Anda di halaman 1dari 13

Laporan Kasus

ABRASI KORNEA

Oleh :
dr. David Jubeleum Siregar

Pembimbing :
dr. Mardiana

RSUD TALUK KUANTAN SINGINGI INTERNSIF


DOKTER INDONESIA PERIODE 2017-2018

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Mata merupakan organ perifer sistem penglihatan. Mata menerima


rangsang sinar dan mengubahnya menjadi impuls saraf yang berjalan di sepanjang
lintasan visual yang terdiri atas retina, nervus optikus, khiasma optikum, traktus
optikus, dan radiasio optika yang akhirnya akan mencapai korteks visual di
fissura kalkarina sehingga timbul sensasi melihat.Perlindungan untuk organ ini
amat penting, dikarenakan bila terjadi kelainan dapat menyebabkan kerusakan
bahkan sampai kebutaan pada mata.1
Salah satu kelainan yang terdapat pada mata yang akan di bahas adalah
Abrasi kornea. Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan
transparan dan avaskuler. Memiliki fungsi untuk proteksi, refraksi serta filtrasi
cahaya UV.Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari apakah
terdapat kehilangan lapisan epitel (abrasi), laserasi dan benda asing.2
Abrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena
trauma pada bagian superfisial mata. Keadaan terkelupasnya epitel kornea dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa
cedera pada membran basal. Penegakkan diagnosis abrasi kornea pada anamnesis
umumnya di dapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti
rasa nyeri pada mata, fotofobia, rasa mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air
mata berlebihan, kelopak mata bengkak dan visus yang menurun. Dilakukan
pemeriksaan fisik terutama pada mata, serta pemeriksaan tambahan seperti tes
fluoresein. Kertas tes Fluoresein dapat digunakan untuk mengetahui adanya
kerusakan pada kornea.2
Jika tidak terdapat penyulit, abrasi kornea dapat sembuh sendiri, namun
dapat juga diberikan obat berupa antibiotik, analgesik, yang disesuaikan dengan
keluhan penderita.2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi kornea


Kornea adalah jaringan transparan dengan ketebalan 0,54 mm di tengah,
sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke
posterior. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea merupakan lensa cembung
dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Gambar 2.1 menunjukkan posisi
kornea pada bola mata. 3

Gambar 2.1 Kornea pada bola mata 4

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:3


1. Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini

3
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan
kolagenyang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian
depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamelar yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
µm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan
zonula.

4
Gambar 2.2 Lapisan kornea 4
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan media yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya
yang uniform,avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi
relatif jaringan kornea,dipertahankan oleh suatu pompa bikarbonat aktif pada
endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.5
Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan
cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada
epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal
sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi.3
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V.Saraf siliar longus berjalan supra koroid,

5
masuk kedalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantaranya.
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous,
dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari udara
luar. 6

2.2 Definisi abrasi kornea


Abrasi Kornea merupakan kondisi medis yang melibatkan hilangnya atau
rusaknya lapisan permukaan epitel kornea mata. Diagnosis untuk kasus ini dapat
ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan oftamologi yang tepat.7

2.3 Etilogi abrasi kornea


Abrasi kornea umumnya disebabkan karena terjadinya trauma pada
permukaan mata; benda asing, tertusuknya mata oleh jari, alat-alat make-up,
kecelakaan kerja. Ada 2 kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya
sebatas lapisan epitel saja dan abrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada
membran descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut.8

2.4 Patofisiologi abrasi kornea


Abrasi kornea terbagi menjadi dua yaitu abrasi kornea superficial (abrasi
yang tidak melibatkan membran Bowman) dan abrasi kornea profunda (abrasi
yang menembus membran Bowman). Abrasi kornea disebabkan karena terjadinya
trauma pada permukaan mata. Kornea memiliki sifat penyembuhan yang luar
biasa. Lesi yang mengenai epitel sering sembuh dengan cepat dan sempurna tanpa
jaringan parut. Sedangkan Lesi yang mengenai sampai ke membran Bowman
lebih cenderung meninggalkan bekas luka permanen.8

