Anda di halaman 1dari 22

KETERANGAN UMUM

Nama : Tn. A

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat :-

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status : Belum kawin

Tanggal masuk : 8 Juni 2019

Agama : Islam

I. ANAMNESIS

Keluhan utama : penurunan kesadaran disertai kaku kuduk


Keluhan dirasakan sejak 2 hari SMRS. Didapatkan riwayat demam yang
naik turun disertai nyeri kepala sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan juga disertai
mulut mencong dan bicara rero. Pasien tidak mengeluhkan mual muntah, kejang,
penglihatan kabur. BAB dan BAK tidak ada kelainan. Pasien baru pertama kali
mengalami keluhan serupa.
Pasien memiliki riwayat batuk sejak 1 bulan yang lalu, disfagia, penurunan
nafsu makan, keringat malam, serta penurunan berat badan. Pasien menyangkal
memiliki riwayat trauma pada kepala, keluar cairan dari telinga, adanya gigi
berlubang. Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Pasien tidak memiliki rowayat hipertensi, diabetes melitus, dan kolesterol.
Keluhan serupa tidak didapatkan pada keluarga, namun riwayat keluhan serupa
pada teman – teman dan tetangga tidak diketahui. Menurut pengakuan pasien,
keluhan nyeri kepala disertai demam belum pernah diobati.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. KEADAAN UMUM
 Kesadaran : somnolen
 Tensi : Kanan : 110/70mmHg Kiri : 110/70mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Pernafassan : 22x/menit
 Suhu : 36,8o C
 Gizi : BB : 50 kg , TB : 160cm
 Kepala : Simetris, normocephal
 Konjungtiva : anemis(-/-)
 Sklera : ikterik (-/-)
 Mulut : karies gigi (-), gigi berlubang (-)
 THT : serumen (-), cairan (-)
 Leher : KGB tidak terlihat membesar dan tidak teraba, bruit
vaskuler (-)
 Thorax : Pergerakan simetris
 Jantung : Bunyi jantung I dan II normal reguler
 Paru-paru : VBS kanan = kiri, wheezing -/-, ronkhi -/-
 Abdomen : Datar, lembut, bising usus + normal, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas : edema (-), sianosis (-), CRT < 2detik

B. PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
1. Penampilan : Kepala : Normochepal
Columna Vertebra : Tidak ada kelainan
2. Rangsang meningen
 Kaku kuduk :+
 Test Brudzinsky I : +
 Test Brudzinsky II : +
 Test Brudzinsky III : -
 Test Laseque : +/+
 Test Kernig : +/+

3. Saraf otak
N.I : Penciuman : Normal
N.II : Ketajaman Penglihatan
Campus : Normal
Fundus Oculi : Tidak diperiksa

N.III//IV/VI: Ptosis : Negatif

Pupil : Bulat, isokor kanan=kiri

Refleks Cahaya : Direk +/+, indirek +/+

Refleks Konvergensi : Sulit dinilai

Posisi mata : Normal


Gerakan Bola mata : Baik ke segala arah

Nistagmus : Tidak ada

N.V : Sensorik :

Oftalmikus : Normal/Normal

Maksilaris : Normal/Normal

Mandibularis : Normal/Normal

Motorik : Normal

N. VII : Gerakan Wajah

Plicanasolabialis : Dangkal kiri

Angkat alis : Simetris

Memejamkan mata : Simetris

Rasa kecap 2/3 bagian: Tidak dilakukan

N.VIII : Pendengaran : Tidak dilakukan

Keseimbangan : Tidak dilakukan

N.IX / X : Suara : Normal

Menelan : Disfagi

Gerakan palatum dan uvula : Normal

Refleks muntah : Normal

Rasa kecap 1/3 bagian lidah : Tidak diperiksa

N.XI : Angkat bahu : Tidak dilakukan

Menengok kanan-kiri : Nyeri positif

N.XII : Gerakan lidah : Deviasi kiri

Atrofi : Negatif

Tremor/ fasikulasi : Negatif


4. MOTORIK

Kekuatan Tonus Atrofi Fasikulasi


Anggota badan atas 5/3 Normal Tidak ada Tidak ada
Anggota badan bawah 5/3 Normal Tidak ada Tidak ada

