Anda di halaman 1dari 43

SPINAL ANESTESI PADA FRAKTUR

ANKLE NONUNION AR DEKSTRA

Oleh:
Riski Amelya

Pembimbing
dr. Dicky, Sp.An
DEPARTEMEN ANESTESI DAN REANIMASI
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2019
BAB1. PENDAHULUAN

Anestesi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “An” yang berarti “tidak, tanpa” dan “aesthesos” yang

berarti “persepsi, kemampuan untuk merasa”. Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan

rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa

sakit pada tubuh. Istilah Anestesia digunakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes (1809-1894)

yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena anestesi adalah

pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.

03/10/2020 2
3 03/10/2020
REGIONAL UMUM
• Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia

merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan fraktur

pergelangan kaki (ankle fracture). Berikut akan dilaporkan

sebuah kasus anestesi spinal pada pasien fraktur nonunion ar

ankle dekstra.

03/10/2020 4
2.1 Identitas Pasien
BAB2
Nama : Ny. HA
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia
Agama
: 21 tahun
: Islam
LAPORAN KASUS
Status perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Dewantara, Aceh Utara.
No. RM : 481228
Ruangan : Bedah
TMRS : 28 Agustus 2019

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan terdapat fraktur nonunion ar ankle dekstra.
2. Keluhan Tambahan
Terasa nyeri pada lokasi fraktur.
03/10/2020 5
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan terdapat fraktur non union ar ankle dekstra.
Fraktur tersebut sudah terjadi sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku 3 bulan yang lalu
terjadi kecelakaan lalu lintas tunggal yang mengakibatkan terjadinya fraktur pada os
fibula dan ankle dekstra. Kejadian tersebut terjadi ketika pasien sedang mengendarai
motor dengan kecepatan 60 km/jam dan dari arah depan pasien terdapat mobil yang
berhenti mendadak, pasien menghindari mobil tersebut sehingga mengakibatkan
pasien terjatuh. Pasien mengaku jatuh terlempar, jarak terlempar dan mekanisme jatuh
pasien tidak mengingatnya. Beberapa hari post kecelakaan tersebut, pasien telah
mendapatkan penanganan ORIF untuk fraktur ar fibula dekstra, namun untuk fraktur
ankle tidak dapat ditatalaksana akibat terdapat luka sehingga dokter menunda sampai
lukanya sembuh. Nyeri kepala setelah kejadian ini disangkal, mual (+), muntah (+).

03/10/2020 6
4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : Disangkal


Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/ Makanan : Disangkal
Riwayat Operasi : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat asma, alergi, dan riwayat penyakit yang sama dengan pasien disangkal.

03/10/2020 7
2.3 Objektif
1. Status Generalis

Status Generalis Kesadaran Compos Mentis

TD 110/70 mmHg

Nadi 78x/ menit

Pernapasan 18x/ menit

Suhu 36,4oC

Berat badan 54 kg
Status Gizi
Tinggi badan 156 cm

03/10/2020 8
Kepala Normosefali, edema (-), scar (-) rambut tidak mudah dicabut
Wajah Edema (-), kulit kuning langsat

Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), palpebra edema (-/-)

Telinga Normotia (+/+)


Hidung Bentuk normal, tidak ada deviasi septum
Mulut Bibir edema (-), sianosis (-)

Paru
Inspeksi: normochest, simetris, jejas (-), scar (-)
Palpasi : stem fremitus (normal/normal)
Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: SP: vesikuler, ST: (-)
Thoraks
Jantung
Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi: Tidak ada thrill
Perkusi: DBN
Auskultasi: DBN

Inspeksi: Distensi (+)


Palpasi: Soepel, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak ada defans muskuler, nyeri tekan (+)
Abdomen
Perkusi: Tympani
Auskultasi: Bising usus (+)
Ekstremitas Edem (-/-) 03/10/2020 9
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin tanggal 27 Agustus 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 12,6 12-16 g/dL

