Anda di halaman 1dari 51

PANKREATITIS

B 1 2016
ANGGOTA

Khoirina Nur S 260110160054 Sausan R. 260110160067


Aulia Annisa 260110160055 Wan M Aulia A 260110160068
Fajra Dinda C 260110160056 Krysta Desela 260110160069
Dian Amalia 260110160057 Dina Sembiring 260110160070
Irsarina Rahma 260110160058 M Nadiva 260110160071
Utari Yulia Alfi 260110160059 Meidiana P 260110160073
Nia Kurniasih 260110160060 Fitri Nurjanah 260110160074
Syara Nur F. B 260110160061 Yusuf Prakoso 260110160076
Sifa M. Yusuf 260110160062 Dwi Prihastuti 260110160077
Hanifa Rifdah 260110160063 Diena Karfiena 260110160078
Hanum F 260110160064 Vini Fakhriyani 260110160079
Hanifah K. 260110160065 Syahida Azzahra 260110160080
Nata Rimana F 260110160066
KASUS
Seorang pasien laki-laki berumur 48 tahun, datang ke rumah sakit tempat Anda bekerja sebagai apoteker. Pasien tersebut mengeluh
sakit perut yang intens di pertengahan epigastrium dan nyerinya menjalar ke punggung. Rasa sakit tersebut dimulai tak lama setelah makan
malam dan semakin memburuk hingga muntah sekitar enam kali sejak tengah malam. Pasien tidak mengalami diare dan tidak ada darah
dalam tinja atau muntah. Dia juga tidak melakukan pengontrolan kadar gula dan kolesterol.
Melalui penggalian informasi diketahui bahwa pasien tersebut tidak merokok, biasa minum setidaknya dua cangkir kopi setiap pagi,
dan telah berhenti dari ketergantungan alkohol sejak 8 bulan yang lalu, sebelumnya ia mengkonsumsi enam botol bir per hari kemudian
berhenti karena menderita gejala withdrawal seizure, tapi sekarang minum hanya pada akhir pekan sekitar enam botol bir saat makan
malam.
Ibunya berusia 72 tahun dan menderita DM tipe 2 dan kadar kolesterol dalam darah yang selalu tinggi dan tidak diobati dengan baik.
Adiknya juga menderita masalah kolesterol dan juga menderita pankreatitis.
Pengobatan:
Dari medical record diketahui obat-obatan yang telah digunakan:
● Asam valproat 250 mg dua kali sehari karena kejang
● Advil 200 mg beberapa dosis per hari bila perlu
● Fenitoin membuat nya nyeri ulu hati
* Advil digunakan untuk mengurangi rasa sakit karena ia terluka punggungnya 2 minggu yang lalu di tempat kerja.
Pemeriksaan fisik Hasil Laboratorium: Eos 1%
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat Na 128 mEq / L Alb 3,2 g / dL
diketahui: Hb 17 g / dL Glu 375 mg / dL
AST 342 IU / L Basos 1%
● Pasien gelisah dan agak tertekan tetapi
Ca 7,2 mg / dL Prealb 25 mg / dL
bergizi baik K 3,4 mEq / L Lymphs 20%
● Tekanan darah: 98/55, Ht 50% Amilase 1.555 IU / L
● Temp. 38,9 ° C; ALT 166 IU / L Monos 2%
● Berat badan 89 kg, Mg 1,7 mEq / L Lipase 2.220 IU / L
● Terdapat bagian warna merah muda pada Cl 105 mEq / L Keton serum: negatif
WBC 15,2 × 103 / mm3 Urin warna kuning; kekeruhan yang
orofaring dan jelas;
Alk phos 285 IU / L jelas; SG 1.010; pH 7,2; glukosa>
● Mukosa mulut kering phos 2,2 mg / dL 1.000 mg / dL; bilirubin (-); keton (-);
● Kulit kering dengan turgor kulit buruk CO2 18 mEq / L Hb (-); protein (-); nitrit (-); kristal (-);
● Perut buncit tetapi tidak kembung Neutros 72% gips (-); lendir (-); bakteri (-);
● Mengeluh nyeri saat palpasi ringan dari kiri LDH 255 IU / L urobilinogen: 0.25
atas dan epigastric tengah Trig 982 mg / dL Uni Eropa / dL; WBC 0-5 / hpf; RBC
● Tidak ada nyeri tekan, massa, atau BUN Band 35 mg / dL 4% 0 / hpf; Sel-sel epitel: 0-10 / hpf
SCr 1,5 mg / dL
hepatosplenomegali