Batang tubuh : Tak ada kelainan


Gerakan Involunter : Tidak ada
Cara berjalan/giat : tidak dapat dinilai
Lain-lain :-

5. SENSORIK

Permukaan Dalam
Anggota badan atas N/↓ N
Batang tubuh N /↓ N
Anggota badan bawah N /↓ N

Gambar / cap :

6. KOORDINASI
Cara bicara : Lambat
Tremor :-
Tes telunjuk hidung : tidak dapat diperiksa
Tes tumit lutut : tidak dapat diperiksa
Tes Romberg : tidak dapat diperiksa
7. A. REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan Kiri

Anggota badan atas : Biseps : N Meningkat

Trisep : N Meningkat

Radial : N Meningkat

Dinding perut : Epigastrik : N Meningkat

Hipogastrik : N Meningkat

Mesogastrik : N Meningkat

Kremaster : N Meningkat

Anggota badan bawah: Patella : N Meningkat

Achilles : N Meningkat

B. KLONUS
Patella :-
Achilles :-

C. REFLEKS PATOLOGI
HofmannTrommer : -/-
Babinski : -/+
Chaddok : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaeffer : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel Betherew : -/-

D. REFLEKS PRIMITIF
Glabella :-
Mencucut mulut :-
Palmo mental :-

8. FUNGSI OTONOM
BAK dan BAB tidak ada kelainan
9. PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Hubungan psikis
Afasia : Motorik :-
Sensorik :+
Ingatan : Jangka pendek : sulit dinilai
Jangka panjang : sulit dinilai
Kemampuan berhitung : sulit dinilai

III.PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Analisis Cairan Otak


Warna Tidak bewarna Tidak berwarna
Kejernihan Jernih Jernih
Bekuan Negatif Negatif
None Negatif Negatif
Pandy Positif lemah Negatif
Protein 10 mg/dl 15-40 mg/dl
Glukosa 40 mg/dl 50-80 mg/dl
Jumlah sel 38 0-5
Hitung Jenis
PMN 87%
MN 13%
Hematologi
Hemoglobin 15,8 g/dl 13-18 g/dl
Eritrosit 6,3 x 106/uL 4-5,5 x 106/uL
Leukosit 8,8 x 103/UI 4-10 x 103/UI
Hematokrit 45,6 % 33 – 45%
Trombosit 499 x 103/UI 150-450 x 103/UI
MCV 72,8 fl 75-100 fl
MCH 25,2 Pq 23-31 Pq
MCHC 34,6 g/dl 32-36 g/dl
RDW 16,2 % 10-16%
LED 1 jam 10 mm/jam 0-10mm/jam
2 jam 22 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil 0,3%
Eosinofil 0,0%
Segmen 92,6%
Limfosit 4,7%
Monosit 2,4%
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium 117 mmol/l 136-145 mmol/l
Kalium 5,6 mmol/l 3,6-5,2 mmol/l
Klorida 94 mmol/l 100-108 mmol/l
Fungsi Hati
SGOT 44 U/L <38 U/L
SGPT 163 U/L <41 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum 32 mg/dl 10-50
Kreatinin 0,6 mg/dl 0,9-1,3
Asam urat 3,9 mg/dl
Seroimunologi
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
GDP 119 mg/dl 70 - 120
Profil Lipid
Kolesterol total 183 mg/dl 150-200
TAG 197 mg/dl 60-200

RESUME

ANAMNESA

Keluhan utama :
Keluhan penurunan kesadaran dirasakan sejak 2hari SMRS. Didapatkan
riwayat demam yang naik turun disertai nyeri kepala sejak 1 bulan yang lalu.
Keluhan disertai dengan batuk, disfagi, penurunan nafsu makan, keringat malam,
serta penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengalami lemah
badan sebelah kiri. Pasien mengaku bahwa pasien baru pertama kali mengalami
keluhan seperti ini. Pasien tidak mengeluhkan mual muntah, kejang, penglihatan
kabur. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Keluhan serupa tidak didapatkan pada keluarga, namun riwayat keluhan
serupa pada tetangga dan teman-teman pasien tidak diketahui.
Menurut pengakuan pasien, keluhan nyeri kepala disertai demam belum
pernah diobati.

PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM
 Kesadaran : somnolen
 Tensi : Kanan : 110/70mmHg Kiri : 110/70mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Pernafassan : 22x/menit
 Suhu : 36,8o C
 Gizi : BB : 50 kg , TB : 160cm

STATUS INTERNE : Tidak ada kelainan

STATUS NEUROLOGIKUS

 Rangsang Meningen : Kaku kuduk : +, Brudzinsky I dan II : +


 Saraf Otak : Hemiparese N VII dan N XII kiri
 Motorik : Atas : 5/3
Bawah :5/3
 Sensorik : Kiri < kanan
 Refleks Fisiologis : Normal / meningkat
 Refleks Patologis : Negatif / positif
 Fungsi Luhur : Tidak dapat dinilai

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Analisis Cairan Otak


Warna Tidak bewarna Tidak berwarna
Kejernihan Keruh Jernih
Bekuan Negatif Negatif
None Negatif Negatif
Pandy Positif lemah Negatif
Protein 10 mg/dl 15-40 mg/dl
Glukosa 40 mg/dl 50-80 mg/dl
Jumlah sel 38 0-5
Hitung Jenis
PMN 87%
MN 13%
Hematologi
Hemoglobin 15,8 g/dl 13-18 g/dl
Eritrosit 6,3 x 106/uL 4-5,5 x 106/uL
Leukosit 8,8 x 103/UI 4-10 x 103/UI
Hematokrit 45,6 % 33 – 45%
Trombosit 499 x 103/UI 150-450 x 103/UI
MCV 72,8 fl 75-100 fl
MCH 25,2 Pq 23-31 Pq
MCHC 34,6 g/dl 32-36 g/dl
RDW 16,2 % 10-16%
LED 1 jam 10 mm/jam 0-10mm/jam
2 jam 22 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil 0,3%
Eosinofil 0,0%
Segmen 92,6%
Limfosit 4,7%
Monosit 2,4%
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium 117 mmol/l 136-145 mmol/l
Kalium 5,6 mmol/l 3,6-5,2 mmol/l
Klorida 94 mmol/l 100-108 mmol/l
Fungsi Hati
SGOT 44 U/L <38 U/L
SGPT 163 U/L <41 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum 32 mg/dl 10-50
Kreatinin 0,6 mg/dl 0,9-1,3
Asam urat 3,9 mg/dl
Seroimunologi
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
GDP 119 mg/dl 70 - 120
Profil Lipid
Kolesterol total 183 mg/dl 150-200
TAG 197 mg/dl 60-200

DIAGNOSIS KERJA
Meningitis Tuberkulosis grade 2 dengan komplikasi hiponatremi dan malnutrisi

USULAN PEMERIKSAAN/PEMERIKSAAN TAMBAHAN


1. CT Scan
2. Lumbal pungsi

TERAPI
TERAPI UMUM
1. Rawat inap
2. Edukasi kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit yang diderita
3. Postioning semivolar >30 untuk melancarkan aliran darah. miring kanan
dan kiri untuk mencegah decubitus
4. IVFD RL 20 gtt/menit
5. Diet tinggi kalori tinggi protein

TERAPI KHUSUS
Regimen 2 HRZE/10HR
- 2 bulan pertama: - Isoniazid 400 mg/hari
- Rifampisin 450 mg/hari
- Pirazinamid 1500 mg/hari
- Etambutol 1500 mg/hari
- Kalmetason injeksi 4 x 2 amp iv
- Neurosanbe 1 x 1 amp
- Kanamisin iv 1x 1 gram
- Paracetamol tab 500 mg x 3 /hari
- Lansoprazol 1 x 30 mg iv
- Levofloksasin 1 x 500 gr p.o

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad funtionam : dubia ad malam

MENINGITIS

1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah suatu infeksi pada lapisan meningen pembungkus otak dan
medula spinalis. Meningitis dapat menyebabkan pembengkakan pada otak dan
menimbulkan gejala khas meningitis, yaitu adanya nyeri kepala, demam, dan
kaku kuduk.

