GLAUKOMA
Pembimbing:
dr.Devi Cynthia Sari, Sp.M
Disusun oleh:
Marhani
030.12.155
Nama : Marhani
NIM : 03012155
Universitas : Trisakti
Judul : Glaukoma
RSUD Cilegon
Mengetahui,
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya, sehingga
penulis bisa menulis dan menyelesaikan referat dengan judul "GLAUKOMA".
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Ilmu Penyakit
Mata Fakultas kedokteran Universitas Trisakti di RSUD Kota Cilegon periode 27 Agustus -
29 September 2018. Selain itu, besar harapan dari penulis bilamana referat ini dapat
membantu dalam proses pembelajaran dari pembaca sekalian.
Dalam penulisan referat ini, penulis mendapat bantua, bimbingan, dan kerjasama
dari bebagai pihak, maka penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr.Devi Cynthia Sari, Sp.M, selaku ketua SMF dan pembimbing kepaniteraan klinik
ilmu penyakit mata RSUD Kota Cilegon
2. Rekan-rekan angota kepaniteraan klinik ilmu penyakit mata RSUD Cilegon
periode 27 Agustus -29 September 2018.
Penulis menyadari bahwa referat ini tidak luput dari kekurangan karena keterbatan
kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bermanfaat yang dapat membangun.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..……..iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup
untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu penyakit mata yaitu glaukoma.
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1 Glaukoma adalah
penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.1
Glaukoma berkembang saat pengeluaran cairan aqueous (out flow) dari bilik mata
depan terganggu sehingga terjadi penumpukan aqueous didalam bola mata yang
mempertinggi tekanan bola mata. Untuk mendiagnosis seseorang sebagai penderita
glaukoma harus dilakukan anamnesis dan serangkaian pemeriksaan yang umum dilakukan.
Pemeriksaan tersebut meliputi tonometri, oftalmoskopi, gonioskopi, pemeriksaan lapang
pandang. Pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita glaukoma dilakukan tes
provokasi, seperti tes minum air (water drinking test).2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian mata yang penting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini
berada dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang
menghubungkan akhir dari membran descement dan membran bowman, lalu ke posterior
0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanal schlem dan trabekula sampai ke COA.
Limbus terdiri dari dua lapisan epitel dan stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel kornea.
Di dalam stroma terdapat serat – serat saraf dan cabang akhir dari a. Siliaris anterior.2
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera dan kornea, di sini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas
belakang sudut filtrasi, serta tempat insersi otot siliar logitudinal. Pada sudut filtrasi terdapat
garis schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement dan kanal
schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya. 4
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari:1
a. Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea dan
menuju ke belakang, mengelilingi kanal schlemm untuk berinsersi pada sklera.
b. Scleralspur (insersidari m. Ciliaris) dan sebagian ke m. Ciliaris meridional.
c. Serabut berasal dari akhir membran descement (garis schwalbe) menuju ke jaringan
pengikat m. Siliaris radialis dan sirkularis.
d. Ligamentum pektinatum rudimenter,berasal dari dataran depan iris menuju ke depan
trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis dan
seluruhnya diliputi endotel.
2
shlemn. Dari kanal schlemn, keluar salura kolektor, 20 – 30 buah, yang menuju ke pleksus
vena di dalam jaringan sklera dan episkelera dan vena siliaris anterior di badan siliar.2
Cairan aquos diproduksi epitel non pigmen dari korpus siliaris, tepatnya dari plasma
darah di jaringan kapiler proccesus siliaris.
Fungsi Cairan aquos adalah : Sebagai cairan yang mengisi bilik mata depan, cairan
aquos berfungsi untuk menjaga tekanan intraokuler, memberi nutrisi ke kornea dan lensa
dan juga memberi bentuk ke bola mata anterior.
Volumenya sekitar 250 µL dengan jumlah yang diproduksi dan dikeluarkan setiap
harinya berjumlah 5 mL/hari.2 Cairan ini bersifat asam dengan tekanan osmotik yang lebih
tinggi dibandingkan plasma. Komposisinya serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini
memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; dan protein, urea dan
glukosa yang lebih rendah. Unsur pokok dari humor akueus normal adalah air (99,9%),
protein (0,04%) dan lainnya dalam milimol/kg adalah Na+ (144), K+ (4,5), Cl- (110),
glukosa (6,0), asam laktat (7,4), asam amino (0,5) dan inositol (0,1). Normal produksi rata-
rata adalah 2,3 µl/menit.2
Humor akueus diproduksi oleh badan siliar. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di
stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel
siliaris. Setelah masuk ke kamera okuli posterior, humor akueus mengalir melalui pupil ke
3
kamera okuli anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior (sekaligus, terjadi
pertukaran diferensial komponen – komponen dengan darah di iris), melalui jalinan
trabekular ke kanal schlemn menuju saluran kolektor, kemudian masuk kedalam pleksus
vena, ke jaringan sklera dan episklera juga ke dalam v.siliaris anterior di badan siliar.