X-Ray :
Pada dada menunjukkan jantung ukurannya normal. Paru-paru jelas tanpa infiltrat, massa, efusi, atau atelektasis

USG :
Pola gas non-spesifik; tidak ada pelebaran usus. Dicurigai kelainan saluran empedu. tidak bisa mengesampingkan adanya batu empedu

Diagnosis dokter : pankreatitis akut pencetus hiperglikemia dan hipokalsemia


Pengertian
Pankreatitis akut merupakan inflamasi pankreas dengan onset tiba-tiba dan
durasi kurang dari 6 bulan atau akut berulang (>1 episode pankreatitis akut
sampai kronik durasi lebih dari 6 bulan)
(LaRusch et al, 2014).
Anatomi dan Fiologi
Pankreas terletak pada kuadran kiri atas abdomen dan
kepalanya menempel pada organ duodenum.

Memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi eksokrin dan fungsi


endokrin.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi pankreatitis akut masih belum jelas, tetapi Pankreatitis Akut
dapat terjadi apabila faktor pemeliharaan hemostatis seluler tidak seimbang,
sehingga dapat memicu sel acinar dan sekresi granul zymogen terganggu,
contohnya pada penggunaan alkohol yg berlebih, batu empedu dan akibat
dari beberapa jenis obat.

Gangguan sel acinar dapat mengakibatkan :

- Bagian granul lisosom dan zymogen bergabung dan dapat mengaktivasi


tripsinogen menjadi tripsin
- Tripsin intraseluler dapat memicu aktivasi seluruh jalur zymogen
- Vesikel sekretonik dikeluarkan dari membran basolateral ke interstitial,
fragmen molekulnya bekerja sebagai chemoattractants untuk sel inflamasi
PATOFISIOLOGI
Pada beberapa kasus pankreatitis akut, awalnya terjadi edema parenkim dan
nekrosis lemak peripankreas, dikenal sebagai pankreatitis edema akut. Saat
nekrosis parenkim terjadi, disertai perdarahan dan disfungsi kelenjar,
inflamasi berkembang menjadi pankreatitis hemoragik atau necrotizing
pancreatitis

(Pratama, 2016)
PROGNOSIS

(Pratama, 2016)
The bedside index

(Pratama, 2016)
4. Faktor - faktor yang menyebabkan
prankreatitis akut ?
•Konsumsi Alkohol •Perokok berat
•Hiperkalsemia(Kadar •Umur
kalsium tinggi) •Obat-obatan(Antibiotik tertentu, terapi estrogen)
•Obesitas(Kadar lemak •Memiliki penyakit lain(Batu empedu , kanker
tinggi) pankreas, dan)fibrosis kistik
•Riwayat
Keluarga(Keluarga yang
mengalami infeksi
pankreas)

(Albert dan Lowenfels 2015)


