Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua ilmu, baik ilmu-ilmu alam (natural sciences) maupun ilmu-

ilmu sosial (social sciences) bertolak dari filsafat. Ilmu Fisika semula

merupakan Filsafat Alam (natural philosophy), dan nama asal Ilmu

Ekonomi ialah filsafat moral (moral philosophy), yang secara bertahap telah

berkembang menjadi ilmu. Dalam tahap perkembangan terakhir ilmu-ilmu

ini sudah berdiri sendiri (otonom). Tidak lagi mendasarkan pada norma-

norma filsafati, tetapi pada penemuan ilmiah sebagaimana adanya. Dalam

penyusunan pengetahuan tentang alam dan isinya, manusia tidak lagi

menggunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif, melainkan

kombinasi dari deduktif dan induktif, dengan menggunakan jembatan yang

berbentuk pengajuan hipotesis, sehinggal dikenal dengan metode logiko-

hipotetiko-verifikatif. Ini pula yang membedakan ilmu dan pengetahuan,

yaitu bahwa ilmu itu diperoleh melalui pemikiran logis (rasio), selanjutnya

menggunakan (jembatan) hipotesis yang perlu diverifikasi kebenarannya.

Pokok masalah yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yaitu apa

yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika) yang kemudian

berkembang menjadi Filsafat Pengetahuan, mana yang baik dan mana yang

buruk (etika) yang selanjutnya berkembang menjadi Filsafat Moral, serta

apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika) yang

kemudian dinamakan Filsafat Seni. Ketiga cabang utama filsafat ini

1
kemudian bertambah dengan metafisika (hakekat keberadaan zat, hakekat

pikiran, serta kaitan antara zat dan pikiran), dan politik (yaitu kajian

mengenai organisasi sosial dan pemerintahan yang ideal). Kelima cabang

utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang

mempunyai kajian yang lebih spesifik, diantaranya ialah filsafat ilmu.

Sekarang ini sudah dikenal 11 cabang yang mempunyai kajian formal.

Semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati

langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo,2005).

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada

manusia itu sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung

Dan hal ini berarti bahwa perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan,

dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilakan reaksi

perilaku tertentu.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas yaitu :

1. Bagaimana pengertian dari perilaku ?

2. Bagaimana karakteristik dari perilaku ?

3. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku suatu individu ?

4. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi suatu individu?

5. Bagaimana cara terbentuknya suatu perilaku ?

2
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku

2. Untuk mengetahui karakteristik dari perilaku

3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku suatu individu

4. Untuk mengetahu faktor yang dapat mempengaruhi suatu individu

5. Untuk mengetahui cara terbentuknya suatu perilaku

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu, sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengertian dari perilaku

2. Dapat mengetahui karakteristik dari perilaku

3. Dapat mengetahui bentuk-bentuk perilaku suatu individu

4. Dapat mengetahu faktor yang dapat mempengaruhi suatu individu

5. Dapat mengetahui cara terbentuknya suatu perilaku

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh

manusia  dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,

persuasi, dan/atau genetika.

Mengutip pendapat  Krech dan Crutchfield (1954) yang

mengatakan: As we have already indicated, attitudes lie behind many of the

significant and dramatic instances of man behavior. It is for reason that

many psychologists regard the study of attitudes as the central problems of

social psychology. Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada

pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau

perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya

mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:

komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

Selanjutnya menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang

diekspresikan (expressed attitudes). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi,

saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Sementara Kurt Lewin (1951, dalam Brigham, 1991) merumuskan satu

model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi

karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), dengan rumus: B = f(P,E).

Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai,

sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan

4
kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam

menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam

menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar

daripada karakteristik individu.

Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak

ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan

sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan

sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih

tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan

kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif

terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam

kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk

mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat

timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali

dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.

Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi,

antropologi dan kedokteran.

Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku

dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada

manusia itu sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme

tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung Dan hal ini

berarti bahwa perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

5
menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu

rangsangan tertentu akan menghasilakan reaksi perilaku tertentu

(Notoatmodjo, 2007).

Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:

a) Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila

respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang

lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam

bentuk perhatian, perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior´atau “covert behavior”

apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati

dari luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan (knowledge)

dan sikap (attitude).

b) Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam

bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut

praktek (practice) yang diamati orang lain dati luar atau “observabel

behavior”.

Menurut Skinner (Notoatmodjo, 2007) juga merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar).

Oleh karena perilaku ini terjadi melalaui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori

skinner disebut teori “S-O-R atau stimulus organisme respon. Skinner juga

membedakan adanya dua proses yaitu :

6
a. Respondent respon atau reflexsive

Respondent respon atau reflexsive yakni respon yang ditimbulkan

oleh ransangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

disebut electing stimulation karena menimbulkan respon respon yang

relative tetap.

