Disusun Oleh:
Muftihatu Rahmi
Pembimbing :
dr. Citra Azma Anggita, M.Kes, Sp.M
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
kejernihan media refraksi.3,4 Gejala klinis dari PCO adalah penglihatan
kabur (seperti berkabut atau berasap), fotofobia, dan tajam penglihatan
menurun. Kekeruhan pada kapsul posterior dapat diatasi dengan disisio
atau kapsulotomi posterior.4
BAB 2
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan slit lamp. Huruf Y ini
tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.
Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng.
Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di
dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan epitel subkapsular.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril;
fibril-fibril ini berasal dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35% nya
protein (kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan
tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada
di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
6
Gambar 3. Tampilan lensa yang diperbesar menampakkan terminasi epitel subkapsular
(vertikal).
Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa. Karena
lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa
didapatkan dari aqueous humor. Metabolisme lensa bersifat anaerob
akibat rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aqueous humor.
7
intraokular yang penting bagi pertahanan struktur dan
penglihatan mata.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan produksi
aqueous humor dan resistensi aliran keluar aqueous humor dari
mata.
8
Gambar 4. Aqueous humor mengalir dari sel non-pigmentasi dari ciliary epithelia (A) di
bawah konjungtiva (D). Aqueous humor mengatasi resistensi fisiologis dari dua sumber:
resistensi dari pupil (B) dan resistensi dari trabecular meshwork (C)
Hambatan utama aliran keluar aqueous humor dari ruang
anterior adalah jaringan jukstakanalikular yang berdekatan dengan
lapisan endotel kanal Schlemm, dan bukan sistem vena. Tekanan di
jaringan vena episkleral menentukan tingkat minimum tekanan
intraokular yang dapat dicapai dengan terapi medis.
2.3. Epidemiologi
Opasifikasi kapsul posterior atau yang sering dikenal sebagai “katarak
sekunder” banyak terjadi pada populasi pasien dengan usia muda yang
9
menjalani bedah katarak. Rerata terjadinya opasifikasi kapsul posterior
pada anak sekitar 43.7 – 100%, kemungkinan hal ini disebabkan oleh
angka proliferasi sel epitel kapsul lensa yang tinggi. Penelitian yang
dilakukan oleh Ayuningtyas dan Tjahjono menemukan bahwa opasifikasi
kapsul posterior muncul pada 51 mata setelah dilakukan operasi pada 578
total mata yang dioperasi. Insidensi kumulatif yang ditemukan adalah 14
mata mengalami opasifikasi kapsul posterior pada tahun pertama (2.42%),
34 mata pada tahun kedua (5.88%) dan 51 mata pada tahun ketiga
(8.82%). 1,3
2.4. Patomekanisme
Patofisiologi Opasifikasi Kapsul Posterior Komplikasi pasca bedah
katarak berupa opasifikasi kapsul posterior terjadi karena banyak faktor.
