GLAUKOMA SEKUNDER
Dokter Pembimbing :
dr. Rety Sugiarti, Sp.M
Disusun oleh :
Melani Maharani (2018730061)
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat, hidayat dan
karunia-lah sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Glaukoma Sekunder”
dengan baik dan tepat waktu. Presentasi referat ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Kepaniteraan Klinis Departemen Mata Rumah Sakit Umum Kota
Banjar.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Rety Sugiarti, Sp.M
sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada keluarga dan rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dukungan, saran, dan kritik
yang membangun. Keberhasilan penyusunan ini tidak akan tercapai tanpa adanya bantuan, dan
bimbingan dari berbagai pihak tersebut.
Melani Maharani
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….iii
BAB I 1
PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
BAB II2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi…………………………………………………………………………….2
2.2 Epidemiologi………………………………………………………………………3
2.4 Patofisiologi……………………………………………………………………….4
2.6 Diagnosis…………………………………………………………………………..11
2.7 Penatalaksanaan……………………………………………………………………14
2.8 Prognosis…………………………………………………………………………...18
BAB 3 19
KESIMPULAN………………………………………………………………………….19
BAB I
PENDAHULUAN
Neuropati optic tersebut disebabkan oleh tekanan intraocular (TIO) yang atinge tinggi,ya
ng ditandai oleh kalainan lapang pandang yang khas dan atrofi papil saraf optic. Pada keadaanini
TIO tidak harus selalu tinggi. Tetapi TIO relative tinggi untuk individu tersebut. Missal
untuk populassi normal TIO sebesar 18 mmHg masih normal, tetapi pada individu tertentu tekan
ansebesar itu sudah dapat menyebabkan glaucoma, yang disebut dengan glaucoma normotensi,
atauglaucoma tekanan rendah.
2.1 Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yangmemberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
penyakitmata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh
pencekungandiskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Tekanan bola mata yang normal
dinyatakandengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi
juga akanmengakibatkan kerusakan saraf penglihat yang terletak di dalam bola mata. Pada
keadaantekanan bola mata tidak normal atau tinggi maka akan terjadi gangguan lapang
pandangan.Kerusakan saraf penglihatan akan mengakibatkan kebutaan.
Makin tinggi tekanan bola mata makin cepat terjadi kerusakan pada serabut retina
sarafoptik. Pada orang tertentu dengan tekanan bola mata normal telah memberikan kerusakan
padaserabut saraf optik (Normal tension glaucoma-glaukoma tekanan rendah).
Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan darah.
Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina sehinggam
engganggu metabolisme retina, yang kemudian disusul dengan kematian saraf mata.
Padakerusakan serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada fungsi retina. Bila
proses berjalan terus, maka lama-kelamaan penderita akan buta total.
Humor aqueous dibentuk oleh prosesus siliaris dan disekresi ke dalam bilik
posterior.Kecepatannya rata-rata 2-6 µL/menit dan volume total HA pada bilik anterior dan
posterior rata-rata 0,2-0,4 mL, sekitar 1-2% HA diganti setiap menit.
Humor aqueous melewati pupil ke bilik anterior. Selama permukaan posterior
iriscenderung ke arah permukaan anterior lensa, HA tidak dapat melawan resistensi pupil
(resistensifisiologis pertama) sampai tekanannya cukup adekuat untuk mengangkat iris dari
permukaan lensa.
Peningkatan resistensi dari aliran keluar pupil (pupillary block)
mangakibatkan peningkatan tekanan pada bilik posterior; iris menggembung ke arah anterior pad
a pangkalnyadan menekan trabekular meshwork. Hal ini merupakan pathogenesis dari glaukoma
suduttertutup primer.
4
Patogenesis glaukoma sudut tertutup sekunder sama seperti glaukoma sudut tertutup
primer.Peningkatan tekanan intraokular disebabkan oleh obstruksi dari trabekular meshwork.
Namun,konfigurasi primer dari bilik anterior bukan marupakan faktor yang harus ada.
5
Temuan klinis glaukoma pigmentasi dapat berupa:
1.Krukenberg’s spindle pada endotel kornea.
2.Nyeri.
3.Penurunan lapangan pandang setelah berolahraga atau saat pupil berdilatasi.
4.Degenerasi serabut saraf optik (miopia) yang berjalan secara progresif.