5. Apa tanda - tanda , gejala, dan apakah
tes laboratorium konsisten dengan
diagnosis prankreatitis akut ?
TANDA
● Pada tahap awal biasanya pasien mengalami ketidaknyamanan perut tingkat sedang
hingga rasa sakit yang luar biasa, mual, syok, dan sesak napas
● Nyeri perut terjadi pada 95% pasien. Rasa sakit biasanya bersifat epigastrik dan
menyebar ke salah satu kuadran atas atau belakang pada dua pertiga pasien.
● Mual dan muntah terjadi pada 85% pasien dan biasanya mengikuti onset sakit perut.
Muntah tidak memberikan kelegaan pada sakit perut.
(Dipiro et all., 2011).
Gejala
● Perut sering buncit dan timpani, dengan suara usus menurun atau tidak ada pada
penyakit berat.
● Tanda vital mungkin normal, tapi hipotensi, takikardia, dan demam ringan kadang kala
diamati, terutama dengan peradangan pankreas dan nekrosis yang meluas.
● Dispnea dan takipnea seringkali merupakan tanda komplikasi pernapasan akut.
● Penyakit kuning dan perubahan status mental mungkin ada dan memiliki banyak
penyebab.
● Tanda lain dari penyakit hati alkoholik dapat ditemukan pada pasien dengan
pankreatitis alkohol.
(Dipiro et all., 2011).
HASIL PEMERIKSAAN LAB
(Kemenkes, 2011).
HASIL TES URIN
(Kemenkes, 2011).
Diagnosis
Diagnosis pankreatitis akut ditegakkan dengan dua dari tiga kriteria berikut:

1. Nyeri perut yang konsisten dengan penyakit (nyeri epigastrium atau


kuadran kiri atas, nyeri umumnya dideskripsikan dengan nyeri konstan
dengan penyebaran ke punggung, dada, atau pinggang),
2. kadar serum amilase dan/atau lipase lebih dari 3 kali lipat batas atas
normal, dan
3. temuan karakteristik dari pemeriksaan radiologis/imaging abdomen.
(rekomendasi kuat, moderate quality of evidence).

(Pratama, 2016).
6. Bagaimana terapi
farmakologi untuk pankreatitis
akut dan berikan algoritmanya
Tujuan Terapi
•Meringankan nyeri abdomen dan mual
•Menganggantikan cairan tubuh
•Memperbaiki ketidaknormalan elektrolit, glukosa, dan lipid
•Meminimalisir komplikasi
•Mencegah nekrosis pankreas dan infeksi
(Dipiro et al., 2015)
(DiPiro et al, 2015)
●Pasien dengan pankreatitis akut sering membutuhkan antiemetik IV untuk mual.
●Pasien dengan pankreatitis akut yang parah biasanya diberikan agen antisekretori untuk
mencegah stress-related mucosal bleeding.
●Pasien juga terkadang diberikan analgesik opioid parenteral untuk mengontrol sakit
pada bagian abdominal, biasanya digunakan morfin.
●Tidak ada data yang cukup untuk membuktikan bahwa penggunaan somatostatin atau
octreotide untuk pengobatan pankreatitis akut.
●Penggunaan antibiotik tidak memberikan keuntungan pada pasien pankreatitis akut ringan.
Penggunaan antibiotik hanya disarankan pada pankreatitis akut yang sudah parah dan
terdeteksi adanya infeksi. Imipenem-cilastatin (500 mg IV setiap 8 jam) biasa digunakan,
tetapi sudah tergantikan oleh golongan carbapenems yang terbaru contohnya meropenem.
Fluoroquinolone (seperti ciprofloxacin atau levofloxacin) dikombinasikan dengan
metronidazole untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.
(DiPiro et al, 2015)
Terapi Suportif
Pemberian hidrasi agresif yakni pemberian cairan isotonis
(direkomendasikan ringer laktat) sebanyak 250-500 cc/jam, perlu
diperhatikan apabila terdapat komorbid penyakit jantung/ginjal. Perlakuan
ini dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan angka BUN dan produksi
urin sebanyak > 0,5 ml/kg/jam (> 500 cc/24 jam)

(Cahyono, 2014).
Obat dalam Riwayat Pasien yang Harus Dihentikan
a. Asam valporat (Obat Antikonvulsan).

Memiliki kontraindikasi pada pasien yang memiliki gangguan organ hati, memiliki riwayat keluarga atau sebelumnya
sudah ada disfungsi organ hati dan juga memiliki efek samping pankreatitis (MIMS, 2017)

b. Fenitoin (Obat Antiepilepsi)

Fenitoin memiliki efek samping gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan konstipasi (MIMS, 2017).
7. Obat yang disarankan
1. Injeksi Morfin (Analgesik Opiat)
Mekanisme : morfin adalah turunan fenantren yang kebanyakan bekerja pada sistem saraf
pusat dan otot halus. Morfin berikatan pada reseptor opiat di sistem saraf pusat mengubah
presepsi dan respon sakit.
Dosis : injeksi parenteral (Intramuskular/subkutan) dosis awal 1-2 mg/jam via infus (maksimal
100 mg/hari)
Efek samping : mual, muntah, sembelit, mulut kering, anorexia.

