Diare sebagai satu faktor resiko untuk infeksi saluran pernafasan bawah akut
di kalangan anak-anak yang hidup di lingkungan dengan tingkat pendapatan
yang rendah
Pembimbing :
Dr. Raden Setiyadi, Sp.A
Disusun oleh :
Marhani
030.12.155
LEMBAR PENGESAHAN
“Diare sebagai satu faktor resiko untuk infeksi saluran pernafasan bawah
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, dr. Raden Setiyadi, Sp.A
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan segala nikmat sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas journal reading yang berjudul “Diare sebagai satu faktor
resiko untuk infeksi saluran pernafasan bawah akut di kalangan anak-anak yang hidup di
lingkungan dengan tingkat pendapatan yang rendah”
Adapun penulisan jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Raden Setiyadi,
Sp.A, selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan
journal reading ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut
serta membantu penyusunan journal reading ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat waktu
jika tidak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam penulisan ini,
penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif bagi
perbaikan penulisan ini.
Penulis
“Diare sebagai satu faktor resiko untuk infeksi saluran pernafasan bawah akut di
kalangan anak-anak yang hidup di lingkungan dengan tingkat pendapatan yang rendah”
Christa L. Fischer Walker, Jamie Perin, Joanne Katz, James M. Tielsch, Robert E. Black
Abstrak
Latar Belakang : Diare dan infeksi saluran pernafasan bawah akut (ALRI/ acute lower
respiratory tract infections) merupakan penyebab utama akan morbiditas dan kematian pada
anak-anak usia balita. Kami pun mencoba untuk mengkuantifikasi hubungan antara diare dengan
infeksi pernafasan pada anak dan meneliti apakah infeksi dengan satu penyakit akan
meningkatkan resiko infeksi penyakit lain (atau tidak) selama periode waktu yang sama.
Metode : Kami pun mengkuantifikasi/ mengukur kemungkinan akan ALRI dan episode diare
yang terjadi selama minggu yang sama yang dibandingkan dengan kemungkinan akan
kemunculan masing-masing penyakit pada dua kohort anak-anak usia batita dengan
kemungkinan episode ALRI yang dikondisikan pada riwayat diare anak dan kemungkinan
episode diare yang dikondisikan pada riwayat ALRI anak dengan menggunakan model Cox
Proportional Hazard.
Hasil : Pada anak-anak di India dan Nepal, resiko akan pengidapan diare dan ALRI yang terjadi
secara bersamaan adalah lebih tinggi dibandingkan dengan sekedar kebetulan semata. Tingkat
insiden ALRI pun meningkat pada kedua kohort karena jumlah hari pengidapan diare dalam 28
hari terakhir pun meningkat, rasio tingkat insiden tertinggi diketahui terjadi pada anak-anak
dengan jumlah hari pengidapan diare yang mencapai >20 hari (1,02, interval kepercayaan [CI/
confidence interval] 95% 1,01-1,03 di Nepal dan 1,07, CI 95% 1,05-1,09 di India Selatan).
Tingkat insiden diare diketahui dipengaruhi secara berbeda oleh prevalensi ALRI, yang dimana
Kesimpulan : Diare dapat menjadi faktor resiko langsung untuk pengidapan ALRI di kalangan
anak-anak usia tiga tahun (batita). Resiko komorbiditas diketahui meningkat ketika tingkat
keparahan penyakit meningkat, yang dimana hal ini memberikan alasan tambahan untuk
dilakukannya penanganan kasus secara darurat di masyarakat baik untuk penyakit diare maupun
pneumonia.
1 . PENDAHULUAN
Pnuemonia dan diare merupakan penyebab utama kematian anak-anak usia dibawah 5
tahun di seluruh dunia. Di negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah dan menengah,
anak-anak usia dibawah 5 tahun banyak yang mengalami multi/ beberapa episode diare setiap
tahunnya, dan 1,4 episode pneumonia sebelum mereka menginjak usia ke-5. Penyakit-penyaki
menular ini diketahui secara tidak seimbang dapat menyebabkan morbiditas yang parah dan
kematian pada anak-anak yang tinggal di masyarakat dengan resiko tinggi yang umumnya
Terdapat spekulasi bahwa beberapa dari anak ini lebih rentan terhadap infeksi simultan
(lebih dari satu infeksi yang terjadi secara bersamaan) (komorbiditas) atau dapat mengalami
infeksi sekuensial (berurutan) karena penurunan fungsi imunitas dan kondisi kekurangan gizi.