Kelainan pigmentasi dapat terjadi jika tanpa disertai glaukoma, tetapi orang-orang ini
harus dianggap sebagai ”tersangka glaukoma”. Hingga 10% dari mereka akan
mengalamiglaukoma dalam 5 tahun dan 15% dalam 15 tahun (glaukoma pigmentasi). Pernah
dilaporkan beberapa pedigere glaukoma pigmentasi herediter autosomal dominan, dan satu gen
untuk sindrom dispersi pigmen dipetakan pada kromosom tujuh.
Tetapi miotik maupun iridotomi perifer dengan laser telah menunjukkan mampu mengembalikan
konfigurasi iris yang abnormal, tetapi masih belum jelas apakah keduanya memberikan
keuntungan jangka panjang bagi perkembangan dan perburukan glaukoma.
(Karena pasien biasanya penderita miopia berusia muda, terapi miotik kurang dapat ditoleransi,
kecuali jika diberikan dalam bentuk pilokaprin sekali sehari, lebih disukai pada malam hari).
Baik sindrom depersi pigmen maupun glaukoma pigmentasi khas dengan kecenderungannya
mengalami episode-episode penigkatan tekanan intraokular secara bermakna terutama setelah
berolahraga atau dilatasi pupil dan glaukoma pigmentasi akan berkembang dengan cepat.
Masalah selanjutnya adalah glaukoma pigmentasi biasanya timbul pada usia muda;ini
meningkatkan kemungkinan diperlukannya tindakan bedah drainase glaukoma disertai
terapiantimetabolit. Trabekuloplasti dengan laser sering digunakan pada keadaan ini, tetapi kecil
kemungkinan dapat menghilangkan kebutuhan akan bedah drainase
2.5.2 Glaukoma Pseudoeksfoliasi
b. Tumor
Melanoma traktus uvealis dapat menimbulkan glaucoma akibat pergeseran corpus ciliare
ke anterior yang menyebabkan penutupan-penutupan sekunder, meluas ke sudut pigmen, dan
neovaskularisasi sudut. Biasanya diperlukan enukleasi.
8
2.5.5 Sindroma Iridokornea Endotel (ICE)
Sindrom irikornea endotel terdapat beberapa tanda yaitu atropi iris, sindrom chandler,
sindrom nevus iris. Kelainan idiopatik pada dewasa muda yang jarang ini biasanya unilateral dan
bermanisfestasi sebagai kompensasi kornea, glaucoma, dan kelainan iris.
9
Pasien awalnya merasakan penglihatan jauh yang kabur, tetapi penglihatan dekatnya
membaik. Ini diikuti dengan nyeri dan peradangan.
Terapi terdiri atas siklopelgik, midriati, penekanan HA, dan obat-obatan hiperosmotik.
Obat hiperosmotik digunakan untuk menciutkan korpus vitreum dan membiarkan lensa
bergeser ke belakang. Mungkin diperlukan sklerotomi posterior, vitrektomi, dan bahkan
ekstraksi lensa.
b. Sinekia Anterior Perifer
Seperti halnya trauma pada segmen anterior, tindakan bedah yang menyebabkan
mendatarnya bilik mata depan akan menimbulkan pembentukan sinekia anterior perifer.
Diperlukan pembentukan kembali bilik mata depan melalui tindakan bedah dengan
segera apabila hal tersebut tidak terjadi secara spontan.
10
2.5.10 Glaukoma Akibat Steroid
Kortikosteroid intraokular, periokular dan topikal dapat menimbulkan sejenis
glaukoma yang mirip dengan glaukoma sudut terbuka primer, terutama pada individu dengan
riwayat penyakit ini pada keluarganya, dan akan memperparah peningkatan TIO pada para
pengidap glaucoma sudut terbuka primer. Penghentian pengobatan biasanya menghilangkan
efek-efek tersebut, tetapidapat terjadi kerusakan permanen apabila keadaan tersebut tidak
disadari dalam waktu lama.Apabila terapi steroid topikal mutlak diperlukan, terapi glaukoma
secara medis biasanya dapatmengontrol TIO. Terapi steroid sistemik jarang menyebabkan
peningkatan TIO. Pasien yangmendapatkan terapi steroid topikal atau sistemik harus menjalani
tonometri dan oftalmoskopisecara periodik, terutama apabila terdapat riwayat glaukoma dalam
keluarga
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
a. Biomiskroskopi
Sebelum ini pemeriksaan inspeksi dilakukan terlebih dahulu, seperti posisi, kedudukan dan
gerakan bola mata. Pada kasus glaucoma berbagai perubahan dapat dijumpai misalnya injeksi
siliar, pelebaran pembuluh darah konjungtiva dan episklera, edema kornea, keratik presipitat,
sinekia iris, atropi iris, neovaskularisasi iris, pelebaran pupil, ekstropion uvea, dan katarak
glaucomatous.