Proses penyembuhan epitel dimulai ketika sel-sel epitel basal mengalami


mitosis, memproduksi sel-sel baru yang menempati luka. Setiap gangguan
produksi sel basal akan membuat mata lebih rentan terhadap erosi berulang.8

6
2.5 Diagnosis abrasi kornea
Diagnosis abrasi kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
oftalmologi dan pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:7
1. Anamnesis
Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan
gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, fotopobia, rasa mengganjal,
blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan visus yang menurun.
2. Pemeriksaan oftalmologi

Pada pemeriksaan oftalmologi, langkah pertama adalah inspeksi kornea.


Pemeriksaan permukaan konjungtiva tarsalis palpebral superior serta inferior
pemeriksaan visus untuk menilai apakah terjadi penurunan tajam penglihatan.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan slit lamp pada area yang sama dengan cahaya biru setelah mata
ditetesi fluorescein dilakukan untuk mengetahui area yang terkena abrasi (akan
berwarna hijau).

2.6 Penatalaksanaan abrasi kornea

Kornea memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana


pengobatan yang diberikan bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.Abrasi
kornea merupakan suatu defek yang terasa nyeri tetapi penyembuhannya cepat,
terbatas pada epitel permukaan kornea, meskipun lapisan Bowman dan stroma
superfisial bias juga terkena.9

Dalam waktu satu jam setelah trauma, sel epitel parabasilar mulai membelah
dan bermigrasi ke seluruh denudation area hingga mencapai sel yang bermigrasi
lainnya, kemudian contact inhibition menghentikan migrasi lebih jauh. Secara terus-
menerus sel basal di sekitar bermitosis untuk menutup defek. Meskipun abrasi kornea
yang luas biasanya ditutup oleh sel epitel yang bermigrasi dalam 24-48 jam, tapi

7
penyembuhan yang lengkap termasuk restorasi ketebalan epitel dan reformasi fibril
membutuhkan waktu 4-6 minggu.9

Sebagai langkah awal, diberikan pengobatan yang bersifat siklopegik untuk


mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan seperti Atropine1% pada kasus
yang berat,Hematropine5% pada kasus sedang dan Cyclopentolate1% untuk pasien
dengan abrasi yang ringan. Anjuran selanjutnya yaitu pada obat topikal antibiotik
yang terdiri dari polytrim, gentamycin dan tombramycin ataupun obat antibiotik tetes.
Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total(bed-rest) diharapkan tidak adanya
pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, diberikan pengobatan
topikal nonsteroid anti inflamasi (Vo ltaren, Acular atauOcufen).9

2.7 Komplikasi abrasi kornea

Apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara baik kerusakan dapat terjadi
hingga pada daerah membrane descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan
terjadi pelepasan pada lapisan kornea hingga terjadi Recurrent corneal erosion (RCE)
dalam beberapa bulan atau hingga beberapa tahun.8

2.8 Prognosa
Pada pengobatan topical umumnya dengan prognosis yang baik.
Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa hari (dengan
kecepatan 1 sampai 2 mm per hari) dan tidak menyebabkan kerusakan penglihatan
secara permanen.8

8
IDENTITAS PASIEN

Nama : An W Pendidikan :
Umur : 4 tahun Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Status : Belum
menikah
Alamat : kebun lado MRS : 30-07-
2015
Pekerjaan :- MR :
00896966

Keluhan Utama : (Alloanamnesis)

Mata kanannya nyeri/sakit sejak 1 hari sebelum berobat ke poli mata.