Walaupun secara biologis masuk akal dan dapat terobservasi secara klinis, bukti yang ada untuk
pada anak-anak usia <3 tahun tidaklah banyak. Beberapa penelitian telah mengkaji tentang
kemunculan atau pengidapan diare dan pneumonia secara bersamaan, dan penelitian-penelitian
ini telah menemukan temuan yang menunjukkan bahwa kedua penyakit ini dapat muncul
bersamaan dengan tingkat yang lebih tinggi dari hanya sekedar kebetulan.(3-6)
Kami pun mencoba mencari hubungan antara diare dan infeksi pernafasan pada anak dan
meneliti apakah infeksi dengan satu penyakit dapat meningkatkan resiko infeksi penyakit lain
pada periode yang sama atau tidak. Dengan menggunakan data kohort, kami pun mampu
membedakan antara infeksi yang terjadi secara bersamaan dengan infeksi sekuensial (yang
terjadi berurutan), dan kami juga mampu mengkuantifikasi peranan akan tingkat keparahan
Analisis yang dipresentasikan disini adalah bagian dari portofolio yang lebih luas tentang
analisis komorbiditas yang dirancang untuk mengukur hubungan resiko akan pengidapan infeksi
secara bersamaan, pengidapan penyakit yang terjadi setelah pengidapan satu penyakit lain
sebelumnya, dan tingkat kematian (tidak dipresentasikan disini). Dalam hal ini, kami pun
yang meneliti tingkat morbiditas dan kematian di kalangan anak-anak usia <5 tahun. Kami pun
melakukan pencarian di PubMed, Scopus, dan Google Scholar untuk menemukan penelitian-
penelitian yang diterbitkan antara tahun 1980 – 2010 dengan menggunakan kata kunci: diare,
pneumonia, infeksi saluran pernafasan bawah akut (ALRI), tingkat morbiditas, dan kematian.
Kami tidaklah menyertakan semua penelitian yang tidak dilakukan pada populasi representatif
dan yang tidak melakukan pemonitoran tingkat morbiditas selama kurang dari 12 bulan.
tangga dua mingguan untuk mengumpulkan laporan tentang morbiditas harian untuk semua
tanda dan gejala diare dan infeksi pernafasan. Kami juga menghubungi beberapa peneliti sebagai
bagian dari jaringan Kelompok Acuan Epidemiologi Kesehatan Anak (CHERG/ Child Health
Epidemiology Reference Group – www.cherg.org) melalui email dan panggilan telepon untuk
Kami mengidentifikasi dua penelitian yang melibatkan anak-anak usia dibawah 3 tahun
untuk pemonitoran kasus diare rutin di negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah-
menengah. Kami mengidentifikasi satu penelitian dari wilayah pedesaan Distrik Sarlahi di
Southern Nepal (NNIPS – 4 percobaan) sebagai penelitian acak yang meneliti tentang tingkat
kemanjuran suplementasi seng/ dan atau zat besi sebagai upaya preventif dan hubungannya
dengan morbiditas dan kematian.(7) Semua anak-anak yang berusia 1-23 bulan yang tinggal di
area penelitian pun diminta untuk berpartisipasi di dalam penelitian utama. Data detail tentang
morbiditas pun dipastikan kebenarannya selama kunjungan ke rumah subjek setiap minggu pada
sub-kelompok bayi dari tiap kelompok penanganan selama 12 bulan setelah pelibatan.
Kami mengidentifikasi satu penelitian dari India Selatan yang dirancang sebagai
penelitian acak yang menggunakan plasebo sebagai kendali (VASIN), dan penelitian ini
dilakukan untuk meneliti tingkat kemanjuran suplementasi vitamin A untuk para bayi yang baru
lahir. Bayi-bayi yang baru lahir pun dilibatkan pada saat kelahiran dan di-follow up setiap dua
minggu sampai usia 6 bulan. Data tentang tingkat morbiditas harian pun dikumpulkan di tiap
wawancara. Untuk analisis kami, kami hanya menyertakan bayi yang berusia >1 bulan saja.
Kami berupaya untuk mengukur kemungkinan ALRI dan episode diare yang terjadi
dalam minggu yang sama dan dibandingkan dengan kemungkinan akan kemunculan masing-
masing penyakit antara dua kohort anak dibawah usia 3 tahun. Catatan tentang morbiditas pun
diringkas untuk tiap minggu kalender pemonitoran morbiditas, sehingga tiap minggu pun
diklasifikasikan sebagai minggu dengan tidak terjadinya/ munculnya penyakit, episode diare,
episode ALRI, atau keduanya. Definisi episode yang lengkap pun dideskripsikan pada Tabel 1.
Karena keterbatasan data, kami pun menggunakan definisi episode sebagaimana yang ditentukan
oleh para peneliti di penelitian awal. Kami menganalisis minggu dengan kedua peristiwa
penyakit yang terjadi menggunakan model regresi probit bivariat. Analisis probit bivariat
memodelkan prevalensi individual tiap outcome dan hubungan antara dua outcome secara
simultan dan juga mengasumsikan variabel normal laten. Hubungan dalam minggu dimodelkan
secara eksplisit dengan normalitas laten, sedangkan hubungan antara minggu observasi untuk
anak yang sama pun diperhitungkan di dalam galat baku dengan estimasi kovarian yang kuat.
Komorbiditas pun dihitung dengan hubungan satu episode ALRI dan diare yang muncul dalam
minggu yang sama. Mengingat hal ini, korelasi dapat berkisar dari -1, yang mengindikasikan
hubungan terbalik yang ekstrim atau hubungan protektif, sampai 1, yang mengindikasikan
kemunculan kedua penyakit secara bersamaan yang sempurna. Nilai nol mengindikasikan bahwa
kemunculan diare dan ALRI secara bersamaan hanya dikarenakan oleh kebetulan semata saja.
