JUNI 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU
GLAUKOMA FAKOLITIK
Disusun Oleh :
Pembimbing :
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
Pengobatan pada glaukoma terdiri atas pengobatan medis serta terapi bedah
dan laser. Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokuler dan apabila
mungkin memperbaiki patogenesis yang mendasarinya. Terapi awal glaukoma
fakolitik difokuskan pada penurunan akut tekanan intraokular menggunakan
kombinasi agen penurun tekanan intraokular topikal dan sistemik. Steroid topikal
juga dapat memfasilitasi penurunan tekanan intraokular dan mengurangi rasa sakit.
Terapi medis hanya merupakan tindakan sementara sampai operasi katarak dapat
dijadwalkan. Terapi definitif pada glukoma fakolitik adalah ekstraksi katarak, seperti
phacoemulsification, ECCE (extra capsular cataract extraction), ICCE (Intra
capsular cataract extraction), SICS (small incision cataract surgery).5
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada
pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan
berbatasan dengan lapisan epitel subkapsular.2
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal
sebagai zonula (zonula zinni), yang tersusun atas banyak fibril. Fibril-fibril ini berasal
dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.2
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35% nya protein
(kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu,
terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa dari pada di kebanyakan jaringan lain. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.2
Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa. Karena lensa
bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapatkan dari
aquous humour. Metabolisme lensa bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen
terlarut di dalam aquous humor.2
6
2.1.2. Aquous Humour
2.1.2.1 Fisiologi dan komposisi Aquous Humour
Aquous Humour merupakan cairan jernih yang mengisi camera oculi anterior
(0,25 ml) dan camera oculi posterior (0,06 ml) bola mata. Fungsi aquous humour
adalah untuk mempertahankan tekanan intraocular yang memadai, peran metabolik
penting (menyediakan substrat dan memindahkan metabolit dari kornea avaskular dan
lensa), mempertahankan transparansi optik, dan menggantikan limfe yang tidak
ditemukan dalam bola mata. Komposisi aquous humour normal sebagai berikut :2
a. Air 99,9% dan solid 0,1% yang termasuk :
Protein (Kandungan koloid). Karena blood aquous humour barnier,
kandungan protein dalam aquous humour (5-16 mg%) lebih sedikit
dibandingkan di plasma (6-7 mg%). Namun, pada inflamasi uvea
(iridosiklitis), blood aquous barrier rusak dan kandungan protein aquous
meningkat (plasmoid aquous).
Asam amino ditemukan sebanyak 5 mg/kg air.
Non-Koloid yaitu glukosa (6 mm/kg air), urea (7 mm/kg air), askorbat (0,9
mm/kg air), asam laktat (7,4 mm/kg air), inositol (0,1 mm/kg air), Na+ (144
mm/kg air), K+, Cr (10mm/kg air) HCO3- (34 mm/kg air).
Oksigen ditemukan dalam aqueous pada kondisi dissolved. Catatan꞉
Kandungan aqueous serupa dengan plasma kecuali di aqueous terdapat
konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang tinggi, sedangkan protein,
urea, dan glukosa yang rendah.2
Komposisi aqueous humor di kamera okuli anterior berbeda dengan di
posterior karena adanya pertukaran metabolik. Perbedaan utama adalah HCO3 (kadar
di kamera okuli posterior lebih tinggi), Cl- (di posterior lebih rendah), Askorbat (di
posterior sedikit lebih tinggi).2
7
Aqueous humor berasal dari plasma dalam jaringan kapiler prosesus siliari. Kecepatan
produksi normal adalah 2,3 μl/menit.13 Aqueous humor diproduksi melalui dua tahap,
yaitu꞉2
Pembentukan filtrat plasma dalam stroma badan siliar.
Pembentukan aqueous dari filtrat ini melewati blood-aqueous barrier.
