Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap


infeksi. Orkitis biasanya terjadi ketika peradangan dari epididimis menyebar ke
testis yang berdekatan. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus
MUMPS, namun virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.1,2,3
Insiden Orkitis adalah 25 / 100.000 orang-tahun di Inggris praktik umum
pada 2004-2005.Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyebab paling umum
pada usia muda laki-laki dan patogen saluran kemih adalah penyebab lebih umum
pada usia yang lebih tua.3 Dalam satu penelitian rawat jalan, orkitis terjadi pada
58 persen pria yang didiagnosis dengan epididimitis.1,2
Dan faktor resiko terjadinya orchitis bisa berhubungan dengan penyakit
menular,yaitu : riwayat berganti-ganti pasangan, riwayat gonore, clamidia
trachomatis. Sedangkan faktor resiko yang tidak berhubungan dengan riwayat
penyakit menular, yaitu : usia 45 tahun keatas, riwayat infeksi saluran kemih
berulang, riwayat imunisasi MUMPS tidak adekuat.1,3,4
Testis dapat dipengaruhi oleh infeksi yang tidak terduga, beberapa agen
dan faktor penyebab bertanggung jawab untuk penyakit radang dan infeksi pada
testis. Orkitis secara kasar dibagi menjadi granulomatosa dan nongranulomatosa.12
Patofisiologi terjadinya Orchitis 15 % – 20% berkaitan dengan Mumps
pada laki-laki yang sudah puber, manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam
3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. 1,2,3,4
Untuk menegakkan diagnosis orchitis diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang baik. Pemeriksaan penunjang tidak terlalu membantu
untuk menegakkan diagnosis orchitis. USG dapat membantu menyingkirkan
diagnosis lain nya seperti torsio testis.1,3,4
Penatalaksanaan dari orchitis terutama bersifat suportif karena biasanya
sebagian besar pasien orchitis akan sembuh spontan dalam 3- 10 hari, kecuali bila
penyebabnya bakteri, perlu diberikan antibiotik.2,3,4

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TESTIS

Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Testis akan
turun sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis
dibawah pengaruh hormon testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak
lebih rendah daripada testis dextra. Masing-masing testis dikelilingi capsula
fibrosa yang kuat, disebut tunica albuginea. Dari permukaan dalam capsula
terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam testis menjadi
lobulus-lobulus testis. Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang
berkelok-kelok. Tubuli seminiferi bermuara ke rete testis, ductuli efferentes, dan
epididimis.5,6,11

2
Arteri yang mendarahi kedua testis berasal dari anastomosis tiga arteri,
yaitu arteri testikularis yang dicabangkan dari Aorta abdominalis, arteri
deferentialis merupakan cabang dari arteri vesikularis inferior, dan arteri
cremasterica yang merupakan cabang dari arteri epegastrika inferior. Arteri
testikularis berjalan menyilangi ureter dan bagian inferior dari arteri illiaka
eksterna lalu ke dalam annulus inguinalis. Pada akhirnya menjadi satu
kompartmen dengan cabang arteri yang lain dalam funikulus spermatikus.
Sedangkan aliran vena yang membawa darah dari testis berasal dari formasi
beberapa vena yang disebut pleksus venosus pampiniformis dan mengelilingi
arteri testikularis di funikulus spermatikus. Drainase limfe yang berasal dari testis
mengikuti aliran arteri dan vena testikularis menuju ke nodus limfatikus Aorta
kanan dan kiri serta para Aorta.5,6,11
Innervasi dari testis berupa anyaman saraf yang berjalan bersama arteri
testikularis. Sistem saraf tersebut berupa sistem saraf otonom yang terdiri dari
sistem saraf parasimpatis, berasal dari nervus dan sistem saraf simpatis yang
berasal dari segmen T7 medulla spinalis.5,6,11

3
Testis memiliki dua fungsi penting yakni fungsi steroidogenesis dan
spermatogenesis. Steroidogenesis adalah proses pembentukan hormon
testosterone yang terjadi di kompartmen intersisial testis. Hormon ini disintesis
dari kolesterol di sel-sel Leydig dan dan korteks adrenal. Sekresi testosteron
berada di bawah kontrol LH. Sedangkan spermatogenesis terjadi di kompartmen
tubular testis. Dimana pada kompartmen ini terdapat Sel Leydig dan Sertoli yang
ikut berperan dalam proses pematangan spermatozoa. Secara umum volume dari
testis dipengaruhi oleh kompartmen tubular dan interstitial.5,6,11
Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi
musculus dartos dan cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis
mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot cremaster akan
berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Temperatur testis dalam scrotum
selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 oC untuk kelangsungan
spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam
tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang
disebut sawar darah testis. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah
reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri,
maka hal ini dicegah dengan sawar.5,6,11
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis.
Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin.
Fungsi testis:
 Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH
 Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.

