Sebagai antiplatelet dosis efektif aspirin 80-320 mg per hari. Dosis lebih tinggi selain
meningkatkan toksisitas (terutama perdarahan), juga menjadi kurang efektif karena selain
menghambat TXA2 juga menghambat pembentukan prostasiklin. Pada pasien TIA
penggunaan aspirin jangka panjang juga bermanfaat untuk mengurangi kekambuhan TIA.
Pemberian aspirin dosis awal 325 mg dalam 12 jam setelah onset stroke dianjurkan untuk
setiap stroke iskemik akut. (AHA/ASA; kelas I, level IA).
3. Ticlopidine
Mekanisme kerja
Menggangu fungsi membrane dengan menghambat pengikatan platelet fibrinogen
yang diinduksi oleh adenosine difosfat (ADP). Memiliki profil keamanan yang
lebih rendah dari clopidogrel.
Dosis
Ticlopidine 2x250 mg/hari.
Efek samping
Efek smaping antara lain gangguan saluran pencernaan, komplikasi perdarahan,
urtikaria, ruam kulit, gangguan fungsi hati, gangguandarah (leukopenia,
agranulositosis, pansitopenia), icterus kolestatik, meningkatkan kadar LDL dan
VLDL kolestreol.
4. Cilostazol
Mekanisme kerja
Merupakan antiplatelet yang bekerja dengan menghambat enzim 3-fosfodiesterase
sehingga akan meningkatkan siklik AMP intraseluler dan akibatnta adalah
penghambatan agregasi platelet.
Indikasi dan dosis
Cilostazol terbukti efektid untuk mengatasi penyakit pembuluh darah perifer.
Termasuk efektis mencegah kekambuhan stroke iskemik. Menurut PIONAS 2015
dosis pemakaian cilostazol pada orang dewasa yaitu 2x200 mg/hari 30 menit
sebelum makan atau 2 jama setelah makan.
Kontraindikasi dan interaksi obat
Kontraindikasi cilostazol yaitu predisposisi pada perdarahan seperti pada tukak
lambung aktif, stroke hemoragik pada 6 bulan terakhir. Selain itu pada ibu hamil
dan menyesui juga tidak dapat digunakan terapi dengan cilostazol. Ada beberapa
obat yang berinteraksi dengan cilostazol, diantaranya clarithromycin dan
rivaroxaban.
Efek samping
Efek samping yang sering terjadi adalah sakit kepla, diare, mual, muntah,
dyspepsia dan nyeri perut.
5. Dipiridamol
Mekanisme kerja
Menghambat ambilan dan metabolism adenosin oleh eritrosit dan sel endotel
pembuluh darah, dan dengan demikian menyebabkan akumulasi adenosisn,
nukleotida adenin dan AMP siklik dalam plasma, mediator ini kemudian
menghambat agregasi tromboit dan dapt menyebabakan vasodilatasi. Karena
dengan dosis yang diperlukan untuk menghambat agregasi trombosit kira kira
10% pasien mengalami flushing dan nyeri kepala, maka sering diberikan dosis
dipirimadol yang lebih kecil bersama aspirin atau antikoagulan oral. Dipiridamol
sering digunakan bersama heparin pada pasien dengan katup jantung buatan. Obat
ini juga banyak digunakan bersama aspirin pada pasien dengan TIA untuk
mencegah stroke.
Dosis
Kombinasi aspirin dosis rendah (25 mg) dan extended release dipiridamol (200
mg) diberikan pada pasien dengan non-kardioembolik TIA atau stroke iskemik
sebanyak 2x sehari diabdingkan hanya dengan aspirin secara tunggal.
Efek samping
Efek samping paling sering yaitu nyeri kepala.
Sindrom Horner’s adalah suatu sindrom yang terdiri dari kelainan berupa
masuknya bola mata, ptosis kelopak mata atas, kelopak mata atas sedikit naik, kontraksi
dari pupil, penyempitan dari fissura palpebra, anhidrosis dan warna kemerahan di sisi
wajah yang sakit, disebabkan oleh paralisasis saraf simpatis servikal. Sindroma Horner’s
juga disebut dengan Bernard’s Syndrome, BernardHorner’s Syndrome dan Horner’s
Ptosis.
Ptosis atau blefaroptosis adalah menurunnya palpebra superior, akibat
pertumbuhan yang tidak baik atau paralisa dari muskulus levator palpebra. Ada
bermacam-macam derajat ptosis. Bila hebat dan mengganggu penglihatan oleh karena
palpebra superior menutupi pupil, maka ia mencoba menaikkan palpebra tersebut dengan
memaksa muskulus occipitofrontalis berkontraksi, sehingga di dahi timbul berkerut-kerut
dan alisnya terangkat. Kalau lebih hebat lagi, untuk dapat mengatasinya, supaya
penglihatan tercapai sebaik-baiknya maka penderita akan menjatuhkan kepalanya ke
belakang. Tanda-tanda ini adalah karakteristik untuk ptosis. Pada ptosis didapat pula
garis lipatan kulit yang berbentuk seperti huruf S, pada palpebranya.
Miosis adalah suatu keadaan dimana garis tengah pupil kurang dari 2 mm.
Dimana ukuran normal garis tengah pupil tersebut adalah antara 4 – 5 mm pada
penerangan sedang. Pupil sangat peka terhadap rangsangan cahaya dengan persarafan
afferent nervus kranialis II sedangkan efferentnya nervus kranialis III. Sehingga mengecil
bila cahaya datang (miosis) dam membesar bila tidak ada atau sangat sedikit sekali
cahaya (remang-remang), keadaan ini disebut dengan midriasis yaitu diameter pupil lebih
dari 5 mm.