Tabel 1. Definisi-definisi yang digunakan di dalam penelitian untuk morbiditas diare dan pernafasan
Diare ≥4 kali buang air besar (dengan tinja yang lunak dan berair), ≥4 kali buang air besar (dengan tingja yang lunak dan
dengan episode yang terpisah oleh ≥3 hari tanpa kemunculan berair) dengan episode yang terpisahkan oleh ≥3 hari
Diare persisten Diare selama ≥14 hari Diare selama ≥14 hari
Disentri Darah atau mukus pada tinja, dengan ≥3 hari tanpa adanya gejala Darah atau mukus pada tinja, dengan ≥3 hari tanpa
yang memisahkan episode penyakit adanya gejala yang memisahkan episode penyakit
ALRI Demam, batuk, atau kesulitan bernafas, dengan semua (3) gejala Dibawah definisi tingkat keparahan dengan episode
yang muncul selama ≥1 hari selama episode dengan ≥7 hari antara yang terpisah oleh ≥3 hari tanpa kemunculan gejala
episode
ALRI-1: batuk dengan demam selama ≥1 hari
Laju pernafaasan tersedia dari sub-penelitian untuk menentukan
ALRI-2: kesulitan bernafas dan demam selama ≥1
terjadinya pernafasan cepat:
hari
≥60 nafas/ menit jika bayi <2 bulan
ALRI-3: batuk dan kesulitan bernafas dengan demam
≥50 nafas/ menit jika bayi berusia 2-11 bulan; dan pada ≥1 hari
≥40 nafas/ menit jika bayi berusia ≥12 bulan
Untuk data penelitian NNIPS, kami pun memodelkan prevalensi ALRI dan diare
berdasarkan bulan kalender, usia dalam empat kategori (1-5, 6-11, 12-23, dan 24-35 bulan),
jenis kelamin, dan lingkar lengan atas-tengah. Untuk kumpulan data VASIN, kami pun
mengendalikan/ menyesuaikan data untuk bulan kalender dan jenis kelamin, dan kami tidak
melakukan pengendalian data untuk usia, hal ini mengingat bahwa usia bayi adalah antara 1-5
bulan.
Apakah morbiditas saat ini dapat bersifat prediktif untuk tingkat insiden ALRI atau
diare?
Kami mengukur tingkat kemungkinan episode ALRI yang dikondisikan pada riwayat
diare anak dengan menggunakan data morbiditas dari kedua kohort anak. Kami menggunakan
data morbiditas untuk mengetahui kemunculan episode ALRI untuk tiap hari ketika anak
dilibatkan didalam penelitian (dimana pada satu hari diketahui apakah anak positif atau
negatif di dalam pengidapan ALRI). Kami kemudian mengkalkulasikan jumlah hari dimana
anak mengalami episode diare dalam 28 hari terakhir sampai hari indeks. Untuk tiap hari
dengan data yang hilang, kami pun berasumsi bahwa anak tidaklah mengalami diare, kecuali
tidak terdapat riwayat diare yang tersedia untuk hari apapun pada 28 hari terakhir dimana
kasus tidak disertakan di dalam analisis. Kemudian kami pun menggunakan model Prentice-
kekambuhan, hal ini dilakukan untuk mengestimasi tingkat ALRI pada jumlah hari diare
dalam 28 hari terakhir. Kami memilih waktu kalender sebagai skala untuk model ini dengan
tujuan untuk mengendalikan variasi musim dalam tingkat infeksi pernafasan, dan
mengasumsikan pengaruh utama satu hari tambahan diare pada empat minggu terakhir yang
proporsional dengan tingkat ALRI, dan pengaruh ini akan tetap sama di sepanjang waktu.
Untuk dapat meringkaskan hubungan antara diare yang diidap pasien dan insiden ALRI,
beberapa fungsi jumlah hari pengidapan diare yang muncul pun dipertimbangkan. Kami pun
mengorganisir jumlah hari pengidapan dengan tiap penyakit kedalam beberapa kategori, dan
(Gambar 1). Selain itu, tingkat ALRI secara individual pun digunakan untuk
Stratifikasi ini ditujukan untuk membandingkan jumlah hari pengidapan penyakit pada anak-
anak dengan jumlah episode yang sama. Untuk menanggulangi potensi faktor-faktor resiko
umum untuk diare dan ALRI, kami pun menyertakan faktor usia, jenis kelamin dan lingkar
lengan atas-tengah (MUAC/ mid upper arm circumference) ketika tersedia untuk tiap anak
sebagai kovariat di dalam model ini. Pada awalnya, kami menyertakan proporsi waktu
pengidapan yang dihabiskan untuk tiap anak, namun karena kolinearitas, hal ini pun dapat
merusak asumsi model dasar. Untuk tujan grafis/ gambar, kami pun mengkalkulasikan
tingkat insiden bulanan rata-rata, dengan berdasarkan bulan kalender untuk tiap hari
tambahan pengidapan diare. Untuk mengilustrasikan hubungan resiko, kami pun mem-plot 4
hubungan resiko dari hasil model ini dengan pengaruh linear diare yang diidap terhadap
insiden ALRI: 1) tidak mengalami diare pada 28 hari terakhir; 2) 5 hari pengidapan diare; 3)
Hal yang sama, kami pun mengestimasi kemungkinan episode diare yang
dikondisikan pada riwayat anak akan pengidapan ALRI. Kami menggunakan definisi episode
yang sama untuk ALRI dan diare sebagaimana yang dijelaskan diatas. Dengan menggunakan
data harian untuk menentukan tiap hari indeks sebagai positif/ negatif untuk diare, kami
kemudian menghitung jumlah hari ALRI pada empat minggu sebelumnya. Untuk tiap hari
tanpa catatan morbiditas, kami pun berasumsi bahwa tidaklah terjadi pengidapan ALRI (yang
juga dijelaskan di atas). Kemudian kami memodelkan tingkat insiden diare pada jumlah hari
pengidapan ALRI pada 28 hari terakhir. Kami berasumsi bahwa rasio ini tetap konstan
sepanjang waktu. Sebagaimana yang dijelaskan diatas, kami mengkalkulasikan rerata tingkat
insiden bulanan menurut bulan kalender dan empat hubungan resiko (yang telah di-plot)
untuk tingkat pengidapan ALRI yang berbeda-beda sebagaimana dijelaskan di atas.