2. Fluid Resuscitation (Larutan Ringer Lactate)


Mekanisme : Mengandung konsentrasi elektrolit isotonis dalam air untuk injeksi. Digunakan
secara parenteral untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
Dosis : 0.5 – 1 mL/kg/jam secara intravena

Efek Samping : Reaksi alergi seperti urtikaria dan pruritus, sulit bernafas.
(MIMS, 2018)
3. Domperidone → antiemetik
Mekanisme : Menghambat aksi dopamin dengan menginhibisi dopamin pada reseptornya.
Indikasi : Untuk mual dan muntah yang disebabkan obat lain
Efek Samping : Pusing, sakit kepala, mengantuk, cemas
Dosis : 10 mg, 3 kali sehari, dosis maksimum 30mg/hari
(Pionas, 2018).
4. Pregabalin → antikonvulsan

Indikasi : nyeri neuropatik perifer, terapi tambahan untuk seizure parsial dengan atau tanpa
generalisasi sekunder.

Dosis : Epilepsi, dosis awal 150 mg per hari dalam dosis terbagi 2-3, bila perlu ditingkatkan
setelah 7 hari sampai 300 mg per hari dalam dosis terbagi 2-3, peningkatan lebih lanjut bila
perlu setelah 7 hari sampai dosis maksimal 600 mg per hari dalam dosis terbagi 2-3

Efek Samping : mulut kering, konstipasi, muntah, kembung; udem; pusing, mengantuk,
gangguan konsentrasi, gangguan pada gerakan dan kontrol otot, gangguan memori, gangguan
bicara, paraesthesia, euforia

(Pionas, 2018).
8. Bagaimana bila terjadi demam pada
pasien?
Demam merupakan gejala yang umum biasanya (dari 39° C).
demam berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi
gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau
absese intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
9. PENGOBATAN DEMAM
Jika terjadi demam pada pasien, diberikan antipiretik/antidemam terlebih
dahulu menggunakan advil seperti yang telah diresepkan.
Advil berisi → ibuprofen
Mekanisme kerja : sebagai analgesik untuk nyeri ringan hingga sedang, dan juga
sebagai antipiretik (BPOM, 2015).
Ibuprofen dapat menjadi pencetus pankreatitis kelas III → harus dihentikan
[karena setelah diberikan, tidak menunjukkan perbaikan kondisi]
Dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit.
Kadar leukosit normal yaitu 3200-10.000/mm3, fungsi leukosit adalah melawan
infeksi sehingga jika terjadi infeksi maka nilai leukosit akan tinggi melebihi batas
normal (Kemenkes, 2011).
Terjadinya infeksi pada pankreatitis akut menunjukkan terjadinya komplikasi
berupa nekrosis (kematian sel-sel hati) sehingga perlu diberikan antibiotik
spektrum luas yang mencakup enteric aerobic gram-negative bacilli dan
organisme aerob yang dimulai dari 48 jam pertama hingga 2-3 minggu. Imipenem-
cilastatin (500 mg setiap 8 jam) merupakan pilihan yang paling efektif. Sedangkan
kombinasi fluoroquinolon-metronidazole digunakan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin (Dipiro et al., 2009).
Kadar Leukosit Pasien → Normal
Sehingga, tidak perlu diberikan antibiotik
10. TERAPI ALTERNATIF NON-
FARMAKOLOGI
1. Terapi Nutrisi

Pemberian nutrisi pendukung dilakukan untuk mengistirahatkan saluran cerna


sehingga mengurangi stimulasi terhadap pankreas juga karena terjadinya malnutrisi.
Pemberian makan dapat dilakukan secara enteral dimulai secepatnya apabila tidak
terjadi mual ,muntah, dan nyeri perut telah hilang. Pemberian nutrisi enteral untuk
mencegah komplikasi infeksi. Pemberian makan dapat dilakukan dengan makanan
diet padat rendah lemak.