4
Dinding scrotum terdiri dari :
1. Cutis
2. Fascia superficialis
3. Musculus dartos
4. Fascia spermatica externa
5. Fascia cremasterica
6. Fascia spermatica interna
7. Tunica vaginalis

5
B. ORCHITIS

1. DEFINISI
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi
sekunder. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus MUMPS ,
namun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.1,2,4

2. ETIOLOGI
 Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi Coxsackievirus
tipe A, varicella, dan echoviral jarang terjadi.
 Infeksi bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas,
Staphylococcus, dan Streptococcus
 Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium leprae, Actinomycetes
 Trauma sekitar testis
 Virus lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus .
 Beberapa laporan kasus telah dijelaskan imunisasi gondong, campak, dan
rubella (MMR) dapat ,enyebabkan orchitis
 Bakteri penyebab biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam
seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH; bakteri termasuk Neisseria
gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae , Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus
 Idiopatik

3. EPIDEMIOLOGI
Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki, Dalam orchitis
disebabkan virus MUMPS, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih
muda dari 10 tahun). Dalam orchitis yang disebabkan oleh bakteri, sebagian besar
kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi
pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih
tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).1,3,4

6
Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan virus
MUMPS berkembang menjadi orchitis.  Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki
post pubertal dengan MUMPS.1,4,7
Insiden Orkitis adalah 25 / 100.000 orang-tahun di Inggris praktik umum
pada 2004-2005.Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyebab paling umum
pada usia muda laki-laki dan patogen saluran kemih adalah penyebab lebih umum
pada usia yang lebih tua.3 Dalam satu penelitian rawat jalan, orkitis terjadi pada
58 persen pria yang didiagnosis dengan epididimitis.1,2,8

4. FAKTOR RISIKO
Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan faktor risiko yang
umum untuk epididymis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi faktor
risiko.1,3 Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatik ke epididymis melalui
saluran sperma dan vas deferens bisa dipicu melalaui Valsalva atau pendesakan
kuat.1,3

5. KLASIFIKASI
5.1 Orkitis Granulomatosa
Orkitis diklasifikasikan sebagai granulomatosa dan non-granulomatosa
Beberapa agen bertanggung jawab atas peradangan dan penyakit infeksi testis,
menyebabkan orkitis. Gambaran klinis yang paling umum adalah pembengkakan
skrotum, massa dan / atau sakit. Diagnosis terutama dari aspek klinis histologi dan
sonografi mungkin tidak konklusif. Orkitis disebabkan infeksi bakteri ditandai
oleh pembesaran difus dan hiperemia biasanya tanpa massa diskrit.2,3,11
Sarkoidosis testis ditandai oleh lesi granulomatosa. Sarkoidosis adalah
penyakit sistemik, menunjukkan peradangan granulomatosa non-nekrosis. Itu
terutama menyerang paru-paru, mata, dan kulit. Agen penyebab tetap tidak
diketahui saat ini, dugaan penyebabnya menular (Mycobacteria, tubercolous,
nontubercolous, bakteri, corynebacterium, propionibacterium, tropheryma
whippleii, jamur, cryptococcus, virus, cytomegalovirus, Virus epstain-barr, virus
Herpes simplex), dan non yang menular (debu, tanah liat, pinus, serbuk sari,
bedak, logam, aluminium, berilium, zirkonium). Dalam beberapa kasus testis