Saluran yang mengandung cairan camera oculi anterior dapat dilihat di daerah limbus dan
subkonjungtiva, yang dinamakan aqueus veins.2
Humor akueus akan mengalir keluar dari sudut COA melalui dua jalur, yakni :
- Kebanyakan humor akueus keluar dari mata melalui jalur jalinan trabekula-kanal
Schlemm-sistem vena. Jalinan trabekula dapat dibagi kedalam tiga bagian : 1
- Uveal
- Korneoskleral
- Jukstakanalikular
Tahanan utama aliran keluar terdapat pada jaringan juksta kanalikular. Fungsi
jalinan trabekula adalah sebagai katup satu jalan yang membolehkan akueus
meninggalkan mata melalui aliran terbesar pada arah lain yang tidak bergantung
pada energi. Akueus bergerak melewati dan diantara sel endotelial yang
membatasi dinding dalam kanal Schlemm. Sekali berada dalam kanal Schlemm,
4
akueus memasuki saluran kolektor menuju pleksus vena episklera melalui
kumpulan kanal sklera. 1
Pada mata normal setiap aliran non-trabekular disebut dengan aliran uveoskleral.
Mekanisme yang beragam terlibat, didahului lewatnya akueus dari camera oculi
anterior kedalam otot muskularis dan kemudian kedalam ruang suprasiliar dan
suprakoroid. Cairan kemudian keluar dari mata melalui sklera yang utuh ataupun
sepanjang nervus dan pembuluh darah yang memasukinya. Aliran uveoskleral
tidak bergantung pada tekanan. Aliran uveoskleral ditingkatkan oleh agen
sikloplegik, adrenergik, dan prostaglandin dan beberapa bentuk pembedahan
(misal siklodialisis) dan diturunkan oleh miotikum. 1
5
2.4 Epidemologi glaukoma
6
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan
terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
7
pada orang-orang: berumur 40 tahun atau lebih, penderita diabetes mellitus, pengobatan
kortikosteroid lokal atau sistemik yang lama, dalam keluarga ada penderita glaukoma, dan
miopia tinggi.
Perjalanan penyakit glaukoma sudut terbuka lambat dan jarang disertai sakit.
Kadang-kadang terasa sakit kepala yang hilang timbul. Melihat gambaran pelangi di sekitar
lampu (halo). Bila pada penderita dengan usia 40 tahun atau lebih dengan keluhan semacam
itu, sebaiknya dilakukan pengukuran tekanan intraokuler. Bila ternyata tekanan intraokuler
lebih dari 20 mmHg, harus dilakukan pemeriksaan glaukoma lengkap seperti:
1. Tonometri
Tekanan intraokuler pada glaukoma ini tidak terlalu tinggi. Menurut Langley dan
kawan-kawan pada glaukoma simplek terdapat empat variasi diurnal: falling type
(puncak terdapat pada waktu bangun tidur), rising type (puncak terdapat pada malam
hari), double variations (puncaknya pada jam 9 pagi dan malam hari), dan flat type
(sepanjang hari sama).
Menurut Downey, bila antara kedua mata selalu terdapat perbedaan tekanan
intraokuler 4mmHg atau lebih, maka menunjukkan kemungkinan glaukoma simplek.
Suatu variasi diurnal pada satu mata dengan perbedaan yang melebihi 5mmHg,
dianggap menunjukkan glaukoma simplek, meskipun tekanannya masih normal.
2. Lapang pandang
Pemeriksaan ini penting untuk menegakkan diagnosa maupun evaluasi
perkembangan penyakitnya,dan juga menentukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus
selalu diteliti keadaan lapang pandang sentral dan perifer. Pada glaukoma dini lapang
pandang perifer belm menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandang senral sudah
menunjukkan macam-macam skotoma. Jika glaukoma sudah lanjut, lapang pandang
perifer sudah menunjukka kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal
atas. Kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada di tengah yang dapat
menimbulkan tunnel vision, seolah-olah melihat melalui teropong yang kemudian
menjadi buta.
3. Oftalmoskopi
Penggaungan dan atrofi tampak pada papil Nervus II. Ada yang mengatakan bahwa
pada glaukoma sudut terbuka, di dalam saraf optik terdapat kelainan degenerasi primer
yang disebabkan oleh insufisiensi vaskuler. Menurut penelitian kemunduran fungsina
terus berlanjut, meskipun tekanan intraokulernya telah diormalisir dengan obat-obatan
ataupun dengan operasi. Penderita dengan kelainan sistemik seperti diabetes mellitus,
8
arteriosklerosis lebih mudah mendapat kelainan saraf optik akibat kenaikan tekanan
introkuler dari pada yang lain.