Pasien juga dapat dibantu dengan pemberian enzim pankreas : pankreatin (viakose),
pankrelipase (cotozym), pankrease

(Pratama, H, 2016)
2. Tindakan Bedah

Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang menyertai penyakit batu empedu.
Jika kolesistisis atau obstruksi duktus komunis tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif selama
48 jam pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus komunis mungkin diperlukan
untuk memperbaiki perjalanan klinik yang memburuk secara progresif.
Tujuan pembedahan yaitu untuk membersihkan jaringan nekrotik sebersih mungkin dengan menyisakan jaringan

pancreas yang masih viabel. (Pratama, H, 2016).

3. Intervensi radiologi dan ERCP


ERCP adalah prosedur di mana tabung tipis yang fleksibel dengan kamera yang terpasang sampai akhir
melalui mulut pasien dan masuk ke bagian pertama usus kecil, di mana saluran empedu dan saluran pankreas
keluar.
Mengangkat batu empedu dengan ERCP atau pembedahan biasanya dapat mengatasi Pankreatitis akut
dan mencegah kambuh kembali (Pratama, H, 2016).
4. Pemberian Cairan
Salah satu terapi utama untuk pankreatitis akut adalah resusitasi cairan awal yang adekuat, terutama
pada 24 jam pertama onset. Pankreatitis dikaitkan dengan banyak pembengkakan. Pemberian cairan secara
intravena mencegah dehidrasi dan memastikan sisa organ tubuh mendapatkan aliran darah yang cukup untuk
mendukung proses penyembuhan.
(The National Pancreas Foundation, 2017).
11. Konseling (⅓)
1.Memberikan informasi mengenai nama obat yang diberikan yaitu Pregabalin, Domperidon, Morfin dan Larutan Ringer Laktat
2.Memberikan informasi cara penggunaan obat.
● Pemberian Pregabalin dan Domperidon secara oral, serta Morfin dan Larutan Ringer Laktat secara injeksi intravena
● Pemberian Domperidone sebaiknya 30 menit sebelum makan atau satu jam sebelum makan agar efek kerjanya optimal. Untuk
pemberian Pregabalin setelah makan. Sedangkan untuk injeksi Morfin dan Larutan Ringer Laktat pemberiannya harus dalam
pengawasan tenaga ahli kesehatan.
● Memberikan informasi waktu penggunaan obat
Pregabalin : 150 mg 2-3 kali sehari
Domperidone : 10 mg, 3 kali sehari
(Pionas, 2018)
Larutan ringer laktat : 0.5 – 1 mL/kg/jam secara intravena
Injeksi morfin : 1-2 mg/jam via infus (maksimal 100 mg/hari)
(MIMS, 2018)
11. Konseling (⅔)
4. Memberi informasi efek samping obat
• Domperidon : Kenaikan kadar prolactin, penurunan libido, ruam dan reaksi alergi, dan reaksi dystonia
akut
• Pregabalin : Mulut kering, kosntipasi, muntah, kembung, pusing, mengantuk, gangguan konsentrasi
gangguan gerakan dan kontrol otot (Pionas, 2018)
• Larutan ringer laktat : Reaksi alergi seperti urtikaria dan pruritus, sulit bernafas.
• Injeksi morfin : mual, muntah, sembelit, mulut kering, anorexia.
(MIMS, 2018)

5. Menekankan pentingnya minum obat secara teratur sesuai jadwal yang dianjurkan dokter dan menekankan
untuk tidak menghentikan pengobatan tanpa instruksi dokter.
6. Pasien mengalami Pankreatitis dianjurkan mengonsumsi makanan yang kaya protein, rendah lemak, dan
makanan yang mengandung antioksidan yang tinggi
11. Konseling (3/3)
7. Sedangkan untuk bahan makanan yang harus di hindari yaitu makanan yang
mengandung lemak cukup tinggi seperti , daging merah berlemak, Jeroan, Gorengan,
Mayonaise, Margarin dan mentega, Produk susu tinggi lemak. Dan makanan yang
banyak mengandung gula tambahan, misalnya permen dan es krim.