2. Klasifikasi Meningitis
Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikkan meningitis, yaitu
berdasarkan onset, berdasarkan CCS, dan berdasarkan etiologi. Yang cukup sering
digunakan adalah berdasarkan cairan serebrospinal (CSS). Berdasarkan onset,
meningitis terbagi atas akut dan subakut. Pada meningitis akut, diawali dengan
gejala demam selama 3 hari sebelum timbul gejala meningitis. Biasanya terjadi
pada meningitis bakterialis atau meningitis viral. Meningitis subakut biasanya
berupa meningitis TB atau meningitis kriptokokus, gejala meningitis seperti nyeri
kepala dan demam dapat dirasakan hingga 14 hari.
Meningitis berdasarkan CCS terbagi atas 2 golongan, yaitu meningitis
purulenta jika CSS berwarna keruh kehijauan/ kekuningan biasanya disebabkan
oleh bakteri dan meningitis serosa jika CSS jernih atau xanthochrom/kekuningan
yang biasanya disebabkan oleh bakteri tuberculosis, virus, atau jamur.
Meningitis berdasarkan etiologi dapat dibedakan menjadi meningitis
bakterialis, meningitis viral, meningitis parasitik, meningitis fungal, dan
meningitis non-infeksius yang terjadi didahului dengan adanya keganasan,
penyakit lupus, pengobatan tertentu, trauma kepala, dan pembedahan otak.
Penyebab dari meningitis penting untuk diketahui, karena akan sangat
mempengaruhi pengobatan yang akan diberikan.
Meningitis bakterialis merupakan salah satu penyebab meningitis yang paling
sering terjadi bersama dengan meningitis viral. Mikroorganisme penyebabnya
memasuki meningen melalui aliran darah tubuh. Pada meningitis bakterialis,
inflamasi yang terjadi terutama pada arakhnoidamater dan piamater. Hal tersebut
terjadi karena invasi bakteri terjadi di ruang subarachnoid. Proses inflamasi yang
terjadi juga dapat mengenai parenkim otak (meningoensefalitis), ventrikel
(ventrikulitis), dan medula spinalis. Pada meningitis bakterialis, defisit neurologis
terjadi akibat kerusakan neuron terutama di hipokampus.
Meningitis bakterialis paling sering disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis, Hemophylus influenza. Terdapat 4100 kasus
meningitis bakterialis di Amerika Serikat pada tahun 2003-2007 dengan 500
orang meninggal. Insidensinya sekitar 2-6 kasus per 100.000 penduduk dengan
kejadian terbanyak pada bayi, remaja, dan lansia.
Meningitis bakterialis onsetnya akut ditandai dengan adanya trias demam,
nyeri kepala, dan kaku kuduk. Pada orang dewasa biasanya diawali dengan infeksi
saluran napas atas. Gejala yang dialami juga biasanya disertai dengan mual,
muntah, fotofobia, kejang umum, hingga penurunan kesadaran. Namun pada
pasien dengan penurunan kesadaran ataupun lansia kaku kuduk tidak selalu
ditemukan. Meningitis yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis
(meningokokus) biasanya menyebabkan nyeri pada ekstremitas dan ditemukan
rash papula sampai ekimosis serta menyebabkan epidemi.
Meningitis viral atau dapat disebut meningitis aseptik biasanya memiliki
kelainan yang ringan serta memiliki angka kesakitan dan kematian yang rendah.
Gejala yang ditimbulkannya tidak seberat meningitis bakterialis, bahkan kadang
terdiagnosis sebagai influenza biasa. Hal tersebut dikarenakan gejala yang timbul
meliputi nyeri kepala, demam, menggigil, dan nyeri otot atau sendi. Meningitis
viral banyak dijumpai pada anak dan bayi terutama < 1 tahun. Penyebab
terseringnya adalah enterovirus non-polio dan virus herpes simpleks.
Bayi dengan meningitis viral akan mengalami demam, anoreksia, muntah,
dan irritable. Anak yang lebih besar dan dewasa muda dapat mengalami gejala
fotofobia, demam, muntah, nyeri kepala, dan ditemukan tanda rangsang
meningeal yang positif pada Kernig maupun Brudzinsky. Meningitis viral
seringkali sembuh tanpa pemberian obat-obatan antiviral dalam 3-5 hari.
Meningitis viral dapat didiagnosis secara pasti dengan melihat hasil pemeriksaan
lumbal pungsi, kultur darah atau apus tenggorok.
Meningitis tuberculosis (meningitis TB) merupakan meningitis subakut/kronik yang
paling sering didapatkan pada pasien yang datang dengan keluhan dan tanda meningitis
subakut/kronik di Indonesia. Seringkali pasien berobat setelah timbul komplikasi seperti
kejang dan penurunan kesadaran akibat peningkatan tekanan inrakranial. Gejala
meningitis dapat dirasakan hingga lebih dari 14 hari. 25% penderita meningitis TB di
Bandung memiliki riwayat penyakit HIV. Maka dari itu penting untuk dilakukan
pemeriksaan HIV pada setiap pasien dengan meningitis TB.
Pasien dengan meningitis TB menunjukan gejala meningitis pada umumnya yaitu
nyeri kepala, demam, dan kaku kuduk, meskipun tanda rangsang meningeal dapat tidak
ditemukan pada stadium awal. Gejalanya juga dapat disertai dengan parese nervus
cranialis paling sering adalah N III, VI, VII, hemiparese, paraparese, hingga kejang. Pada
pemeriksaan thoraks foto, 50% pasien meningitis TB menunjukan gambaran TB paru.
British Medical Research Counsil (BMRC) pada tahun 1948 mengklasifikasikan
meningitis TB berdasarkan penampilan klinik kedalam 3 kategori, yaitu stadium I,II, dan
III. Stadium I ditandai dengan gejala dan tanda meningitis (nyeri kepala, demam, kaku
kuduk, fotofobia) tanpa penurunan kesadaran atau defisit neurologis, sedangkan pada
stadium II didapatkan penurunan kesadaran ringan dan/atau defisit neurologis fokal. Pada
stadium III kesadaran stupor atau koma dengan hemiplegia tau paraplegi.
Meningitis kriptokokus merupakan penyakit yang berhubungan dengan
meningkatnya insidensi HIV/AIDS. Infeksi ini sangat jarang menyerang orang
dengan status imun yang baik. Secara klinis, meningitis kriptokokus seringkali
sulit dibedakan dengan meningitis TB. Penyebab meningitis kriptokokus adalah
Cryptococcus neoformans.2 Gejala yang dapat timbul biasanya adalah demam
yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala, dan malaise selama 1-2 minggu. Pada
pemeriksaan fisik dapat dijumpai kaku kuduk dan penurunan kesadaran. Pasien
juga dapat mengeluhkan nyeri kepala hebat dan terus menerus.
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi pada meningitis sesuai dengan penyebabkan dapat
dibedakan dengan tabel berikut,

Tabel 1.1 Hasil pemeriksaan lumbal pungsi pada meningitis

Meningitis Meningitis Meningitis


Parameter CSS Meningitis TB
bakterialis viral kriptokokus
Warna Purulen Jernih Xanthochrom
Jumlah Bisa ribuan, 50-500, 100-500, <500,
leukosit >60% PMN predominansi predominansi predominansi
(sel/uL) MN limfosit monosit
Glukosa < 40 >40 <40 <40
(mg/dl)
Protein (mg/dl) >200 <100 100-500 50-1000
3. Epidemiologi Meningitis
Meningitis adalah infeksi pada selaput meningen yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang. Hal ini ditandai dengan pembengkakan, sakit kepala,
demam dan leher yang kaku. Meningitis disebabkan oleh virus, bakteri, dan
jamur.6
Meningitis kini terjadi paling sering pada individu dewasa yang berusia 19
sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini, penyebab meningitis bakterial yang
paling sering adaah Streptococcus pneumoniae (meningitis pneumokokus).
Insiden terbesar berikutnya adalah pada anak yang berusia 2 sampai 18 tahun, dan
penyebab paling sering adalah Neisseria meningitidis. Pada neonatus, penyebab
yang paling sering adalah streptokokus grup B; pada bayi yang berusia 1 sampai
23 bulan, penyebabnya terbagi sama antara S. pneumoniae dan N. meningitides.
Kejadian meningitis di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yaitu 132 kasus
pada akhir tahun 2000 dan meninggal 50%.
4. Etiologi Meningitis
Penyebab meningitis adalah infeksi oleh bakteri, parasit, jamur, virus dan
prion. Infeksi bakteri biasanya disebabkan oleh Neisseria meningitides
(meningokokus), Streptococcus pneumonia (pneumokokus) dan Haemophylus
influenza. Meningitis Tuberkulosa (MTB) merupakan infeksi meningen yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Meningitis viral sering dijumpai
pada anak dan bayi, terutama bayi kurang dari 1 tahun yang sering disebabkan
oleh Enterovirus dan virus herpes simpleks, infeksi jamur sering disebabkan oleh
Cryptococcus neoformans (meningitis kriptokokus) dan Coccidiodes immitris.