12
c. Tonometri
1). Pengukuran tanpa alat
Pengukuran ini dikenal dengan palpasi atau finger tension. Pengukuran ini
memberikan hasil yang kasar. Walaupun tidak diteliti, cara palpasi ini masih bermanfaat
pada keadaan dimana pengukuran tekanan dengan alat tidak dapat dilakukan, misalnya
menghindari penularan konjungtivitis dan infeksi korne.
2). Pengukuran dengan alat
Dengan cara ini, TIO dapat diukur secara langsung, dengan kanulasi kebilik mata
depan yang dihubungkan dengan manometer, atau secara tak langsung melalui kornea
dengan alat tonometer. Banyak alat dirancang untuk cara tak langsung seperti tonometer
Schiotz, tonometer Maklakof, tonometer anaplasi Goldmann, tonometer anaplasi Hand
Held, tonometer Mackay Marg.
Menurut Symposium on Glaucoma di New Orleans tahun 1976 maka tonometer indentasi
Schiotz dan aplanasi Goldmann yang paling banyak dipakai. Yang pertama oleh karena
praktis dan relative murah dan yang kedua karena lebih tepat dan tidak banyak
dipengaruhi kekakuan dinding bola mata.
d. Funduskopi
Pada umumnya pemeriksaan ini pada glaucoma bertujuan untuk :
-Menentukan apakah ekskavasi papil masih dalam batas normal.
-Menilai sudah berapa jauh kerusakan papil saraf optic.
-Mencatat perubahan dan perkembangan papil dan retina.
e. Perimetri
Pemeriksaan lapang pandang merupakan salah satu pemeriksaan terpenting pada
glaucoma, karena hasil pemeriksaannya dapat menunjukkan adanya gangguan fungsional
penderita. Khas pada glaucoma adalah penyempitan lapang pandang.
13
f. Gonioskopi
Gonioskopi adalah pemeriksaan biomiksroskopi sudut bilik mata depan, tempat dilalui
cairan intraocular sebelum keluar ke kanal Schlemm. Dengan gonioskopi dapat
ditentukan apakah sudut bilik mata depan tertutup atau terbuka
g. Tonografi
Tonografi adalah cara pemeriksaan parameter lain dinamika cairan intraokuler yang
diperkenalkan oleh W.Morton Grant. Menunjukan pencatatan TIO dengan tonometer
indentasi elektronik dalam jangka waktu tertentu digabung dengan table Fridenwald
dapat memperkirakan daya pengeluaran dan pembentukan cairan intraocular.
2.7 Penatalaksanaan
Apabila terjadi karena uveitis, maka kita obati dulu penyebab awalnya yaitu dengan
pemberian midriatkum, steroid, obat-obbatan sitotoksik, dan pemberian siklosporin.
Pada glaukom sekunder yang disebabkan oleh katarak yang pertama turunkan dahulut
ekanan intraokulernya, setelah turun baru dilanjutkan dengan operasi katarak. Sedangkan pada
glaukom sekunder yang terjadi karena penggunaan steroid jangka panjang yaitu hentikan dulu
penggunaan steroidnya baru kemudian dilakukan penurunan tekanan intraokuler. Pada glaucoma
yang disebabkan oleh tumor yang berasal dari uvea atau retina seabaiknya diberikan
obat penurun tekanan intraokuler sampai dengan dilkuakan tindakan enukleasi bulbi. Sedang
glaukomyang disebabkan oleh neovaskularisasi pada retinopati diabetikum dapat diberikan obat
penurun tekanan intraokuler yang bersifat menurunkan produksi humor akuos yang
dikombinasikan dengan tetes mata sikloplegik dan tetes mata steroid.
14
2.7.1 Medikamentosa
1) Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk terapi
glaukoma.Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. Preparat
yang tersedia sekarang yaitu timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%,
levobunolol 0,25%dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%.
2) Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergic α2 baru yang menurunkan pembentukan humor
akuos tanpa efek pada aliran keluar.
15
3) Epinefrin 0,25-2%, diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan aliran keluar
humorakueus dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan humor akeus. Terdapat
sejumlah efek samping okular eksternal, termasuk vasodilatasi relek konjungtiva , endapan
adrenokrom,konjungtivitis folikularis, dan reaksi alergi. Efek samping intraokular yang dapat
terjadi adalah edema makula sistoid pada afakia dan vasokonstriksi ujung saraf optikus.
