Anda di halaman 1dari 31

KONJUNGTIVITIS VERNAL

Pembimbing: dr. Ayu S. Bulo Oetoyo, Sp.M,


M.Sc.

NAUFAL RIZKY PERDANA


03013140
PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah inflamasi jaringan konjungtiva yang dapat
disebabkan oleh invasi mikroorganisme, reaksi hipersensitivitas atau
perubahan degeneratif di konjungtiva.

Gejala mata merah, edema konjungtiva, sekret berlebih.


(terjadi akibat dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.)
Pada 3% kunjungan di departemen penyakit mata di AS
30% konjungtivitis akibat bakteri dan virus, dan 15% adalah keluhan
konjungtivitis alergi.
>> Laki-laki usia 5-25 tahun.
Bila didapatkan pada usia lebih dari 25 tahun, kemungkinan konjungtiva
atopi.
DEFINISI
Konjungtivitis vernal didefinisikan sebagai konjungtivitis yang
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai
kedua mata dan bersifat rekuren.
EPIDEMIOLOGI
Insidens : 0,1-0,5% diantara penyakit mata lainnya

Meningkat terutama pada musim kemarau

Penyakit ini umumnya terjadi pada anak berusia 3-25 tahun

Laki-laki > Perempuan

>90% persen pasien KV memiliki riwayat atopi pada dirinya


maupun anggota keluarganya
PALPEBRA
KONJUNGTIVA
ANATOMI HISTOLOGI
PERDARAHAN
FISIOLOGI
ETIOLOGI
Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I
yang mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan
riwayat keluarga yang alergi.
Mengenai pasien usia muda 5-25 tahun dan kedua jenis
kelamin sama.
Biasanya pada laki-laki mulai pada usia dibawah 10 tahun.
Faktor pencetus adalah paparan sinar matahari.
KLASIFIKASI
Tipe palpebra.
Terdapat pertumbuhan papil
yang besar (Cobble stone) yang
diliputi sekret yang mukoid.
Substansia propia terinfiltrasi
sel-sel limfosit, plasma dan
eosinofil.
Pada stadium lanjut jumlah sel-
sel limfosit, plasma dan eosinofil
akan semakin meningkat
KLASIFIKASI
Tipe limbus.
Hipertrofi papil pada limbus
superior yang dapat membentuk
jaringan hiperplastik gelatin
Horner-Trantas dots yang
merupakan degenerasi epitel
kornea atau eosinofil di bagian
epitel limbus kornea,
terbentuknya pannus, dengan
sedikit eosinofil.
MANIFESTASI KLINIS
Gatal
Mata merah
Ptosis
Cobble Stone Appearance
Horner Trantas dots
Mata sering berair
Rasa terbakar atau seperti ada benda
asing di mata
Fotofobia
Sekret mata berbentuk mukus seperti
benang tebal berwarna hijau atau
kuning tua.
PEMERIKSAAN FISIK
Cobble Stone Appearance
Horner Trantas dots
UJI DIAGNOSTIK

SWAB KONJUNGTIVA
DIAGNOSA BANDING
PENATALAKSANAAN
HINDARI ALERGEN

Self Limiting

Alergi larutan kortikosteroid Kasus sedang berat Cromolyn


Stadium akut diberikan setiap 2 jam 2 topical
tetes, atau dalam bentuk salep mata.
Sebaiknya kortikosteroid lokal diberikan Bila terdapat tukak kornea
setiap 2 jam selama 4 hari
antibiotik lokal untuk mencegah
fluoromethelone, loteprednol, remexolon
infeksi sekunder + sikloplegik
Selanjutnya digantikan dengan obat-
obatan yang lain seperti Kasus berat kortikosteroid dan
Sodium cromaglycate 2 % : 4-6 x 1 antihistamin peroral
tetes/hari, Iodoxamide tromethamie
0,1%, Levocabastin, Cyclosporin