5. Faktor Risiko Meningitis


Infeksi SSP seringkali berhubungan dengan waktu dan geografi, riwayat
berpergian ke tempat-tempat tertentu dapat menjadi petunjuk diagnosis
meningitis. Faktor risiko lain meningitis adalah genetik, imunodefisiensi, dan
kongenital. Selain itu faktor risiko meningitis TB bisa didapatkan karena riwayat
kontak dengan pasien TB.
6. Patofisiologi Meningitis
Paru merupakan jalan masuk utama kasus meningitis TB. Bakteri tuberklosis
yang masuk hingga alveolus kemudian difagosit oleh makrofag, namun dalam
sebagian kasus makrofag tidak mampu menghancurkan bakteri dan bakteri TB
akan bereplikasi dalam makrofag. Bakteri TB akan bermultiplikasi dan
membentuk fokus primer. Fokus primer tersebut kemudian akan pecah. Bakteri
TB dapat tetapi hidup dan menetap selama bertahun tahun dalam kelenjar limfe.
Bakteri TB yang hidup masuk dalam masa inkubasi. Pada masa ini kuman
menyebar secara hematogen dan limfogen (silent bacteriemia). Melalui cara ini
kuman TB menyebar sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala
klinis. Penyebaran biasanya ke organ yang mempunyai vaskularisasi baik seperti
otak, tulang, ginjal dan kembali ke paru.
Bakteri bereplikasi membentuk tuberkel di otak sebelum terbentuk imunitas
seluler yang akan membatasi pertumbuhan kuman. Setelah terbentuk imunitas
seluler bakteri tetap hidup dalam bentuk dormant. Fokus ini biasanya tidak
langsung berlanjut menjadi penyakit, namun bila daya tahan tubuh menurun fokus
TB akan pecah dan menginfeksi lapisan meningen. Akan terjadi inflamasi yang
diperantarai dengan T helper 1 dan 2 kemudian menimbulkan tanda dan gejala
meningitis.
Bakteri dalam SSP akan mengaktifkan reaksi imun dalam SSP yang memicu
perangsangan netrofil untuk melepaskan protease dan mediator lain yang dapat
meningkatkan jejas inflamasi dalam sawar darah otak. Hal ini memudahkan lebih
banyak bakteri dan netrofil yang berada di sirkulasi untuk masuk ke CSS. Respon
inflamasi yang timul menyebabkan vasogenik edema, hidrosefalus, dan infark
serebral.