3. HASIL
Diantara 4865 anak-anak di Nepal, para pengasuh nya (pihak yang melakukan
pengasuhan, bisa orang tua ataupun siapa saja yang mengasuh si anak) melaporkan 6,7% dari
seluruh minggu yang dialami anak merupakan episode diare, dan 3,2% dari seluruh minggu
yang dialami anak merupakan kemunculan gejala ALRI. Pada populasi ini, diare dan ALRI
sering dilaporkan muncul secara bersamaan dalam 0,4% minggu. Analisis dengan model
regresi probit bivariat menunjukkan bahwa diare dan ALRI diketahui memiliki korelasi
positif yang kecil dan terjadi bersamaan dengan tingkat peluang yang lebih tinggi dari hanya
sekedar kebetulan saja (0,15, interval kepercayaan [CI] 0,13-0,17) (Tabel 2). Pengaruh ini
terasa lebih kuat pada episode-episode ALRI dengan peningkatan laju pernafasan.
Penyesuaian statistik dengan kovariat musim dan level anak (usia, jenis kelamin, MUAC)
Diantara 11.115 anak di India Selatan, para pengasuhnya melaporkan bahwa 3,9%
dari seluruh minggu dialami oleh anak dengan episode diare, dan 9,5% dari seluruh minggu
dialami oleh anak dengan episode kemunculan gejala ALRI yang diklasifikasikan sebagai
ALRI-1, 2,0% dari seluruh minggu dialami oleh anak dengan episode gejala ALRI yang
diklasifikasikan sebagai ALRI-2, dan 1,6% dari seluruh gejala ALRI dapat diklasifikasikan
sebagai ALRI-3. Pada populasi bayi ini, 0,6% dari seluruh minggu dialami oleh anak/ bayi
dengan kemunculan diare dan ALRI secara bersamaan. Model regresi probit bivariat
menunjukkan bahwa gejala-gejala diare dan ALRI (semua definisi ARI) dapat muncul/ diidap
secara bersamaan, dan tingkat ini diketahui lebih tinggi dari hanya sekedar kebetulan saja,
dimana korelasi yang paling kuat adalah dicirikan dengan pengidapan kesulitan bernafas dan
demam (ALRI-2), dengan korelasi terestimasi yang mencapai 0,19 (CI 95% 0,16-0,23)
(Tabel 2). Diketahui, tidaklah terdapat perbedaan yang terobservasi antara korelasi yang tidak
Diare dan/ atau ALRI sebagai satu faktor untuk morbiditas lanjutan
Pertama, kami mengkalkulasi tingkat insiden ALRI dengan riwayat diare 28 hari
pada anak-anak di Nepal. Anak-anak ini dilaporkan mengalami tingkat insiden secara
keseluruhan yang mencapai 1,4 episode, yang ditentukan oleh tanda atau gejala ALRI per
tahun-anak observasi. Tingkat insiden yang diprediksi pun meningkat sebagaimana jumlah
hari pengidapan diare 28 hari sebelum peningkatan tingkat insiden ALRI tertinggi yang
diprediksikan untuk anak-anak yang mengalami diare 20 hari atau lebih pada 28 hari
sebelumnya. Rasio insiden pun dimodelkan sebagai fungsi linear jumlah hari dengan diare
pada 28 hari sebelumnya, dimana rasio insiden untuk satu hari tambahan diestimasi mencapai
Kami pun menggunakan metodologi yang sama untuk meng-assessment hubungan terbalik,
yaitu insiden diare sebagai fungsi tanda dan gejala ALRI pada 28 hari sebelumnya. Tidak
seperti analisis diatas, tingkat insiden diare dipengaruhi secara berbeda oleh prevalensi
gejala-gejala ALRI, tergantung waktu tahun. Pengaruh linear secara keseluruhan yang
terestimasi untuk jumlah hari pengidapan diare terhadap insiden ALRI dapatlah diabaikan
dan tidak signifikan secara statistik, namun demikian, uji Wald untuk interaksi pengaruh
dengan musim diketahui signifikan pada alfa = 0,05. Pada musim panas (Maret – Mei),
tingkat insiden diare adalah lebih tinggi untuk mereka yang mengalami gejala ALRI (1,02, CI
95% 1,00 – 1,04), namun demikian, di bulan-bulan lain, tingkat insiden diare tidaklah
bervariasi secara signifikan dengan prevalensi sebelum kemunculan gejala ALRI (Gambar 3).
