Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

DERMATITIS ATOPIK

Dosen Pembimbing :
dr. Tika Awalia Kamal

Disusun Oleh :
Melani Maharani
2018730061

Program Studi Profesi Kedokteran


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2022
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................2
KASUS.......................................................................................................................................................2
1.1 Identitas Pasien................................................................................................................................2
1.2 Hasil Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.......................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................7
2.1 Definisi..............................................................................................................................................7
2.2 Etiologi..............................................................................................................................................7
2.3 Klasifikasi Dermatitis Atopik.........................................................................................................8
2.4 Manisfestasi Klinis...........................................................................................................................8
2.5 Patogenesis.......................................................................................................................................9
2.6 Diagnosis..........................................................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan............................................................................................................................10
2.8 Komplikasi dan Prognosis.............................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................14
DAFTAR ISI............................................................................................................................................14

1
BAB I

KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. Z

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 18th

Alamat : Karangmukti 3/5

Pekerjaan :-

Tanggal Pemeriksaan : 10-April-2022

1.2 Hasil Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


1.1.1 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Gatal-gatal pada badan seluruh tubuh sejak tiga hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dating ke BP Umum BLUD UPTD Puskesmas Langensari 2 tanggal 10 April
2022 dengan keluhan gatal diseluruh badan. Awalnya bercak merah dan papul
muncul dibagian muka sejak tiga hari yang lalu, kemudian menyebar ditangan kanan
dan kiri. Gatal muncul sepanjang hari disertai dengan demam, demam muncul
bersamaan dengan gatal empat hari yang lalu. Demam dirasakan sepanjang hari.
Pasien menyangkal adanya batuk,pilek, sakit kepala, tenggorokan nyeri,nyeri dada,
sesak nafas, mual dan muntah. BAK dan BAB pasien lancar.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan serupa.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dari pasien mengalami keluhan serupa
e. Riwayat Pengobatan

2
Pasien sebelumnya belum diberi obat oral atau salep dari medis, tetapi pasien sudah
diberikan cream hangat seperti balsem.
f. Riwayat Alergi
Pasien memiliki alergi makanan
g. Riwayat Psikososial
Pasien tinggal bersama orang tuanya dan pasien selalu membersihkan kebersihan
rumahnya.

1.1.2 Pemerikaan Fisik


 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis

TANDA – TANDA VITAL


 Suhu : 37.0
 Tekanan Darah : 109/69mmHg
 Pernafasan : 20x/menit
 Nadi : 80x/menit
 Berat Badan : 158cm
 Tinggi Badan : 51kg

STATUS GENERALIS
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-)
Sklera ikterik (-)/(-)
Pupil bulat isokor
 Hidung : Sekret atau darah (-)/(-)
 Mulut : Bibir sianosis (-)
Faring & tonsil hiperemis (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-)
 Dada :

3
o Paru : Inspeksi :

Dinding dada simetris +/+

Retraksi dinding dada -/-

Palpasi :

Vocal premitus teraba sama dextra & sinistra

Nyeri tekan (-)

Perkusi :

Sonor dikedua lapang paru

Auskultasi :

Suara napas vesikuler atau tidak ada suara nafas tambahan

o Jantung : Inspeksi :
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
Tidak dilakuka
Perkusi :
Tidak dilakukan
Auskultasi
Bunyi jantung I & II (+) regular, murmur(-), gallop(-)
 Abdomen : Inspeksi :
Distensi abdomen (-)
Asites(-)
Auskultasi :
Bising usus (+)
Palpasi :
Nyeri epigastrium (-)
Nyeri tekan 9 kuadran abdomen (-)
Hepatomegali(-)

4
Splenomegali (-)
Perkusi :
Timpani di kuadran 9 abdomen
 Esktremitas : Akral hangat
Sianois (-)
CRT <2 detik
Ekstremitas edema (-)

1.1.3 Resume
Pasien dating ke Balai Pengobatan (BP) Umum BLUD UPTD Puskesmas Langensari 2
pada tanggal 10 April 2022 dengan keluhan gatal – gatal pada badan, menyebar ke
ekstremitas atas bagian tagan kanan dan kiri sejak tiga hari yang lalu. Awalnya muncul
kemerahan disertai dengan papul. Gatal dan demam muncul berbarengan, gatal dirasakan
sepanjang hari dan demam dirasakan sepanjang hari. Telah diberikan cream hangat
seperti balsem dan keluhan pasien menghilang tetapi setelah reaksi hangat menghilang
kambuh lagi. Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa dan orang tua pasien(ibu)
mengalami keluhan serupa. Pasien ada alergi makanan.