Eritrosit 4,14 3,8-5,8 juta/mm3

Leukosit 7,30 4.0-11.0 ribu/mm3

Hematokrit 35,7 37-47%

Trombosit 265 150-450 ribu/L

MCV 86,2 79.0-99,0 fl

MCH 30,5 27,0-32,0 pg

MCHC 35,3 33,0-37,0 %

Glukosa stik 98 70-125 mg/dL


Pemeriksaan Penunjang
• Rontgen • Rontgen Cruris

03/10/2020 11
• 2.4 Assesment
Fraktur Ankle Nonunion ar Dekstra
2.7 Rencana Anestesi:
• 2.5 Penggolongan Status Fisik
Pasien Menurut ASA Spinal Anestesi
Induksi : Bupivacain
ASA II
• 2.6 Rencana Pembedahan
2.8 Kesimpulan
ORIF
Pasien perempuan usia 21 tahun dengan status fisik ASA
II. Pasien akan dilakukan ORIF dengan rencana spinal
anestesi/
• 2.9Laporan Anestesi
• Di Ruang Persiapan
• Pre Operatif • Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di
ruang persiapan.
• Persiapan Pasien • Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan ::
TD=(110/70 mmHg), nadi= 76x/menit, suhu=36,4
28 Agustus 2019 0
C, RR=20x/menit
• Di Ruang Bedah
• Co spesialis anestesi • Persiapan alat anestesi umum:
• Informed consent: • Monitor
• Surat persetujuan operasi • Sphygmomanometer
• tidak makan dan minum sejak siang • Pulse Oxymetri
pukul 00.00 WIB.

• Alat untuk melakukan pembiusan:


• Spuit 3 cc
• Spuit 5 cc
• Spinocan 25 G/ 27 G
• Persiapan obat-obatan anestesi • M (Maintenance)
• Premedikasi : • 2 cc/ kgBB/ jam = 2 cc x 54 kg/ jam `
108 cc / jam
• Ondansentron 4 mg/ 2 ml/ IV
• O (Operasi)
• Ranitidin 50 mg/ 2 ml/Iv
• Karena operasi ini termasuk operasi besar,
• Induksi : Bupivacaine 2mg/kgBB/IV maka kebutuhan cairannya adalah:
• Obat Tambahan/ pilihan lain: • 8 ml x kgBB 8 ml x 54 kg  432 ml
• Pethidine HCL 50 mg/ml • P (Puasa)
• Ephedrine HCL • Karena pasien puasa selama 8 jam, maka
kebutuhan cairannya adalah:
• Ketorolac 30 mg/ml
• Lama puasa x M 8 x 102 ml  864 ml
• Rencana terapi cairan intraoperatif:
• Total cairan yang dibutuhkan:
• Pada pasien, diberikan cairan NaCl yang
setiap kolf nya berisi 500 ml.
• Jam pertama  M + O + ½ P  (108 +
432 + 500) ml = 1.040 ml
28 Agustus 2019 pukul 09.00 WIB Intra Operatif
28 Agustus 2019 pukul 10.00 WIB
• Airway : clear
• Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan di
• Breathing : RR 20 x/ menit, stidor (-) meja operasi dengan posisi supine kemudian
snorring (-) gargling (-) dilakukan pemasangan manset dan oksimeter.
• Menilai keadaan umum dan melakukan
• Circulation : HR 78 x/ menit reguler, pemeriksaan tanda-tanda vital di awal atau
isi dan tegangan cukup penilaian pra induksi:
• Disability : GCS : E4V6M5 = 15, • Kesadaran: Compos Mentis, TD= 120/80 mmHg,
nadi= 86 x/menit, saturasi O2: 99%.
• kesadaran : compos mentis • Pasien didudukan untuk induksi spinal anastesi
• ASA : II • Pasien dilakukan spinal anastesi dengan
menggunakan spinocan 25 G dengan Bupivacain
Hcl 15 mg (3 cc) Setinggi L3-L4 diantara kedua
krista SIAS.
• Pasien diberikan O2 4 L/menit dengan
menggunakan nasal canul.
03/10/2020 15
Pukul 10.20 WIB Pukul 11.10 WIB
• Tindakan ORIF dimulai. • TD= 90/73mmHg , nadi= 73x/menit,
saturasi O2 95%
Pukul 10.40 WIB
Pukul 11.50 WIB
• TD= 115/87 mmHg , nadi= 88 x/menit,
saturasi O2 100% • TD= 100/78 , nadi= 72x/menit, saturasi O2
94%
• Injeksi ranitidin 50 mg/2 ml IV (spuit 3 cc)
dan ondansetron 4 mg/2 ml IV (spuit 3 cc) • Injeksi Ketorolac 30mg/ml.
Pukul 11.00 WIB Pukul 12.30 WIB
• TD= 70/60mmHg , nadi= 62x/menit, • TD= 103/78 , nadi= 78x/menit, saturasi O2
saturasi O2 78% 100%
• Injeksi ephedrine hcl 50 mg/ml sebanyak Pukul 12.40 WIB
2cc dan pethidine hcl 50 mg/ml sebanyak 1
cc.
• Pasien dibawa ke Recovery room
selanjutnya dibawa ke ruang bedah.
03/10/2020 16
Post Operatif
28 Agustus 2019 Pukul 12.50 WIB • Cek Hb post operasi, bila ≤ 8 g/dl →
• Setelah tindakan selesai, pasien dibawa ke transfusi
Recovery Room, lalu diberikan O2 2 • Mobilisasi bertahap, pasien boleh
liter/menit dengan nasal canul, kemudian miring kanan dan kiri tapi belum
dilakukan pemantauan terhadap 6B: diperbolehkan duduk ataupun berjalan
• B1 : Airway : clear selama 24 jam post operasi
TD : 115/ 70 mmHg
Monitoring:
RR : 20 x/ menit, reguler
• B2 : HR : 82 x/menit reguler, isi dan tegangan cukup • Tanda-tanda vital: pernapasan, perfusi,
• B3 : GCS : E4V6M5 = 15, kesadaran: compos mentis nadi, tekanan darah, suhu,
• B4 : urin (450 cc) • Tanda-tanda distress napas
• B5 : mual (-), muntah (-), bising usus (+) dalam batas normal
• Perdarahan
• B6 : area operasi ditutup dengan kain.
• Kesan : Tampak sakit sedang • Terapi post operasi
• Sikap : Observasi keadaan umum dan tanda vital 03/10/2020 17
BAB3PEMBAHASAN

Anatomi
Tulang
Kaki dan
Ankle

03/10/2020 18
Definisi Klasifikasi - ETIOLOGI
fraktur
F
- KLINIS
Fraktur adalah terputusnya
atau hilangnya kontinuitas - RADIOLOGIS
tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun parsial.

03/10/2020 19
DIAGNOSIS Prinsip - Recognition
FRAKTUR Pengobatan
- Reduction
- ANAMNESIS
- PEMERIKSAAN FISIK - Retention
-PEMERIKSAANPENUNJANG
(Neurologis dan Radiologi) - Rehabilitation

03/10/2020 20
2. Spinal Anestesi  SAB

DEFINISI Indikasi
Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut
anestesi spinal adalah tindakan anestesi
Ra-Sab
dengan memasukan obat analgetik ke dalam
ruang subaraknoid di daerah vertebra 1. Transurethral prostatectomy
lumbalis yang kemudian akan terjadi Hysterectomy
2. Caesarean section (T6)
hambatan rangsang sensoris mulai
3. Semua prosedur yang
darivertebra thorakal 4. melibatkan ekstrimitas bagian
bawah
4. Prosedur yang melibatkan
pelvis dan perianaL

03/10/2020 21
KONTRAINDIKASI
• Pasien menolak
Komplikasi
• Deformitas pada lokasi injeksi • Nyeri tempat suntikan, Nyeri
punggung
• Hipovolemia berat
• Nyeri kepala karena kebocoran
• Sedang dalam terapi antikoagulan likuor
• Cardiac ouput yang terbatas; • Retensio urine
seperti stenosis aorta
• Meningitis
• Peningkatan tekanan intracranial.