Gambar 2. Insiden infeksi saluran pernafasan bawah akut (ALRI) yang terestimasi
berdasarkan bulan dan riwayat diare dalam 28 hari terakhir untuk anak-anak di Nepal.
Tabel 2. Hubungan antara episode ALRI dan diare mingguan sebagaimana yang terobservasi
pada model regresi probit bivariat pada anak-anak (bayi) Nepal dan India Selatan
Estimat Batas Bawah Batas Atas Galat Baku
Anak-anak di Nepal
Tidak disesuaikan 0,153 0,132 0,174 0,011
ALRI & diare
ALRI & diare dengan peningkatan laju 0,296 0,149 0,431 0,072
pernafasan
Disesuaikan*
ALRI & diare 0,146 0,125 0,167 0,011
ALRI & diare dengan peningkatan laju 0,250 0,092 0,395 0,078
pernafasan
Bayi-bayi di India Selatan
Tidak disesuaikan
ALRI-1 & diare 0,150 0,130 0,171 0,011
ALRI-2 & diare 0,190 0,163 0,227 0,016
ALRI-3 & diare 0,170 0,134 0,203 0,017
Disesuaikan:**
ALRI-1 & diare 0,150 0,128 0,169 0,011
ALRI-2 & diare 0,190 0,161 0,225 0,016
ALRI-3 & diare 0,170 0,132 0,201 0,018
ALRI – infeksi saluran pernafasan bawah akut, ALRI-1: batuk dengan demam pada ≥1 hari,
ALRI-2: kesulitan bernafas dengan demam pada ≥1 hari, ALRI-3: batuk dan sulit bernafas
dengan demam pada ≥1 hari.
*Disesuaikan untuk waktu kalender, usia, jenis kelamin, dan rerata lingkar lengan atas
(MUAC).
**Disesuaikan untuk waktu kalender dan jenis kelamin
Gambar 3. Insiden diare terestimasi menurut bulan dan riwayat infeksi saluran pernafasan
bawah akut (ALRI) dalam 28 hari terakhir pada anak-anak Nepal.
Gambar 4. Insiden infeksi saluran pernafasan bawah akut terestimasi berdasarkan waktu dan
riwayat diare dalam 28 hari terakhir pada para bayi/ anak India Selatan
Kami kemudian mengkalkulasikan tingkat insiden ALRI (ALRI 3, yang paling parah,
yang sudah dijelaskan sebelumnya) dengan riwayat diare dalam 28 hari terakhir pada para
bayi/ anak di India Selatan, sebagaimana yang dilakukan pada anak-anak di Nepal. Pada
anak-anak ini, tingkat insiden ALRI secara keseluruhan per tahun-anak observasi adalah 0,3
episode/ tahun anak. Untuk para bayi ini, peningkatan pada jumlah hari dengan diare dapat
dijadikan alat prediksi untuk peningkatan insiden ALRI dengan tingkat insiden ALRI
tertinggi dapat diprediksikan diidap oleh para bayi dengan 20 hari pengidapan diare pada 28
hari terakhir. Untuk satu hari tambahan pengidapan diare, rasio insiden terestimasi adalah
1,07 (CI 95% 1,05-1,09) (Gambar 4). Riwayat pengidapan ALRI juga lebih bersifat prediktif
untuk peningkatan diare dengan tingkat insiden diare tertinggi dapat diprediksikan diidap
oleh para bayi/ anak-anak yang pernah mengidap ALRI selam dua puluh ari pada 28 hari
terakhir, namun hal ini hanya berlaku pada musim panas (Maret-May, rasio insiden nya
mencapai 1,03, CI 95% 1,01-1,06) dan musim monsoon/ penghujan (Juni-September, insiden
rasio nya mencapai 1,02, CI 95% 1,00-1,03) (Gambar 5). Seperti analisis yang menggunakan
data anak-anak di Nepal, pengujian untuk interaksi antara jumlah hari pengidapan ALRI
dengan musim adalah signifikan pada nilai alfa = 0,05, dan model dengan pengaruh jumlah
hari pengidapan ALRI yang bersifat konstan terhadap insiden diare tidaklah ditunjukkan.
Gambar 5. Tingkat insiden diare terestimasi dengan berdasarkan pada waktu dan riwayat
pengidapan infeksi saluran pernafasan bawah akut (ALRI) pada 28 hari terakhir di kalangan
anak-anak India Selatan.
4. PEMBAHASAN
Kami melakukan dua analisis untuk mengetahui hubungan antara ALRI dengan diare
pada anak-anak (balita/ batita) di Nepal dan India Selatan. Pada populasi dengan tingkat
pendapatan yang rendah ini, kami pun mengassessment masing-masing keberadaan diare dan
ALRI dan juga kemungkinannya untuk muncul secara bersamaan pada minggu yang sama.