Efek samping : glaukoma, katarak, ulkus


kornea, ketergantungan kortikosteroid
Pemberian vasokonstriktor topikal dapat mengurangi gejala
kemerahan dan edem pada konjungtiva.
fluoromethelone, loteprednol, remexolon
antihistamines (levocabastine 0.05%, emedastine 0.05%) and
mast cell stabilizers (sodium cromoglycate 2%-4%, lodoxamide
0.1%)
siklosporin topikal-A 0,05% dan tacrolimus dapat menurunkan
sitokin inflamasi ,tanda dan gejala pasien
TERAPI SUPORTIF

- Desensitisasi dengan alergen inhalan.


- Kompres dingin pada mata dan menggunakan
kacamata hitam.
- Tetes mata artifisial dapat melarutkan alergen dan
berguna untuk mencuci mata
- Klimatoterapi seperti pendingin udara di rumah atau
pindah ke tempat berhawa dingin.
TERAPI BEDAH
Terapi bedah yang dapat dilakukan adalah otograf konjungtiva
dan krio terapi
namun kelemahan kedua terapi ini dapat menyebabkan
terjadinya sikatriks, trikiasis, defisiensi air mata dan entropion.
KOMPLIKASI
Bila proses penyakit meluas ke kornea, dapat terjadi parut
kornea, astigmatisme, keratokonus, dan kebutaan
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat
menyebabkan glaukoma, katarak dan infeksi bakteri
sekunder.
Plak dan shield ulcer dapat berkembang dimana
membran Bowman yang terkena dilapisi oleh mukus dan
kalsium fosfat, yang menyebabkan mata menjadi kering
dan tertundanya proses re-pitelisasi.
PROGNOSIS
Konjungtivitis vernal diderita sekitar 4-10 tahun, dengan remisi
dan eksaserbasi.
Penyulit konjungtivitis vernal terutama disebabkan oleh
pengobatan dengan kortikosteroid lokal, yang tidak jarang
mengakibatkan glaukoma kronik simpel yang terbengkalai
yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Namun, dengan penatalaksanaan yang tepat, konjungtivitis
vernal dapat mempunyai prognosa yang baik.
REFERENSI
1. Azari AA, Barney NP. Conjunctivitis:a systemic review of diagnosis and treatment. JAMA.2013;310(6):1721-9.

2. Vaughan D, Asbury T. 2016. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC. Hal: 97-99, 110-112.

3. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. External disease and cornea. Italia: American Academy of Ophtalmology; 2014.

4. Cuvillo, A del., et al., 2009. Allergic Conjunctivitis and H1 Antihistamines. J investing Allergol Clin Immunol 2009; Vol.
19. Suppl. 1: 11-18.

5. Takamura E, Eiichi U, Nobuyuki E, et al. Japanese guideline for allergic conjunctival disease. Allergology International.
2011;60:191-203.

6. Ilyas, Sidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: 2-3, 124, 138-139.

7. Wade PD, Iwuora AN, Lopez L. Allergic Conjunctivitis at Sheikh Zayed Regional Eye Care Center Gambia. J Ophtalmic
Vis Res. 2012. 7(1) : 24 28

8. Bowling, Brad. 2016. Kanski's Clinical Ophthalmology A systematic Approach. Eight Edition. [London]: Elsevier. Hal:
144-145

9. Denniston A. K. O, Murray Philip I. Oxford Handbook of Ophthalmology. Third edition. United Kingdom:Oxford
University Press. Hal:190

10. Reyes NJ, Mayhew E, Chen PW, Niederkorn JY. NKT cells are necessary for maximal expression of allergic
conjunctivitis. Int Immunol. 2010, 22(8) : 627 636.

11. American Academy of Ophtalmology Cornea/External Disease Panel Preferred Practice Pattern Guidelines.
Conjunctivitis. San Francisco, CA: American Academy of Ophtalmology; 2013. Available at: www.aao.org/ppp
Thank you!!!

Anda mungkin juga menyukai