Anda di halaman 1dari 29

Episkleritis

Dian Rahmawati
4151181437
Episkleritis
• Merupakan proses peradangan pada terbatas pada
jaringan ikat vaskular yang terletak antara
konjungtiva dan permukaan sklera. Perjalanan
penyakit bersifat akut, ringan, self-limiting, namun
sering rekuren.
• Kemungkinan akibat reaksi hipersensitivitas
• Lebih banyak pada Wanita usia 30-40 tahun
• Terjadi spontan atau idiopatik
• Lama penyakit ± 4-5 minggu
• Penyulit yang dapat timbul adalah skleritis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Mata merah • Kemerahan hanya melibatkan satu
• Tidak ada gangguan tajam bagian dari area episklera
penglihatan • Penyinaran dengan senter
• Keluhan penyerta lain: kering, a) Episkleritis: tampak warna pink
nyeri, mengganjal, berair Keluhan seperti daging salmon
biasanya mengenai satu mata dan b) Skleritis: warnanya lebih gelap dan
dapat berulang pada mata yang keunguan
sama atau bergantian
• Tipe episkleritis: Nodular dan simpel
• Dapat ditemukan gejala terkait
• Episkleritis nodular :
Mata kering, rosacea, pemakaian
kontak lensa, atau penyakit dasar a) Nodul kemerahan batas tegas di
(sistemik) : bawah konjungtiva
1. Tuberkulosis, b) Nodul dapat digerakkan
2. Reumatoidartritis, c) Bila nodul ditekan dengan kapas atau
3. SLE, melalui kelopak mata yang
4. Alergi (misal: eritema. nodosum), dipejamkan di atasnya=>timbul rasa
atau sakit yang menjalar ke sekitar mata
5. Dermatitis kontak • Hasil pemeriksaan visus dalam batas
normal.
Cara membedakan episkleritis dengan skleritis: tes
Fenil Efrin 2,5% ed (vasokonstriktor)
• Episkleritis: mengecilkan kongesti => mengurangi
kemerahan (blanching /memucat)
• Skleritis => kemerahan menetap.
Simple episcleritis Nodular episcleritis
• 75% terjadi pada kasus • Terdapat benjolan yang
episkleritis meradang di sekeliling
pembuluh darah di
• 60% kasus dapat berulang
interpalpebral fissure.
• Keluhan memuncak dalam Biasanya lebih dari satu fokus
24 jam, kemudian secara nodul
bertahap memudar dalam • Onset lebih lama dari simpel
beberapa hari episkleritis
• Mata merah biasanya
dirasakan saat bangun tidur, 2-
3 hari kemudian kemerahan
meluas dan menjadi lebih
tidak nyaman dibanding
penderita episkleritis
sederhana.
A A

B
B
Fig. (A) Nodular episcleritis; (B) slit illumination shows
Fig. Simple episcleritis. (A) Sectoral; (B) diffuse that the deep beam is not displaced above the scleral
surface
Terapi
Non-medikamentosa
• Hindari paparan zat eksogen bila terdapat riwayat yang jelas
Medikamentosa
Episkleritis simpel: tidak membutuhkan pengobatan khusus, kompres dingin atau
beri tetes air mata buatan yang didinginkan
• Gejala ringan-sedang => tetes air mata buatan.
• Gejala berat => tetes mata kortikosteroid (Prednisolon 0,5%, Deksametason
0,1%, atau Betametason 0,1%) 4 kali sehari, selama 1-2 minggu
Dapat diberikan NSAID oral , ibuprofen 200 mg 3 dd 1, jika berhubungan dengan
kelainan sistemik
Episkleritis nodular yang tidak membaik dengan obat topikal, beri NSAID sistemik
misalnya Ibuprofen.
• Kortikosteroid sistemik biasanya hanya diberikan pada kasus dengan kolagen-
vaskular disease.
Skleritis
Dian Rahmawati
4151181437
Skleritis
• Merupakan proses peradangan pada sklera, yang melibatkan
lapisan yang lebih dalam dan mempunyai manifestasi klinis lebih
berat dibandingkan episkleritis.
• Terjadi edema dan infiltrasi seluler dari seluruh ketebalan sklera.
• Biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Lebih
sering disebabkan penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis,
dan gout. Kadang-kadang disebabkan tuberkulosis, bakteri
(pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca
bedah.
• Terjadi bilateral, paling sering terjadi pada wanita, usia 50-60
tahun
• Dapat meluas ke sekeliling kornea → skleritis annular
• Dapat menyebar ke kornea → sklerokeratitis
Etiologi
a. Vaskulitis immune-mediated yang menginflamasi dan mendestruksi
sklera
b. Berhubungan dengan penyakit sistemik :