Menurut ada tiga mekanisme, yaitu ultrafiltrasi, difusi, dan sekresi berperan
dalam produksi aqueous humor pada tingkat yang berbeda. Ultrafiltrasi yaitu proses
dimana kebanyakan substansi plasma keluar dari epitel pigmen prosesus siliari. Filtrat
plasma berakumulasi di epitel prosesus siliari. Ada dua mekanisme terlibat, sebagai
berikut :1,3
1. Sekresi Aktif
Kebanyakan oleh epitel siliar yang tidak berpigmen. Ini adalah hasil proses
metabolik yang bergantung pada beberapa sistem enzim, terutama pompa
Na+/K+/ATPase yang menyekresi ion Na+ ke dalam ruang posterior. Ini
menyebabkan adanya perbedaan tekanan osmotik di sel epitel siliar sehingga air dapat
lewat secara pasif mengikuti gradien osmotik. Sekresi Cl- pada permukaan sel tidak
berpigmen mungkin merupakan faktor yang menghammbat. Karbonik anhidrase juga
memainkan peran, tetapi mekanisme pastinya tidak jelas. Sekresi aqueous berkurang
akibat faktor yang menghambat metabolisme aktif seperti hipoksia dan hipotermia
tetapi tidak bergantung pada kadar tekanan intraokular.3
2. Sekresi Pasif
Oleh ultrafiltrasi dan difusi (yang tergantung pada tingkat tekanan hidrostatik
kapiler. Tekanan onkotik dan tekanan intraokular diperkirakan memainkan peranan
kecil dalam kondisi normal.3
2.1.2.2. Aliran Aquous Humour
Aqueous mengalir dari kamera okuli posterior melalui pupil ke dalam kamera okuli
anterior. Terdapat dua jalur utama untuk keluar dari mata, yaitu꞉
8
1. Sekitar 90% aliran aqueous melalui jalur trabekula (konvensional). Aliran
aqueous melalui trabekulum ke dalam kanal Schlemm dan kemudian dialiri oleh
pembuluh darah vena episklera. Ini adalah jalur yang sensitif terhadap tekanan
sehingga dengan peningkatan tekanan kepala akan meningkatkan aliran.3
2. Jalur uveosklera (non konvensional) berperan untuk 10% aliran aqueous.
Aqueous melewati tubuh siliari ke ruang suprakoroidal dan didrainase oleh
sirkulasi vena dalam badan siliar, koroid dan sklera. Cairan ini bergerak ke dalam
rongga suprakoroidalis dan diserap ke dalam vena siliari anterior dan vena
vorteks. Sisa aqueous bergerak ke lubang anyaman korneosklera yang lebih
sempit dan melalui jaringan jukstakanalikular dan lapisan endotel ke kanal
Schlemm. Dalam bagian histologis, banyak sel-sel endotel yang melapisi dinding
dalam kanal ditemukan mengandung vakuola besar. Aliran uveosklera berkurang
dengan pemberian miotik dan ditingkatkan dengan atropine, simpatomimetik dan
prostaglandin. Sebagian aqueous juga mengalir melalui iris.3
Gambar 2.3. Aqueous humor mengalir dari sel non-pigmentasi dari ciliary epithelia
(A) di bawah konjungtiva (D). Aqueous humor mengatasi resistensi fisiologis dari
dua sumber: resistensi dari pupil (B) dan resistensi dari trabecular meshwork (C) 2
Hambatan utama aliran keluar aqueous humor dari ruang anterior adalah
jaringan jukstakanalikular yang berdekatan dengan lapisan endotel kanal Schlemm,
dan bukan sistem vena. Tekanan di jaringan vena episkleral menentukan tingkat
minimum tekanan intraokular yang dapat dicapai dengan terapi medis.2
9
2.2 Glaukoma
Glaukoma yang diinduksi lensa adalah glaukoma sekunder di mana lensa
kristalin terlibat dalam mekanisme peningkatan tekanan intraokular (TIO). Glaukoma
dapat terjadi dalam bentuk sudut terbuka atau sudut tertutup, dan ada 4 varian yang
berbeda: fakolitik, partikel lensa, fakoantigenik, dan fakomorfik. 6,9
2.2. 1 Definisi
Glaukoma fakolitik merupakan glaukoma inflamatorik yang disebabkan oleh
kebocoran protein lensa melalui kapsul lensa katarak matur atau hipermatur.3
2.2.2 Etiologi 3
Glaukoma fakolitik merupakan glaukoma inflamatori yang disebabkan oleh