Pada kedua populasi, kami menemukan temuan yang menunjukkan bahwa ALRI dan diare
dapat muncul sebagai komorbiditas simultan dengan tingkat kemungkinan yang lebih tinggi
daripada hanya sekedar kebetulan. Kekuatan hubungan ini pun mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan tingkat keparahan infeksi. Pada analisis kedua, kami menemukan
fakta bahwa anak-anak di kedua negara yang mengalami gejala diare dengan jumlah hari
pengidapan yang lebih banyak diketahui juga mengalami peningkatan resiko akan episode
ALRI berikutnya. Namun demikian, resiko akan pengidapan diare yang disertai dengan
Fenn dkk pun melakukan analisis yang sama dengan menggunakan model regresi
probit bivariat untuk mengukur komorbiditas simultan pada kohort anak-anak di area
pedesaan di Ghana. Para peneliti ini juga mengobservasi komorbiditas simultan dari
kemunculan diare dan ALRI (secara bersamaan) dengan tingkat kemungkinan yang lebih
tinggi daripada hanya sekedar kebetulan, dan mereka juga mampu untuk mengkuantifikasi
hal ini untuk beragam tingkat keparahan penyakit. Hubungan akan peningkatan infeksi
gabungan akanlah meningkat jika terjadi peningkatan tingkat keparahan penyakit. Pada
rangkaian data di Nepal dan di India Selatan, kami tidaklah mampu untuk membedakan
pada kohort India Selatan. Analisis komorbiditas di masa mendatang akan lah menjadi lebih
akurat jika mendapatkan data tentang morbiditas yang lebih lengkap, sehingga hubungan
kohort ukuran besar, yang dimana hal ini memungkinkan kami untuk meng-assessment
tingkat prevalensi harian longitudinal akan diare dan ALRI. Hal ini membuat kami dapat
menganalisis ALRI sebagai satu fakto resiko untuk diare, dan begitu pula sebaliknya.
Schmidt dkk melakukan analisis serupa di kalangan anak-anak di Ghana dan Brazil, dan
beliau menemukan temuan yang menunjukkan bahwa prevalensi diare dapat menjadi satu
faktor resiko untuk pengidapan ALRI di kalangan anak-anak Ghana, namun hal ini tidaklah
berlaku untuk anak-anak di Brazil. Para peneliti ini menyimpulkan bahwa perbedaan ini
dapat diatribusikan pada perbedaan yang besar dalam hal kondisi sosial ekonomi dan
epidemiologis antara dua populasi, sebagaimana yang terobservasi oleh perbedaan tingkat
kematian dengan tingkat sepuluh kali lipat antara dua populasi penelitian. Coles dkk juga
mengobservasi bahwa diare dapat menjadi satu faktor resiko akan prevalensi pneumonia
alveolar dapatan-masyarakat pada anak-anak Bedouin di Israel. Di dalam analisis kami yang
melibatkan anak-anak di Nepal dan India Selatan, kami menemukan fakta yang menunjukkan
bahwa hubungan resiko adalah lebh tinggi untuk diare sebagai faktor resiko ALRI jika
dibandingkan dengan ALRI sebagai faktor resiko untuk diare, yang dimana hubungan ini
hanya akan signifikan pada musim-musim tertentu di kalangan anak-anak di India Selatan.
simultan dan sekuensial. Walaupun adalah mungkin bahwa tanda dan gejala diare dapat
menyerupai gejala yang terjadi pada kasus pneumonia (contohnya: diare parah dan dehidrasi
dapat menyebabkan asidosis metabolik yang kemudian menyebabkan sulit bernafas), namun
hal ini tidaklah mungkin untuk dapat menjadi penjelasan atas temuan-temuan yang kami
dapatkan. Pertama, diare dengan tingkat keparahan diatas merupakan hal yang jarang terjadi
di dalam penelitian yang dianalisis, dan kedua, hal ini tidaklah akan menjelaskan hubungan
dengan penyakit pernafasan setelah terjadinya diare, dan bukan terjadi secara bersamaan;
infeksi simultan hanya tercatat pada kurang dari 1% dari seluruh minggu yang terobservasi.
Kita sudah mengetahui bahwa diare seringkali menyebabkan malnutrisi, dan dengan
demikian kondisi ini dapat memicu siklus penyakit, gangguan pertumbuhan, dan
keterlambatan tumbuh kembang. Analisis-analisis ini menunjukkan bahwa siklus yang sama
mungkin tidaklah terobservsai, mengingat episode ALRI dan dengan demikian pengaruh
jangka panjang terhadap pertumbuhan, perkembangan dan fungsi imunitas dapat lah berbeda
antara diare dan ALRI. Satu penjelasan yang tampaknya masuk akal untuk pengaruh ini
adalah berkurangnya zat seng selama pengidapan diare, yang dimana peningkatan defisiensi
zat besi diketahui dapat meningkatkan resiko ALRI dan diare. Diluar penjelasan biologis
untuk komorbiditas, juga adalah mungkin bahwa anak-anak dengan satu infeksi akan
mengalami peningkatan resiko untuk mendapatkan infeksi berikutnya karena tertular dari
anak lainnya (terutama ketika berobat di suatu pusat penanganan yang dimana banyak anak-
anak datang untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan). Kami juga dapat
mengobservasi bahwa anak-anak yang tinggal di rumah yang miskin diketahui lebih rentang
untuk terpapar dengan infeksi, dan karena kurangnya kasese untuk mendapatkan prevensi dan
penanganan, maka para anak yang sakit ini cenderung untuk tinggal dan bermain dengan
anak-anak sakit lainnya, yang dimana hal ini dapat memperburuk siklus infeksi.