03/10/2020 22
Teknik Anastesi

03/10/2020 23
• Penilaian Preoperatif
• Tatalaksana evaluasi
Preoperatif (anamnesis, pemeriksaan
fisik, penunjang dan
konsul, tentuin prognosis
 ASA )

• Masukan oral
Persiapan • Terapi Cairan
Preoperatif2 • Premedikasi

MANAJEMEN
ANESTESI
• Persiapan Pasien
Durante • Pemakaian Obat Anestesi
Operasi • Terapi Cairan
• Monitoring

• Pemindahan Pasien dari


Post OK  RR
Operatif • Perawatan Post Anestesi
di Recovery Room

03/10/2020 24
Tabel 2.3 Klasifikasi ASA
ASA 1 pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik.
ASA 2 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik ringan
sampai sedang
ASA 3 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat
yang disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam
nyawa.

ASA 4 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat
yang secara langsung mengancam kehidupannya.

ASA 5 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat
yang sudah tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak dalam24
jam pasien meninggal.

ASA 6 pasien mati batang otak yang akan menjalani transplantasi organ untuk
donor.
E Jika prosedur merupakan prosedur emergensi, maka status pemeriksaan
diikuti “E” (Misal, “2E”)
03/10/2020 25
PERSIAPAN ANESTESI SPINAL

03/10/2020 26
Posisi melakukan anestesi spinal

03/10/2020 27
TERAPI CAIRAN PEMBEDAHAN

Pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang peritoneum, ke luar

tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan.

• Pembedahan besar: 6 - 8 ml/KgBB

• Pembedahan sedang 4 - 6 ml/KgBB

• Pembedahan kecil 2 - 4 ml/KgBB

03/10/2020 28
Obat Anestesi
Lidokain
• 1 ampul = 100 mg/5ml.
• Dosis pada lidokain 1-1,5 mg/kgBB iv.
• Indikasi: ekstrasistol ventrikel, aritmia ventricular, fibrilasi ventrikel residif.
• Kontraindikasi: blok derajat tinggi, gangguan irama, bradikardi, gagal
jantung dekompensasi
• Efek samping: pada dosis berlebih dapat terjadi gangguan saraf pusat ,
antara lain: kejang, blok AV, bradikardi, penurunan tekanan darah.
Fentanyl
• Indikasi: anestesia pembedahan
• 1 ml= 50 mcg
• Dosis: dosis 1-3 mcg/kgBB analgesinya kira-kira berlangsung 30 menit.
Dosis besar 50-150 mcg/kgBB digunakan untuk induksi anestesia dan
pemeliharaan anestesia dengan kombinasi bensodiazepin dan anestetik
inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung.
• Efek samping: kekakuan otot punggung. Dosis besar dapat mencegah
peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH, renin, aldosteron dan
kortisol. Efek depresi napasnya lebih lama dibanding efek analgesinya
Bunascan(Bupivacaine)
• Indikasi: anestesi spinal untuk operasi abdomen, urologi dan tungkai bawah.
• Anestesi spinal pada orang dewasa 7,5- 20 mg
• Kontraindikasi: meningitis, tumor, polio mielitis, perdarahan kranial, TBC
aktif, septikemia, anemia pernisiosa, infeksi piogenik pada kulit /ptempat
injeksi, syok kardiogenik /hipovolemik, gangguan koagulasi darah atau
sedang menjalani terapi dengan antikoagulan.
• Perhatian: gangguan fungsi ginjal, hati dan kardiovaskular, hamil dan laktasi.
• Efek samping: hipotensi, bradikardi, dakit kepala pasca anestesi spinal
Midazolam
• Induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi, induksi dan
pemeliharaan anestesi. Efek obat timbul dalam 2 menit setelah
penyuntikan.
• Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur
dan keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. pada orang tua dan pasien
lemah dosisnya 0,025-0,05 mg/kgBB.
• Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi
dan pernafasan, umumnya hanya sedikit
Ketorolac (NSAID),
• Dosis: inj IM/IV bolus. IV bolus diberikan dalam 15 menit.
• Kontraindikasi: hipersensitif terhadap aspirin atau AINS lain, riwayat tukak
peptik atau perdarahan GI, sindrom polip nasal angioedema, bronkospasme,
hipovolemia, gagal ginjal, asma, perdarahan serebrovaskular, diatesis
hemoragik, hemostasis inkomplit, risiko tinggi perdarahan, sindrom
Stevens-Johnson atau lesi vesikulobulosa , hamil, laktasi, anak <18 tahun.
• Perhatian: riwayat perdarahan GI, tukak peptik, gangguan ginjal atau hati,
perdarahan, gangguan pembekuan darah, retensi cairan(edema)
• Efek samping: diare, disepsia, nyeri GI, mual, sakit kepala, mengantuk,
pusing, konvulsi, asma, dispnea, pruritus, urtikaria, vasodilatasi, pucat
Ondansentron
• mencegah mual dan muntah sesudah kemoterapi, bedah dan
radioterapi.
• Dosis: pencegahan mual dan muntah pasca op, awal 8mg 1 jam sebelum
anestesi, diikuti pemberian 2 dosis 8 mg tiap 8 jam. Pengobatan mual
dan muntah pasca oop 4 mg IM sebagai dosis tunggal atau inj IV lambat.
• Efek samping: sakit kepala, rasa panas, hangat pada kepala dan
epigastrium,konstipasi, reaksi hipersensitivitas, penglihatan kabur,
pusing
KOMPLIKASI TINDAKAN SPINAL ANESTESI