kebocoran protein lensa melalui kapsul katarak matur atau hipermatur Glaukoma ini
biasanya memiliki tekanan intraokular yang normal.6,7 Seiring dengan bertambahnya
usia lensa, komposisi protein lensa menjadi berubah dengan meningkatkan
konsentrasi protein lensa yang berat molekulya tinggi.7 Ketika kapsul lensa menjadi
permeabel untuk zat cair lensa, akan terjadi kebocoran sehingga volumenya akan
hilang. Kapsul akan menjadi keriput. Protein ini dilepaskan melalui lubang
mikroskopis pada kapsul lensa yang intak. Protein-protein ini memicu reaksi
inflamasi makrofag. Makrofag yang dibesarkan dengan bahan lensa, menyumbat
trabecular meshwork, sehingga mengarah ke sudut terbuka glaukoma sekunder.8,9
a. Katarak matur (seluruhnya opak)
b. Katarak hipermatur (korteks cair/morgagnian dan nukleus yang
mengambang bebas)
c. Likuefeksi fokal katarak imatur (jarang)
d. Dislokasi lensa yang katarak di vitreus
2.2.3 Patogenesis
10
Berbeda dengan beberapa bentuk glaukoma yang diinduksi lensa (misalnya:
glaukoma partikel lensa, glaukoma fakoanafilaktik), glaukoma fakolitik terjadi pada
lensa katarak dengan kapsul lensa utuh. Bukti yang tersedia mengimplikasikan
obstruksi trabekular langsung oleh protein lensa, terbebas dari cacat mikroskopis
dalam kapsul lensa yang utuh secara klinis.3
Apabila usia semakin meningkat, komposisi protein dalam lensa berubah,
terjadi peningkatan konsentrasi protein high molecular weight. Katarak hipermatur
merupakan stadium lanjut dari katarak senilis. Pada katarak matur atau hipermatur,
terjadi pencairan korteks lensa dan pengerutan kapsul lensa, dan bilik mata depan
menjadi dalam. Pada keadaan ini dapat terjadi kebocoran material korteks ke luar
kapsul melalui lubang mikroskopik pada kapsul lensa. Kebocoran ini sering disertai
pada awalnya dengan rasa nyeri dan inflamasi segmen anterior. Jaringan trabekulum
akan tersumbat oleh sel-sel makrofag dan protein lensa. Protein berat molekul tinggi
tidak dijumpai pada bayi dan anak-anak, yang kemungkinan dapat menjelaskan tidak
adanya glaukoma fakolitik pada pasien muda dengan katarak. 3
Protein mencetuskan glaukoma sekunder karena protein lensa ini, makrofag
fagosit, dan debris inflamatorik lainnya yang menyumbat anyaman trabekular
sehingga terjadi penurunan drainase humor akuos yang menyebabkan peningkatan
TIO. Peningkatan TIO ini mendahului kelainan diskus optikus dan lapangan pandang
selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Karena terjadinya peningkatan TIO,
tekanan akan menekan serat saraf dari nervus optikus yang berfungsi mengahantarkan
gambaran ke otak. Selain itu, peningkatan tekanan ini akan mengurangi suplai darah
ke nervus optikus yang berarti suplai oksigen dan nutrisi juga berkurang. Bila hal
tersebut berlangsung lama, maka akan menyebabkan kerusakan nervus optikus yang
ireversibel dan kebutaan. Obat untuk mengkontrol tekanan intraokular (TIO) harus
digunakan dan ekstraksi katarak harus dilakukan.3,5
11
Gambar 2.5
a: Glaukoma fakolitik mata kiri dengan edema kornea derajat ringan, b: Glaukoma
fakolitik mata kanan dengan edema kornea derajat sedang, c: Glaukoma fakolitik
mata kanan dengan partikel lensa di bilik mata depan d: Mata kiri terlihat jelas
Katarak Morgagnian setelah kontrol glaukoma fakolitik 7
2.2.4 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis glaukoma fakolitik biasanya terjadi pada orang tua dengan
riwayat penglihatan kabur secara perlahan selama beberapa bulan atau tahun sebelum
timbulnya onset akut nyeri yang tiba-tiba, hiperemia konjungtiva, dan penurunan
visus lebih lanjut. Persepsi cahaya menjadi tidak akurat karena kepadatan katarak.