keduanya dapat merepresentasikan populasi dengan tingkat pendapatan yang rendah di Asia
Selatan, dan keduanya dapat memberikan dua perpsektif yang unik dalam hal kemungkinan
variasi komorbiditas berdasarkan usia. Prevalensi mingguan penyakit adalah berbeda antara
kedua populasi, dan begitu juga hubungan antara komorbiditas diare dan ALRI. Hal ini
mungkin dapat dijelaskan dengan mengantisipasi variasi ketika melakukan analisis antara dua
populasi yang berbeda, atau mungkin juga sangat berkaitan dengan perbedaan dalam hal usia.
Namun demikian, tujuan kami adalah bukan untuk membandingkan satu populasi dengan
populasi lain, namun mengkaji tentang konsistensi dalam hal arah dan besaran pengaruh.
Karena kedua kohort penelitian menggunakan tim survey berbasis-masyarakat aktif untuk
mengumpulkan data tentang morbiditas, maka kami mampu untuk melihat riwayat alami
penyakit dan mengetahui tentang bagaimana tiap penyakit secara individual mempengaruhi
Sebagaimana hal nya analisis sekunder, kam pun mengalami keterbatasan data,
dimana data yang kami miliki dikumpulkan beberapa tahun yang lalu, dan demikian kami
tidak dapat melakukan analisis-analisis sub kelompok dengan berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakit, ataupun untuk mengendalikan faktor-faktor resiko umum ALRI dan
diare diluar dari yang terkumpul sebelumnya. Secara spesifik, laju pernafasan dan juga
konfirmasi x-ray akan pengidapan pneumonia untuk semua anak dapat memperbaiki definisi
kasus ALRI, dan dapat memberikan asosiasi hubungan yang lebih baik antara diare dengan
pneumonia, sebagai pengganti episode-episode ALRI yang lebih umum. Selain itu, karena
gejala-gejala yang dialami oleh anak-anak dengan menggunakan interview di rumah dengan
periode 1-2 minggu, maka tingkat sensitivitas dan spesifisitas penentuan episode kemunculan
penyakit dapat menjadi tidak terlalu akurat. Si pengasuh mungkin saja lupa untuk mengingat
episode-episode ringan dari beberapa hari sebelumnya, dimana si pengasuh akan lebih
mampu untuk mengingat episode yang belum lama terjadi, dan yang diutarakan pada
pengasuh juga dapat saja lupa akan beberapa tanda dan gejala yang dialami oleh anak seiring
dengan berjalannya waktu. Ketika pemonitoran tanda dan gejala harian dapat memungkinkan
dilakukannya pengukuran laju pernafasan dan suhu, maka kunjungan rutin dapat juga
penanganan atau perujukan ke pusat penanganan karena deteksi dini, yang dimana hal ini
dapat menurunkan kemampuan untuk mencari hubungan kedua variabel. Selain itu,
perbedaan pada periode pengingatan (7 hari di Nepal vs 14 hari di Asia Selatan) mungkin
Ketika data harian hilang, kami pun berasumsi bahwa tidak ada pengidapan penyakit
yang terjadi pada anak, baik itu diare ataupun ALRI. Hal ini mungkin saja dapat meng-
underestimasi tingkat insiden dan jumlah hari kemunculan penyakit untuk kedua penyakit,
namun karena mengingat tingkat insiden diare adalah lebih tinggi, maka hal ini dapat
memberikan dampak yang lebih signifikan pada variabel diare. Walaupun hal ini merupakan
satu kekurangan, namun pengaruh yang ada dapatlah berupa underestimasi hubungan antara
pendek antara diare denga ALRI. Analisis-analisis lanjutan dari hubungan-hubungan jangka
panjang yang harus menyertakan data antropometrik yang detail selain pemonitoran penyakit
adalah hal yang dibutuhkan. Kami belumlah memahami sepenuhnya tentang hubungan dari
multi infeksi, baik yang terjadi bersamaan atau juga secara berurutan selama periode waktu
yang sangat singkat, yang dimana hal ini dapat memunculkan hasil analisis yang
menunjukkan bahwa komorbiditas merupakan masalah yang dapat dikuantifikasi dan harus
diinvestigasi untuk lebih memahami konsekuesni penuh dari penyakit diare dan ALRI.
