Telaah Kasus
menyerang organ ginjal dimana keadaan organ ginjal menurun secara progresif,
kronik, maupun menetap dan berlangsung. Kriteria yang terdapat pada penyakit ginjal
kronik ini adalah timbulnya kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dengan kata lain
terjadinya kelainan struktural maupun fungsional. Adapun tanda dan gejala penyakit
CKD antara lain terjadinya kelainan pada urin terdapat dalam protein, sel darah
3.1.1 Klasifikasi
Penyakit ini didefinisikan dari ada atau tidaknya kerusakan ginjal dan
kemampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya. Klasifikasi ini didasarkan atas dua
hal yaitu, atas dasar derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas
dasar derajat penyakit dibuat berdasarkan laju filtrasi glomerulus (LFG), yang
72 x kreatinin plasma(mg/dl)
17
18
Pada pasien ini didapatkan laju filtrasi glomerulus <15 atau dialisis, dengan
3.1.2 Etiologi
1) Diabetes
Data dari United States Renal Data System 2009 menyebutkan bahwa sekitar
50% pasien gagal ginjal terminal di Amerika Serikat merupakan penderita diabetes.
Tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus membuat ginjal harus
bekerja lebih keras dalam proses penyaringan darah, dan mengakibatkan kebocoran
pada ginjal. Awalnya, penderita akan mengalami kebocoran protein albumin yang
juga mempunyai kadar kolesterol dan trigliserida plasma yang tinggi, sedangkan
konsentrasi HDL (high density lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya sangat
rendah. Sirkulasi yang buruk ke beberapa organ mengakibatkan hipoksia dan cedera
darah. Dengan adanya hiperglikemia yang kronis, insulin dapat secara langsung
penyempitan lumen pembuluh darah yang berakibat pada berkurangnya suplai darah
ke ginjal. Hal ini akan mengakibatkan gangguan pada proses filtrasi di glomerulus
2) Hipertensi
Berdasarkan United States Renal Data System 2009, 51-63% dari semua
tekanan dan regangan yang berlangsung kronis pada arteriol kecil dan glomeruli akan
menyebabkan pembuluh ini mengalami sklerosis. Lesi-lesi sklerotik pada arteri kecil,
arteriol, dan glomeruli menyebabkan terjadinya nefrosklerosis. Lesi ini bermula dari
adanya kebocoran plasma melalui membran intima pembuluh-pembuluh ini, hal ini
disertai dengan penebalan progresif pada dinding pembuluh darah yang nantinya akan
20
glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga seluruh nefron rusak, yang menyebabkan
4) Lain-lain
perubahan genetik, dan penyakit autoimun. Diabetes dan hipertensi saat ini menjadi
3.1.3 Patofisiologi
Patofisiologi gangguan ginjal kronis dilihat dari penyakit yang menjadi dasar,
proses selanjutnya kurang lebih sama. Gangguan ginjal kronis ini menyebabkan
hipertrofi sruktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephron)
sebagai kompensasi. Respon terhadap penurunan jumlah nefron ini dimediasi oleh
hormon vasoaktif, sitokin dan faktor pertumbuhan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses
dan progresivitas tersebut. Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap
hiperglikemia, dislipidemia. Pada stadium paling dini gangguan ginjal kronis, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal, pada keadaan basal Laju filtrasi glomerulus (LFG)
masih normal atau bahkan meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan
terjadi penurunan fungsi nefron secara progresif, yang ditandai dengan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin plasma. Laju filtrasi glomerulus 60%, pasien masih belum
merasakan keluhan, namun sudah terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin
plasma. Kemudian pada LFG sebesar 30%, pasien mulai mengalami nokturia, badan
lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di
bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia seperti anemia,
peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalium, pruritus, mual
dan muntah. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti saluran cerna, gangguan
antara natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih serius, dan pasien memerlukan terapi pengganti ginjal antara
lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat
saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan
a. Kelainan hemopoeisis
ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia yang terjadi sangat bervariasi bila
ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien gagal
ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dam muntah masih
belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus
sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan
mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini akan segera
c. Kelainan mata
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien
gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat
pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis. Kelainan saraf
mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris. Kelainan retina
23
pada pasien gagal ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada
d. Kelainan kulit
segera hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik,
tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea
frost.
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada
gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa
e. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan
depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental berat seperti
konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering dijumpai pada
pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien
(personalitas).
24
f. Kelainan kardiovaskular
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat
sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada
ataupun radiologis saja, banyak berbagai aspek yang dapat membantu penegakkan
pada CKD stage 1-3 pasien belum mengalami gangguan keseimbangan air dan
elektrolit atau gangguan metabolik dan endokrin secara klinis (asimtomatis), CKD
stage 4-5 pasien pada tahap awal mengalami poliuria dan edema, dan diketahui
bahwa pasien sudah CKD stadium dan pasien mengalami anemia, asidosis metabolic,
Pada pemeriksaan fisik terlihat pada inspeksi tampak sakit, pucat, napas
pendek, konjungtiva anemis, mukosa anemis, kulit eksoriasi akibat pruritus, dan
edema perifer. Tanda vital dari pasien terjadi hipertensi, takipnea dan hipotermia.
Perkusi yang didapat pada pasien nyeri ketok pada costovertebrae angel (CVA).
Pada tes fungsi ginjal didapat blood urea nitrogen (BUN) : >20 mg/dl (N: 10-20
mg/dL), kreatinin serum pada pria > 1,3 mg/dL (N: 0,7-1,3 mg/dL), pada wanita >1,1
25
mg/dL (N: 0,6-1,1 mg/dL). Laju filtrasi glomerulus (LFG) didapat pada pria < 97
mL/menit (N: 97-137 mL/menit) dan pada wanita < 88 mL/menit (N: 88-128
hidronefrosis pada stadium awal sebagai kompensasi, USG pada stadium lanjut CKD
3.1.6 Penatalaksanaan
Perencanaan tatalaksana pasien dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:
a. Terapi konservatif
elektrolit.
26
mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat
3) Kebutuhan cairan Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus
adekuat supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari. 4) Kebutuhan elektrolit dan
mineral Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari
b. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolik
suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena
2) Anemia Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah
satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah
keluhan yang sering dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan
keluhan utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah
27
ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu
keluhan kulit.
yaitu terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal
paratiroidektomi.
Terapi non farmakologi lain yang dilakukan pada pasien CKD terutama yang
a) Hemodialisis
dikeluarkan oleh tubuh, seperti adanya ureum di dalam darah. Dilakukan jika pasien
menderita GGK stadium 5 dan telah diberikan diuretik namun tidak berefek.
menjalankan hemodialisis rutin. Operasi ini adalah operasi pembuatan saluran untuk
hemodialisis.
28
3.1.7 HEMODIALISIS
Definisi
mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang bertujuan
Indikasi
hemodialisis kronis :
A. Hemodialisis segera
1. Kegawatan ginjal
6,5 mmol/l)
g. Ensefalopati uremikum
29
h. Perikarditis uremikum
i. Disnatremia berat (Na > 160 mmol/L atau < 115 mmol/L)
j. Hipertermia
dialisis.
dimulai jika LFG < 15 ml/menit. Keadaan pasien yang mempunyai LFG < 15
ml/menit tidak selalu sama. Sehingga hemodialisis mulai dianggap perlu jika
3.2 Hipertensi
dalam praktik kedokteran primer. Menurut (National Heart, Lung, and Blood
berbagai organ target seperti jantung (penyakit jantung iskemik, hipertrofi ventrikel
kiri, gagal jantung), otak (stroke), ginjal (gagal ginjal) mata (retinopati), juga arteri
30
tingginya tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak
(GFR) dan ada atau tidaknya bukti renal injury. Pasien dengan stage 1 dan 2
memerlukan bukti adanya kerusakan ginjal, dan GFR masing-masing ≥ 90 dan 60–89
mL/menit. Stage 3, 4, dan 5 dengan GFR masing-masing 30–59, 15–29, dan <15
dengan tingkat keparahan lesi arteriosclerotic renal. Risiko mortalitas juga berkorelasi
hidup untuk grade 3 (cotton wool exudates/ hemorrhages) dan grade 4 (papilledema)
hanya 0% sampai 20% dalam 5 tahun. Dengan demikian jelas berdasarkan literatur
renal.
31
3.3 Anemia
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan. Batas normal
Tabel 3.2 Batas normal kadar Hb menurut umur dan jenis kelamin
5 – 11 tahun 11,5
12 – 14 tahun 12,0
Sumber: WHO
Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi
esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah
merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria,
Anemia sering terjadi pada orang dengan penyakit ginjal kronis (CKD)
hilangnya fungsi ginjal permanen. Pada pasien ini ditemukan kadar hemoglobin 8,6
g/dl. Anemia mungkin mulai berkembang pada tahap awal CKD, ketika seseorang
pada CKD. Kebanyakan orang yang memiliki kehilangan fungsi ginjal total, atau
32
gagal ginjal, menderita anemia. Seseorang mengalami gagal ginjal ketika dia
membutuhkan transplantasi ginjal atau dialisis untuk hidup. Dua bentuk dialisis
untuk mengedarkan darah seseorang melalui filter di luar tubuh. Dialisis peritoneal
menggunakan lapisan perut untuk menyaring darah di dalam tubuh. Penyebab umum
anemia lainnya pada orang dengan penyakit ginjal termasuk kehilangan darah dari
3.4.1 Definisi
Dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DHF adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan
yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DHF disebabkan oleh salah satu
dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe
cukup berbeda sehingga tidak ada proteksisilang dan wabah yang disebabkan
beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus ini bisa masuk ke dalam
tubuh manusia dengan perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua
jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-
3.4.2 Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Sampai saat ini dikenal ada 4
Indonesia dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia
1. Kriteria Klinis
c.Pembesaran hati
d.Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien gelisah.
34
2. Kriteria Laboratoris
Derajat I : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
Derajat II :seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
Derajat III :didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin
Derajat IV :syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur.
hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Gejala klinis DHF diawali dengan demam
mendadak disertai muka kemerahan atau facial flush dan gejala klinis lain yang tidak
khas seperti anoreksia, mual, muntah, sakit kepala serta nyeri pada otot dan sendi.
Gejala lain yaitu perasaan tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di bawah lengkung
Kelainan ginjal pada DHF tidak mudah didiagnosis. Demam Dengue tahun
2002 di Taiwan terjadi kematian beberapa pasien dengan penyakit ginjal kronik
(chronic kydney disease, CKD). Laporan tersebut mengungkapkan tiga kasus DHF
dan DSS meninggal dunia meskipun dirawat intensif. Kesulitan diagnosis dan
pasien CKD lebih lanjut menghambat keberhasilan resusitasi pada DHF dan DSS.
pada kewaspadaan dini dan upaya pengobatan agresif infeksi virus dengue pada
pasien dengan CKD. Laporan tersebut juga mengkaji kesulitan diagnosis dan dilema
pengobatan pada tiga kasus kematian DHF/ DSS. Dalam populasi umum, mortalitas
DHF berkisar 1-5 %. Kesulitan diagnosis dan pengobatan pasien CKD menyebabkan
risiko tinggi kematian karena kemiripan gejala dan tanda yang di antara DD dan
CKD. Dugaan klinis untuk membuat diagnosis antara lain adanya riwayat perjalanan
dari daerah endemik, riwayat paparan vektor pasien CKD. Kelainan ginjal pada
penderita DHF yang mengalami syok disebabkan karena hipoperfusi ginjal, azotemia
pre renal dan nekrosis tubuler akut. Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase
pemasangan kateter vena sentral menjadi alternatif untuk pedoman pemberian cairan.
Bila penggantian cairan telah terpenuhi atau sesuai kebutuhan, syok telah teratasi,
36
tetapi produksi urine masih tetap belum ada, dipertimbangkan pemberian furosemid 1
mg/kgBB setelah yakin tidak ada faktor post renal yang menghambat aliran urine.
elektrolit dan gangguan asam basa. Asidosis metabolik harus segera dikoreksi karena
akan memicu DIC. Diuresis, kadar ureum dan kreatinin, kadar elektrolit, tanda vital,
kadar hematokrit harus dipantau dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil
jantung.