4. Gonioskopi
Pada glaukoma simplek sudutnya normal. Pada stadium lanjut bila telah timbul
goniosinechiae (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat
tertutup.
5. Tonografi
Terdapat resistance of outflow (hambatan dari pengeluaran cairan) maka hasil
pemeriksaan tonografi pada glaukoma simplek ternyata kurang dari normal dan menjadi
lebih kuran lagi pada keadaan yang lanjut (C = <0,13).
6. Tes provokasi
Tes minum air: kenaikan tekanan 8 - 9 mmHg mencurigakan, jika kenaikan 10
mmHg pasti patologis.
Pressure congestion tes: kenaikan 9 mmHg atau lebih mencurigakan, jika kenaikan
>11 mmHg pasti patologis.
Tes steroid: kenaikan 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
Gejala klinis klasik glaukoma simplek:
1. Bilateral
2. Herediter
3. Tekanan intraokuler yang meninggi
4. Sudut COA yang terbuka
5. Bola mata yang tenang
6. Lapang pandan mengecil dengan macam-macam skotoma
7. Penggaungan dan atrofi saraf optik yang spesifik
8. Perjalanan penyakit yang lambat progresif
Tatalaksana glaukoma primer sudut terbuka:
1. Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa harus dilakukan terus-menerus, oleh karena itu pilihan
obat yang diberika harus mudah diperoleh dan memiliki efek samping sekecil-kecilnya.
Obat-obat yang dipakai:
1. Parasimpatomimetik (miotikum, memperbesar outflow)
Pilokarpin 2-4 %, 3 - 6 dd 1 tetes sehari
Eserin 0,25 - 0,5 %, 3 - 6 dd 1 tetes sehari
9
Pemberian disesuaikan dengan variasi diurnal, yaitu diteteskan ketika tekanan
intraokuler meninggi. Eserin sebagai salep mata diberikan malam hari. Walaupun
dosis yang dianjurkan sedikit tetapi yang diabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik
dapata memberikan efek samping mual dan nyeri abdomen.
2. Simpatomimetik (mengurangi produksi aquos humor)
Epinefrin 0,5 - 2 %, 2 dd 1 tetes sehari
Obat ini dapat memberikan efek samping pingsan, menggigil, berkeringat, sakit
kepala, dan hipertensi.
3. Beta-blocker (menghambat produksi aquos humor)
Timolol maleat 0,25 - 0, 5 %, 1 - 2 dd 1 tetes sehari
Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, memperberat asma, payah
jantung kongestif.
4. Carbon anhydrase inhibitor (menghambat produksi aquos humor)
Asetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet
Pemberian obat ini menimbulkan poliuria. Efek samping: anoreksia, muntah,
mengantuk, trombositopenia, granulositopenia, kelainan ginjal.
Obat-obat ini biasanya diberika satu persatu atau kalau perl dikombinasi. Kalau tidak
berhasil dapa ditingkatkan frekuensi penetesannya atau prosentase obatnya, ditambah
dengan obat tetes lain atau tablet. "Monitoring" semacam inilah yan mengharuskan
penderita glaukoma sudut terbuka selalu dikelola secara teratur.
2. Operasi
Indikasi dilakukan operasi jika:
- Tekanan intraokuler tidak dapat dipertahankan < 22 mmHg
- Lapang pandang terus mengecil
- Pasien tidak dapat dipercaya tentang pemakaian obat
- Pasien tidak mampu membeli obat
- Tidak tersedia obat-obat yang diperlukan
Prinsip operasi: fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan aquos humor
karena jalan yang normal tidak dapat dipakai lagi.
Macam-macam operasi glaukoma primer sudut terbuka:
- Iridenkleisis
- Trepanasi dari eliot
- Sklerotomi dari scheie
- Siklodialise
10
- Trabekulektomi
1. Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop. Makin berat
hipermetropnya makin dangkal coanya.
2. Tumbuhnya lensa
Menyebabkan coa menjadi lebih dangkal. Pada umur 25 tahun, dalamnya coa rata-rata
3,6 mm, sedang pada umur 70 tahun 3,15 mm
3. Kornea yang kecil, dengan sendirinya coanya dangkal.
4. Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal coa.
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa menjadi lebih dekat ke iris, sehingga
aliran cairan bilik mata dari bilik mata belakang kebilik mata depan terhambat. Inilah yang
disebut hambatan pupil. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan didalam bilik
mata belakang dan mendorong iris kedepan. Pada sudut bilik mata depan yang memang
sudah sempit adanya dorongan ini menyebabkan iris menutup jaringan trabekula, sehingga
cairan bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah glaukoma sudut tertutup.
