Anda di halaman 1dari 32

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Case 3 – Kelas B1 – Kelompok 1


Kasus

Ibu AK seorang wanita berusia 78 tahun (berat badan 60 kg dan


tinggi badan 155 cm) datang ke dokter dengan keluhan sudah
lebih dari enam minggu badannya merasa lesu dan lemah. Ibu AK
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2 selama 9 tahun
dan riwayat hipertensi 14 tahun, dan pasien tersebut sudah
mengalami kerusakan organ akibat diabetes yang dideritanya
yaitu retinopati dan sudah menerima terapi photocoagulationi
untuk retinopatinya. Pada saat diperiksa ibu AK terlihat pucat dan
lesu. Dia juga mengalami sesak.
Riwayat Obat yang Dikonsumsi

- Glibenklamid 10 mg, 2 x 1
- Ramipril 10 mg, 1 x 1
- Amlodipine 100 mg, 1 x 1
- Diltiazem 240 mg, 1 x 1
- Doxazosin XL 4 mg, 1 x 1
- Furosemid 40 mg, 1 x 1
- Domperidone 10 mg, 3 x 1
- Pravastatin 10 mg, 1 x 1 (malam)
- Insulin Mixtard 30, 22 units am, 20 units pm
DEFINISI

Dehidrasi,
Kehilangan
banyak darah banyak saat
operasi

Hipertensi DM
(Penyakit yang merusak ginjal
perlahan)
Perbedaan antara ARF dan CKD

Chronic Kidney Disease (CKD), dikenal sebagai penyakit ginjal progresif,


keadaan dimana terdapat kerusakan ginjal atau penurunan dari laju filtrasi
glomerulus yang dialami selama 3 bulan atau lebih. CKD juga bisa didefinisikan
sebagai penurunan fungsi ginjal yang progresif secara cepat dalam beberapa
bulan hingga tahun, jika dialami dalam beberapa hari hingga minggu merupakan
kerusakan ginjal akut atau acute renal failure (ARF) (Schonder, 2008).
ANATOMI
PATOFISIOLOGI (HIPERTENSI-CKD)
PATOFISIOLOGI (NEFROPATI DIABETIK)
PATOFISIOLOGI (ANEMIA-CKD)
PERBEDAAN ERITROPOETIN DAN DARBEPOETIN
ALFA
Eritropoetin
Hormon yang sebagian besar diproduksi oleh ginjal (sebagian kecil di hati) untuk meningkatkan
produksi eritrosit. Hipoksia meningkatkan produksi hormon EPO dan sebaliknya. EPO bersirkulasi
dalam plasma dan mengikat reseptor spesifik di sel-sel progenitor eritrosit (EPO-R) sehingga
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel darah merah. Tujuan produksi eritropoetin adalah untuk
menjaga massa sel darah merah yang optimal dalam kondisi fisiologis (Prenggono, 2015).

Mekanisme : Epoetin-alfa mengatur eritropoiesis dengan merangsang differensiasi dan proliferasi


prekursor eritroid, melepaskan retikulosit ke sirkulasi, dan mensintesa hemoglobin.
PERBEDAAN ERITROPOETIN DAN DARBEPOETIN
ALFA

Darbepoetin alfa

Darbepoetin alfa untuk pengobatan anemia yang terkait gagal ginjal kronis (CRF) (yang menjalani dialisis dan

yang tidak menjalani dialisis).

Darbepoetin memiliki rantai karbohidrat (oligosakarida) yang lebih panjang, sehingga memiliki masa kerja lebih lama

dan aktivitas biologis lebih baik sehingga cukup diberikan seminggu sekali bagi penderita gagal ginjal (Saputra, 2017).

Mekanisme : Sama dengan eritropoietin endogen; berikatan dengan EPO-R, akan aktivasi jalur pensinyalan

instraseluler, terjadi proliferasi dan diferensiasi eritrosit di sumsum tulang dan melindungi apoptosis sel eritrosit

matang di sistem sirkulasi darah (Richmond, 2005).


Data Subjektif Data Objektif

Pasien : Ibu AK Serum Creatinine: 304 μmol/L


Umur : 78 Tahun
Serum Urea : 30 mmol/L
BB : 60 kg
TB : 155 cm Blood Pressure 155/85 mmHg
BMI : 24,9 Hb : 7 g/dL
Gejala yang dirasakan :
- Pucat dan Lesu pH darah : 7,15
- Sesak
Tidak ditemukan darah pada feses
PERHITUNGAN EGFR

Rumus Cockroft- Gault :


Pengobatan utama sekarang dikaitkan dengan hasil Pemeriksaan laboratorium
pasien

Pada pasien renal anemia diberikan treatment erythropoiesis-stimulating agent (ESA),


yang terdiri dari:
➔ epoetin alfa,
➔ epoetin beta, dan
➔ darbepoetin alfa.
EPOETIN ALFA

Epoetin alfa tidak dapat diberikan secara oral karena akan hancur saat sampai
di saluran gastrointestinal, dikarenakan oleh sifat protein yang dimiliki oleh obat.
Sehingga harus diberikan melalui parental (IV, injeksi subkutan, injeksi
intraperitoneal)
EPOETIN BETA

➢ waktu paruh secara subkutan MEKANISME : Glikoprotein yang


12 -28 jam merangsang proliferasi dan diferensiasi
proses kompartemen sel erythroid induk
➢ Waktu paruh secara i.v. 4-12
dan juga memiliki efek stimulsi pada
jam proliferasi dan pematangan kompartemen
➢ Volume distribusi epoetin beta erythron terebut.
intravena sesuai dengan 1-2
kali volume plasma
DARBEPOETIN ALFA

MEKANISME : Sama dengan eritropoietin endogen; berikatan dengan


EPO-R à aktivasi jalur pensinyalan instraseluler à proliferasi dan
diferensiasi eritrosit di sumsum tulang & melindungi apoptosis sel
eritrosit matang di sistem sirkulasi darah

(Richmond, 2005).
Obat yang di konsumsi pasien
1. Glibenklamid 10 mg, 2 kli sehari = Antidiabetes
2. Ramipril 10 mg, 1 kali sehari = Antihipertensi ( ACEI )
3. amlodipine 100 mg, 1kali sehari = Antihipertensi ( CCB )
4. Diltiazem 240 mg, 1 kali sehari = Antihipertesni
5. Doxazosin XL 4 mg, 1 kali sehari = Antihipertensi ( alfa - bloker )
6. Furosemid 40 mg, 1 kali sehari = Antihipertensi ( Diuretik )
7. Domperidone 10 mg, 3 kali sehari = Antiemetik ( DRA )
8. Pravastatin 10 mg, 1kali sehari ( malam) = Antikolesterol
9. Insulin Mixtard 30, 22 unit am, 20 unit pm = Antidiabetes
Ket:
No 3,7, dan 9. obat yang
Terapi yang dihentikan : tetap dipertahankan

Ramipril (ACE I), Doxazosin ( Penyekat alfa-1), Diltiazem ( CCB- Non Dihidropoetin ),
Furosemid ( Diuretik ), Glibenklamid,
Planning

Guideline
Pengobatan
Hipertensi
klasifikasi Anemia
Pengobatan
- Penatalaksanaan Hipertensi

Penggunaan obat anti hipertensi golongan CCB- Dihidropiridin yaitu amlodipin

- Penatalaksanaan Anemia

Dilakukan pemberian Epoietin Alfa

- Penatalaksanaan Diabetes Militus

Dilakukan pemberian Insulin Mixtard

- Penatalaksanaan Antiemetik

Dilakukan pemberian Domperidone


Pengobatan Hipertensi
Amlodipin
Merk yang beredar di pasaran : A-B vask,
Dengan menurunkan tekanan darah, obat ini membantu
mencegah serangan stroke, serangan jantung, dan penyakit Amdixal, Cardisan, Gravask 5/gravask 10,
ginjal. Gensia, Simvask 5/ Simvask 10, stamotens,
Dosis awal: 5 mg oral sekali sehari
Lupin, Normoten.

Dosis maksimum: 10 mg / hari


PIO :
Efek Samping :
- Obat diminum dalam waktu yang
● Merasa lelah atau pusing. sama setiap harinya. Jika lupa minum
● Jantung berdegup kencang. obat, segera minum . namun jika
● Merasa mual dan tidak nyaman di bagian perut.
sudah dekat waktu minum
● Pergelangan kaki membengkak
selanjutnya, jangan gandakan dosis.
Pengobatan Anemia
Pasien dengan Hb <10 g/dL, dianjurkan kadar Hb target 10-12 g/100ml.
pengobatan ESA
list nama dagang :
Pengobatan ESA yang disarankan : Epoietin
- Binocrit
Alfa
- Eprex
Dosis awal: pasien non dialisa, 50 IU/kg - hemapo
bb/minggu. untuk pasien ini 3000 IU secara
SC, dibagi dalam 2 dosis per minggu. Hb
dihitung lagi setelah 1-2 minggu untuk *Apabila pengobatan tidak berhasil, maka
memonitor kadar Hb. dosis bisa ditingkatkan dilakukan dialisis
bertahap sesuai respon sebesar 25 UI/kgBB
perminggu dengan interval 4 minggu. maks 600
Pengobatan Antiemetik

● Obat golongan antiemetik yang dapat meredakan rasa mual,


muntah, gangguan perut, rasa tidak nyaman. pasien diberikan
domperidon
● Dosis 10 mg tiga kali sehari. Dosis maksimum adalah 30 mg per
hari.
● Obat ini sebaiknya dikonsumsi 30 menit atau satu jam sebelum
makan agar efek kerjanya optimal
● Efek samping : Pusing, Sakit kepala, Mengantuk.
.
Pengobatan Antidiabetes

Insulin Mixtard 30

Dosis: 0,3-1 IU/kg setiap hari SC. untuk pasien 0,3 x 60 kg = 18 IU.

Efek samping: Hipoglikemia, urtikaria, neuropati perifer, retinopati diabetik, lipodistrofi,


edema, nyeri di tempat injeksi

Interaksi: Pengurangan insulin dengan adanya antidiabetes oral, MAOI, non selective beta
blocker, ACE Inhibitor, salisilat, steroid anabolik, sulfonamid. Penambahan insulin
bersama OC, thiazid, glukokortikoid, hormon tiroid, simpatomimetik, danazol, hormon
pertumbuhan
Monitoring
1. Memantau gejala yang dirasakan pasien
2. Memantau parameter biokimia seperti :
● Nilai Hb (target : 10 g/dL (PDSPD, 2001). atau 11- 12 g/dL (KDOQI, 2007).
● Serum Kreatinin dan Serum Urea (Normal Serum Urea (BUN) : 5-20 mg/dl; Normal serum kreatinin :
0.5-1.1 mg/dl) (Hosten, 1990)
● GFR dan output urin (normal GFR : 90 to 120 mL/min/1.73 m 2; normal output urin : 800-2,000
mL/hari (normal fluid intake : 2 L/hari) (Martin, 2017)
● Analisis Gas Darah (pH : 7,35-7,45 dan PCO2 : 35-45 mmHg)
● Tekanan darah (target untuk pasien hipertensi : < 140 mmHg/< 90 mmHg) (Perki, 2015).
● Glukosa darah puasa
1. Elektrolit, seperti :
● Natrium : 135-144 mEq/L
● Kalium : 3,6 – 4,8 mEq/L
● Kalsium : 2,2-2,6 mmol/L
● Fosfor : 0,84-1,48 mmol/L
Daftar Pustaka

Schonder, K.S., 2008. Chronic and End-Stage Renal Disease. In Burns, M.A.C., Wells,
B.G., Schwinghammer, T.L., Malone, P.M., Kolesar, J.M., Rotschafer, J.C. &J. T.
Dipiro,eds. Pharmacotherapy Principles and Practice. New York: The McGraw-Hill
Companies.
MIMS Filipina. 2016. Epoetin Beta.. Available online at
http://www.mims.com/philippines/drug/info/epoetin%20beta?mtype=generic [diakses
21 Mei 2019].
Richmond TD, Chohan M, Barber DL. 2005. Turning cells red: signal transduction
mediated by erythropoietin. Trends Cell Biol. 15: 146-155.
Weiss, Mitchell J. 2003. New Insights Into Erythropoietin and Epoetin Alfa:
Mechanisms of Action, Target Tissues, and Clinical Applications. The Oncologist. Vol.
8(3): 18-29

Anda mungkin juga menyukai