Nama : Tn. A
Umur : 17 tahun
Alamat :-
Agama : Islam
I. ANAMNESIS
B. PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
1. Penampilan : Kepala : Normochepal
Columna Vertebra : Tidak ada kelainan
2. Rangsang meningen
Kaku kuduk :+
Test Brudzinsky I : +
Test Brudzinsky II : +
Test Brudzinsky III : -
Test Laseque : +/+
Test Kernig : +/+
3. Saraf otak
N.I : Penciuman : Normal
N.II : Ketajaman Penglihatan
Campus : Normal
Fundus Oculi : Tidak diperiksa
N.V : Sensorik :
Oftalmikus : Normal/Normal
Maksilaris : Normal/Normal
Mandibularis : Normal/Normal
Motorik : Normal
Menelan : Disfagi
Atrofi : Negatif
5. SENSORIK
Permukaan Dalam
Anggota badan atas N/↓ N
Batang tubuh N /↓ N
Anggota badan bawah N /↓ N
Gambar / cap :
6. KOORDINASI
Cara bicara : Lambat
Tremor :-
Tes telunjuk hidung : tidak dapat diperiksa
Tes tumit lutut : tidak dapat diperiksa
Tes Romberg : tidak dapat diperiksa
7. A. REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan Kiri
Trisep : N Meningkat
Radial : N Meningkat
Hipogastrik : N Meningkat
Mesogastrik : N Meningkat
Kremaster : N Meningkat
Achilles : N Meningkat
B. KLONUS
Patella :-
Achilles :-
C. REFLEKS PATOLOGI
HofmannTrommer : -/-
Babinski : -/+
Chaddok : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaeffer : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel Betherew : -/-
D. REFLEKS PRIMITIF
Glabella :-
Mencucut mulut :-
Palmo mental :-
8. FUNGSI OTONOM
BAK dan BAB tidak ada kelainan
9. PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Hubungan psikis
Afasia : Motorik :-
Sensorik :+
Ingatan : Jangka pendek : sulit dinilai
Jangka panjang : sulit dinilai
Kemampuan berhitung : sulit dinilai
III.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RESUME
ANAMNESA
Keluhan utama :
Keluhan penurunan kesadaran dirasakan sejak 2hari SMRS. Didapatkan
riwayat demam yang naik turun disertai nyeri kepala sejak 1 bulan yang lalu.
Keluhan disertai dengan batuk, disfagi, penurunan nafsu makan, keringat malam,
serta penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengalami lemah
badan sebelah kiri. Pasien mengaku bahwa pasien baru pertama kali mengalami
keluhan seperti ini. Pasien tidak mengeluhkan mual muntah, kejang, penglihatan
kabur. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Keluhan serupa tidak didapatkan pada keluarga, namun riwayat keluhan
serupa pada tetangga dan teman-teman pasien tidak diketahui.
Menurut pengakuan pasien, keluhan nyeri kepala disertai demam belum
pernah diobati.
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
Kesadaran : somnolen
Tensi : Kanan : 110/70mmHg Kiri : 110/70mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafassan : 22x/menit
Suhu : 36,8o C
Gizi : BB : 50 kg , TB : 160cm
STATUS NEUROLOGIKUS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOSIS KERJA
Meningitis Tuberkulosis grade 2 dengan komplikasi hiponatremi dan malnutrisi
TERAPI
TERAPI UMUM
1. Rawat inap
2. Edukasi kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit yang diderita
3. Postioning semivolar >30 untuk melancarkan aliran darah. miring kanan
dan kiri untuk mencegah decubitus
4. IVFD RL 20 gtt/menit
5. Diet tinggi kalori tinggi protein
TERAPI KHUSUS
Regimen 2 HRZE/10HR
- 2 bulan pertama: - Isoniazid 400 mg/hari
- Rifampisin 450 mg/hari
- Pirazinamid 1500 mg/hari
- Etambutol 1500 mg/hari
- Kalmetason injeksi 4 x 2 amp iv
- Neurosanbe 1 x 1 amp
- Kanamisin iv 1x 1 gram
- Paracetamol tab 500 mg x 3 /hari
- Lansoprazol 1 x 30 mg iv
- Levofloksasin 1 x 500 gr p.o
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad funtionam : dubia ad malam
MENINGITIS
1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah suatu infeksi pada lapisan meningen pembungkus otak dan
medula spinalis. Meningitis dapat menyebabkan pembengkakan pada otak dan
menimbulkan gejala khas meningitis, yaitu adanya nyeri kepala, demam, dan
kaku kuduk.