7
terlibat, sekitar 4% -4,5%, tetapi hanya 0,5% di antaranya pasien memiliki gejala
klinis. Sarkoid paling umum mempengaruhi epidydimis, keterlibatan testis soliter
tidak biasa. Testis muncul dengan massa, yang mungkin menimbulkan gejala
nyeri. Biopsi testis diambil dari inguinal daripada orchiectomy dapat
dipertimbangkan terutama di lesi bilateral untuk mengeksklusi neoplasia
testis.1,2,3,11
Malakoplakia adalah penyakit radang kronis yang langka, yang ditandai
dengan papula, plak, dan ulserasi; situs yang paling sering terkena adalah kandung
kemih, ginjal lebih jarang, ureter, testis, prostat dan usus besar. Ini dijelaskan oleh
adanya sel besar dengan sitoplasma eosinofilik (Sel von Hansemann), dengan
inklusi sitoplasma khas, disebut tubuh Michaelis Gutmann (MG). Ini dianggap
sebagai hasil dari aktivitas yang kurang makrofag sehingga bakteri yang dicerna
sebagian memimpin untuk pengendapan kalsium dengan pembentukan ulkus, plak
dan papula. Ini karena asosiasi yang ketat malakoplakia dengan defisiensi imun.
Seringkali pasien terkena didiagnosis dengan limfoma, diabetes, atau sedang pada
terapi jangka panjang dengan kortikosteroid. Tiga puluh enam kasus dilaporkan
dalam literatur yang melibatkan testis dan epididimis. Diagnosis yang benar
membutuhkan penggunaan noda khusus untuk menunjukkan keberadaan tubuh
MG untuk membantu membedakan malakoplakia dari kasus lain dari orchitis
granulomatosa.11
Selanjutnya, testis dapat dipengaruhi oleh infeksi, virus infeksi sebagian
besar diwakili oleh gondok orchitis. Insiden telah menurun sejak
diperkenalkannya program vaksinasi anak. 10% -30% bersifat bilateral orchitis
gondong. Orkitis biasanya terjadi 1-2 minggu setelah parotitis. Gangguan
kesuburan hadir di 13% pasien, sedangkan 30% -87% dengan orkitis bilateral
mengalami infertilitas. Kinetika klinis tanda-tanda dan fitur patologis sugestif
dengan perdarahan dan infiltrat neutrofilik penting dalam diagnosis banding.
Orkitis primer tanpa epididimitis terkait adalah jarang tetapi mungkin disebabkan
oleh defisiensi imun manusia virus. Perubahan patologis testis termasuk
azoospermia, hyalinisasi tubulus seminiferus, dan limfositik infiltrasi interstitium .
Juga sifilis menyebabkan infeksi testis dengan mononuclear infiltrat inflamasi,

8
kelainan pembuluh darah dan imunoreaksi positif terhadap spirochetes. Hanya 11
kasus yang dilaporkan dalam literature.1,3,11
Selain itu, epididimo-orkitis granulomatosa dapat terjadi hasil dari etiologi
infeksi spesifik: tuberkolosis, kusta, brucellosis, actinomycosis, dengan
peradangan yang khas infiltrat dan penilaian agen mikroba positif. 28 kasus
brucellar epididymo-orchitis dilaporkan dalam literatur, terutama monolateral,
menunjukkan peningkatan dalam fitur inflamasi: C reactive protein (CRP),
leukositosis dan laju sedimentasi eritrosit, tinggi titrasi aglutinasi ≥ 1/160. Itu
harus diingat daerah endemik karena pasien dapat berhasil diobati dengan
antibiotik menghindari orchiectomy yang tidak perlu.11
Di antara infeksi granulomatosa, juga Bacillus Calmette-Guérin (BCG)
yang diinduksi tubercolous epididymo-orchitis harus dipertanggungjawabkan.
Beberapa lokasi anatomi dilaporkan: paru-paru, hati, sumsum tulang, tulang,
ginjal, mata, pembuluh darah, prostat, serta epididimis dan testis. 13 kasus yang
mempengaruhi epididimis dan testis dijelaskan dalam literatur. Testis menjadi
terlibat baik dari perpanjangan langsung dari epididimis atau dari penyebaran
hematogen.11
Pasien sering bermanifestasi dengan pembesaran skrotum, kulit skrotum
menebal, hidrokel, kalsifikasi, abses skrotum dan pola sonografi ditandai dengan
pembesaran menyebar testis dengan baik penampilan hypoecoic heterogen atau
homogen, pembesaran nodular atau beberapa nodul kecil. Orchitis granulomatosa
baik dari infeksi tertentu dapat menyebabkan idiopatik. Orkitis idiopatik ditandai
dengan peradangan kronis pada interstitium dan oleh penghancuran
spermatogenik sel. Etiologinya tidak diketahui, meskipun merupakan autoimun
atau reaksi pasca trauma telah dihipotesiskan. Sonografi fitur termasuk aspek
hypoechoic difus dari testis atau area intratestular hypoechoic fokus. Terakhir,
vaskulitis seperti poliangiitis, nekrotik sistemik granulomatosa vasculite, mungkin
jarang (kurang dari 1% dari kasus) mempengaruhi sistem genitourinari yang
menyebabkan prostatis, uretritis, orkitis dan cedera ginjal. Pada kasus ini, evaluasi
serologis dari antibodi sitoplasma antineutrofil (ANCA) mungkin penting dalam
diferensial diagnosa. Kasus yang jarang terjadi adalah oritis xanthogranulomatous