TRAUMA
GANGGUAN
HIPOTENSI BRADIKARDI HIPOVENTILASI PEMBULUH TRAUMA SARAF MUAL MUNTAH SPINAL TOTAL
PENDENGARAN
SARAF

03/10/2020 36
BAB 4 PEMBAHASAN

• Pasien seorang wanita 21 tahun, • Pada kasus ini dilakukan tindakan


datang ke rumah sakit tanggal 28 open reduction internal fixation
Agustus 2019 dengan keluhan dengan menggunakan jenis
terdapat fraktur ankle nonunion anestesi spinal (blok subaraknoid).
dekstra post kecelakaan lalu lintas. Hal ini sesuai dengan indikasi
Setelah diperiksa dengan anestesi blok subaraknoid yang
pemeriksaan fisik ditemukan digunakan pada: bedah ekstremitas
deformitas (+) pada tungkai sebelah bawah, bedah panggul, tindakan
kanan, nyeri tekan (+), Gerak aktif- sekitar rektum perineum, bedah
pasif terbatas karena nyeri. Pasien obstetrik-ginekologi, bedah urologi,
didiagnosis fraktur ankle nonunion bedah abdomen bawah, pada
dekstra. Berdasarkan pemeriksaan bedah abdomen atas dan bawah
preoperative, pasien digolongkan pediatrik biasanya dikombinasikan
pada PS ASA II sesuai dengan dengan anesthesia umum ringan
klasifikasi penilaian status fisik
menurut The American Society of
Anesthesiologist.