2. Klasifikasi Meningitis
Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikkan meningitis, yaitu
berdasarkan onset, berdasarkan CCS, dan berdasarkan etiologi. Yang cukup sering
digunakan adalah berdasarkan cairan serebrospinal (CSS). Berdasarkan onset,
meningitis terbagi atas akut dan subakut. Pada meningitis akut, diawali dengan
gejala demam selama 3 hari sebelum timbul gejala meningitis. Biasanya terjadi
pada meningitis bakterialis atau meningitis viral. Meningitis subakut biasanya
berupa meningitis TB atau meningitis kriptokokus, gejala meningitis seperti nyeri
kepala dan demam dapat dirasakan hingga 14 hari.
Meningitis berdasarkan CCS terbagi atas 2 golongan, yaitu meningitis
purulenta jika CSS berwarna keruh kehijauan/ kekuningan biasanya disebabkan
oleh bakteri dan meningitis serosa jika CSS jernih atau xanthochrom/kekuningan
yang biasanya disebabkan oleh bakteri tuberculosis, virus, atau jamur.
Meningitis berdasarkan etiologi dapat dibedakan menjadi meningitis
bakterialis, meningitis viral, meningitis parasitik, meningitis fungal, dan
meningitis non-infeksius yang terjadi didahului dengan adanya keganasan,
penyakit lupus, pengobatan tertentu, trauma kepala, dan pembedahan otak.
Penyebab dari meningitis penting untuk diketahui, karena akan sangat
mempengaruhi pengobatan yang akan diberikan.
Meningitis bakterialis merupakan salah satu penyebab meningitis yang paling
sering terjadi bersama dengan meningitis viral. Mikroorganisme penyebabnya
memasuki meningen melalui aliran darah tubuh. Pada meningitis bakterialis,
inflamasi yang terjadi terutama pada arakhnoidamater dan piamater. Hal tersebut
terjadi karena invasi bakteri terjadi di ruang subarachnoid. Proses inflamasi yang
terjadi juga dapat mengenai parenkim otak (meningoensefalitis), ventrikel
(ventrikulitis), dan medula spinalis. Pada meningitis bakterialis, defisit neurologis
terjadi akibat kerusakan neuron terutama di hipokampus.
Meningitis bakterialis paling sering disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis, Hemophylus influenza. Terdapat 4100 kasus
meningitis bakterialis di Amerika Serikat pada tahun 2003-2007 dengan 500
orang meninggal. Insidensinya sekitar 2-6 kasus per 100.000 penduduk dengan
kejadian terbanyak pada bayi, remaja, dan lansia.
Meningitis bakterialis onsetnya akut ditandai dengan adanya trias demam,
nyeri kepala, dan kaku kuduk. Pada orang dewasa biasanya diawali dengan infeksi
saluran napas atas. Gejala yang dialami juga biasanya disertai dengan mual,
muntah, fotofobia, kejang umum, hingga penurunan kesadaran. Namun pada
pasien dengan penurunan kesadaran ataupun lansia kaku kuduk tidak selalu
ditemukan. Meningitis yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis
(meningokokus) biasanya menyebabkan nyeri pada ekstremitas dan ditemukan
rash papula sampai ekimosis serta menyebabkan epidemi.
Meningitis viral atau dapat disebut meningitis aseptik biasanya memiliki
kelainan yang ringan serta memiliki angka kesakitan dan kematian yang rendah.
Gejala yang ditimbulkannya tidak seberat meningitis bakterialis, bahkan kadang
terdiagnosis sebagai influenza biasa. Hal tersebut dikarenakan gejala yang timbul
meliputi nyeri kepala, demam, menggigil, dan nyeri otot atau sendi. Meningitis
viral banyak dijumpai pada anak dan bayi terutama < 1 tahun. Penyebab
terseringnya adalah enterovirus non-polio dan virus herpes simpleks.
