GLAUKOMA ABSOLUTE
Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior SMF Ilmu
Kesehatan Mata RSUDZA Banda Aceh
FAKHRUL RIZA
1407101030199
Pembimbing
dr. Siti Hajar,M.ked, SP.M
NIP. 19731215 199903 2 001
BAB 1
PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor tiga di dunia setelah katarak dan
kelainan refraksi. Diperkirakan jumlah kasus kebutaan akibat glaucoma adalah 4,5 juta ata
sekitar 12% dadri seluruh kebutaan, survey di okalo distrit, Bangkok mendapatkan glaucoma
sebagai penyebab kedua kebutaan unilateral setelah katarak yaitu sebesar 12%, quingley dan
broman (2006) men edtimasi pad tahun 2010 sebanyak 60,5 juta orang menderita glaucoma
sudut terbuka maupun glaucoma sudut tertutup dan terjadi kebutaan pada 8,4 juta daintaranya
berdasarkan survey kesehatan indra tahun 1993-1996, sebesar 1,5% dari jumlah penduduk,
prevalensi kebutaan berdasarkan pengukuran riset kesehatan dasar tahun 2007 pravalensi
kebutaan berdasarkan pengukuran riset kesehatan dasar tahun 2007 di Indonesia sebesar
0.9% sedangkan responden tertinggi di provinsi DKI Jakarta (18,5%) bertutrut turut di iikuti
provinsi aceh (12,8%) kep riau(12,6%) sumatera barat (11,4%) dan terendah d provinsi riau
(0,4%)
Glaukoma bias dikategorikan menhadi glaucoma prier dan glaucoma skunder dan
glauokoma congenitalk. Penelitian prevalensi glaucoma di berbagai Negara menenujukan
sebagian besar Negara merupakan glaucoma primer yaitu glaucoma sudut terbuka( primery
open angle glaucoma) yang proporsinyta paling banyak, di ikuti glaucoma primer sudut
tertutup . Di asia selatan indiia dan serilangka prevalensi glaucoma primer sudut terbuka
hamper sama dengan sudut tertutup sedangkan di asia tenggara termasu cina, Malaysia,
Burma, Filipina dan Vietnam glaucoma primer sudut tertutup relaatif lebih sering terjadi.
Gllaukoma sering disebut pencuri penglihatan karena glaucoma sering tidak disadari oleh
penderitanya atau dianggap sebagai tanda dari penyakit lain. Akibatnya kebanaykan penderita
datang ke dokter mata dalam keadaan yang lanjut dan bahkan sudah buta, padahal kebutaan
akibat glaucoma merupakan kebutaan yang permanen, tidak dapat diperbaiki, Di RS sao
Geraldo brasil 41% penderita glaucoma dating dalam kondisi telah buta. Sebagian besar
penderita yang dating dalam keadaan kondisi telah but, Sebagian besar penderita yang datang
dalam keadaan waktu yang cukup lama namun masih menunda untuk memeriksakan diri.
Penelitian di daerah rural india mengenai prevalensi angle closure disease mendapatkan hasil
bahwa satupun dari 34 penderita glaucoma sudut tertutup yang ditemukan, menaydari bahwa
dirinya menderita glaucoma.
Kebutaan pada penderita glaucoma akibat kerusakan dari saraf optic yagnn terjadi
melalui mekanisme mekanis akibat tekanan intraocular yagn tinggi dan atau adanya iskemia
sel akson saraf akibat tekanan Intraokular maupun risiko tejadinya glaucoma, progesifitas
penyakit dan kebutaan yang di akibatkan dihubungkan dengan berbagai factor resiko, sealain
tingginya tekanan intra ocular, factor resiko lainya Antara lain adalah ras, jiwa, jenis
kaelamin, usia , jenis tipe glaucoma uang mempengaruhi vaskular dan penglihatan dan
riwayat pengobatan yang didapatkan.