Penyakit
Penyakit autoimun granulomatosa dan Others
infeksi
• Artritis reumatoid • Sifilis • Fisik (radiasi),
• poliartritis nodosa • Toksoplasmosis • kimia (luka bakar),
• SLE • Herpes simpleks • Mekanis (trauma
• Polikondritis • Herpes Zoster tembus,
berulang • Infeksi pembedahan),
• Granulomatosis pseudomonas • Rosasea,
Wegener • Infeksi streptokokus • Limfoma
• Kolitis ulserativa • Infeksi • Gout
• Nefropati IgA staphylokokus • Idiopatik
• Artritis psoriatika
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Subjektif: • Tampak daerah yang menonjol
– Nyeri yang hebat menyebar berwarna merah keunguan
ke dahi alis dan dagu, batas tegas  dapat jadi
terkadang dapat
ulserasi
membangunkan sewaktu
• Konjungtiva edem
tidur,
• Vasodilatasi sklera, episklera,
– Lakrimasi
– Fotofobia dan konjungtiva
– Penurunan kesadaran • Injeksi sklera bilateral,
• Tanda utama : dapat disertai injeksi
Bola mata berwarna ungu gelap konjungtiva. Bila ditetes
akibat vasodilatasi pleksus
vaskular profunda sklera dan phenylephrine injeksi tidak
episklera, mungkin nodular, menghilang
sektoral atau difus
Cara membedakan episkleritis dengan skleritis: tes
Fenil Efrin 2,5% ed (vasokonstriktor)
• Episkleritis:mengecilkankongesti => mengurangi
kemerahan (blanching /memucat)
• Skleritis => kemerahanmenetap.
Penyulit
• Penyulit skleritis : Keratitis perifer, glaukoma,granuloma subretina,
uveitis, ablasi retina eksudatif, proptosis, katarak, dan hipermetropia
• Penyulit pada kornea : keratitis sklerotikan, yaitu kekeruhan kornea
akibat peradangan sklera terdekat. Terjadi akibat gangguan susunan
saraf kolagen stroma.
Pada keadaan ini tidak pernah terjadi neovaskularisasi ke dalam
stroma kornea.
• Proses penyembuhan kornea, yaitu menjadi jernihnya kornea yang
dimulai dari bagian sentral
• Bila terjadi penyembuhan, akan terjadi penipisan sklera yang tidak
tahan terhadap tekanan bola mata sehingga terjadi stafiloma sklera
yang berwarna biru.
Klasifikasi

SKLERITIS

Skleritis Skleritis
Anterior posterior

Non- Necrotizing
Necrotizing

With Without
Nodular Diffuse Inflamation Inflamation
Skleritis Non-Necrotikan
Diffuse A.
• Gejala : berkembang dalam beberapa hari
1. Mata Merah
2. Rasa sakit yang menjalar ke wajah dan
pelipis.
3. Respon buruk terhadap analgesik umum
• Tanda :
1. Kongesti dan dilatasi pembuluh darah,
terkait dengan edema B.
Kemerahan general atau lokal
2. Sekunder : kemosis, edema eyelid,
uveitis anterior, peningkatan TIO
3. saat edema teratasi : rearrangement of
scleral fibres=> increase scleral
translucency ( blue /slight grey
appearance
Skleritis Non-Necrotikan
Noduler A.
• Insiden nodular dan diffuse
anterior scleritis sama
• Gejala :
nyeri diikuti kemerahan yang
meningkat, nyeri tekan, dan timbul
nodul
• Tanda :
single / multipel nodul di B.
intrapalpebral, dekat dengan
limbus
warna merah-kebiruan lebih gelap
dan immobile
slit lamp : elevated anterior scleral
surface (Gambar B)
• >10% pasien berkembang menjadi
scleritis nekrotikans
• Skleritis Nekrotikan With Inflammation
– Paling destruktif
– Terjadi pada usia ±60 tahun
– Bilateral pada 60% pasien, kecuali
ditatalaksana awal dengan tepat
– Gejala :
Timbul nyeri bertahap, menjadi berat dan
menjalar, dan sering mengganggu tidur.
Respon terhadap analgesik buruk
– Tanda , bervariasi sesuai penyakit :
1. Vaso-oklusif, dikaitkan Reumatoid Artritis
2. Granulomaosa, bersamaan dengan
kondisi granulomatosis atau poliarteritis
nodosa
3. Surgically induced scleritis
Skleritis nekrotikan tanpa tanda
inflamasi (scleromalacia
perforans)
– Pada pasien rheumatoid artritis
kronis (55% kasus)
– Tidak nyeri → gejala minimal
– Sklera menipis → jaringan uvea
di belakangnya terlihat → uvea
hanya dilapisi oleh jaringan ikat
yg tipis dan konjungtiva
• Manifestasi Skleritis Posterior:
Scleritis posterior sangat sulit
didiagnosis secara klinis
– Nyeri (tidak selalu ada)
– Gangguan Penglihatan (kabur
atau distorsi, miopia,
hipertropia, diplopia) atau
kehilangan penglihatan
– Dengan sedikit atau tanpa
kemerahan
– Dapat timbul vitritis ringan,
edema caput nervi optik,
ablasio retina serosa, optic
disk swelling
– Didiagnosis dari USG dan CT
Terapi
Non Farmakologi : menggunakan kacamata hitam bila terdapat gejala
sensitifitas terhadap cahaya
Farmakologi
• Anterior difus and nodular scleritis : beri NSAID, dan pilihan termasuk
indomethacin, 75 mg per hari, atau ibuprofen 600 mg per hari
Tidak ada respon setelah 2 minggu terapi, beri kortikosteroid sistemik.
Topikal kortikosteroid untuk mengontrol gejala
• Sklera nekrotikan, inisial treatment kortikosteroid oral, biasanya Prednisolone
1 mg/kgBB/hari. Obat imunosupresan, methylprednisolon 1 gram per hari
selama 3 hari (pada kasus berat). Siklofosfamid untuk kasus granulomatosa.
• Skleritis posterior, mengikuti terapi skleritis anterior yang berat
• Skleritis karena infeksi, beri antimikroba spesifik
• Pembedahan dilakukan pada kasus perforasi sklera atau perforasi kornea
Perdarahan Subkonjungtiva
Dian Rahmawati
4151181437
Perdarahan Subkonjungtiva
• Perdarahan akibat rupture pembuluh darah di
bawah lapisan konjungtiva yaitu pembuluh darah
konjungtivalis atau episklera.
• Sign & Symptom
1. Ditemukan darah pada sclera atau mata
berwarna merah terang atau merahtebal
2. Perdarahan terlihat meluas dalam 24 jam
pertama setelah itu kemudian
akanberkurang
Faktor Resiko
1. Usia
2. Hipertensi
3. Trauma langsung atau tidak langsung
4. Penggunaan obat pengencer darah (antikoagulan)
5. Manuver valsava misalnya batuk atau muntah
6. Anemia
7. Benda asing
8. Konjungtivitis hemoragik
Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan status oftalmologi:


1. Terdapat perdarahan di sclera dengan warna
merah terang atau merah tua
2. Visus 6/6
3. Funduskopi dalam batas normal
Fig. Subconjunctival haemorrhage
Tatalaksana
• Perdarahan subkonjungtiva akan hilang karena
diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.

• RUJUK!!!!
BILA DITEMUKAN PENURUNAN VISUS
Penyakit Etiologi Visu Sekr Gejala Pemeriksaan segmen
s et anterior
Episkleritis Hipersens Nor (-) Keluhan mata Injeksi episkleral (paling
Reaksi itivitas mal merah,kering, nyeri sering bagian nasal)
radang terhadp (ketika mata ditekan unilateral. Bila ditetes
pembuluh peny. pada daerah yang merah phenylephrine 2.5 %
darah Sistemik, akan terasa nyeri yang injeksi menghilang.
jaringan ikat infeksi, menjalar ke seluruh
antara idiopatik mata),bersifat kemotik,
konjungtiva unilateral dan residif.
dan sklera Banyak terjadi pada
orang dengan penyakit
SLE, TB, RA.
Skleritis Hipersens Nor (-) Mata merah berair, rasa Injeksi sclera bilateral,
Reaksi itivitas mal nyeri berat yang dapat disertai injeksi
radang terhadap menyebar ke dahi alis konjungtiva. Bila ditetes
pembuluh penyakit dan dagu, terkadang phenylephrine injeksi
darah sklera sistemik dapat membangunkan tidak menghilang.
sewaktu tidur, fotofobia.
Sering terjadi pada
pasca herpes, sifilis,
gout.
Perdarahan Pecahnya Nor (-) Terjadi secara tiba-tiba, Subkonjunggtiva
subkonjungti pembuluh mal unilateral, terdapat hemorrage
va darah riwayat trauma atau
terdapat f. resiko berupa

Anda mungkin juga menyukai