B 1 2016
ANGGOTA
X-Ray :
Pada dada menunjukkan jantung ukurannya normal. Paru-paru jelas tanpa infiltrat, massa, efusi, atau atelektasis
USG :
Pola gas non-spesifik; tidak ada pelebaran usus. Dicurigai kelainan saluran empedu. tidak bisa mengesampingkan adanya batu empedu
(Pratama, 2016)
PROGNOSIS
(Pratama, 2016)
The bedside index
(Pratama, 2016)
4. Faktor - faktor yang menyebabkan
prankreatitis akut ?
•Konsumsi Alkohol •Perokok berat
•Hiperkalsemia(Kadar •Umur
kalsium tinggi) •Obat-obatan(Antibiotik tertentu, terapi estrogen)
•Obesitas(Kadar lemak •Memiliki penyakit lain(Batu empedu , kanker
tinggi) pankreas, dan)fibrosis kistik
•Riwayat
Keluarga(Keluarga yang
mengalami infeksi
pankreas)
(Pratama, 2016).
6. Bagaimana terapi
farmakologi untuk pankreatitis
akut dan berikan algoritmanya
Tujuan Terapi
•Meringankan nyeri abdomen dan mual
•Menganggantikan cairan tubuh
•Memperbaiki ketidaknormalan elektrolit, glukosa, dan lipid
•Meminimalisir komplikasi
•Mencegah nekrosis pankreas dan infeksi
(Dipiro et al., 2015)
(DiPiro et al, 2015)
●Pasien dengan pankreatitis akut sering membutuhkan antiemetik IV untuk mual.
●Pasien dengan pankreatitis akut yang parah biasanya diberikan agen antisekretori untuk
mencegah stress-related mucosal bleeding.
●Pasien juga terkadang diberikan analgesik opioid parenteral untuk mengontrol sakit
pada bagian abdominal, biasanya digunakan morfin.
●Tidak ada data yang cukup untuk membuktikan bahwa penggunaan somatostatin atau
octreotide untuk pengobatan pankreatitis akut.
●Penggunaan antibiotik tidak memberikan keuntungan pada pasien pankreatitis akut ringan.
Penggunaan antibiotik hanya disarankan pada pankreatitis akut yang sudah parah dan
terdeteksi adanya infeksi. Imipenem-cilastatin (500 mg IV setiap 8 jam) biasa digunakan,
tetapi sudah tergantikan oleh golongan carbapenems yang terbaru contohnya meropenem.
Fluoroquinolone (seperti ciprofloxacin atau levofloxacin) dikombinasikan dengan
metronidazole untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.
(DiPiro et al, 2015)
Terapi Suportif
Pemberian hidrasi agresif yakni pemberian cairan isotonis
(direkomendasikan ringer laktat) sebanyak 250-500 cc/jam, perlu
diperhatikan apabila terdapat komorbid penyakit jantung/ginjal. Perlakuan
ini dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan angka BUN dan produksi
urin sebanyak > 0,5 ml/kg/jam (> 500 cc/24 jam)
(Cahyono, 2014).
Obat dalam Riwayat Pasien yang Harus Dihentikan
a. Asam valporat (Obat Antikonvulsan).
Memiliki kontraindikasi pada pasien yang memiliki gangguan organ hati, memiliki riwayat keluarga atau sebelumnya
sudah ada disfungsi organ hati dan juga memiliki efek samping pankreatitis (MIMS, 2017)
Fenitoin memiliki efek samping gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan konstipasi (MIMS, 2017).
7. Obat yang disarankan
1. Injeksi Morfin (Analgesik Opiat)
Mekanisme : morfin adalah turunan fenantren yang kebanyakan bekerja pada sistem saraf
pusat dan otot halus. Morfin berikatan pada reseptor opiat di sistem saraf pusat mengubah
presepsi dan respon sakit.
Dosis : injeksi parenteral (Intramuskular/subkutan) dosis awal 1-2 mg/jam via infus (maksimal
100 mg/hari)
Efek samping : mual, muntah, sembelit, mulut kering, anorexia.
Efek Samping : Reaksi alergi seperti urtikaria dan pruritus, sulit bernafas.
(MIMS, 2018)
3. Domperidone → antiemetik
Mekanisme : Menghambat aksi dopamin dengan menginhibisi dopamin pada reseptornya.
Indikasi : Untuk mual dan muntah yang disebabkan obat lain
Efek Samping : Pusing, sakit kepala, mengantuk, cemas
Dosis : 10 mg, 3 kali sehari, dosis maksimum 30mg/hari
(Pionas, 2018).
4. Pregabalin → antikonvulsan
Indikasi : nyeri neuropatik perifer, terapi tambahan untuk seizure parsial dengan atau tanpa
generalisasi sekunder.