Terjadinya kebutaan pada penderita glaucoma juga dipengaruhi factor perilaku
kesehatan kebutaan akibat glaucoma merupakan kebutaan yang permanen namun seringkali
terlambat disadari oleh penderita pada glaucoma dapat dipengaruhi oleh perilaku berupa
kebiasaan pemeriksaan kesehatan mata/visus, kewaaspadaan terhadap glaucoma dan perilaku
ketika merasakan tanda awal penyakit, hal-hal tersebut dipengaruhi oleh factor
sosioekonomi( pendidikan dan pekerjaan) adanya riwayat penyajkit glaucoma dalam keluarga
akses dan sarana prasarana kesehatan termasuk akses pembiayaan kesehatan dan factor
budaya. Poliklinik ,penyakit mata rumah sakit umum pusat dr.cipto mangungkusima (RSCM)
merupakan salah satu pusat rujukan kesehatan mata di Indonesia, salah satunya divisi adalah
glaujkioma yang memiliki ruagangan khusus untuk pemeriksaan glaukoma setiap tahun divisi
glaucoma memeriksa sekitar 500 psien Bru Yang datang dengan rujukan maupun bukan
rujukan dan sekitar 150-2orang terdiagnosis sebagai penderita galukoma primer, penelitian
deskriptif mengenai insiden dan keparahan pasien glaucoma di RSCM tahun 2005-2006 oleh
oktarina et al men dapatkan hasil bahwa 45% mata penderita glaucoma sudah dalam kondisi
vius <3/60 ketika psien datanmg ke RSCM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus aliliaris dan mengisi
nilik mata anterior dan posterior menuju sudut kamera okuli anterior. Aqueous huor
dideskripsikan oleh trabecular meshwork.
Prosesus siliaris terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus siliaris yang
membentuk aquous humor. Prosesus siliaris memiliki dua lapis epitelium yaitu lapisan
berpigmen dan tidak berpigmen lapisan dalam epitel yang tidak berpigmen diduga berfungsi
sebagai tempat aquous humor.
Sudut kornea okuli anterior yang dibentuk oleh pertatuan Antara kornea perifer dan
pangkal iris, merupakan komponen penting dalam proses pengliran aquos humor. Struktur ini
terdiri dari schwalbe line, trabecular meshwork dan scleral spur.
Trabecular ,meshwork merupakam jaringan anyaman yang tersusun atas lembar
lambar berlubang jaringan kolagen dan elastic.Trabecular meshwork disusun atas tiga baigian
yaitu uvea meshwork( bagian paling dalam) ccorneoscleral meshwork (lapisan terbesar) dan
juxtacanalicualar/endhotelial meshwork( lapisan paling atas) juxtacanalicular meshwork
adalah struktur yang berhubungan dengan bagian dalam kanalis schlem.
keluar dari mata antara berkas otot siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sistem vena
korpus siliaris, koroid, dan sklera (aliran uveoskleral).
Tingkat tekanan intraokular tergantung pada keseimbangan antara produksi
dan ekskresi dari aqueous humour). Tekanan intraokular normal rata-rata sekitar 15 mmHg,
dengan kisaran antara 12 sampai 20 mmHg .Tahanan utama aliran keluar aqueous humour
dari bilik mata depan adalah jaringan jukstakanalikular yang berbatasan dengan lapisan
endotel kanal Schlemm, dan bukan sistem vena. Namun tekanan di jaringan vena episklera
menentukan nilai minimum tekanan intraokular yang dapat dicapai terapi medis.
2.3 Defenisi
Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan pencekungan
cupping diskus optikus, penyempitan lapangan pandang, disertai dengan peningkatan tekanan
intra okular yang merrupakan faktor resiko terjadinya glaukoma.
2.4 Etiologi
Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan aantara proses produksi dan
eksresi keluar humor aquos . Beberapa faktor risiko yang yang dapat memicu terjadinya
glaucoma adalah tekanan darah tinggi , diabetes mellitus, myopia dan Ras.
2.5 Patofisiologi
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion
retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta
berkurangny akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cuping
disk optik .
Efek kerusakan nervus akibat peningkatan TIO dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan
besar peningkatan TIO nya. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan inttra okular mencapai
60-80mmhg, menimbulkan krusakan iskemik akut pada iris yang disertai dengan edama kornea,
dan kerusakan dari nervus optikus. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intra okular
biasanya tidak meningkat lebih dari 30mmhg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah wktu
yang lama, sering setelah beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan normal, sel-sel ganglion retina
mungkin rentan mengalami kerusakan akibat tekanan intra okular dalam batas normal, atau
mekanisme kerusakannya yang utama mungkin iskemia caput nervi optikus.