11
1. Diberikan midriatika seperti hematropin. Juga dapat tejadi terjadi bila atropine
diberikan sistemik
2. Sebelum pengobatan muntaber atau persiapan operasi
3. Berada diruang gelap
Lensa letaknya lebih kedepan, dapat menyebabkan hambatan pupil yang kemudian
menimbulkan iris bombe fisiologis, karena tekanan dibalik mata belakang lebih tinggi dari
didepan. Hal ini dapat menambah sempitnya sudut coa yang dasarnya sudah sempit.
Pendapat lain tentang penyebab dari glaukoma sudut tertutup, yaitu terjadinya
labilitas vasomotoris setempat, sehingga mempertinggi tekanan didalam pembuluh darah
yang keci. Jika hal ini terjadi pada uvea bagian depan, maka menyebabkan penambahan dari
cairan yang dikelurkan dibilik mata belakang sehingga badan kaca, lensa dan iris menjadi
lebih terdorong kedepan.
Gejala klinik :
Stadium ini terdapat penglihatan kabur, melihat halo (gambrana pelangi) sekitar
lampu atau disertai sakit kepala, sakit pada matanya dan kelemahan akomodasi.
Keadaan ini berlangsung ½ - 2 jam. Pada stadium ini penderita jarang pergi ke
dokter, biasanya mengobati dirinya sendiri dengan analgetika atau obat flu yang mudah
12
didapat, kemudian merasa sembuh lagi. Juga dengan tidur sebentar keadaan pulih kembali
sebab pada waktu tidur terjadi yang menyebabkan sudut coa terbuka.
Pemeriksaan pada stadium ini, didapatkan: injeksi perikornea yang ringan, kornea
agak suram karena edema, bilik mata depan dangkal, pupil sedikit melebar reaksi cahaya
lambat dan tekanan intraokuler meninggi.
Pada staium ini penderita tampak sangat payah, memegangi kepalanya karena sakit
hebat. Jalannya dipapah, karena ketajaman penglihatannya sangat turun, munta-muntah.
Karenanya sering disangka bukan menderita sakit mata, melainkan suatu penyakit
sistemik.Glaukoma akut menyebabkan visus cepat menurun, disertai sakit hebat didalam
mata yang menjalar sepanjang N. V, sakit dikepala, munta-muntah, nausea, tampak warna
pelangi disekitar lampu.
Pada pemeriksaan tampak :
- palpebral : bengkak
- konjungtiva bulbi : hyperemia kongestif, kemotis, dengan injeksi silier, injeksi
konjungtiva, injeksi episklera
- kornea : keruh, insensitive karena tekanan pada saraf kornea.
- bilik mata depan : dangkal, yang dapa dilihat dengan penyinaran bilik mata depan dari
samping
- iris : gambaran corak bergaris tak nyata, karena edema, berwarna kelabu.
13
- pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang-kadang didapatkan midriasis yang
total warnanya kehijauan, refleks cahaya lamban atau tidak ada sama sekali.
Bila serangan-serangan sudah berulang kali, terjadi untuk waktu yang lama, maka
terjadi lepasnya pigmen dari iris, yang masuk kedalam bilik mata depan menimbulkan
kekeruhan, juga dapat menepel pada endotel kornea dan tampak seperti keratik presipitat.
Dapat juga terjadi perlengketan antara pupil dan lensa (sinekhia poeterior), sehingga pupil
menjadi tidak teratur, dan sering disangka menderita uveitis.Irisnya tampak berwarna putih
kelabu, karena timbulnya nekrose lokal. Lensanya menjadi katarak, yang tampak diatas
permukaan kapsula lensa depan, sebagai bercak-bercak putih, seperti susu yang tertumpah
diatas meja yang disebut “Glauokom flecke” suatu tanda bahwa pada mata itu pernah terjadi
serangan akut.
Bila glaukoma akut tidak segera diobati dengan baik, timbullah perlekatan-
perlekatan anatara iris bagian tepid dan jaringan trabekula, yang disebut sinekhia anterior
perifer, yang mengakibatkan penyaluran keluar dari humor akueus lebih terhambat lagi.
Pada stadium akut, karena kornea sangat keruh, pemeriksaan bagian dalam mata
sukar dilakukan funduskopi, pemeriksaan lpang pandang, juga untuk dapat melihat iris,
pupil, lensa, baru dapat menjadi jelas, bila fase ini sudah berlalu, dimana kornea sudah
menjadi agak jerniih kembali.
Funduskopi : papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan atrofi, seperti pada glaukoma
simpleks.
Tonometri : tensi intraokuler pada stadium kongestif lebih tinggi dari pada stadium
nonkongestif.