8. Hindari memamakan makanan yang mengandung gas seperti Ubi, Durian, Kacang
Merah, Kol, Sawi, Lobak.
9. Memberikan pertanyaan kepada wali pasien, apakah ada hal yang kurang
dimengerti dari yang telah dijelaskan sebelumya.
10. Meminta pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan.
12. Informasi Yang Perlu Diberikan
● Hentikan Konsumsi alkohol
● ● ein yangkonsumsi
Hentikan tinggi kopi
● Menghindari atau membatasi makanan berkolesterol (mencegah terbentuknya batu empedu) seperti
daging yang berlemak, makanan berminyak dan makanan banyak mentega
● Mengonsumsi makanan TPTK (Tinggi Protein tinggi Kalsium) dan rendah lemak
● Dianjurkan mengonsumsi makanan mengandung protein yang tinggi, seperti kacang polong, almond,
brokoli dan bayam
● Cek kadar gula darah minimal 2 minggu 1x. .

(Medicalclinic, 2014)

● Manajemen nutrisi

(Paramita, 2016)
13. FITOTERAPI
Scutellaria baicalensis

Antibakteri, anti peradangan, anti-oksidasi, dan agregasi


trombosit menghambat, mengurangi produksi endotoksin
dan menginduksi apoptosis , senyawa yang berperan yaitu
flavonoid, dari ekstrak akar Scutellaria baicalensis

( Xiang et al, 2017 )


FITOTERAPI
Eranthis hyemalis

Senyawa yang berperan yaitu polifenolik,


untuk pengobatan oksidatif dan / atau
penyakit inflamasi karena antioksidan dan
anti peradangan. Dalam studi dosis 10-30
mg / kg dapat menurunkan kadar enzim
amilase dan lipase, mengurangi
kerusakan histologis pada pankreas dan
organ ekstra-pankreas dan mengurangi
angka kematian dalam kasus AP ( Xiang
et al, 2017 )
FITOTERAPI
Curcuma longa

Manfaat antioksidan dan anti sifat inflamasi.


Meanisme kurkumin terhadap PA dicapai melalui
menindas infiltrasi dari dalam sel inflamasi,
menghambat peroksidasi lipid, dan mengatur TLR-
4 / NF κ B dan PPAR γ / NF κ B, mencegah cedera
radikal bebas dan prevalensi translokasi bakteri,
sehingga mengurangi aktivasi tripsin, enzim
oksidatif, dan cedera jaringan ( Xiang et al, 2017 )
FITOTERAPI
Blueberry (kaya antioksidan)
Berkhasiat sebagai antioksidan (antosianosid-
bilberry) untuk membersikan radikal bebas dalam
tubuh serta membantu mengurangi rasa sakit,
karena pankreatitis dipromosikan oleh stres
oksidatif dan produksi yang dihasilkan dari radikal
bebas. Akibatnya, rendahnya tingkat antioksidan
akan lebih rentan untuk menimbulkan pankreatitis
( Xiang et al, 2017 )
Fitoterapi
Teripang emas (Stichopus hermanii) telah
dikenal memiliki khasiat sebagai agen
terapeutik medis.