Dosis : Epilepsi, dosis awal 150 mg per hari dalam dosis terbagi 2-3, bila perlu ditingkatkan
setelah 7 hari sampai 300 mg per hari dalam dosis terbagi 2-3, peningkatan lebih lanjut bila
perlu setelah 7 hari sampai dosis maksimal 600 mg per hari dalam dosis terbagi 2-3
Efek Samping : mulut kering, konstipasi, muntah, kembung; udem; pusing, mengantuk,
gangguan konsentrasi, gangguan pada gerakan dan kontrol otot, gangguan memori, gangguan
bicara, paraesthesia, euforia
(Pionas, 2018).
8. Bagaimana bila terjadi demam pada
pasien?
Demam merupakan gejala yang umum biasanya (dari 39° C).
demam berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi
gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau
absese intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
9. PENGOBATAN DEMAM
Jika terjadi demam pada pasien, diberikan antipiretik/antidemam terlebih
dahulu menggunakan advil seperti yang telah diresepkan.
Advil berisi → ibuprofen
Mekanisme kerja : sebagai analgesik untuk nyeri ringan hingga sedang, dan juga
sebagai antipiretik (BPOM, 2015).
Ibuprofen dapat menjadi pencetus pankreatitis kelas III → harus dihentikan
[karena setelah diberikan, tidak menunjukkan perbaikan kondisi]
Dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit.
Kadar leukosit normal yaitu 3200-10.000/mm3, fungsi leukosit adalah melawan
infeksi sehingga jika terjadi infeksi maka nilai leukosit akan tinggi melebihi batas
normal (Kemenkes, 2011).
Terjadinya infeksi pada pankreatitis akut menunjukkan terjadinya komplikasi
berupa nekrosis (kematian sel-sel hati) sehingga perlu diberikan antibiotik
spektrum luas yang mencakup enteric aerobic gram-negative bacilli dan
organisme aerob yang dimulai dari 48 jam pertama hingga 2-3 minggu. Imipenem-
cilastatin (500 mg setiap 8 jam) merupakan pilihan yang paling efektif. Sedangkan
kombinasi fluoroquinolon-metronidazole digunakan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin (Dipiro et al., 2009).
Kadar Leukosit Pasien → Normal
Sehingga, tidak perlu diberikan antibiotik
10. TERAPI ALTERNATIF NON-
FARMAKOLOGI
1. Terapi Nutrisi
Pasien juga dapat dibantu dengan pemberian enzim pankreas : pankreatin (viakose),
pankrelipase (cotozym), pankrease
(Pratama, H, 2016)
2. Tindakan Bedah
Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang menyertai penyakit batu empedu.
Jika kolesistisis atau obstruksi duktus komunis tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif selama
48 jam pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus komunis mungkin diperlukan
untuk memperbaiki perjalanan klinik yang memburuk secara progresif.
Tujuan pembedahan yaitu untuk membersihkan jaringan nekrotik sebersih mungkin dengan menyisakan jaringan
5. Menekankan pentingnya minum obat secara teratur sesuai jadwal yang dianjurkan dokter dan menekankan
untuk tidak menghentikan pengobatan tanpa instruksi dokter.
6. Pasien mengalami Pankreatitis dianjurkan mengonsumsi makanan yang kaya protein, rendah lemak, dan
makanan yang mengandung antioksidan yang tinggi
11. Konseling (3/3)
7. Sedangkan untuk bahan makanan yang harus di hindari yaitu makanan yang
mengandung lemak cukup tinggi seperti , daging merah berlemak, Jeroan, Gorengan,
Mayonaise, Margarin dan mentega, Produk susu tinggi lemak. Dan makanan yang
banyak mengandung gula tambahan, misalnya permen dan es krim.
8. Hindari memamakan makanan yang mengandung gas seperti Ubi, Durian, Kacang
Merah, Kol, Sawi, Lobak.
9. Memberikan pertanyaan kepada wali pasien, apakah ada hal yang kurang
dimengerti dari yang telah dijelaskan sebelumya.
10. Meminta pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan.
12. Informasi Yang Perlu Diberikan
● Hentikan Konsumsi alkohol
● ● ein yangkonsumsi
Hentikan tinggi kopi
● Menghindari atau membatasi makanan berkolesterol (mencegah terbentuknya batu empedu) seperti
daging yang berlemak, makanan berminyak dan makanan banyak mentega
● Mengonsumsi makanan TPTK (Tinggi Protein tinggi Kalsium) dan rendah lemak
● Dianjurkan mengonsumsi makanan mengandung protein yang tinggi, seperti kacang polong, almond,
brokoli dan bayam
● Cek kadar gula darah minimal 2 minggu 1x. .
(Medicalclinic, 2014)
● Manajemen nutrisi
(Paramita, 2016)
13. FITOTERAPI
Scutellaria baicalensis