Rasa sakit mengenai sekitar mata dan bisa pada daerah belakang kepala. Akibat rasa
sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah, kadang-
kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.7
Gambaran klinis biasanya terjadi pada seorang pasien tua dengan riwayat
penglihatan buruk yang memiliki onset nyeri mendadak, hiperemia konjungtiva, dan
penglihatan yang semakin memburuk. Pemeriksaan menunjukkan adanya tekanan
intraokular yang meningkat secara nyata, edema kornea mikrosistik, sel menonjol dan
reaksi flare tanpa adanya presipitat keratik dan sudut ruang anterior terbuka.
Kurangnya presipitat keratik membantu membedakan glaukoma fakolitik dari
glaukoma fakoantigenik. Debris selular dapat dilihat melapisi sudut ruang anterior
dan pseudohipopion mungkin terjadi. Partikel putih besar (gumpalan protein lensa)
dapat dilihat di ruang anterior. Katarak matur atau hipermatur (morgagni) terjadi,
sering dengan kerutan dari kapsul lensa anterior yang mewakili hilangnya volume dan
pelepasan bahan lensa.8,9
2.2.5 Diagnosis
12
2.2.5.1.Gonioskopi
Suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui sudut drainase mata. Tes ini
penting untuk menentukan apakah sudut terbuka, tertutup, atau sempit dan
menyingkirkan penyebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Pada glaukoma fakolitik, hasilnya normal di mana sudut bilik mata depan
terbuka.6
2.2.5.2.Tonometri
Tonometri adalah alat untuk mengukur TIO. Tonometri yang sering
digunakan adalah tonometri Goldman yang digunakan bersamaan slitlamp. Tonometri
jenis ini mengukur daya yang dibutuhkan untuk meratakan satu daerah di kornea.
Oleh itu, ketebalan kornea mempengaruhi akurasi pengukuran. TIO diukur karena
hampir pada semua kasus glaukoma, akan terjadi peningkatan TIO. TIO yang normal
adalah dari 10 – 21 mmHg. Nilai dianggap abnormal apabila 22-25 mmHg dan
dianggap patologik di atas 25 mmHg. Pemeriksaan pada glaukoma fakolitik
menunjukkan peningkatan TIO yang bermakna.6
13
2.2.5.3 Pemeriksaan slit lamp
Gambar 2.7. Glaukoma fakolitik. Tampilan yang khas dari glaukoma fakolitik yaitu
hiperemia konjungtiva, edema kornea mikrositik, katarak matur, dan reaksi ruang
anterior yang prominen, yang ditunjukkan pada gambar di atas. Perhatikan deposit
protein lensa pada endotelium dan melapisi sudut, menciptakan suatu
pseudohipopion.9
14
Gambar 2.8. Karakteristik tampilan katarak hipermatur dengan wrinkling kapsul
anterior lensa, yang diakibatkan oleh hilangnya volume kortikal. Sinekia posterior
ekstensif dijumpai, yang mengkonfirmasi adanya inflamasi sebelumnya.6
Pada keadaan yang jarang, glaukoma fakolitik memiliki onset subakut, dengan
kebocoran protein intermiten yang menyebabkan episode glaukoma berulang,
hiperemia, dan inflamasi. Tampilan ini lebih mungkin dijumpai jika katarak telah
berdislokasi ke vitreus.6,7
15
Membedakan cup normal dari cup glaukomatous adalah sulit. Perubahan awal
dari neuropati optik glaukomatous adalah sangat tipis yaitu6:
a. Pembesaran umum cup
b. Pembesaran cup secara fokal
c. Pendarahan splinter superfisial, kehilangan lapisan serabut saraf
d. Tembus pandang neuroretinal rim
e. Perkembangan pembuluh darah menyilang
f. Asimetri cup antara kedua mata
g. Atrofi peripapil
Gambar 2.9. Cup optik membesar sehingga hampir menutupi seluruh diskus 6
16
f. Temporal wedge
2.2.5.6.Pemeriksaan Histologis
Pemeriksaan pada pasien dengan glaukoma fakolitik menunjukkan adanya
peningkatan TIO yang berat, edema kornea, injeksi siliaris, sudut terbuka, dan heavy
cell dan flare. Sel tampak lebih besar dibandingkan dengan sel darah putih dan agak
iridescent. Sel dapat terpresipitasi pada endotel kornea, tetapi tidak dijumpai keratic
precipitates atau hipopion sejati yang dijumpai.5,6
Gambar 2.10. Makrofag yang mengandung protein lensa pada endotel kornea yang
menyerupai keratic precipitates 5
17
keadaan yang jarang penyakit ini disebabkan oleh katarak imatur dengan zona
likuefaksi korteks.5,6
Gambar 2.11. Glaukoma fakolitik dengan makrofag dan material lensa yang
menyumbat anyaman trabekular.5
18
e. Glaukoma uveitik ditemukan sinekia posterior total, iris bombans,
sudut tertutup atau dapat juga berupa miosis dengan sudut terbuka.