Teknik bedah katarak jenis ekstraksi lensa intrakapsular mengangkat
seluruh lensa beserta kapsul diangkat sehingga tidak menyisakan kapsul
untuk implantasi lensa intraokuler (LIO), dengan teknik ini tidak tersisa
sel-sel epitel lensa yang mungkin menyebabkan kemunculan opasifikasi
kapsul pasca pembedahan. Ekstraksi lensa dengan pendekatan
ekstrakapsuler menyisakan kapsul lensa untuk implantasi LIO sehingga
dapat meninggalkan sisa sel-sel epitel lensa yang berpotensi menyebabkan
terjadinya opasifikasi kapsul posterior paska bedah katarak.5,7
Gambar 5. Skema sel residu epitel lensa yang tersisa pasca operasi katarak
Proses pembentukan opasifikasi kapsul lensa diawali dengan adanya
proliferasi, migrasi, transisi sel epitel menjadi sel mesenkim, deposisi
kolagen dan regenerasi dari serabut-serabut lensa. Bedah katarak memicu
10
terjadinya respons kesembuhan luka pada lensa dan sel epitel lensa yang
tersisa mengalami proliferasi dan bermigrasi sepanjang kapsul posterior
seperti yang digambarkan pada Gambar 6. Sel epitel lensa mengalami
regenerasi serabut-serabut lensa dan transisi dari sel epitel menjadi
mesenkim. 3,4
11
pertemuan antara kapsul posterior dan anterior dan mengalami metaplasia
pseudofibrosa.7,8 Pemeriksaan histopatologis pada tipe fibrosis adalah
ditemukannya akumulasi ekstraseluler matriks disertai adanya sel-sel
fibroblas yang memanjang dan vimentin maupun aktin. Opasifikasi jenis
pearl atau proliferatif disebabkan oleh sel epitel lensa yang berada pada
daerah ekuatorial lensa (sel E) mengalami migrasi, pada pemeriksaan
histopatologis ditemukan sel epitel lensa yang membesar kemudian
membentuk sel berbentuk balon atau Wedl cells dan akhirnya nampak
secara klinis sebagai opasifikasi tipe pearl. Sel E juga membentuk
Soemmering’s rings yakni sebuah lesi khas berbentuk donat karena adanya
kerusakan pada kapsul anterior diakibatkan oleh trauma okuler dalam hal
ini misalnya ekstraksi lensa eksrakapsular.4,7
Patomekanisme terjadinya opasifikasi berkaitan dengan adanya
sitokin serta growth factors yang berada pada humor akuosa, molekul-
molekul ini meningkat selama operasi katarak berlangsung dan
memengaruhi sel epitel lensa yang tersisa. Beberapa growth factors yang
penting dalam patomekanisme ini antara lain transforming growth factor β
(TGF-β), fibroblast growth factor 2 (FGF-2), hepatocyte growth factor,
interleukin 1 dan 6, serta epithelial growth factor. Faktor pertumbuhan tipe
TGF-β menjadi faktor utama dalam patomekanisme biologis pembentukan
opasifikasi kapsul posterior karena molekul ini memicu adanya
transdiferensiasi sel epitel menjadi sel miofibroblas. Sel miofibroblas yang
paling banyak terbentuk dari transdiferensiasi ini adalah otot polos aktin
alfa yang dapat menyebabkan kontraksi serta pengerutan dari kapsul
posterior.3,7
Molekul FGF-2 menginduksi proliferasi, migrasi dan diferensiasi
serabutserabut lensa. Interleukin 1 (IL-1) dihasilkan oleh sel epitel lensa
dan menstimulasi sel epitel lensa sendiri untuk melakukan mitosis dan
sintesis kolagen, kemudian IL-1 menginduksi adanya sekresi interleukin 6
(IL-6). Patomekanisme lain terjadinya opasifikasi kapsul posterior antara
lain adalah aktvasi makrofag intraokuler pasca pembedahan. Agregasi
12
makrofag pada kapsul posterior dan lensa intraokuler menyebabkan
adanya opasifikasi kapsul posterior.3,5
13
dibandingkan dengan tepian LIO yang lebih tumpul/bulat (round edge).
Materi penyusun LIO jenis hidrofilik menyebabkan kemungkinan
opasifikasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bahan yang bersifat
hidrofobik.3,5
14
2.7. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi
EKEK ataupun setelah suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan
penglihatan menjadi semakin kabur, juga rasa silau bila melihat cahaya.
Dan jika dilakukan pemeriksaan, melalui pupil yang didilatasikan dengan
menggunakan oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp, akan tampak
gelembung-gelembung kecil pada daerah belakang lensa, atau dapat
ditemukan gambaran mutiara Elsching maupun cincin Soemmering pada
kapsul posterior lensa. Pada tes tajam penglihatan didapatkan visus yang
menurun.
