sebanyak 30-40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein
diberikan sebanyak 1,25 g/Kg BB. Asupan minimal protein hendaknya
0,8-1 g/Kg BB. Protein nabati memberikan keuntungan karena
kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak
melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa
kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status ensefalopati,
tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
4. Diet diberikan secara berangsur, disesuaikan dengan nafsu
makan dan toleransi penderita.
5. Cukup vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral diberikan sesuai
dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen Vitamin B
kompleks, C dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia.
6. Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan
garam/air. Natrium diberikan rendah, bergantung tingkat edema
dan asites. Bila pasien mendapatkan diuretika, garam natrium dapat
diberikan lebih leluasa.
7. Mudah dicerna dan tidak merangsang.
8. Bahan makanan yang mengandung gas dihindarkan.
9. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontra indikasi.
10. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah atau
makan biasa sesuai kemampuan saluran cerna.
Menjelaskan Beberapa pantangan yang harus dihindari

Beberapa pantangan yan harus dihindari antara lain :


1. Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging
kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju,
mentega / margarine, minyak serta makanan bersantan seperti
gulai, kare atau gudeg.
2. Makanan yang dikalengkan seperti sarden dan korned.
3. Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
4. Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang
merah, kol, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
5. Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka,
jahe.
6. Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
Menjelaskan Bahan makanan yang baik dikonsumsi untuk penderita
sirosis hati

berupa :
1. Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih,
umbi-umbian.
2. Sumber protein seperti telur, ikan, daging, ayam, tempe,
tahu, kacang hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak
menimbulkan gas.
3. Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah
dicerna seperti gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan dan
madu.
Bagi penderita Hepatitis, terapi diet sangat penting untuk
dilakukan. Kandungan gizi pada terapi diet penderita Hepatitis
berbeda-beda tergantung pada kondisi penderita. Total kalori
yang diberikan juga berbeda, tergantung berat badan dan
aktifitas penderita.

Serta memberikan jenis terapi diit yang cocok dijalani pasien


seperti : diet hati I, II atau diet hati III
E. Memperoleh
komitmen

Komitmen merupakan kunci dari keberhasilan proses


konseling. Tujuan dari langkah ini adalah memperoleh
kesepakatan antara konselor dengan klien. Kesepakatan
tersebut dipakai sebagai komitmen dalam melaksanakan
presekripsi diet dan aturan
lainnya. Berikan pemahaman, dukungan, motivasi dan
bangun rasa percaya diri klien untuk melakukan perubahan
diet yang sesuai anjuran dan disepakati bersama.

Tekankan bahwa keberhasilan konseling sangat tergantung


pada keseriusan klien dalam proses konseling dengan
mengucapkan “ Saya sangat mengharapkan partisipasi
bpk/ibu yang serius dalam proses konseling ini”.
Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi adalah langkah terakhir dari


suatu proses konseling. Tujuan dari monitoring dan
evaluasi konseling adalah mengetahui pelaksanaan
intervensi sesuai komitmen dan mengetahui tingkat
keberhasilan konseling. Untuk tujuan tersebut
konselor bisa melakukan diskusi dan menanyakan
tentang pelaksaan intervensi meliputi keberhasilan
konseling, faktor penghambat dan faktor pendorong
dalam melaksanakan diet yang dianjurkan..
PROSES ASUHAN GIZI PADA PASIEN SIROSIS HATI
Monitoring Melakukan Monitoring :  Perubahan pola makan dan
&
asupan gizi
Evaluasi
 Nilai laboratorium kembali normal
Melakukan Evaluasi : Menilai perubahan setelah
pemberian intervensi gizi
Rencana tindak lanjut
Menyimpan data hasil konseling pada file yang telah
disediakan
Hasil yang diharapkan dari klien pada konsultasi
berikutnya
Ingatkan klien tentang konsultasi selanjutanya 24 –
48 jam sebelumnya
Pada kunjungan berikut cek kembali data
antropometri, riwayat makan dan riwayat personal
Bila ada perubahan sesuaikan dengan anjuran makan
dan kondisi kesehatan klien
Frekuensi kunjungan minimal 6 kali, bila masih
dirasakan perlu dapat dilakukan kunjungan ulang lagi
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai