Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

Hiperglikemia adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan kadar glukosa

darah melebihi normal yang menjadi karakteristik beberapa penyakit terutama

diabetes melitus di samping berbagai kondisi lainnya. Diabetes melitus (DM) saat ini

menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Berdasarkan penyebabnya, DM dapat

diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional

dan DM tipe lain.1

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia.

Badan kesehatan dunia WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien DM tipe 2 di

Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

Prediksi International Diabetes Federation (IDF) juga menunjukkan bahwa pada

tahun 2019 - 2030 terdapat kenaikan jumlah pasien DM dari 10,7 juta menjadi 13,7

juta pada tahun 2030.1

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan

penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa, dengan

prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural,

sehingga diperkirakan pada tahun 2003 didapatkan 8,2 juta pasien DM di daerah

rural. Berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan bahwa pada tahun 2030

nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi
prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%), maka diperkirakan terdapat 28

juta pasien diabetes di daerah urban dan 13,9 juta di daerah rural. Laporan hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan

menunjukkan peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5%.1

Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya obesitas yang merupakan

salah satu faktor risiko diabetes, yaitu 14,8 % pada data RISKESDAS tahun 2013

menjadi 21,8% pada tahun 2018. Hal ini seiring pula dengan peningkatan prevalensi

berat badan lebih dari 11,5% menjadi 13,6%, dan untuk obesitas sentral (lingkar

pinggang ≥ 90cm pada laki-laki dan ≥ 80cm pada perempuan) meningkat dari 26,6%

menjadi 31%. Data-data di atas menunjukkan bahwa jumlah pasien DM di Indonesia

sangat besar dan merupakan beban yang berat untuk dapat ditangani sendiri oleh

dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua tenaga kesehatan. Pasien DM

juga sering mengalami komplikasi akut dan kronik yang serius, dan dapat

menyebabkan kematian.1

Penyakit DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya

manusia dan meningkatnya biaya kesehatan yang cukup besar, oleh karena itu semua

pihak baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha

penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan. Pengelolaan penyakit ini

memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain. Pada

strategi pelayanan kesehatan bagi pasien DM, peran dokter umum menjadi sangat

penting sebagai ujung tombak di pelayanan kesehatan primer.1


BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Maya Sari

Umur : 37 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Pulo Rayeuk

Tanggal Kunjungan : 25 Juli 2022

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama

Kesemutan pada ekstremitas

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang sadar ke poli geriatri RSUP Sanglah diantar oleh anaknya

dengan keluhan sering merasa kesemutan. Kesemutan ini dirasakan pasien sejak awal

terdiagnosis DM pada tahun 2006. Kesemutan ini biasanya muncul saat pasien

melakukan aktifitas. Kesemutan terjadi di keempat ekstrimitas namun paling sering


dirasakan pada kedua kaki. Pada awalnya pasien akan berhenti melakukan aktifitas

jika merasa kesemutan, setelah itu pasien akan menghiraukan jika tejadi kesemutan

kembali. Kesemutan yang dirasakan tidak begitu mengganggu aktivitasnya sehari-

hari karena pasien masih bisa menahannya. Tidak ada gejala-gejala lain yang

dikeluhkan pasien selain kesemutan.

2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Anda mungkin juga menyukai