Resume pemeriksaan fisik :


 Lesi berupa papula eritema berbentuk bulat dengan diameter +- 0,1-0,2mm.

1.1.4 Diagnosis Kerja


Susp Dermatitis Atopik

1.1.5 Penatalaksanaan
Salep desoksimitason 2x1
Cetirizine 1x1
Vitamin B6 1x1

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang

5
Merencanakan pemeriksaan IgE serum jika fasilitas tersedia

1.1.7 Prognosis
 Ad vitam : ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad malam, karena merupakan kelainan kulit inflasi yang
bersifat kronis berulang, namun tergantung pelaksanaan untuk mencegah
kekambuhan.
 Ad fungsional : ad bonam

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit iflamasi yang bersifat kronik residif disertai rasa
gatal yang hebat serta eksaserbasi kronik dan remisi. Dermatitis atopic sering berhubunan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang
mengalami eksoriasi.

2.2 Etiologi
 Sawar kulit
Penderita DA pada umumnya memiliki kulit yang relative kering, baik didaerah lesi
maupun non lesi. Hilannya cermide di kulit yang berfungsi sebagai molekul utama
pengikat air di ruang ekstraseliler stratum korneum, danggap sebagai penyebab
kelainan fungsi sawar kulit. Kelainan fungsi sawar kulit mengakibatkan peningkatan
transpidermal water loss 2-5 kali normal, kulit akan makin kering dan meupakan
port d’entry untuk terjadinya penetrasi allergen, iritasi, bakteri dan virus. Bakteri pada
dermatitis atopic mensekresi ceramidase yang menyebabkan metabolisme ceramide
menjadi sphingosine dan asam lemak yang selanjutnya akan mengurangi ceramide di
stratum korneum, sehingga kulit semakin kering.
 Genetik
Jumlah penderita DA dikeluarga akan meningkat apabila 50% satu orangtuanya, bila
75% kedua orangtuanya. DA pada kembar monozigot 77%, sedangkan sebesar
kembar dizigot sebesar 25%. Selain itu pada penderita DA atau keluarga sering
terdapat riwayat rhinitis alergik dan alergi pada saluran napas.
 Hipersensitivitas
Peningkatan kadar IgE dalam serum dan IgE dipermukaan sel Langerhans epidermis.
 Faktor Psikis

7
Berdasarkan penelitia antara 22-80% penderita DA menyatakan lesi DA bertambah
buruk akibat stress emosi.
 Iritan
Kulit penderita DA ternyata lebih rentan terhadap bahan iritan, sabun alkalis, bahan
kimia yang terkandung pada berbagai obat, sinar matahari, dan pakaian wol.
 Alergen
Penderita DA mudah mengalami alergi terutama terhadap beberapa allergen yaitu :
1. Alergen hirup, yaitu debu rumah dan tungau debu rumah. Hal ini membukan
dengan peningkatan kadar IgE RAST (spesifik)
2. Alergi makanan, khususnya pada bayi dan anak usia kurang dari 1 tahun, Alergi
dibuktikan dengan uji kulit soft allergen fast test / double blind placebo food
challenge test.
3. Infeksi Staphylococcus aureus ditemukan pada >90% lesi DA. Salah satu S. aureu
menyebabkan eksaserbasi atau mempertahankan inflamasi ialah dengan
mensekresi sejumlah toksin yang berperan
4. Lingkungan
Faktor lingkungan yang kurang bersih berpengaruh pada kekambuhan DA,
misalnya asap rokok, polusi udara, walaupun secara pasti belum terbukti, suhu
yang panas, kelembapan dan keringan yang banyak akan memicu rasa gatal dan
kekambuhan DA.

2.3 Klasifikasi Dermatitis Atopik


Berdasarkan derajat keparahan :

1. DA ringan : apabila mengenai <10% luas permukaan kulit.


2. DA sedang : apabila mengenai 10-50% luas permukaan kulit.
3. DA berat : apabila mengenai >50% luas permukaan kulit.

2.4 Manisfestasi Klinis


Gejala dermatitis atopik dapat bervariasi pada setiap orang. Gejala yang paling umum
adalah kulit tampak kering dan gatal. Gatal merupakan gejala yang penting pada dermatitis
atopik. Garukan atau gosokan sebagai reaksi terhadap rasa gatal menyebabkan iritasi pada kulit,
menambah peradangan, dan juga meningkatkan rasa gatal. Gambaran kulit atopic bergantung

8
pada parahnya garukan yang dialami dan infeksi sekunder pada kulit. Kulit dapat menjadi merah,
bersisik, tebal, dan kasar atau dapat cairan yang keluar dan menjadi kropeng (kusta) dan infeksi.
Kulit yang merah dan basah disebabkan peningkatan peredran darah dikulit akibat rangsangan
allergen, stress, atau bahan pencetus lain. Kulit kering dan bersisik membuat kulit lebih sensitive
sehingga lebih mudah terangsang. Bila sangat kering kulit akan pecah sehingga menimbulkan
rasa nyeri. Penebalan kulit terutama di daerah yang sering mengalami garukan, disertai dengan
perubahan warna menjadi gelap akibat peningkatan jumlah pigmen kulit.