2.2.7. Penatalaksanaan
19
adekuat untuk mengeluarkan semua material lensa yang berada di bilik mata depan
sehingga peningkatan tekanan intraokuler setelah operasi dapat dihindari.9
Gambar 2.12. Kristal kalsium oksalat pada lensa pasien dengan glaukoma akibat
katarak hipermatur. (pewarnaan hematoksilin dan eosin).9
Karena kapsul lensa cukup rapuh, iridektomi sektoral dan α-kimotripsin dapat
digunakan. Jika kapsul ruptur selama pembedahan, ruang anterior harus diirigasi
untuk mengeluarkan protein sisa. Pada pasien dengan kondisi ini, ahli bedah
menggunakan ekstraksi katarak ekstrakapsular yang memberikan hasil yang baik.9
Karena kerapuhan zonula dan kapsul heksis kapsul anterior dapat dilakukan
dengan Vannas scissors atau beberapa peralatan lainnya yang meminimalisasi stress
zonula dan kapsul. Pengeluaran lensa dan aspirasi korteks lensa juga dilakukan
dengan teknik yang lebih rumit. Pada kasus-kasus yang berhasil, penempatan lensa
introkular ruang posterior dapat dilakukan dan memberikan hasil yang baik.9
20
Jika glaukoma fakolitik disebabkan oleh dislokasi lensa, lensa sebaiknya
dikeluarkan dengan instrumen vitrektomi. Kadang-kadang lensa yang terdislokasi
dapat terapung di ruang anterior dengan irigasi cairan dan kemudian dikeluarkan
melalui insisi limbus.9
Pada situasi yang jarang di mana glaukoma fakolitik disebabkan oleh katarak
imatur dan mata memiliki penglihatan yang masih baik, terapi dilakukan dengan
mengontrol TIO dan inflamasi dengan obat-obatan. Jika gagal, lensa harus
dikeluarkan.9
21
tambahan maka yang terbaik adalah dengan menambahkan eyedrop dengan
mekanisme aksi yang berbeda dibandingkan dengan obat awal.9
Ada beberapa kelas terapi topikal yang efektif untuk glaukoma, termasuk
analog prostaglandin (PGA),-pemblokir, -agonis adrenergik dan inhibitor karbonat
anhidrase (CAI), dan pilocarpine. Terapi topikal ini mengurangi produksi aqueous
humor, meningkatkan aliran keluarnya, atau memiliki efek pada keduanya. Selama
bertahun-tahun, topikal-blocker adalah terapi lini pertama yang paling umum
digunakan; namun, pengenalan agen baru selama 20 tahun terakhir telah memberikan
pasien dan dokter lebih banyak pilihan untuk pengobatan awal dan tambahan.
Namun, beberapa "obat lama", seperti pilocarpine agen parasimpatomimetik dan CAI
oral, masih memainkan peran penting dalam jenis glaukoma tertentu. 9
Saat ini, monoterapi dengan PGA topikal dianggap sebagai terapi medis lini
pertama. Karakteristik pasien dan penyakit harus dipertimbangkan pada semua tahap
algoritma dan terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien (yaitu, kemampuan
untuk mentoleransi setiap komponen terapi). Selain itu, pada semua tahap algoritma
pengobatan, sangat penting untuk memantau efek samping serta perkembangan
penyakit. 7
22
1. Supresi pembentukan humor aquous:
Beta adrenergic antagonis
Antagonis beta adrenergic ini bekerja dengan mengurangi produksi humor
akuos. Preparat yang tersedia atara lain adalah timolol maleat 0,25% dan 0,5%.