2. 6. Klasifikasi Glaukoma
Tipe Glaukoma
Glaukoma Sudut Terbuka
1. Glaukoma sudut terbuka primer(POAG)
4. Suspect Glaukoma
Karakteristik
Tidak ada hubungan dengan kelainan
sistemik atau kelainan okuar lainnya.
Biasanya berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra okular
Termasuk bagian dari POAG. Tekanan intra
okular tidak mengalami peningkatan.
Patogenesis yang mungkin adalah kepekaan
yang abnormal terhadap tekanan intra okular
karena kelainan vaskular atau mekanis di
caput nervi optici, atau bisa juga murni
karena penyakit vaskular
Biasanya lebih sering terjadi pada usia
muda(10-30 tahun). Disebabkan oleh mutasi
gen myocilin pada kromosom
Optik disk normal, lapangan pandang normal
dengan peningkatan intra okular
Kecurigaan optic disk atau lapangan pandang
dengan tekanan intra okular yang normal
Peningkatan tahanan pada trabukular
meshwork yang berhubungan dengan kondisi
lainnya seperti, pigmentary glaukoma,
phacolitic glaukoma, steroid induced
glaukoma, exfloliation, angle recession angle
glaukoma.
Gambaran patologi utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah adanya
proses degeneratif anyaman trabekular, termasuk pengendapan materi ekstrasel didalam
anyaman dan dibawah lapisan endotel kanal schelemm. Hal ini berbeda dari proses penuaan
yang normal. Akibatnya adalah penurunan drainase aquos humor yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra okular.
1. Episode peningkatan tekanan intra okular sebelumnya, seperti yang disebkan oleh
uvetis anterior, trauma, atau terapi steroid topical.
2. Variasi diurnal yang besar pada tekanan intraokular dengan peningkatan mencolok,
biasanya pada pagi hari
3. Tekanan intraokular yang berubah sesuai postur, dengan peningkatan mencolok pada
saat pasien berbaring rata
4. Peningkatan tekanan intraokular intermiten, seperti penutupan sudut subakut.
5. Penaksiran tekanan intraokular yang terlalu rendah akibat berkurangnya ketebalan
kornea
6. Penyebab kelainan diskus optikus dan lapangan pandang yang lain termasuk kelainan
diskus kongengital, neuropati optic herideter, dan atrofi optik didapat akibat tumor
atau penyakit vaskular.
Diantara pasien pasien yang didiagnosis glaukoma tekanan normal sekitar 60%
mengalami penurunan lapangan pandang yang progresif.
d. Hipertensi Okular
Hipertensi okular adalah peningkatan tekanan intraokular tanpa kelainan diskus
optikus atau lapangan pandang dan lebih sering dijumpai dari pada sudut terbuka primer.
Angka terbentuknya glaukoma pada para pengidap hipertensi okular adalah sekitar 1-2%
pertahun. Pasien hipertensi okular dianggap tersangka glaukoma dan harus menjalani
pemantauan teratur ( 1-2x setahun) tekanan intra okular, diskus optikus,dan lapangan
pandang. Pasien hipertensi okular yang tidak mengalami glaukoma kemungkinan besar
mempunyai kornea yang relatif tebal sehingga memberikan penakssiran tekanan intra
okular yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, pengukuran ketebalan kornea sentral mungkin
diperlukan untuk menentukan pasien mana yang tidak membutuhkan pemantauan
seksama tersebut.
2. Glaukoma Sudut Tertutup
a. Glaukoma sudut tertutup primer
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis
tanpa disertai kelainnan lain. Peningkatan tekanan intraokular terjadi karena sumbatan aliran
keluar aquos akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Keadaan ini dapat
bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan oftalmologi atau dapat tetap asimtomatik sampai
timbul penurunan penglihatan. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan segmen
anterior dan gonioskopi . Istilah glaukoma sudut tetutup primer hanya digunakan bila
penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nerus optikus dan kehilangan lapangan
pandang.
b. Glaukoma sudut tertutup akut.