Gonioskopi : ada waktu tekanan intraokuler tinggi, sudut bilik mata depan tertutup, sedang
pada waktu tensi intraokuler normal, sudutnya sempit. Bila serangan dapat dihentikan maka
setelah 24 jam, biasanya sudut bilik mata depan terbuka kembali, tetapi masih sempit. Kalau
terjadi serangan yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka akan timbul perlengketan antara
iris bagian depan dengan trabekula (goniosinekhia, sinekhia anterior perifer)
Tes yang dilakukan : tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud (prone test)
Diagnosis banding : beberapa penyakit yang mirip dengan glaukoma akut adalah
14
1. iridosiklitis akut
2. konjungtivitis akut
3. keratitis
4. skelritis
Seperti yang telah diterangkan pada bab iridosiklitis. Terutama membedakannya
dengan iridosiklitis sangat penting, berhubung dengan pengobatannya yang
bertentangan.Glaukoma harus diobati dengan miotikum, yang tidak boleh diberikan pada
iridosiklitis.Sedang iridosiklitis diobati dengan midriatikum, yang sangat berbahaya untuk
glaukoma.
Merupakan suatu glaukoma yang terbengkalai sampai buta total. Matanya keras
seperti batu, karena tekanan introkuler yang sangat tinggi, buta dan sering sakit sekali.
Dengan timbulnya setiap serangan yang tak mendapat pengobatan, keadaan menjadi
bertambah buruk sampai menjadi buta.Pada stadium iini tanda kongesti tidak ada kecuali
injeksi episklera dan injeksi perikornea.Kornea jernih atau keruh oleh sel pigmen dan iris
pada endotel, sedikit insensitive.
15
Rasa sakit kadang-kadang hilang, sering-sering sangat sakit, sehingga sisakit sangat
menderita karenanya.Kalau rasa sakitnya sangat hebat dan tidak dapat dihilangkan dengan
pengobatan sehingga sangat mengganggu, pengobatan satu-satunya adalah enukleasi bulbi.
Setelah glaukoma ini diderita beberapa lama, mata menjadi degenerative.Pada skelra
timbul stafiloma sclera anterior, pada daerah sclera antara kornea dan ekuator bola mata,
yang berwarna biru.Korneanya keruh tertutup vesikel, yang kemudian menjadi bleb.Bila
bleb ini pecah, kemudian menjadi ulkus kornea, oleh infeksi sekunder dapat terjadi perforasi
kornea, iridosiklitis, endoftalmitis, panoftalmia dan berakhir sebagai ptisis bulbi.
Kadang-kadang didapat keadaan dimana penutupan sudut bilik mata depan, terjadi
intermiten. Perjalanan penyakitnya berupa serangan-serangan singkat yang hilang
timbul.Sesudah setiap serangan sudut bilik mata tidak terbuka kembali seperti semula.
Biasanya pada mata tersebut didapatkan sinekhia anterior perifer, atrofi iris, serta
penyebaran pigmen iris dibalik mata depan, yang juga menepel pada kornea.
Pengobatan :
16
Pada fase kongestif (akut) :
Pengobatan harus diberikan secara cepat dan tepat, jika terlambat 24 – 48 jam maka
sinekhia anterior perifer sudah kuat sehingga pengobatan dengan miotikum tak berguna lagi.
Tekanan intraokuler harus sudah turun dalam waktu 2 – 4 jam sedapat-dapatnya.
17
Ureum 30% infus, 300 cc diberikan kurang lebih 2-3 jam (1 g/kgBB) yang biasanya
diberikan sebelum operasi dilakukan.
Tatalaksana operasinya :
I. iridektomi perifer
II. operasi filtrasi (iridenkleisis, trepanasi, sklerotomi, trabekulektomi)
b. Sindrom pseudo-exfoliasi
Pada sindrom eksfoliasi, dijumpai endapan-endapan bahan berserat mirip
serpihan di permukaan lensa anterior (berbeda dengan eksfoliasi kapsul lensa sejati
akibat pajanan terhadap radiasi inframerah, yakni “katarak glass blower’), prosesus
siliaris, zonula, permukaan posterior iris, dam di jalinan trabekular (disertai
peningkatan pigmentasi). Penyakit ini biasanya dijumpai pada orang berusia lebih
dari 65 tahun.
18
c. Glaukoma akibat steroid
Kortikosteroid topikal dan periokular dapat menimbulkan sejenis glaukoma
yang mirip dengan glaukoma primer sudut terbuka, terutama pada individu dengan
riwayat penyakit ini pada keluarga dan akan memperparah peningkatan tekanan
intraokuler pada para pengidap glaukoma primer sudut terbuka. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena meningkatnya deposit mukopolisakarida yang
terdapat pada humor aquos sehingga drainasenya terganggu.
d. Glaukoma Fakolitik
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul lensa
anterior, sehingga protein-protein lensa yang mencair masuk ke bilik mata depan.