2.5 Patogenesis
Patogenesin DA belum sepenuhnya dipahami tetapi diduug merupakn interaksi factor
genetic, disfungsi imun, disfungsi sawar epidermis, dan peranan lingkungan serta agen infeksi.

Fungi sawar epidermis terletak dibagian stratum korneum sebagai lapisan kulit terluar.
Stratum korneum berfungsi untuk mengatur permeabilitas kulit dan mempertahankan
kelembapan kulit, melindungi kulit dari mikroorganisme dan mempertahankan kelembapa kulit,
melindungi kulit dari apapu termasuk agen infeksi. Lapisan ini terbentuk dari korneosit yang
ddikelilingi lipid, terdiri dari ceramide, koletrol, dan asam lemak bebas. Ceramide berikatan
kovalen dengan selubung korneosit membentuk sawar yang menghalangi hilangnya air dari
lapisan kulit.

Pada pendeita DA ditemukan mutasi gen flagrin sehingga mengganggu pembentukan


proten yang esenial untuk pembentukan sawar kulit. Gangguan fungsi sawr epidermis ini
menyebabkan terjadi gangguan permeabilitas dan pertahanan terhadap mikroorganisme.
Transpidermal water loss menjadi lebih tinggi disbanding pada kulit yang normal. Karena
kandungan lipid pada DA berubah. Jumlah dan kandungan ceramide berubah atau berkurang dan
susunan lipid nya berubah. Selain itu, ukuran korneosit pada kulit pasien DA jauh lebih kecil
daripada kulit yang normal. Agen yang sering menyerang pada kulit DA adalah S.aureus yang
membuat kolon pada 90% pasien DA

Selain itu pada DA terjadi defek respons imun bawaan yang menyebabkan pasien DA
lebih rentan terhadap infeki virus dan bakteri. Fase awal DA respons sel T didominasi oleh
T.helper 2 tetapi elanjutnya terjadi pergeseran dominasi menjadi respon Th1 yang berakibat pada
pelepasan kemokin dan sitokin proinflamasi, yaitu interleukin 4,5 dan tumor necrosis factor yang
merangsang produksi IgE dan renspon inflamasi sistemik.

9
2.6 Diagnosis
Sampai saat ini belum ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat digunakan untuk
memastikan penyakit dermatitis atopic. Pada umumnya diagnosis dibuat dari adanya riwayat
penyakit alergi, missal eksim, asma dan riitis alergi pada kedua orang tuanya. Kemudian dari
gejala yang dialami pasien kadang perlu melihat beberapa kali untuk memastikan dermatitis
atopic dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Para ahli penyakit kulit telat membuat
beberapa kriteria diagnosis dan saat ini banyak digunakan adalah kriteria yang dikemukkan oleh
Hanifin dan Rajka yang meliputi kriteria mayor dan minor :

Kriteria mayor :

 Rasa gatal
 Gambaran dan penyebaran kelainan kulit yang khas
 Eksim yang menahun dan kambuh
 Riwayat penyakit alergi pada keluarga

Kriteria minor :

 Kulit kering
 Luka memanjang sekitar telinga
 Bintil keras disiku dan lutut
 White dermographisme : bila kulit digores tumpul, timbul bengkak berwarna
keputihan ditempat goresan
 Garis dennie morgan
 Kemerahan atau kepucatan dibawah
 Kulit pecah atau luka disudut bibir
 Pitiriasis alba : bercak putih bersisik
 Perjalanan penyakit dipengaruhi emosi dan lingkungan
 Uji kulit positif
 Peningkatan IgE dalam darah

2.7 Penatalaksanaan
 Topikal (2 kali sehari)
-Pada lesi dikulit kepala diberikan kortikosteroid topical:

10
Desonid krim 0,05% / fluonisolon astenoid krim 0,025% (2minggu)
-Slikenifikasi dan hiperpigmentasi golongan betametason valerat krim 0,1% / metason
furoat krim 0,1%
-Infeksi diperlukan antibiotik topikal.
 Obat Sistemik
Antihistamin sedative : klorfeniramin maleat 3x4mg/ hari atau setizin 1x10mg / hari
(max 2 minggu)
Antihistamin non sedative : loratadin 1x10mg/hari (max 2 minggu).