Dari anamnesis di dapatkan gejala sebagai berikut :
a. Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat
lebih buruk daripada sebelum di operasi.
b. Fotofobia, yaitu rasa silau bila melihat cahaya.
c. Tajam penglihatan menurun
Sedangkan dari pemeriksaan klinis di Soemmering pada daerah tepi kapsul
posterior lensa.
2.8. Penatalaksanaan
Opasifikasi kapsul posterior dapat ditatalaksana menggunakan sistem
laser kapsulotomi maupun pembedahan misalnya dilakukan scraping pada
kapsul posterior. Laser kapsulotomi yang digunakan adalah
Neodymium:YAG (Nd: YAG) yang berfungsi untuk memecah kekeruhan
di bagian sentral atau aksis visual pada kapsul posterior. Laser Nd: YAG
merupakan prosedur standar untuk terapi opasifikasi sekunder dari kapsul
posterior atau kontraksi dari kapsul anterior Langkah lain untuk
menatalaksana opasifikasi adalah dengan melakukan pembedahan.8,9
15
Gambar 8. Opasifikasi kapsul posterior sebelum dan sesudah dilakukan
Kapsulotomi laser Nd: Yag
Tindakan Laser Nd: YAG dapat ditunda namun indikasi waktu yang
paling tepat untuk melakukan tatalaksana laser masih belum dapat
ditentukan. Indikasi untuk melakukan kapsulotomi antara lain penurunan
tajam penglihatan yang mengganggu karena opasifikasi, kapsul posterior
yang keruh sehingga mempersulit evaluasi segmen posterior dalam proses
diagnostik ataupun terapeutik, diplopia monokuler dan fimosis kapsular.
Kontraindikasi dari Laser Nd:Yag kapsulotomi adalah adanya
visualisasi yang tidak cukup, pasien yang tidak dapat diam saja atau
melihat titik fiksasi saat melakukan prosedur laser, inflamasi intraokuler
aktif atau glaukoma yang tidak terkontrol. Kontraindikasi relatif antara
lain memiliki resiko tinggi ablasio retina, glaukoma tidak terkontrol,
inflamasi okuler yang aktif dan edema makula sistoid yang dicurigai
terjadi.8,9
16
sambil menyuntikkan cairan. Teknik ini diharapkan membersihkan seluruh
sel E sehingga mengurangi kemungkinan munculnya opasifikasi.7
Hidrodiseksi untuk memecahkan korteks menyebabkan pemisahan
antara kapsul lensa dan korteks lensa, teknik ini terbukti dapat
menghilangkan sisa sel epitel lensa sementara teknik hidrodiseksi yang
digabungkan dengan rotasi juga dapat menghilangkan sisa sel epitel lensa
dengan adanya friksi yang terjadi selama fase pembersihan. 4,7
Pembentukan continuous curvilinear capsulorhexis atau teknik CCC
ditemukan dapat menghambat perkembangan dari kekeruhan pada aksis
visual di bagian tengah. Hal ini disebabkan oleh fusi atau bersatunya
tepian dari bagian yang dilakukan CCC ke kapsul posterior sehingga
terbentuk Soemmering’s ring akibat perlekatan kapsul posterior dan
anterior. Cincin ini menghasilkan suatu lingkungan yang tertutup dan
menghambat adanya pertumbuhan sel epitel lensa menuju ke kapsul
posterior bagian tengah dan berisi sisa sel epitel lensa, serabut korteks
lensa dan sel epitel lensa yang telah berdiferensiasi. 4,7 Fiksasi LIO dalam
kapsul atau in-the-bag difasilitasi dengan pembuatan CCC karena teknik
ini memperbesar efek pembatas terjadinya migrasi maupun proliferasi dari
sel epitel lensa.