diketahui merupakan satu faktor resiko untuk ALRI, dan hal ini dapat dihipotesiskan bahwa
diare dapat menjadi satu faktor resiko yang penting untuk kasus kematian yang disebabkan
karena ALRI/ pneumonia, dan walaupun demikian, hal ini masihlah perlu diteliti lebih lanjut
lagi. Ketika mengkalkulasikan beban penyakit, episode dan kematian akibat diare dan
pneumonia umumnya tidaklah dapat dianggap sebagai dua faktor resiko ataupun penyebab
yang dapat berkontribusi, yang dimana hal ini dapat meng-underestimasi beban penyakit
sebenarnya dari kedua penyakit menular ini. Hal ini secara khusus tampak lebih jelas untuk
kasus diare, dimana siklus infeksinya beserta kondisi malnutrisi telah dikenali, walaupun
menunjukan peranan dari diare sebagai satu faktor resiko langsung untuk pengidapan ALRI,
dan telah menyoroti akan pentingnya penelitian tambahan, sehingga mekanisme imunologis
1. Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan I, Bassani DG, et al. Global, regional,
and national causes of child mortality in 2008: a systematic analysis. Lancet. 2010;375:1969-
87. Medline:20466419 doi:10.1016/ S0140-6736(10)60549-1
2. Rudan I, Tomaskovic L, Boschi–Pinto C, Campbell H. Global estimate of the incidence of
clinical pneumonia among children under five years of age. Bull World Health Organ.
2004;82:895-903. Medline:15654403
3. Yassin KM. Indices and sociodemographic determinants of childhood mortality in rural
Upper Egypt. Soc Sci Med. 2000;51:185-97. Medline:10832567 doi:10.1016/S0277-
9536(99)00459-1
4. Baqui AH, Sabir AA, Begum N, Arifeen SE, Mitra SN, Black RE. Causes of childhood
deaths in Bangladesh: an update. Acta Paediatr. 2001;90:682-90. Medline:11440104
doi:10.1111/j.1651-2227.2001.tb02434.x
5. Fenn HH, Bauer MS, Altshuler L, Evans DR, Williford WO, Kilbourne AM, et al. Medical
comorbidity and health–related quality of life in bipolar disorder across the adult age span. J
Affect Disord. 2005;86:47-60. Medline:15820270 doi:10.1016/j.jad.2004.12.006
6. Schmidt WP, Cairncross S, Barreto ML, Clasen T, Genser B. Recent diarrhoeal illness and
risk of lower respiratory infections in children under the age of 5 years. Int J Epidemiol.
2009;38:766-72. Medline:19279073 doi:10.1093/ije/dyp159
7. Tielsch JM, Khatry SK, Stoltzfus RJ, Katz J, LeClerq SC, Adhikari R, et al. Effect of daily
zinc supplementation on child mortality in southern Nepal: a community–based, cluster
randomised, placebo–controlled trial. Lancet. 2007;370:1230-9. Medline:17920918
doi:10.1016/S0140-6736(07)61539-6
8. Tielsch JM, Rahmathullah L, Thulasiraj RD, Katz J, Coles C, Sheeladevi S, et al. Newborn
vitamin A dosing reduces the case fatality but not incidence of common childhood
morbidities in South India. J Nutr. 2007;137:2470-4. Medline:17951487
9. Greene WH. Estimation of the correlation coefficient in a bivariate probit model using the
method of moments. Econ Lett. 1984;16:285-291. doi:10.1016/0165-1765(84)90177-0
10. Kelly PJ, Lim LL. Survival analysis for recurrent event data: an application to childhood
infectious diseases. Stat Med. 2000;19:13-33. Medline:10623910 doi:10.1002/(SICI)1097-
0258(20000115)19:13.0.CO;2-5
11. Prentice RL. On the regression analysis of muitivariate failure time data. Biometrika.
1981;68:373-9. doi:10.1093/biomet/68.2.373
12. Fenn B, Morris SS, Black RE. Comorbidity in childhood in northern Ghana: magnitude,
associated factors, and impact on mortality. Int J Epidemiol. 2005;34:368-75.
Medline:15764695 doi:10.1093/ije/dyh335
13. Coles CL, Fraser D, Givon–Lavi N, Greenberg D, Gorodischer R, Bar–Ziv J, et al. Nutritional
status and diarrheal illness as independent risk factors for alveolar pneumonia. Am J
Epidemiol. 2005;162:999-1007. Medline:16207807 doi:10.1093/aje/kwi312
14. Weizman Z, Houri S, Ben-ezer Gradus D. Type of acidosis and clinical outcome in infantile
gastroenteritis. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1992;14:187-91. Medline:1593374
doi:10.1097/00005176-199202000-00012
15. Guerrant RL, Oria RB, Moore SR, Oria MO, Lima AA. Malnutrition as an enteric infectious
disease with long–term effects on child development. Nutr Rev. 2008;66:487-505.
Medline:18752473 doi:10.1111/j. 1753-4887.2008.00082.x
16. Castillo–Duran C, Vial P, Uauy R. Trace mineral balance during acute diarrhea in infants. J
Pediatr. 1988;113:452- 7. Medline:3411389 doi:10.1016/S0022-3476(88)80627-9
17. Phillips S. Diseases of poverty and the 10/90 gap. London: International Policy Network;
2004