Betaxolol 0,25% dan 0,5%, dan lain – lain. Kontraindikasi utama penggunaan obat –
obat ini adalah penyakit obstruksi jalan napas kronik, terutama asma, dan defek
hantaran jantung. Betaxolol dengan selektivitas relative tinggi terhadap receptor β 1
lebih jarang menimbulkan efek samping respiratorik, tetapi obat ini juga kurang
efektif dalam menurunkan TIO. Depresi, kebingungan, fatigue dapat timbul pada
pemakaian obat penyekat beta topical. Frekuensi timbulnya efek sistemik dan
tersedianya obat – obat lain telah menurunkan popularitas obat penyekat adrenergic
beta.9
Lebih dari dua puluh tahun, beta-blocker masih menjadi pilihan terapi
glaukoma paling populer, dan jauh melampaui apa pun obat lain sebagai pilihan
terapi pertama dalam glaukoma sudut terbuka. Meskipun beta bloker telah terbukti
sangat efektif dan aman bila digunakan sebagai obat tetes mata, ada efek samping
jangka panjang beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dalam efek samping umumnya
lebih terkait dengan non selektif beta blockers dibandingkan dengan beta bloker
selektif. Namun, menurunkan tekanan dengan non selektif beta blockers
mempengaruhi lebih bagus daripada selektif beta blockers. Non selektif beta bloker
menurunkan tekanan mata sebesar 4-6 mm Hg (20-35%), dan selektif beta bloker
menurunkan tekanan mata oleh 3-4 mm Hg (15 -25%).7
Salah satu mekanisme non selektif beta bloker adalah efek antagonis saluran
kalsium. Penggunaan selektif beta bloker telah dilaporkan memiliki efek yang lebih
baik di bidang pelestarian visual daripada non selektif beta bloker. Hal ini berkaitan
dengan efek neuroprotektan pada non selektif beta bloker.7
Beta bloker dapat menyebabkan bronkospasme dan dengan demikian dapat
memperburuk asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Mungkin
bermanfaat untuk menghindari beta bloker pada pasien yang merokok dan pada
23
pasien dengan riwayat gangguan bronchospastic (beta blocker selektif masih dapat
digunakan). Beta bloker harus digunakan dengan hati-hati pada penderita diabetes
karena mereka mungkin masking effect hipoglikemia, bradycardia merupakan efek
samping potensial. Karena kontraktilitas miokard berkurang, agen ini dapat
memperburuk gagal jantung kongestif. Agen ini harus digunakan dengan hati-hati
dalam setiap pasien dengan penyakit jantung. Baru-baru ini laporan menunjukkan
bahwa beta-blocking agen berhubungan dengan hipotensi malam hari, yang dapat
menjadi faktor risiko perkembangan kerusakan saraf optik glaucomatous. Setelah
penggunaan jangka panjang, depresi, perubahan mood, kehilangan memori,
halusinasi, penurunan libido, dan impotensi semua bisa terjadi. Sebuah cara yang
mudah dan efektif untuk mengurangi efek samping sistemik timoptic adalah
melakukan oklusi nasolacrimal setelah aplikasi topikal.7
Carbonic anhydrase inhibitor
Carbonic anhydrase adalah enzim yang dapat ditemukan di berbagai jaringan
tubuh termasuk mata. Katalisa suatu reaksi reversibel dimana karbon dioksida
menjadi terhidrasi dan carbonic acid menjadi dehidrasi. Dengan memperlambat ion
bikarbonat dengan menurunkan sodium dan transport cairan, hal ini dapat
menghambat carbonic anhydrase pada proses siliaris di mata. Efeknya adalah
menurunnya sekresi humor akuos dan menurunkan TIO.7,9
Obat ini menurunkan tekanan intraokular dengan mengurangi pembentukan
humor akuos. Meskipun sedikit kurang efektif daripada beta-blocker, agen ini
biasanya ditoleransi dengan baik. Jika digunakan sebagai monoterapi, obat ini
memerlukan dosis tiga kali sehari, tapi dua kali sehari dosis biasanya efektif ketika
digunakan sebagai pengobatan tambahan. Ini adalah obat sulfa jadi pasien yang alergi
terhadap sulfonamides tidak boleh menggunakan. Efek samping serious jarang
terjadi, tetapi batu ginjal, dekompensasi kornea, hypotony, dan detasemen choroidal
telah dilaporkan pada pasien dengan menggunakan inhibitor karbonat anhydrase
topikal.9
24
Acetazolamide
Dapat menghambat enzim carbonic anhydrase menurunkan jumlah formasi
pembentukan humor akuos yang dapat menurunkan TIO. Dosis pada dewasa adalah
250 – 500 mg iv / im yang diulang setiap 2 – 4 jam sampai maksimal 1 gram / hari.