9
bukti ultrasonografi skrotum testis heterogen area. Orchitis granulomatosa telah
dideskripsikan juga sebagai reaksi setelah berakhirnya kemoterapi pada pasien
terkena limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.2,3,11

5.2 Orkitis Non-Granulomatous


Di antara orkitis non-granulomatosa dijelaskan yang terkait dengan
penyakit Crohn, penyakit sistemik yang terkadang melibatkan testis. Secara klinis,
itu testis memiliki volume dan konsistensi normal, tanpa rasa sakit dan ditandai
oleh heterogen, hypoechoic dan lesi hipervaskularisasi pada pemeriksaan
ultrasonografi.1,2,11
Dalam kasus limfoma testis, sebagian besar limfosit biasanya neoplasma
sel B dengan difus infiltrat tumor. Sistem reproduksi pria dapat dipengaruhi secara
kronis Orkitis bilateral dan infertilitas pria mungkin menjadi satu-satunya tanda
klinis. Selanjutnya, ketika berhadapan dengan kelainan testis, diagnosis
bandingnya rumit. Awalnya, traumatis kerusakan dan torsi testis harus
dikecualikan. Tidak adanya riwayat trauma dan gejala sug-gestive untuk torsi
intermiten dapat menyebabkan diagnosis kami. 1,2,11
Diagnosis banding yang tidak dapat diabaikan juga merupakan burntout
tumor sel germinal, ditandai oleh bekas luka, intratubular neoplasia sel germinal
dan kalsifikasi intratubular. Penyakit radang pada testis jarang terjadi, seringkali
terkait dengan peningkatan konsistensi testis yang mungkin sugestif untuk tumor
testis. Itu penilaian ultrasonografi penting tetapi seringkali tidak cukup dalam
membedakan antara tumor dan non lesi tumor. Sehingga eksplorasi inguinal selalu
diperlukan untuk mencapai diagnosis tertentu secara histologis.1,2,11

6. PATOFISIOLOGI
Hippocrates pertama kali melaporkan orchitis pada abad ke-5 SM. Radang
pada testis dapat disebabkan oleh berbagai virus ataupun bakteri. Hal ini akan
menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi kalor, rubor, dolor,
tumor, dan function laesa.3,9,11
Pathway
Invasi bakteri, virus,
jamur pada testis

10
Reaksi atigen
Proses antibodi Kerusakan
peradangan tubulus
seminiferus
Pertahanan
Suhu Vasodilatasi tubuh kalah
meningkat pembuluh
darah Defisiensi
Infeksi pada testis testosteron
Hipertermi (proliferasi dan
udem multiplikasi sel-sel
mikroorganism hipogonadisme
pathogen)
Penekanan
syaraf peka
nyeri sekitar infertilitas
udem Leukosit
mati

Gangguan
Pelepasan abses konsep diri
serotonin dan
bradikinin
Ulserasi kulit
skrotum
Nyeri

Kerusakan Kerusakan
Meningkat bila integritas syaraf perifer
beraktifitas jaringan sekitar ulkus
Perawatan dan
Defisit pengobatan
perawatan diri tidak adekuat
nyeri