Teripang yang mempunyai kandungan


protein alamiah memiliki kandungan vesikel
folian yang memiliki peranan sebagai organ
antiperadangan dan memiliki glikosida
terpenoid dengan berbagai enzim untuk
menambah kekebalan tubuh dan
mengurangi luka pada pankreas.
(Dewi, 2015).
Fitoterapi
Phyllanthus niruri Linn (sinonim dengan
Phyllanthus amarus Schumm and Thon) termasuk
famili Euphorbiaceae. Tanaman ini juga dikenal
dengan nama menira. P. niruri L kaya dengan
kandungan kimia, antara lain lignan (filantin,
hipofilantin, nitratin, idolintetralin, nirfili, filnirurin,
hikinin, lintetralin, dan filantostatin), flavonoid
(quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragilin, Uji klinis menyebutkan bahwa
rhamnopynoside, rutin dan nirurin), alkaloid, tanin, pemberian secara oral P. niruri L
saponin, triterpenoid, damar, steroid, kalium, mampu menurunkan titer HbsAg
vitamin C, asam lemak dan asam fenolat. P. niruri penderita hepatitis B sampai 55-
L berkhasiat sebagai antiradang dalam mengobati 60% (Robinson T. 1995).
penyakit hepatitis dan pankreatitis akut.
Daftar Pustaka
Albert, B. dan Lowenfels, MD. 2015. Acute Pancreattis : The latest on Etiology. Tersedia online di
https://www.medscape.com/viewarticle/854953_2 [diakses pada 5 Desember 2018]
Cahyono, J. B. 2014. Tata Laksana Terkini Pankreatitis Akut. Medicinus Vol. 27, No.2. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta
Dewi Nur Atika, Sri; Andrian, Dwi; Parisihni, Kristanti. 2015. Pengaruh ekstrak teripang emas (Stichopus Hermanii) terhadap
kadar IgE mencit Balb/c (Effect of golden sea cucumber (Stichopus hermanii) on IgE level in Balb/c mice). Jurnal PDGI,
Vol. 64 No. 3, p. 129-135
Dipiro et all. 2011. Pharmacotherapy 8th Edition. New York: Mc Graw Hill
Dipiro, Joseph T., Barbara G. Wells, Terry L., Cecily V. DiPiro, 2015. Pharmacotherapy Handbook, 9th Edition. New York :
McGraw-Hill.
Huddak, C.M. dan Gallo.1996.keperawatan klinis, pendekatan holistik ( critical care nursing : a holistic approach) edisi VI,
Volume II Jakarta : EGC
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kemenkes RI.
LaRusch J, Solomon S, Whitcomb DC. Pancreatitis overview. NCBI [Internet]. 2014.. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK190101/
Mediacal Clinic. 2014. Pankreatitis Akut. Tersedia Online di https://medicalclinic.id/penyakit/pankreatitis-akut.html [Diakses
pada 05/12/2018].
MIMS. 2017. Tersedia Online di http://mims.com/indonesia/drug/info/phenytoin/?type=brief&mtype=generic. [Diakses tanggal
4 Desember 2018].
Daftar Pustaka
MIMS. 2017. Tersedia Online di https://www.mims.com/indonesia/drug/info/valpoic%20acid/?type=brief&mtype=generic.
[Diakses tanggal 4 Desember 2018].
MIMS. 2018. Lactated Ringers Solution. Tersedia online di
http://www.mims.com/indonesia/drug/info/lactated%20ringers%20solution?mtype=generic [Diakses pada tanggal 5
Desember 2018].
MIMS. 2018. Morphine. Tersedia online di http://www.mims.com/indonesia/drug/info/morphine/?type=brief&mtype=generic
[Diakses pada tanggal 5 Desember 2018].
Paramit, Luh Putu Listya., Ari fahrial Syam. 2016. Nutritional Management in Acute Pancreatitis. The Indonesian Journal of
Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy, Vol 17 (1) : 38-48
Pionas. 2018. Domperidon. Tersedia online di http://pionas.pom.go.id/monografi/domperidon [Diakses pada tanggal 5
Desember 2018]
Pionas. 2018. Pregabalin. Tersedia online di http://pionas.pom.go.id/monografi/pregabalin [Diakses pada tanggal 5 Desember
2018].
Pratama, Hamzah. 2016. Tatalaksana Pankreatitis Akut. Jurnal CDK-238. Vol 43(3): 190-194.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB: Bandung
Wu, Xie-Ning. 2000. Current Concept of Pathogenesis of Severe Acute Pancreatitis. World J Gastroenterol, Vol.06 (1) (32–36).
Xiang et al. 2017. Chinese Herbal Medicines Attenuate Acute Pancreatitis : Pharmacological Activities and Mechanisms.
Frontiers in Pharmacology , Volume 8 Article 216

Anda mungkin juga menyukai