Riwayat Penyakit Sekarang

- Sejak 1 hari sebelum berobat ke poli mata, Ayah pasien mengatakan


bahwa mata kanan anaknya nyeri/sakit. 1 hari yang lalu mata kanan
anaknya terkena api punting rokok. Ketika terkena api punting rokok
tersebut ayah pasien berusaha mencuci mata anaknya dengan air biasa dan
mengucek matanya. Ayah pasien mengatakan anaknya sering
mengeluhkan kalau mata kanannya terasa nyeri, rasa seperti mengganjal,
mata merah (+), mata berair (+), keluar kotoran mata (-), pandangan kabur
(-), keluar darah dari mata (-), gatal (-), bengkak (+), silau (+). Mata kiri
tidak ada keluhan. Ayah pasien mengatakan bahwa anaknya sebelumnya
belum ada di bawa berobat ke dokter.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Asma (-), Alergi (-), Penyakit jantung (-)
- Riwayat trauma (-)
- Pasien sebelumnya tidak pernah merasakan keluhan yang sama

Riwayat Pengobatan:

9
- Pasien sebelumnya belum pernah berobat ke dokter

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign : TD : mmHg
N : 83 x/i
RR : 18 x/i
S : 36,5 ºC
Pembesaran KGB preauriculer : tidak ditemukan

STATUS OPTHALMOLOGI

OD OS
Tidak dilakukan Visus Tanpa Koreksi Tidak dilakukan
Tidak dikoreksi Visus Dengan Koreksi Tidak dikoreksi
Orthoporia Posisi Bola Mata Orthoporia

Gerakan Bola Mata

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


Normal perpalpasi Tekanan Bola Mata Normal perpalpasi
Edema (+), hiperemis (+) Palpebra Normal
Injeksi (+) Konjungtiva Normal
Tampak putih arah jam 7 dengan
ukuran 2x1 mm
Kornea Normal
Tes Flouresens  hijau (+) arah
jam 7
Injeksi (+) Sklera Tenang
Cukup dalam COA Cukup dalam
Bulat, sentral, reflex cahaya +/+, Bulat, sentral, reflex cahaya
Iris/Pupil
Ø:2 mm +/+, Ø:2 mm
Jernih Lensa Jernih

10
+ Refleks fundus +
Sulit dinilai Media Jernih
Bulat, batas tegas. C/D 0.3.
Sulit dinilai Papila
aa/vv 2/3
Sulit dinilai Retina Normal
Sulit dinilai Makula Refleks (+)

Gambar

KESIMPULAN/RESUME :

An.W,4 tahun keluhan mata kanannya nyeri/sakit sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Trauma benda (+). Mata kanan palpebra edema (+) dan hiperemis (+),
kornea tampak putih arah jam 7 dengan ukuran 2x1 mm dan dengan Tes Flouresen
didapatkan hijau (+) arah jam 7

Diagnosis kerja:
Abrasi kornea OD e.c trauma thermis

Terapi :
- Cendo floxa (ofloxacin 3mg) eye drop ,6 x OD
- Cendo hyalub ( Sodium hyaluronate) eye drop, 6 x OD
-
Anjuran kepada pasien :
- Jaga kebersihan mata
- Jangan menggosok – gosok mata

11
- Tetes obat teratur

Planning : - Kontrol ulang 3 hari lagi

Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad kosmetikum : Ad bonam

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Kanski JJ. Clinical ophthalmology a systematic approach. 6th Ed.
Philadelphia: Elsevier; 2008. p. 854.
2. American academy of ophthalmology. External disease and cornea: Basic and
clinical science course. Section8. San Francisco: American academy of
ophthalmology; 2010. p. 372
3. Wijaya N. Kornea dalam ilmu penyakit mata. Ed 6. Semarang: Universitas
Diponegoro; 1993.p.189.
4. Heller JL. Eye. A.D.A.M. MedlinePlus: May 2015. Available from:
www.nlm.nih.gov
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: EGC; 2001.
p.160.
6. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010.p.4-167.
7. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 2013. h. 266-7.
8. Verma A. Corneal abrasion. Medscape: Updated Feb 20 2014. [Online].
http://emedicine.medscape.com/refarticle/1195402-overview.
9. Kumar P, Clark M. Kumar& Clark’s: Clinical Medicine. 8th Edition.
Philadelphia: Elsevier; 2012. p. 1059-60.

13

Anda mungkin juga menyukai