37 03/10/2020
BAB 4 PEMBAHASAN

• Pasien juga diberikan ranitidin, ondansentron


• Pada pasien digunakan obat anestesi golongan dan ketorolac. Ranitidin merupakan golongan
obat antihistamin reseptor 2 (AH2). Mekanisme
kerja ranitidin adalah menghambat reseptor
amide yaitu bupivakain HCL. Berdasarkan teori
histamin 2 secara selektif dan reversibel
sehingga dapat menghambat sekresi cairan
bupivakain lebih kuat dan lama kerjanya 2 – 3 x lambung.
• Ondansetron suatu antagonis reseptor 5HT3
lebih lama dibanding lidokain atau mepivakain, yang bekerja secara selektif dan kompetitif
dalam mencegah maupun mengatasi mual dan
Onset anestesinya juga lebih lambat dibanding muntah. Pada pasien tidak ditemukan mual dan
muntah. Namun mual selama anestesi biasa
lidokain, ikatan dengan HCl mudah larut dalam terjadi oleh karena hipoperfusi serebral atau
terhalanginya stimulus vagus usus.
air, pada konsentrasi rendah blok motorik • NSAID jenis ketorolac paling banyak digunakan
sebagai analgesik pasca operasi orthopedi
karena ketorolac memiliki efek analgesik kuat
kurang adekuat. Pada pasien digunakan
bila diberikan intramuskular maupun intravena.
Ketorolac berguna untuk memberikan analgesik
Bupivakain 0,5% dengan dosis 20 mg dengan pasca operasi derajat sedang sampai berat
sebagai obat tunggal maupun sebagai suplemen
durasi pembedahan ± 2 jam 30 menit. dalam penggunaan opioid.

38 03/10/2020
BAB 4 PEMBAHASAN

• Terapi cairan pada pasien ini adalah sebagai


• Selama perioperatif cairan kristaloid yang
berikut
diberikan pada pasien adalah Ringer Laktat (RL)
• Kebutuhan cairan harian: 40 - 50 cc / KgBB / hari
yang merupakan larutan isotonik (Natrium • = 40 cc x 54 Kg = 2.160 cc / hari -

Klorida, kalium klorida, kalsium klorida dan • 50 cc x 54 Kg = 2700 cc / hari


• Kebutuhan cairan per jam:
natrium laktat) yang komposisinya serupa
• = 2.160 cc : 24 jam = 90 cc / jam -
dengan cairan ekstraseluler, mengandung ion-
• 2700 cc : 24 jam = 112,5 cc / jam
ion yang terdistribusi kedalam cairan

intravaskular sehingga bermanfaat untuk

mengembalikan keseimbangan elektrolit.

39 03/10/2020
BAB 4 PEMBAHASAN
Pre operatif Durante Operatif

• Penguapan:
• Kebutuhan cairan untuk • 10 x BB = 10 x 54 = 540 cc
• Perdarahan:
pengganti puasa 9 jam:
• Estimate Blood Volume (EBV)
• Kebutuhan cairan per jam x
dari pasien ini ialah:
waktu puasa selama 9 jam
• 70 cc x BB = 70 cc x 54 kg =
• = (90-112,5 cc) x 9 jam
3.780 cc
• = 810-1008 cc • Perdarahan yang terjadi
• Sebelum operasi pasien selama operasi sebanyak 5
diberikan resusitasi cairan RL • 20 cc sehingga Estimate Blood
500 cc. Sehingga kebutuhan
Lost (EBL) dari pasien ini:
cairan pasien sebelum operasi
• EBL: 520 / 3.780 cc x 100% =
belum terpenuhi dengan
pemberian cairan tersebut. 13,75 %

40 03/10/2020
• Pada pasien ini perdarahan yang terjadi dapat digantikan dengan
cairan kristaloid sebanyak 2 - 4x dari jumlah perdarahan. Kebutuhan
cairan sebagai pengganti perdarahan ialah:
• (2 x 520 cc) s/d (4 x 520cc) = 1.040 cc s/d 2.080 cc
• Jadi, total kebutuhan cairan durante operasi ialah penguapan +
pengganti perdarahan yaitu:
• (700 + 1.040) s/d (700+2.080) = 1.740 cc s/d 2780 cc
• Saat operasi berjalan pasien diberikan resusitasi cairan RL 2000 cc.
Sehingga kebutuhan cairan pasien saat operasi sudah terpenuhi
dengan pemberian cairan tersebut

03/10/2020 41
POST OPERATIF
• Kebutuhan cairan per jam: 54 kg x 1-2 cc/kgbb/jam = 54-108
cc / jam
• Kebutuhan cairan per 24 jam: 1.296 cc – 2.592 cc

03/10/2020 42
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai