Amlodipin merupakan salah satu jenis obat antagonis kalsium (calcium channel
masuknya ion kalsium melalui membrane kedalam otot polos vaskular dan otot jantung.
Farmakokinetik
secara nyata setelah metabolisme hati first-pass. Amlodipine sendiri dibanding jenis
Setelah pemberian dosis terapeutik secara oral, amlodipin diabsorpsi dengan baik
dan kadar puncak dalam plasma tercapai setelah 6 – 12 jam dengan 93-98% amlodipine
jaringan dan bisa melewati plasenta dan masuk ke dalam breast milk. Volume distribusi
amlodipin kira-kira 20 L/kg. Di hati, amlodipine diubah menjadi bentuk metabolit inaktif.
Setelah metabolism di hati, sebagian besar amlodipine dieksresikan melalui urin dan
sisanya melalui feses. Waktu paruh eliminasi plasma terminal adalah 35 – 50 jam dan
Farmakodinamik
Pada otot polos dan miosit jantung, Ca2 + merupakan pemicu terjadinya kontraksi.
Setelah pemberian obat golongan calcium channel blockers, obat ini akan bekerja dengan
cara menghambat kerja dari kalsium. Pada otot polos vaskular, hal ini mengarah pada
relaksasi, terutama di arterial beds. Obat-obatan ini juga dapat menghasilkan efek
inotropik negatif di jantung (efek yang melemahkan kontraksi jantung dan memperlambat
detak jantung). Semua calcium channel blockers yang disetujui untuk penggunaan klinis,
menurunkan resistensi pembuluh darah koroner dan meningkatkan aliran darah koroner.
Indikasi
o Hipertensi
o Variant angina
o Exertional angina
o Unstable angina
o Myocardial infarction
o Gagal jantung
Kontraindikasi
o Sensitif pada golongan obat dihydropyridine
o Cardiogenic shock
Efek Samping
o Vasodilatasi berlebihan
o Pusing/sakit kepala
o Mual
o Sembelit
o Hipotensi
o Batuk
o Sesak napas
o Gingival enlargement
o Reaksi alergi
Dosis
dapat diberikan yakni 10 mg sekali sehari. Pada anak-anak dibawah 17 tahun dan juga
pasien lanjut usia, pada pemberian awal diberikan dosis 2,5 mg sekali sehari. Obat ini
apa masih di teori hehe. tapi kalo emang ga masuk kalo ke pembahasan kasus, di teori aja.)
Gingival enlargement diketahui sebagai efek samping pada pasien yang diterapi
korteks adrenal karena jalur ini bergantung pada kalsium, tidak bergantung pada nukleotida
siklik. Hal ini dapat menghasilkan stimulasi umpan balik dari peningkatan sekresi hipofisis
ACTH yang mempengaruhi hiperplasia zona glomerulosa. Hiperplasia ini hanya terkait dengan
akumulasi produk antara steroid (androgen) yang diubah menjadi testosteron karena peningkatan
aktivitas enzim 17-alfa-hidroksilase. Kadar testosteron yang meningkat dapat bekerja pada sel
Gingival enlargement yang diinduksi oleh penggunaan obat tertentu dapat disebut sebagai
faktor predisposisi genetik. Gambaran klinis biasanya terlihat satu sampai tiga bulan setelah
pemakaian pertama. Gambaran klinisnya yakni berupa pembesaran nodular papilla interdental
yang kuat, dalam waktu tiga bulan setelah minum obat yang memicu pembesaran, yang terbatas
amlodipine lebih rentan terhadap perkembangan gingival enlargement dalam onset dua bulan.
Sel targetnya adalah fibroblas gingiva, karena semua lesi ditandai dengan peningkatan komponen
jaringan ikat. Inflamasi gingiva juga tampaknya menjadi faktor predisposisi penting untuk efek
yang tidak diinginkan ini. Lesi merupakan konsekuensi dari interaksi antara fibroblas gingiva,
mediator seluler dan biokimia dari inflamasi dan metabolit obat. Orang yang memiliki fibroblas
dengan kerentanan abnormal terhadap obat tersebut. Telah dibuktikan bahwa fibroblas dari
gingiva yang tumbuh berlebihan pada pasien ini ditandai dengan peningkatan kadar sintesis
protein, yang sebagian besar adalah kolagen. Plak juga bisa menjadi faktor predisposisi, namun
rendah yaitu 1,7% sampai 3,3%. Sedangkan obat golongan calcium channel antagonist yang
paling sering menyebabkan pembesaran gingiva yaitu nifedipine dengan prevalensi 22%.
Sumber:
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2008). Goodman & Gilman's Manual
Madi, M., Shetty, S. R., Babu, S. G., & Achalli, S. (2015). Amlodipine-induced Gingival
Hyperplasia - A Case Report and Review. West Indian Medical Journal, 64(3), 279-282.
Nurhayati, N. R., & Saputri, F. A. (2018). Artikel Review: Analisis Amlodipin dengan Metoda
Nyska, A., Shemesh, M., Tal, H., & Dayan, D. (1994). Gingival Hyperplasia Induced by
Calcium Channel Blockers: Mode of Action. Medical Hypotheses, 43(2), 115-118