Perubahan pola Resiko infeksi


Kebanyakanseksual sistemik
penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah
gondongan (mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3
sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. Virus parotitis juga dapat
mengakibatkan orchitis sekitar 15 % – 20% pria menderita orchitis akut

11
bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitis parotitika
dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis.1,6,9
Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus
seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi
hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang
bermakna pada pria dewasa dengan orchitis parotitika. Tuberkukosis genitalia
yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah
epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi
melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju
testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis kontralateral,
kandung kemih, dan ginjal.1,6,9

6. DIAGNOSIS
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat, studi diagnostik
dapat membantu mengkonfirmasi epididimitis dan orkitis dan mendeteksi patogen
penyebabnya. Diagnostik pengujian juga dapat mengidentifikasi pasien dengan
tumor atau torsi testis, tetapi rujukan ke ahli urologi tidak boleh tertunda untuk
mendapatkan pencitraan jika torsi testis secara klinis tersangka.1,2,3,12
Pemeriksaan Gram dan biakan sekret uretra yang dilap direkomendasikan
untuk mendeteksi uretritis dan gonokokal infeksi. Seharusnya urinalisis dan kultur
urin juga diperoleh, lebih disukai pada sampel urin pertama. Kehadiran esterase
leukosit dan darah putih Sel-sel bersifat sugestif terhadap uretritis dan membantu
membedakan epididimitis dari torsi testis. Jika epididimitis diduga, uji reaksi
rantai polimerase untuk C. trachomatis dan N. gonorrhoeae harus dilakukan pada
swab uretra atau spesimen urin. Jika torsi testis kemungkinan berdasarkan klinis
temuan riwayat dan pemeriksaan fisik, mendesak.1,2,3,12

12
rujukan ke ahli urologi diperlukan. Kalau tidak, hampir semua pasien
dengan dugaan epididimitis, Doppler warna ultrasonografi diperlukan untuk
mengesampingkan torsi testis dengan mendokumentasikan aliran darah.
Ultrasonografi Doppler Warna menilai perfusi testis dan anatomi dari isi skrotum.
tampil normal testis dengan denyutan gelombang Doppler yang sangat menurun
(aliran darah menurun) menunjukkan torsi, sedangkan epididimis yang membesar
dan menebal dengan peningkatan Doppler gelombang pulsasi (peningkatan aliran
darah) menunjukkan epididimitis.1,2,3,12
Pada anak-anak, warna ultrasonografi Doppler telah terbukti memiliki
sensitivitas 70 persen dan spesifisitas 88 persen untuk epididimitis, dan
sensitivitas 82 persen dan spesifisitas 100 persen untuk torsi testis.15 Pengukuran
protein fase akut, seperti Kadar protein C-reaktif (CRP) dan sedimentasi eritrosit
tingkat, telah terbukti bermanfaat dalam membedakan epididimitis dari torsi testis
pada pasien dengan skrotum akut. Dalam satu penelitian, CRP memiliki
sensitivitas dan spesifisitas untuk epididimitis 96,2 dan 94,2 persen, masing-
masing.21 Jika diagnosis tetap tidak jelas, rujukan dan eksplorasi bedah skrotum
diperlukan. Rujukan tidak boleh ditunda sambil menunggu hasil dari ini Tes jika
torsi testis dicurigai secara klinis.1,2,3,12

Anamnesis

13
o Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
o Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.
o Kelelahan / mialgia
o Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
o Demam dan menggigil
o Mual
o Sakit kepala

Pemeriksaan Fisik
o Pembesaran testis dan skrotum
o  Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
o  Pembengkakan KGB inguinal
o  Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis

Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan urin kultur
o Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
o Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
o Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa
dan mendeteksi adanya abses pada skrotum

o Testicular scan
o Analisa air kemih
o Pemeriksaan kimia darah

14
7. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL

 Epididimitis

15
 Hernia scrotalis
 Torsio testis: kemungkinan besar jika nyeri memiliki onset tiba-tiba dan
parah. Lebih umum pada pria di bawah 20 tahun (tetapi bisa terjadi pada
usia berapapun). Membedakan torsi testikular ini dalam diagnosis sangat
penting dari segi bedah.
 Tumor testis
 Hydrocele

8.PENATALAKSANAAN
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling
penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya
hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis
karena virus.1,2,3
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara
seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan
klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan 
Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah
resisten.1,2,3,12   
Contoh antibiotik:

1.Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi
lebih rendah terhadap organisme gram-positif.  Menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa
 IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d

2. Doxycycline
 Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S
dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri.
 Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore.