Dosis pada anak adalah 8 – 30 mg / kgBB / hari iv / im dan terbagi dalam 3 dosis
yang diberikan setiap 8 jam.9
Efek samping dari penggunaan obat ini adaah munculnya reaksi
hipersensitivitas, gangguan hari, gangguan ginjal yang berat, insufisiensi
adrenokortikalm dan obstruksi paru.9
25
Obat parasimpatomimetik
Obat ini meningkatkan aliran keluar humor akuos dengan bekerja pada
trabekular meshwork melalui kontraksi otot siliaris. Pilocarpine jarang digunakan
sejak ditemukannya analog prostaglandin, tapi dapat bermanfaat pada sejumlah
pasien. Obat-obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai penglihatan
suram, terutama pada pasien katarak, dan spasme akomodatif yang mungkin
menganggu pada pasien usia muda. Ablasio retina merupakan tindakan yang jarang
tapi serius.9
2.2.9 Prognosis
26
Prognosis glaukoma fakolitik baik, dimana kebanyakan pasien dilaporkan mengalami
kemajuan visus setelah ekstraksi katarak dan implantasi lensa intraokuler, namun
demikian pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan visus tidak mengalami
kemajuan. Sebagian besar pasien dengan glaukoma fakolitik memiliki ketajaman
visual yang baik pasca operasi dengan glaukoma remisi total.9
BAB III
KESIMPULAN
1. Glaukoma adalah suatu neuropati optic kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang, biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokuler.
27
2. Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian yatu glaukoma primer,
glaukoma kongenital, glaukoma sekunder, dan glaukoma absolute. Sedangkan
berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokuler glaukoma dibagi
menjadi 2 yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
3. Glaukoma Fakolitik adalah keadaan akut dari glaukoma sekunder sudut terbuka
akibat kelainan lensa yaitu kebocoran dari katarak matur atau hipermatur (jarang
imatur).
DAFTAR PUSTAKA
1. Salmon JP. 2012. Glaukoma. In: Eva PR, Whitcher JP. 2012. Vaughan & Asbury
Oftalmologi Umum. EGC: Jakarta.
2. Robert N. 2014. The Pathophysiology and Treatment of Glaucoma A Review
Available from꞉ https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4523637.
Diakses Juli 2021.
28
3. Yi, K. 2017. Phacolytic Glaucoma. Available from꞉
http://emedicine.medscape.com/article/1204814-overview#showall. Diakses Juli
2021.
4. Bell Jerald A. 2014. Primary Open-Angle Glaucoma. Online,
http://emedicine.medscape.com/article/1206147-overview diakses pada Juli 2021
5. Harpreet G. 2016. Glaucoma, Phacomorphic. Online
http://www.emedicine.medscape.com diakses Juli 2021.
6. Venkatesh S. 2019. Phacolytic Glaucoma from :
https://jmscr.igmpublication.org/v7-i5/147%20jmscr.pdf diakses pada Juli 2021.
7. Rajendra Prakash. 2021. IP International Journal of Ocular Oncology and
Oculoplasty Page No : 105-108 from : https://www.ijooo.org/journal-article-
images/aHR0cHM6Ly9zMy11cy13ZXN0LTIuYW1hem9uYXdzLmNvbS90eXBlc2V
0LXByb2QtbWVkaWEtc2VydmVyLzQyMjhlY2FjLTUxNzAtNDdlNS04ZWRmLWZ
hMTdmMDRmNDZkZGltYWdlMS5wbmc=&&img diakses pada Juli 2021
8. Kelly Laurenti. 2016. Lens-Induced Glaucoma: Diagnosis and Management. from
: https://www.aao.org/eyenet/article/lens-induced-glaucoma-diagnosis-
management diakses pada Juli 2021.
9. Robert L. 2009. Secondary open angle glaucoma from :
https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/lens-protein diakses
pada Juli 2021
29