Misal: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya

terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini

juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah

menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya

dengan mengadakan pesta dan lain sebagainya.

b. Operant respon atau instrumental respon

Operant respon atau instrumental respon yakni respon yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena

memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau

job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnya (stimulus

baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam

melaksankan tugasnya.

B. Karakteristik perilaku

1) Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang

dikatakan dan dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari

perilakunya.

7
2) Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu :

frekuensi, durasi, dan intensitas.

3) Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau

orang yang terlibat dalam perilaku tersebut.

4) Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.

5) Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful).

6) Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa

diobservasi oleh orang lain, sedangkan perilaku yang tidak tampak

merupakan kejadian atau hal pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh

individu itu sendiri atau individu lain yang terlibat dalam perilaku

tersebut.

C. Bentuk-bentuk Perilaku Individu

Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang

dimilikinya.Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini

terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah

yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang

kompleks.

a. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir.

Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah

dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis,

sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip

kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan,

keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung,

8
hasilnya adalah kecemasan segera atau ketegangan. Namun, segera

memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin.

Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin

menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang

lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan

baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id

mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip

kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra

mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan

kebutuhan.

b. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk

menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan

memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang

dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar,

dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha

untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial

yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu

tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan

impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses

menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku,

tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.

c. Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah

superego. superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua

9
standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua

orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego

memberikan pedoman untuk membuat penilaian.

Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat

bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud

menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego

berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego

yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka

dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu

keras hati atau terlalu mengganggu.

Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari

aspek mana dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak

termotivasi, perilaku reflek, perilaku otomatis, perilaku yang dipelajari,

perilaku instingtif, dan sebagainya. Secara psikologi, bentuk-bentuk perilaku

individu yaitu berupa:

1. Perilaku sadar (yaitu perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan

syaraf). Perilaku sadar ini hanya sekitar 40% yang dialami oleh manusia.

2. Perilaku tidak sadar (perilaku yang sopan atau instingtif). Perilaku ini

terjadi di ambang sadar atau alam tidak sadar. Perilaku tidak sadar ini

biasanya untuk menyimpan semua harapan, keinginan, dan ketakutan

manusia.

3. Perilaku tampak dan tidak tampak.

4. Perilaku sederhana dan kompleks.

10
5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

Selain itu terdapat pula bentuk-bentuk perilaku dilihat dari jenis

responnya, yaitu:

a) Perilaku pasif (respons internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak

dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada

tindakan yang nyata.Contoh : berpikir, berfantasi, berangan-angan.

b) Perilaku aktif (respons eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat

diamati langsung, berupa tindakan nyata. Contoh: mengerjakan ulangan,

membaca buku pelajaran.

D. Cara Terbentuknya Perilaku


Perilaku manusia sebagaian besar ialah perilaku yang dibentuk dan

dapat dipelajari, berkaitan dengan itu Walgito (2003) menerangkan beberapa

cara terbentuknya sebuah perilaku seseorang adalah sebagai berikut :

1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan

kondisioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk

berperilaku seperti yang diharapkan, maka akhirnya akan terbentuklah

perilaku tersebut.cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning

baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh Thorndike dan

Skinner terdapat pendapat yanag tidak seratus persen sama, namun

para ahli tersebut, mempuntai dasar pandangan yang tidak jauh beda

satu sama lain.

11
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau

kebiasaan, pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan

pengertian.Cara ini didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar

disertai dengan adanya pengertian.Bila dalam eksperimen Thorndike

dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan, maka dalam

eksperimen Kohler dalam belajar yang dipentingkan dalah

pengertian.Kohler adalah salah satu tokoh psikologi Gestalt dan

termasuk dalam aliran kognitif.

3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Disamping cara-cara pembentukan perilaku diatas,

pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan menggunakan

model atau contoh. Pemimpin dijadikan model atau contoh bagi yang

dipimpinnya.Cara ini didasarkan oleh teori belajar sosial (social

learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan

oleh Bandura (1977).

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam

diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1) Kesadaran (awareness). Dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Tertarik (interest) Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

12
3) Evaluasi (evaluation). Menimbang-nimbang terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

4) Mencoba (trial). Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Menerima (Adoption). Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul

dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh

organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus

internal. Perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di

samping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula

lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian sebaliknya. Oleh sebab

itu, dalam perspektif psikologi, perilaku manusia (human behavior)

dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat

kompleks (Bandura, 1977; Azwar, 2003).

Lebih lanjut, Icek Ajzen dan Martin Fishbein (1980, dalam Brehm and

Kassin, 1990) mengemukakan teori tindakan beralasan (theory of reasoned

action). Dengan mencoba melihat anteseden penyebab perilaku volisional

(perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri), teori tindakan beralasan ini

didasarkan pada asumsi-asumsi: (a) bahwa manusia pada umumnya

melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal; (b) bahwa manusia

13
mempertimbangkan semua informasi yang ada; dan (c) bahwa secara eksplisit

maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka.

Teori tadi kemudian diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen (1988)

dengan teori perilaku terencana (theory of planned behavior), di mana

determinan intensi tidak hanya dua (sikap terhadap perilaku yang

bersangkutan dan norma-norma subjektif) melainkan tiga dengan

diikutsertakannya aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral

control). Keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku

tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol perilaku yang

dihayati. Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif dan

motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut

membentuk norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan

oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit

atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.

Secara garis besar, perilaku manusia diakibatkan oleh:

1) Genetika

2) Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku

tertentu.

3) Norma sosial - adalah pengaruh tekanan sosial.

Kontrol perilaku pribadi - adalah kepercayaan seseorang mengenai

sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.

Menurut konsep dari Lawrence Green, yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007) bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

14
1. Faktor predisposisi (Presdiposisi Factors)

Faktor faktor ini mencakup tentang beberapa hal, antara lain

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan

kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (Enabling Factor)

Faktor faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau

fasilitas sebagai penunjang terjadinya sebuah perilaku yang terjadi pada

seseorang tersebut.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku dari peran role dari

seseorang yang membuatnya menirukan apa yang mereka lakukan

semuanya

F. Faktor yang menyebabkan perbedaan individu berperilaku

1. Persepsi

Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang

akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, memberi serta

meraba (kerja indra) disekitar kita. Michell dalam Walgito (2002)

menyatakan bahwa persepsi adalah suatau proses yang didalamnya

mengandung proses seleksi atau skreaning berarti bahwa beberapa

informasi akan di proses dan yang lainnya diproses.

15
2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo

2007).

3. Sikap

Sikap/attitude dapat didefinisikan sebagai “a presdipotion to react

in some mannert an individual or situation”, yang secara bebas dapat

diartikan sebagai suatu rangsang yang timbul dari seseorang atau situasi.

4. Kepribadian

Menurut Kurt Lewin (1935) dalam hal ini kepribadian adalah

fungsi dari pembawaan sejak dari lingkungan (pengalaman).

5. Belajar

Belajar merupakam suatau proses/pembentukan perubahan tingkah

laku yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan,

ketrampilan, kebiasaan sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan

dilaksanakan.

G. Pendekatan Untuk Memahami Perilaku

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku

itu sendiri adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan

lingkungannya. Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu

disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan

pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.

16
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku

manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis.

Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya,

penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam

menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1) Penekanan

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir

dan menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan

dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.

Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan

lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai

suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon

perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas

di dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan

sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk

memuaskan keinginan.

2) Penyebab Timbulnya Perilaku

Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari

ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang

dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.

17
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu

ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku

maupun sebagai hasil dari perilaku.

Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh

tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

3) Proses

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan

dan pengalaman) adalah proses mental, yang saling menyempurnakan

dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian

(inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat

mengurangi ketidak sesuaian tersebut.

Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri

individu mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari

reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan kecenderungan

perilaku masa mendatang.

Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan

dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh Ego dibawah pengamatan

Superego.

4) Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric).

Pengalaman masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan

perilaku adalah suatu fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem

kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses masuknya dalam sistem.

18
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada

suatu stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah

lingkungannya..

Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat

menjadikan suatu penentu yang relatif penting bagi perilakunya.

Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi

dan pengembangannya dimasa lalu.

5) Tingkat dari Kesadaran

Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan

kesadaran, tetapi dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui,

berpikir dan memahami, dipertimbangkan sangat penting.

Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan

tidak. Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain

dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun.

Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti

dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan

berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.

Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental

adalah tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas

menentukan perilaku.

6) Data

Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan

pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.

19
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan

respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung

atau dengan pertolongan sarana teknologi.

Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari

keinginan, harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan

tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan

hipnotis.

H. Taksonomi Perilaku Manusia

Kalau perilaku individu mencakup segala pernyataan hidup, betapa

banyak kata yang harus dipergunakan untuk mendeskripsikannya. Untuk

keperluan studi tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika

pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu (taksonomi).

Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan

(domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan,

yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3) kawasan

psikomotor. Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan penting dalam

proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan.

Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan

perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan

perilaku. Dengan merujuk pada tulisan Gulo (2005), di bawah ini akan

diuraikan ketiga kawasan tersebut beserta sub-kawasannya.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kita tarik dari pembahasan dalam

makalah ini yaitu, Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang

dimiliki oleh manusia  dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,

kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.

Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul

dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh

organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus

internal. Perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di

samping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan.

B. Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini yaitu agar sekiranya
pembaca dapat memberi kritik dan saran yang membangun mengenai
kelengkapan isi dari makalah kami, baik dari penyusunan maupun
sistematika penulisan hingga pada materi yang kami bawakan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan.  Bandung : PT Rosda


Karya Remaja.

Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New
York: McMillan Publishing.

Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB –


IKIP Bandung.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. P.T.


Remaja Rosdakarya. : Bandung

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

22

Anda mungkin juga menyukai