Bagian optik dan haptik LIO yang ditanam dalam kapsul akan
mengurangi kemungkinan terjadinya opasifikasi kapsul posterior sentral. 4,7
Kapsuloreksis yang lebih besar dibandingkan degan ukuran LIO bagian
optik meningkatkan kemungkinan adanya pembentukkan opasifikasi
kapsul posterior tipe fibrosis. Ukuran kapsuloreksis yang lebih kecil
dibandingkan dengan LIO bagian optik, perlekatan kapsul anterior dan
LIO bagian optik menjaga epitel anterior lensa jauh dari kapsul posterior,
sehingga hal ini megurangi insidensi migrasi dari sel epitel lensa anterior
di balik LIO.
Kontak maksimal antara LIO dan kapsul posterior mencipatkan
konsep “no space no cells”, angulasi optic/haptic yang membuat bagian
optic berada lebih posterior serta penempelan bagian optic LIO dengan
17
kapsul memastikan adanya konsep “tight fit” antara lensa dan kapsul dan
mencegah migrasi serta proliferasi sel-sel epitel lensa.7
2.9. Pencegahan
Dr. Apple telah mengidentifikasi enam faktor penting dalam
pencegahan PCO : 10
1. Tiga faktor bedah :
a. Pembersihan kortikal dengan peningkatan hydrodissection
b. Diameter curvilinear capsulorhexis lebih kecil dibandingkan
dengan optic IOL
c. Fiksasi posterior chamber IOL
2. Tiga faktor terkait IOL :
a. Geometri IOL: bentuk persegi, tepi terpotong
b. Biokampatibilitasa dari biomaterial IOL (stimulasi dari proliferasi
IOL)
c. Kontak maksimal antara IOL dengan kapsul posterior
2.11. Prognosis
Operasi katarak umumnya aman. Tetapi bagimanapun hasil dan
komplikasi operasi tidak dapat dipastikan. Penglihatan setelah operasi
18
tergantung dengan kondisi kesehatan mata. Umumnya pasien merasa puas
karena penglihatan membaik, tetapi sebagian kecil pasien merasa
terganggu dengan adanya efek samping pada lensa intraokular yang
ditanam karena adanya halo, merasa ada banda asing yang berterbangan,
atau bayangan.8
BAB 3
KESIMPULAN
19
dicegah menggunakan berbagai cara yakni pemilihan materi dan desain LIO,
teknik pembedahan yang terbukti menurunkan angka opasifikasi kapsul posterior
untuk mempertahankan kejernihan media refraksi dan mempertahankan fungsi
visual pascaoperasi katarak.
DAFTAR PUSTAKA
2. Schaumberg DA, Dana MR, Christen WG, Glynn RJ. A Systematic Overview
of the Incidence of Posterior Capsule Opacification. Ophthalmology. 2006
20
3. American Academy of Ophthalmology. Posterior capsule opacification
[Internet]. 2019. Available from
https://eyewiki.aao.org/Posterior_capsule_opacification
4. Awasthi N, Guo S, J W. Posterior Capsule Opacification: A Problem
Reduced but Not Yet Eradicated. JAMA Ophthalmol. 2009
5. Raj SM, Vasavada AR, Johar SRK, Vasavada VA, Vasavada VA.
PostOperative Capsular Opacification: A Review. Int J Biomed Sci.
2007;3(4).
6. Werner L, Apple DJ, Mamalis N. Pathology of Cataract Surgery and
Intraocular Lenses. In: Steiner RF, editor. Cataract Surgery. Ke-3. California:
Elsevier Saunders; 2010.
7. Wormstone IM, Wang L, Liu CSC. Posterior capsule opacification. Exp Eye
Res. 2009
8. Wu S, Tong N, Pan L. Retrospective Analyses of Potential Risk Factors for
Posterior Capsule Opacification after Cataract Surgery. J Ophthalmol. 2018
9. Findl O, Buehl W, Bauer P, Sycha T. Interventions for preventing posterior
capsule opacification (Review). Vienna; 2010.
10. Pérez-Vives C. Biomaterial Influence on Intraocular Lens Performance: An
Overview. Hindawi J Ophthalmol. 2018
21
22