1) Obat-obat hiperosmotik, menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar
dari korpus vitreus dan terjadi penciutan korpus vitreus. Selain itu, juga terjadi
penurunan produksi humor akuos. Penurunan volume korpus vitreus bermanfaat dalam pengobat
an
glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma maligna yang menyebabkan pergeseran
lensakristalina ke depan (disebabkan oleh perubahan volume korpus vitreus atau koroid) dan
menyebabkan penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder)
2) Gliserin (gliserol) oral, 1 mL/kgbb dalam suatu larutan 50 % dingin dicampur dengan
sarilemon, adalah obat yang paling sering dipergunakan, tetapi pemakaiannya pada
pengidapdiabetes harus diawasi. Pilihan lain adalah isosorbin oral dan urea atau manitol
intravena.
2. 7. 2 Pembedahan
A. Iridektomi dan iridotomi perifer Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk
komunikasi langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan di antara
keduanya menghilang. Hal inidapat dicapai dengan laser neonidium: YAG atau aragon
(iridotomi perifer) atau dengan
tindakan bedah iridektomi perifer. Iridotomi laser YAG adalah terapi pencegahan yang
digunakan pada sudut sempit sebelum terjadi serangan penutupan sudut.
B. Trabekuloplasti laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu goniolensa kejalin antrabekular
dapat memper mudah aliran keluar HA karena efek luka bakar tersebut pada jalin antrabekular
dan kanalis Schlemm serta terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan
fungsi jalinan trabekular. Teknik ini dapat diterapkan untuk bermacam-
macam bentuk glaukoma sudut terbuka, dan hasilnya bervariasi bergantung pada penyebab yang
mendasari. Penurunan tekanan biasanya memungkinkan pengurangan terapi medis dan
penundaan tindakan bedah glaukoma.
C. Bedah drainase glaucoma
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase normal, sehingga
terbentuk akses langsung HA dari kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita, dapat
dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase. Penyulit utama trabekulotomi adalah
kegagalan bleb akibat fibrosis jaringan episklera. Goniotomi adalah suatu teknik
yang bermanfaat untuk mengobati glaukoma kongenital primer, yang tampaknya terjadi sumbata
ndrainase humor akuos dibagian dalam jalinan trabekular.
17
D. Tindakan siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk mempertimbangkan tindakan
destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah untuk mengontrol tekanan
intraokular.Krioterapi, diatermi, ultrasonografi frekuensi tinggi, dan yang paling mutakhir terapi
laserneodinium : YAG thermal mode, dapat diaplikasikan ke permukaan mata di sebelah
posteriorlimbus untuk menimbulkan kerusakan korpus siliaris dibawahnya
2.8 PROGNOSIS
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Apabila proses penyakit
terdeteksi dini sebagian besar penyakit glaukoma dapat ditangani dengan baik (Wijana,1993).
18
BAB III
KESIMPULAN
REFERENSI
1. Riordan, P., Whitcher, J. P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17. EGC.
Jakarta.2010.2. Lang, G. K.
2. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd Edition
3. Thieme. Stuttgart-NewYork. 2006.3. Setiawan, A. Glukoma.Available at:http://fkuii.org.
Accesed on August, 2008.4. Schuman, J. S., Christopoulos, V., Dhaliwal, D. K., Kahook, M. Y.,
et all.
4.Rapid Diagnosesin Ophthalmology Lens and Glaucoma
5.Mosby Elsevier. Philadelphia. 2008.5. Supiandi, S. Cara Pemeriksaan dan Jenis Glaukoma.
FKUI. Jakarta. 1986.6. Sidarta, I. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi) Edisi ke-2. FKUI.
Jakarta. 2001.7. Lee, D. A.
6. Clinical Guide to Comprehensive Ophtalmology
7. Stuggart. NewYork. 1999.8. Boyd, B. F., Luntz, M.
8. Innovations In The Glaucomas Etiology, Diagnosis, and Management
9. Highlights of Ophthalmology International. 2002.9. James, B., Benjamin, L.
10. Ophthalmology Investigation and Examination Techniques
11.Butterworth Heinemann Elsevier. United Kingdom.10. Perhimpunan dokter spesialis mata
Indonesia, 2002, Ilmu Penyakit Mata untuk dokterumum dan mahasiswa kedokteran: edisi ke-2,
Sagung Seto, Jakarta.11.Suhardjo et. Al. 2007.
12.Ilmu Kesehatan Mata, Bagian Ilmu Penyakit Fakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.12.Miranti, A., Arjo SM., 2002. Deteksi dini glaukoma, Medisinal, Vol. III, Jakarta
20