16
 Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis
terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari

3.Levofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S
epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada
aktivitas terhadap anaerob.  Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya
pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 10 hari. Anak
tidak dianjurkan

4.Ofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S
epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada
aktivitas terhadap anaerob.  Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya
pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 200 mg PO selama 14 hari. Anak
tidak dianjurkan

9. KOMPLIKASI
 Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat
atrofi testis.
  Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
 Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
  Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk
mengurangi tekanan dari tunika.
 Abscess scrotalis
 Infark testis
 Rekurensi
 Epididymitis kronis

17
 Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian
sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas
sperma biasanya hanya sementara.
 Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang
disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki
penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian
kondisi ini masih belum diketahui.

10. PROGNOSIS
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan
dalam 3-10 hari. Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus
orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.2,3,12

18
BAB III
KESIMPULAN

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. 


Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus
lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.1,2,3
Etiologi orchitis Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi
bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan
Streptococcus. Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium leprae, Actinomycetes, trauma, virus lain meliputi
coxsackievirus , varicella , dan echovirus .1,2,3,4
Insidensi orchitis karena gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki
prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Dalam orchitis bakteri, sebagian besar
kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi
pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih
tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).1,2,6
Gejala klinis: nyeri dan pembengkakan testis. Kelelahan, demam dan
menggigil , mual, sakit kepala Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran testis
dan skrotum, lebih hangat, kadang pembesaran KGB inguinal.4,6
Penatalaksanaan meliputi terapi supportif dan antibiotika yang sesuai jika
penyebabnya bakteri.6
Komplikasi: sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan
beberapa derajat atrofi testis, gangguan kesuburan dilaporkan pada tingkat 7-
13%, kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral, abscess scrotal ,
infark testis, rekurensi.2,3,6
Prognosis sebagian besar baik, jika penyebabnya virus, dapat hilang 3 -10
hari, jika penyebabnya bakteri dengan pemberian antibiotik dapat sembuh tanpa
komplikasi.6,12

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Trojian TH, Lishnak TS, Heiman D. 2009. Epididymis and Orchitis : An

Overview; University of Connecticut School of Medicine, Farmington; Vol. 79,

Number 7.

2. Banyra O, Shulyak A. Acute Epididymo-orchitis; Staging and Treatment;

Central European Journal of Urology; Danylo Halysky Lviv National Medical

University, Lviv, Ukraine, 2012. Vol.65. Number 3.

3. Faure WNA, Challacombe B. Managing Epididymo-orchitis in general

practice. Departemen of Urology, Guys Hospital, London UK, 2013. 257.

4. Lange D, Kimora B. The Role of Bacteria In Urology; The Microbiome in the

Testis: Epididymis and Orchitis. University of British Columbia, The Stone

Centre at Vancouver General Hospital, Jack bell Research Center, Vancouver,

Canada. Chapter 5. Page 51-59.

5. Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC.

6. Benninghoff. 2003. Testis Gross Anatomy. http://www.urology-

textbook.com/testis-anatomy.html. 2 December 2010

7. Mark, B. 2010. Orchitis- Department of Emergency Medicine.

http://emedicine.medscape.com/article/777456. 2 December 2010

8. Hartanto, Huriawati. 2008. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan &

Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC

9. Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6

Vol 2. Jakarta: EGC

10. K. Rajgopal S, Anitha Nileshwar. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3, Vol. 1,2.

Yenepoya Medical College : Mangalore

20
11. Sherwood L. Fisiologi Manusia; Fisiologi reproduksi pria. Departement of

physiology and Pharmacology School of Medicine West Virginia University,

Edisi 8, 2013. Hal 781-789.

12. Gianna P,Stefano B, Lisa P, International Archives of Urology and

Complications; Orchitis the strange,the rare and the unusual: Case report and

review of literature. 2017;Vol.3

13.G. Bonkat, R.R Bartoletti, T. Cai. 2019. EAU Guideline on Urogical Infection.

Acute Infection of Epididimis, hal;33-37

21

Anda mungkin juga menyukai