2.8 Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi

Infeksi
DA dapat mengalami komplikasi infeksi virus berulang yang merupakan refleksi dari defek
local fungsi sel T. Infeksi virus yang paling serius adalah akibat infeksi herpes simplek,
menghasilkan Kaposi varicelliform eruption atau eczema herpeticum. Setelah inkubasi 5-12
hari, lesi vesikopustular, multipel dan gatal timbul dalam pola diseminata; lesi vesikuler ber
umbilated dan cenderung berkelompok, dan sering mengalami perdarahan dan berkrusta,
menghasilkan erosi punch-out dan sangat nyeri. Lesi dalam bergabung menjadi area besar (dapat
seluruh tubuh) yang mengelupas dan berdarah.

Gambar 1.4. Eksema herpetikum.


Vaksinasi smallpox pada pasien DA (bahkan pajanan pasien dengan individu yang
mendapat vaksinasi), dapat menyebabkan erupsi luas berat (eczema vaccinatum) yang tampak
sangat mirip dengan eczema herpeticum.

11
Pasien DA menunjukkan peningkatan prevalensi infeksi T rubrum dibandingkan control
nonatopik. Antibodi (IgE) terhadap M furfur biasa dijumpai pada pasien DA, sebaliknya jarang pada
control normal dan pasien asmatik. M furfur dan dermatofit lain penting karena setelah terapi
anti jamur, akan terjadi penurunan keparahan kulit DA.
Staphylococcus aureus dijumpai pada > 90% lesi kulit DA. Krusta kuning madu, folikulitis,
pioderma dan pembesaran KGB regional, merupakan indikasi adanya infeksi sekunder (biasanya
oleh S aureus) dan memerlukan terapi antibiotik. Pentingnya S aureus pada DA didukung oleh
observasi bahwa pasien DA berat, walaupun tanpa infeksi berat, dapat menunjukkan respon
klinis terhadap terapi kombinasi dengan antibiotik dan steroid topikal.

Dermatitis tangan
Pasien DA sering mengalami dermatitis tangan nonspesifik. Dermatitis ini sering dipicu
oleh basah berulang dan pencucian tangan dengan sabun, detergen, dan desinfektan.

Dermatitis/eritroderma eksfoliatif
Komplikasi ini terjadi akibat superinfeksi, seperti S aureus penghasil toksin atau infeksi
herpes simplek, iritasi berulang, atau terapi yang tidak mencukupi. Pada beberapa kasus,
penghentian steroid sistemik yang dipakai mengontrol DA berat dapat menjadi factor pencetus
eritroderma eksfoliatif

Prognosis

12
Penyakit cenderung lebih berat dan persisten pada anak, dan periode remisi lebih sering bila
anak bertambah usia. Resolusi spontan dilaporkan terjadi setelah usia 5 tahun pada 40-60% pasien
yang menderita sejak bayi. Walaupun penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kisaran 84% anak akan
terus menderita DA sampai dewasa, tetapi studi yang lebih baru melaporkan bahwa DA sembuh pada
kisaran 20% anak, dan menjadi kurang parah pada 65%. Faktor prediktif berikut berkorelasi dengan
prognosis jelek DA : DA luas pada masa anak, disertai rhinitis alergik dan asma, riwayat DA pada
orang tua atau saudara, awitan DA pada usia lebih dini, anak tunggal, dan level IgE sangat tinggi.

13
BAB III

DAFTAR ISI

Bieber T. Atopic Dermatitis. Ann Dermatol. 2010; 22(2):125-34

Baratawidjaja K, Rengganis I. 2014. Imunologi Dasar, Edisi 11. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Indonesia. Hal. 32-40.

Belda, E. 2015. Clinical Manifestations and Diagnostic criteria of atopicdermatitis. Jurnal


kedokteran FK UNILA. Hal. 25.

Bieber, T. 2010. Atopic Dermatitis. Annals of Dermatology. Hal. 125-137

Bieber, T. 2008. Mechanisms of Disease Atopic Dermatitis. N Engl J Med. Hal. 1483-1494

Boediardja, SA. 2016. Dermatitis Atopik. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,edisi ke-7. Jakarta:
FK UI . Hal. 167-179.

Kariosentono, H. 2006. Dermatitis Atopik (Eksema). Surakarta: UNS Press. Hal.


1-28

14

Anda mungkin juga menyukai