Jalinan trabekular menjadi oedema dan tersumbat oleh protein-protein lensa dan
menimbulkan peningkatan mendadak tekanan intraokular. 4
e. Uveitis
Pada uveitis, tekanan intraokuler biasanya lebih rendah daripada normal
karena korpus siliaris yang meradang kurang berfungsi dengan baik. Namun, juga
dapat terjadi peningkatan tekanan intraokuler melalui beberapa mekanisme yang
berlainan. Jalinan trabekular dapat tersumbat oleh sel-sel radang dari bilik mata
depan, disertai edema sekunder atau kadang-kadang terlibat dalam proses
peradangan spesifik diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).
f. Trauma
Cedera kontusio bola mata dapat disertai peningkatan dini tekanan
intraokular akibat perdarahan ke bilik mata depan (hifema). Darah bebas menyumbat
jalinan trabekular, yang juga mengalami edema akibat cedera. 4
19
Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sdt humor aquos yang menyuplai makanan
dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa produk sisa keluar dari mata melalui
anyaman trabekulum ke Canalis Schlemm.
Pada keadaan normal tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi cairan
mata oleh epitel badan siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari bola mata. Pada
glaukoma tekanan intraokular berperan penting oleh karena itu dinamika tekanannya
diperlukan sekali. Dinamika ini saling berhubungan antara tekanan, tegangan dan regangan.4
1. Tekanan
Tekanan hidrostatik akan mengenai dinding struktur (pada mata berupa dinding
korneosklera). Hal ini akan menyebabkan rusaknya neuron apabila penekan pada sklera
tidak benar.
2. Tegangan
Tegangan mempunyai hubungan antara tekanan dan kekebalan. Tegangan yang
rendah dan ketebalan yang relatif besar dibandingkan faktor yang sama pada papil optik
ketimbang sklera. Mata yang tekanan intraokularnya berangsur-angsur naik dapat
mengalami robekan dibawah otot rektus lateral.
3. Regangan
Regangan dapat mengakibatkan kerusakan dan mengakibatkan nyeri.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion
difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus
siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2
20
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga
disebabkan oleh ; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas
serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-
Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan
intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat
dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih
kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik. Serabut atau
sel syaraf ini sangat tipis dengan diameter kira-kira 1/20.000 inci. Bila tekanan bola mata
naik serabut syaraf ini akan tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan
mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen. 2
21
a. Aliran normal melalui anyaman trabekula (panah besar) dan rute uveasklera
(panah kecil) dan anatomi yang berhubungan. Kebanyakan aliran humor aquos
melewati anyaman trabekula. Setiap rute dialirkan ke sirkulasi vena mata.
b. Pada glaukoma sudut terbuka, aliran humor aquos melalui rute ini terhalang.
c. Pada glakuoma sudut tertutup, posisi abnormal iris sehingga memblok aliran
humor aquos melewati sudut bilik mata depan (iridocorneal).
22
3) Konjungtiva bulbi : hiperemia kongesti, kemosis dengan injeksi silier, injeksi
konjungtiva.
4) Kornea keruh.
5) Bilik mata depan dangkal.
6) Iris : gambaran, corak bergaris tidak nyata.
7) Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang midriasis total, warna
kehijauan, refleksi cahaya menurun sekali atau tidak sama sekali.8
1. Pada iriditis akut terdapat lebih banyak fotofobia, tetapi rasa nyerinya kurang jika
dibandingkan dengan glaukoma. Tekanan intraokular normal, pupil kecil dan kornea
tidak sembab. “Flare” dan sel-sel terlihat didalam bilik mata depan, dan terdapat injeksi
siliar dalam (deep ciliary injection).
2. Pada konjungtivitis akut tidak begitu nyeri atau tidak nyeri sama sekali, dan tajam
pengelihatan tidak menurun. Ada kotoran mata dan konjungtiva sangat meradang, tetapi
tidak ada injeksi siliar. Reksi pupil normal, kornea jernih dan tekanan intraokular
normal.
3. Iridosiklitis dengan glaukoma sekunder kadang-kadang sukar dibedakan. Goniuskopi
untuk menentukan jenis sudut sangatlah membantu. Jika pengamatan terganggu dengan
adanya kekeruhan kornea atau kekeruhan didalam bilik mata depan, maka untuk
memastikan diagnosis bisa dilakukan genioskopi pada mata lainnya, dan ini sangat
membantu. 9
23
2.11.1 Tajam penglihatan
Pemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara yang khusus untuk
glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman penglihatan yang baik, misalnya 6/6
belum berarti tidak glaukoma.
2.11.2 Tonometri
1. Digital
Merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak memerlukan
alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata atas, lalu
membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari. Hasil pemeriksaan
ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal, Tn+1 untuk tekanan
yang agak tinggi, dan Tn-1 untuk tekanan yang agak rendah. Tingkat ketelitian teknik
ini dianggap paling rendah karena penilaian dan interpretasinya bersifat subjektif.
2. Tonometer Schiøtz
24
ditempelkan pada permukaan kornea setelah sebelumnya mata ditetesi anestesi
topikal (pantokain). Jarum tonometer akan menunjukkan angka tertentu pada skala.