Bayi dengan meningitis viral akan mengalami demam, anoreksia, muntah,
dan irritable. Anak yang lebih besar dan dewasa muda dapat mengalami gejala
fotofobia, demam, muntah, nyeri kepala, dan ditemukan tanda rangsang
meningeal yang positif pada Kernig maupun Brudzinsky. Meningitis viral
seringkali sembuh tanpa pemberian obat-obatan antiviral dalam 3-5 hari.
Meningitis viral dapat didiagnosis secara pasti dengan melihat hasil pemeriksaan
lumbal pungsi, kultur darah atau apus tenggorok.
Meningitis tuberculosis (meningitis TB) merupakan meningitis subakut/kronik yang
paling sering didapatkan pada pasien yang datang dengan keluhan dan tanda meningitis
subakut/kronik di Indonesia. Seringkali pasien berobat setelah timbul komplikasi seperti
kejang dan penurunan kesadaran akibat peningkatan tekanan inrakranial. Gejala
meningitis dapat dirasakan hingga lebih dari 14 hari. 25% penderita meningitis TB di
Bandung memiliki riwayat penyakit HIV. Maka dari itu penting untuk dilakukan
pemeriksaan HIV pada setiap pasien dengan meningitis TB.
Pasien dengan meningitis TB menunjukan gejala meningitis pada umumnya yaitu
nyeri kepala, demam, dan kaku kuduk, meskipun tanda rangsang meningeal dapat tidak
ditemukan pada stadium awal. Gejalanya juga dapat disertai dengan parese nervus
cranialis paling sering adalah N III, VI, VII, hemiparese, paraparese, hingga kejang. Pada
pemeriksaan thoraks foto, 50% pasien meningitis TB menunjukan gambaran TB paru.
British Medical Research Counsil (BMRC) pada tahun 1948 mengklasifikasikan
meningitis TB berdasarkan penampilan klinik kedalam 3 kategori, yaitu stadium I,II, dan
III. Stadium I ditandai dengan gejala dan tanda meningitis (nyeri kepala, demam, kaku
kuduk, fotofobia) tanpa penurunan kesadaran atau defisit neurologis, sedangkan pada
stadium II didapatkan penurunan kesadaran ringan dan/atau defisit neurologis fokal. Pada
stadium III kesadaran stupor atau koma dengan hemiplegia tau paraplegi.
Meningitis kriptokokus merupakan penyakit yang berhubungan dengan
meningkatnya insidensi HIV/AIDS. Infeksi ini sangat jarang menyerang orang
dengan status imun yang baik. Secara klinis, meningitis kriptokokus seringkali
sulit dibedakan dengan meningitis TB. Penyebab meningitis kriptokokus adalah
Cryptococcus neoformans.2 Gejala yang dapat timbul biasanya adalah demam
yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala, dan malaise selama 1-2 minggu. Pada
pemeriksaan fisik dapat dijumpai kaku kuduk dan penurunan kesadaran. Pasien
juga dapat mengeluhkan nyeri kepala hebat dan terus menerus.
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi pada meningitis sesuai dengan penyebabkan dapat
dibedakan dengan tabel berikut,
8. Komplikasi Meningitis
- Hidrocephalus : akibat eksudat pada dasar otak
- Arachnoiditis : peradangan akibat permeabilitas pembuluh darah
- Arteritis / vaskulitis
- TTIK : peningkatan volume otak akibat gangguan arteri
- Kontraktur : akibat imobilitas yang lama
- Decubitus :akibat imobilitas yang lama
- Infeksi saluran urinarius
- Tromboplebtis
9. Penatalaksanaan Meningitis
9.1 Penatalaksanaan Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial adalah kegawatdaruratan medik. Secara umum, tata
laksana MB dapat dilihat pada gambar 8.1.
Gambar 10.1 Algoritma tatalaksana meningitis bakterial. Dikutip dari Diagnosis
dan tatalaksana meningitis bakterialis.
Gambar 10.3 Terapi antibiotik spesifik pada meningitis bakterial. Dikutip dari
Diagnosis dan tatalaksana meningitis bakterialis.