7. Pemeriksaan Penunjang Meningitis


7.1 Meningitis bakterialis
a. Pada pemeriksaan CSS akan didapakan:
- Jumlah sel meningkat, kadang bisa mencapai puluh an ribu,
- Pada hitung jenis biasanya didapatkan predominasi neutrofil sebagai
tanda infeksi akut. Pada meningitsi bakterialis yang sempat diobati
namun tidak sempurna dapat dijumpai predominasi monosit
- Kadar glukosa CSS rendah, kurang dari 30% dari kadar gula darah
sewaktu saat dilakukan lumbal pungsi dikerjakan.
- Pada pewarnaan gram dan kultur umumnya ditemukan kuman
penyebab, kemungkinannya sebanyak 80%.
- Jika tersedia, dapat dilakukan tes aglutinasi latex terhadap 3 kuman
penyebab yang sering, atau dilakukan PCR.
b. Kultur darah positif pada 30-80% kasus, dan dapat positif sekalipun di
dalam CSS negatif.
c. CT scan atau MRI bila ada indikasi.
7.2 Meningitis viral
a. Pemeriksaan hitung jenis CSS. Pada pemeriksaan CSS didapatkan hitung
jenis menunjukkan predominasi MN, kecuali jika LP dikerjakan pada 6-24
jam petama infeksi virus.
b. Pemeriksaan kadar glukosa CSS. Kadar glukosa CSS pada umumnya
normal (kurang lebih 2/3 dari kadar glukosa darah sewaktu).
c. Kultur darah, tinja atau apus tenggorok dapat menunjukkan hasil positif
terhadap beberapa jenis infeksi virus, namun harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan serologi yang menunjukkan IgM dan atau kenaikan IgG lebih
dari 4 kali lipat dalam jangka waktu 4 minggu untuk memastikan diagnosis.
7.3 Meningitis TB
a. CT scan atau MRI menunjukkan adanya hidrosefalus, kadang disertai
tuberkuloma atau gambaran infark menyerupai infark karena stroke.2
b. Pemeriksaan CSS didapatkan2:
- Jumlah leukosit 100 – 500 /uL, dengan dominan limfosit,
- Protein 100 – 500 mg/dL,
- Glukosa kurang dari 40 mg/dL,
- Kultur TB menunjukkan hasil yang bervariasi tergantung teknik dan
jumlah sampel yang dikumpulkan.
7.4 Meningitis kriptokokus
a. Pemeriksaan CT scan / MRI sering dimintakan pada penderita HIV yang
menunjukkan tanda TTIK. Hasil pemeriksaan dapat menunjukka
hidrisefalus, dan kadang infark.
b. Lab darah. Lebih dari 90% meningitis kriptokokus terjadi pada pasien
dengan jumlah CD4 < 100/mm3.
Pada pemeriksaan CSS akan didapatkan tekanan pembukaan tinggi, jumlah sel
biasanya serupa dengan meningitis TB dengan predominansi monosit, kadar
protein 50 – 1000 mg/dL, kadar glukosa < 40 mg/dL, pada pewarnaan langsung
dengan Tinta India dapat dijumpai jamur bersel tunggal dengan kapsul yang besar.

8. Komplikasi Meningitis
- Hidrocephalus : akibat eksudat pada dasar otak
- Arachnoiditis : peradangan akibat permeabilitas pembuluh darah
- Arteritis / vaskulitis
- TTIK : peningkatan volume otak akibat gangguan arteri
- Kontraktur : akibat imobilitas yang lama
- Decubitus :akibat imobilitas yang lama
- Infeksi saluran urinarius
- Tromboplebtis

9. Penatalaksanaan Meningitis
9.1 Penatalaksanaan Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial adalah kegawatdaruratan medik. Secara umum, tata
laksana MB dapat dilihat pada gambar 8.1.
Gambar 10.1 Algoritma tatalaksana meningitis bakterial. Dikutip dari Diagnosis
dan tatalaksana meningitis bakterialis.

Pilihan antibiotik empirik pada pasien MB harus berdasarkan usia pasien,


kondisi klinis dan pola resistensi antibiotika setempat. Antibiotik empirik bisa
diganti dengan antibiotik yang lebih spesifik jika hasil kultur sudah ada.
Gambar 10.2 Terapi empirik pada meningitis bakterial. Dikutip dari Diagnosis
dan tatalaksana meningitis bakterialis.

Gambar 10.3 Terapi antibiotik spesifik pada meningitis bakterial. Dikutip dari
Diagnosis dan tatalaksana meningitis bakterialis.