Pembacaan skala disesuaikan dengan kalibrasi dari Zeiger-Ausschlag Scale yang
diterjemahkan ke dalam tekanan intraokuler.
Alat ini cukup mahal dan tidak praktis, selain itu memerlukan slitlamp yang
juga mahal. Meskipun demikian, di dalam komunikasi internasional, hanya
tonometri dengan aplanasi saja yang diakui. Dengan alat ini, kekakuan sklera dapat
diabaikan sehingga hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat.
2.11.3 Genioskopi
Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma. Gonioskopi dapat
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada semua pasien suspek glaukoma, dan
pada semua individu yang diduga memiliki sudut bilik mata depan yang sempit. Dengan
gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga
dapat dilihat adanya perlekatan iris bagian perifer ke depan (peripheral anterior
sinechiae).
Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran yang
menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:
3) Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita badan
shier.
4) Trabekulum meshwork
5) Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork.
Pembuluh darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada biru.
25
Gambar dari: American Academy of Ophtalmology
2.11.5 Oftalmoskopi
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus
diperhatikan adalah keadaan papil. Perubahan
yang terjadi pada papil dengan glaukoma adalah
penggaungan (cupping) dan degenerasi saraf optik
(atrofi). Jika terdapat penggaungan lebih dari 0,3
dari diameter papil dan tampak tidak simetris
antara kedua mata, maka harus diwaspadai adanya
ekskavasio glaukoma.
26
Gambar 1. Diskus optikus Gambar 2. Rasio C/D pada Gambar 3. ‘Cup’ nervus
normal. Lihat batas tegas dari nervus optikus ini mendekati optikus yang bersifat
diskus optikus, demarkasi 0,6. Hubungan klinis dengan glaukomatous. ‘Cup’ pada
yang jelas dari ‘cup’, dan riwayat dari pasien dan juga nervus optikus ini membesar
warna pink cerah dari sisi pemeriksaan menunjukkan sampai 0,8, dan terdapat
neuroretinal. bahwa nervus optikus ini penipisan yang khas pada sisi
abnormal. inferior neuroretinal,
terbentuk suatu “takik”.
2.11.6 Tonografi
Tonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan aquos yang dikeluarkan melalui
trabekula dalam satu satuan waktu.
Uji Kopi
Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik 15-20
mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.
27
minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap 15 menit. Bila
tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan
pasien menderita glaukoma.
Uji Steroid
Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan riwayat glaukoma
simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau deksametason 0,1% 3-4 kali
sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap minggu. Pada pasien berbakat glaukoma
maka tekanan bola mata akan naik setelah 2 minggu.
28
2.12.1 Medikamentosa
Berdasarkan tujuan farmakoterapinya, obat anti glaukoma dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu: untuk supresi produksi cairan aquos, meningkatkan aliran keluar cairan aquos,
menurunkan volume korpus vitreus.
Agonis adrenergik α
Bekerja untuk mengurangi produksi cairan aquos dan meningkatkan drainase. Efek
samping: rasa terbakar di tempat meneteskan obat topikal, midriasis, hipertensi, malaise,
sakit kepala, mulut dan hidung terasa kering.
29
samping: sakit pinggang, sakit kepala, gangguan mental. Pada pasien DM, obat ini bisa
menyebabkan hiperglikemia atau bahkan ketoasidosis.
30
a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, 1 tetes, 3-6 kali sehari atau eserin 0,25-0,5%, 1
tetes, 3-6 kali sehari
b. Agonis-α: epinefrin 0,5-2%, 1 tetes, 2 kali sehari
c. ß-blocker: timolol maleat 0,25-0,5%, 1 tetes, 1-2 kali sehari
d. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 1 tablet, 4 kali sehari
Obat-obat ini biasanya diberikan secara tunggal atau bila perlu dapat dikombinasi. Bila
dengan pengobatan tersebut tekanan intraokuler terkontrol dengan baik, maka penderita
harus menggunakan obat tersebut seumur hidup. Kalau tidak berhasil, frekuensi penetesan
atau dosis obat dapat ditingkatkan.
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos di dalam sistem
drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik filtrasi. Pembedahan dapat
menurunkan tekanan intraokuler jika dengan medikamentosa tidak berhasil. Walaupun telah
dilakukan tindakan pembedahan, penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali normal,
terapi medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi lebih
sedikit.
a). Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling sering
digunakan. Pada teknik ini, bagian kecil
trabekula yang terganggu diangkat kemudian
dibentuk bleb dari konjungtiva sehingga
terbentuk jalur drainase yang baru. Lubang ini
akan meningkatkan aliran keluar cairan aquos
sehingga dapat menurunkan tekanan intraokuler.
Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi
pada tahun pertama, sekitar 70-90%
Sayangnya di kemudian hari lubang drainase tersebut dapat menutup
kembali sebagai akibat sistem penyembuhan terhadap luka sehingga tekanan
intraokuler akan meningkat. Oleh karena itu, terkadang diperlukan obat seperti
mitomycin-C and 5-fluorourasil untuk memperlambat proses penyembuhan. Teknik
ini bisa saja dilakukan beberapa kali pada mata yang sama.
31
Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian perifer dengan insisi
di daerah limbus. Pada tempat insisi ini, iris dipegang dengan pinset dan ditarik
keluar. Iris yang keluar digunting sehingga akan didapatkan celah untuk mengalirnya
cairan aquos secara langsung tanpa harus melalui pupil dari bilik mata belakang ke
bilik mata depan. Teknik ini biasanya dilakukan pada glaukoma sudut tertutup,
sangat efektif dan aman, namun waktu pulihnya lama.
Pada Operasi Scheie diharapkan terjadi pengaliran cairan aquos di bilik mata
depan langsung ke bawah konjungtiva. Pada operasi ini dilakukan pembuatan flep
konjungtiva di limbus atas (arah jam 12) dan dibuat insisi korneoskleral ke dalam
bilik mata depan. Untuk mempertahankan insisi ini tetap terbuka, dilakukan
kauterisasi di tepi luka insisi. Kemudian flep konjungtiva ini ditutup. Dengan operasi
ini diharapkan terjadinya filtrasi cairan aquos melalui luka korneoskleral ke
subkonjungtiva.
d). Cryotherapy surgery
Pada glaukoma absolut badan siliar berfungsi normal memproduksi cairan
akuos, tapi arus keluar terhambat untuk satu alasan atau yang lain. Sehingga tekanan
intraokular yang tinggi menyebabkan rasa sakit kepada pasien dan menyebabkan
mata buta yang menyakitkan.
Karena itu, dilakukan dengan cara menghancurkan badan siliar dengan
cyclocryotherapy mengarah pada mengurangi pembentukan cairan akuos,
menurunkan tekanan intraokular dan memperbaiki rasa sakit..
Caranya terlebih dahulu menginjeksikan obat anestesi dibawah permukaan
retrobulbar dan injeksi 2% Xylocain, melingkar dan mencembung dari retina (cryo-
probe) dengan diameter 4 mm, dilakukan langsung pada permukaan konjungtiva
utuh, pusat ujung menjadi 4 mm dari limbus, selama 1 menit pada suhu sekitar-60 °
sampai -65 °, secara langsung di atas tubuh ciliary. Dalam semua kasus, probe
diaplikasikan sedemikian rupa sehingga margin es-kawah menyentuh satu sama lain
pada setiap aplikasi, dan aplikasi yang diberikan di sekeliling limbus, kecuali dalam
dua belas pertama matanya di mana ia diterapkan di bagian atas saja.
Setelah cryosurgery mata yang empuk selama 24 jam, dengan menggunakan
salep mata chloromphenical yang kemudian dilanjutkan 4 kali sehari. Tidak ada obat
anti-inflamasi digunakan baik secara lokal atau sistemik. Hanya analgesik diberikan.
32
Pasca-operasi tekanan intraokular diperiksa setelah 24 jam, pada hari ke 7,
hari ke 14, 6 minggu dan 3 bulan setelah operasi. Keunggulan melakukan
cyclocryotherapy karena memiliki keunggulan cyclodiathermy suhu subfreezing
kurang merusak struktur lain mata, dapat dengan aman diulang beberapa kali, dapat
dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
2.12.3 Laser
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata kemudian sinar
laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke mata. Risiko yang dapat terjadi
pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal
tersebut hanya berlangsung untuk sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim
dilakukan adalah :
Pada umumnya komplikasi yang terjadi pada laser iridektomi meliputi kerusakan
lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan
intra okular meningkat. Kerusakan lensa dihindari dengan cara menghentikan prosedur
dan segera penetrasi iris untuk iridektomi lebih ke superior iris perifer.
33
b). Laser Peripheral Iridotomy (LPI)
Dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada teknik ini dibuat lubang kecil di
iris perifer sehingga iris terdorong ke belakang lalu sudut bilik mata depan akan
terbuka.
Teknik ini digunakan pada glaukoma sudut tertutup. Caranya dengan merusak
sebagian corpus siliar sehingga produksi cairan aquos berkurang.
34
2.13 Komplikasi
B. Katarak
Lensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa yang
membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan menambah hambatan pupil
dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
2.14 Prognosis
35
BAB III
KESIMPULAN
Camera occuli anterior (COA) dan produksi humor aquous merupakan struktur
penting dalam hubungannya dengan pengaturan tekanan intraokuler. Camera occuli anterior
dibentuk oleh persambungan antara kornea perifer dan iris. Bagian mata yang penting dalam
glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini berada dalam limbus kornea. Bagian
terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula
36
DAFTAR PUSTAKA
37