9.2 Penatalaksanaan Meningitis Viral


Meningitis viral seringkali dapat sembuh dengan sendririnya, pengobatan
hanya ditunjukan pada pengobatan simtomatik. Manfaat antiviral tidak diketahui
secara pasti, peningkatan tekanan intrakranial dapat diterapi dengan tindakan
Lumbal Punksi.
9.3 Penatalaksanaan Meningitis Tuberkulosis (TB)
Pengobatan meningitis TB sampai saat ini masih mengikuti pola pengobatan
TB ekstraparu lainnya. Kortikosteroid dianjurkan untuk diberikan pada setiap
kecurigaan meningitis TB, tanpa memperhatikan stadium penyakit. Pemberian
dengan metoda dari Thwaites dkk di Vietnam terbukti dapat menurunkan angka
kematian, namun tidak mengurangi sekuele meningitis jika sudah sempat
terbentuk defisit neurologi pada perjalanan klinisnya.

Tabel 10.1 Rejimen pengobatan meningitis TB


Nama obat Dosis Catatan
Isoniazid (H) 2 bulan pertama 5 Berikan peridoksin 50
mg/kg p.o (maks. 450 mg/hari untuk mencegah
mg) + 7 bulan 450 mg neuropati perifer
p.o
Rifampisin (R) 2 bulan pertama 10 Paling sering
mg/kg p.o (maks. 600 menyebabkan hepatitis
mg) + 7 bulan 600 mg
p.o
Pirazinamid (Z) 2 bulan pertama 25
mg/kg p.o (maks. 2
g/hari)
Etambutol 2 bulan pertama 20
mg/kg p.o (maks. 1,2
g/hari)
Streptomisin 20 mg/kg i.m (maks. 1 Hanya diberikan pada
g/hari) pasien yang mempunyai
riwayat pengobatan TB
sebelumnya
Tabel 10.2 dosis dan cara pemberian deksametason sesuai stadium penyakit
meningitis TB
Minggu ke
Grade
1 2 3 4 5 6 7 8
0,3
mg/ 0,1mg
0,2mg/kg Total 3 Total 2 Total 1
kg /kgBB
I BB/hari mg/hari mg/hari mg/hari - -
BB/ /hari
i.v p.o p.o p.o
hari i.v
i.v
0,4
mg/ 0,2mg Total
0,3mg/kg 0,1mg/k Total 4 Total 3 Total 3
kg /kgBB 2
II / III BB/hari gBB/ha mg/hari mg/hari mg/hari
BB/ /hari mg/ha
i.v ri i.v p.o p.o p.o
hari i.v ri p.o
i.v

9.4 Penatalaksanaan Meningitis Kriptokokus


Terapi anti jamur yang dianjurkan adalah :
a. Fase induksi : amfoterisin B, deoksikolat IV dengan dosis 0,7-1 mg/KgBB
perhari ditambah flusitosin 100mg/KgBB perhari dibagi dalam 4 dosis peroral
selama 14 hari.
b. Fase maintenance : flukonazol 400mg perhari selama 8 minggu
c. Selanjutnya diberi flukonazol 200mg perhari seumur hidup atau sampai CD4
mencapai angka lebih dari 200 selama 6 bulan berturut-turut.

Gambar 9.4 Penatalaksanaan meningitis kriptokokus. Dikutip dari NCBI.


10. Prognosis
Prognosis pada meningitis bakterialis tergantung pada kecepatan
mendiagnosis dan pemberian terapi. Pemberian antibiotika yang tepat membuat
penyakit ini dapat diatasi, walaupun seringkali kematian disebabkan oleh respons
imunologi pasien. Kematian paling banyak ditemukan pada pasien yang terinfeksi
S. pneumoniae dan pasien yang datang dengan penurunan kesadaran.
Deksametason terbukti menurunkan kematian khususnya di negara maju. Tidak
ada data dari negara berkembang yang menunjukkan keunggulan pemberian
deksametason.
Pada meningitis TB mortalitas secara umum 30%, namun penelitian di
Bandung didapatkan angka kematian yang tinggi. Pasien yang datang pada
stadium lanjut mempunyai risiko kematian yang lebih besar. Sekuele neurologi
yang dapat dijumpai seperti hemiparesis, paraparesis, hemiplegi, gangguan
kognisi, dan lain lain. Hidrosefalus dan herniasi serebri sebagai kelanjutan
perjalanan klinis sering menyebabkan kematian pada pasien meningitis TB.

Anda mungkin juga menyukai