Glaukoma sudut tertutup akut( Glaukoma Akut) terjadi bila berbentuk iris bombe
yang menyababkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menghambat aliran
keluar aqous dan tekanan intra okular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat,
kemerahan, dan penglihatan kabur. Penutupan sudut pada mata hiperopia yang sudah
mengalami penyempitan anantomi bilik mata depan bisanya dieksasebasi oleh pemsaran
lensa kristalinayang berkaitan dengan penuaan.Serangan Akut tersebut biasanya sering di
presipitasi oleh dilatasi pupil, yang terjadi secara spontan di malam hari, saat pencahayaan
berkurang. Dapat juga disebakan oleh obat-obatan dengan efek antikolenergik atau
simpatomimetik.
c. Glaukoma Sudut tertutup Subakut
Faktor faktor etiologi yang berperan pada glaukoma sudut tertutup subakut sama
dengan yang berperan pada tipe akut, kecuali bahwa episode peningkatan TIO berlangsung
singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut membaik secara spontan, tetapi terjadi
akumulasi kerusakan pada bilik mata depan disertai pembentukan sinekia anterior perifer.
Galukoma sudut tertutup subakut kadang-kadang berkembang menjadi glaukoma sudut
tertutup akut.
d. Glaukoma sudut tertutup kronik
Pasien dengan predisposisi anatomi sudut bilik mata depan mungkin tidak pernah
mengalami epidsode penekanan tekanan intra okular akut, tetapi, mengalami sinekia anterior
perifer yang semakin meluas disertai dengan peningkatan tekanan intra okular secara
bertahap. Para pasien ini bermanifestasi seperti yang diperlihatkan pasien glaukoma sudut
terbuka primer, sering dengan penyempitan lapangan pandang yang ekstensif dikedua mata.
Sesekali, pasien tersebut mengalami serangan penutupan sudut subakut.
bilik mata depan. 2. Anomali perkembangan segmen anterior sindrom axenfield reiger dan
anamoli peters, keduanya disertai kelainan perkembangan iris dan kornea. 3. Berbagai
kelainan lain ternasuk aniridia, strurge weber, neurofibromatosis, sindrom lowed an rubella
kongengital.
2.8 Glaukoma Absolute
Hasil akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol dengan cirri bola mata menjadi
keras, visus 0, dan sering nyeri.
2.9 Diagnosis
2.9.1 Penilaian Diskus Optikus
Diskus optikus normal memiliki cekungan dibagian tengahnya ( depresi sentral)
cawan fisiologik yang ukurannya tergantung pada jumlah relative serat penyusun nervus
optikus terhadap ukuran lubang sclera yang harus dilewai oleh serat-serat tersebut. Pada
glaukoma atrofi optikus menimbulkan kelainan-kelaina diskus khas yang terutama ditandai
oleh berkurangnya substansi diskus yang terdeteksi sebagai pembesaran cawan diskus optikus
disertai dengan pemucatan diskus daerah cawan. Bentuk-bentuk lain atrofi optikus
menyebabkan pemucatan luas tanpa peningkatan pencekungan diskus optikus. Pada
glaukoma, mungkin terdapat pembesaran konsentrik cawan optic atau pencekungan superior
dan inferior dan disertai pembentukan takik fokal di tepi diskus optikus. Kedalaman cawan
optic juga meningkat karena lamina kribosa tergeser ke belakang. Seiring dengan
pembentukan cekungan, pembuluh retina di diskus tergeser kearah nasal.
Hasil akhir proses pencekungan pada glaukoma disebut cekungan beanpot
(periuk), yang tidak memperlihat jaringan saraf di bagian tepi.
Rasio cawan diskus adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus
optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara cawan optic
terhadap diameter diskus, misalnya, cawan kecil rassionya 0,1 cawan besar 0,9 apabila
terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan TIO, rasio cawan diskus lebih dari
0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata sangat di indikasikan adanya
atrofi glaukomatosa.
Penilian klinis diskus optikus dapat dilakukan dengan oftalmoskopi langsung atau
dengan pemeriksaan dengan menggunakan lensa 78 dioptri atau lensa kontak kornea khusus
yang memberi gambaran 3 dimensi.
Bukti klinis lain kerusakan nervus optic pada glaukoma adalah atrofi lapisan serat
saraf retina, yang mendahului kelainan timbulnya diskus optikus. Kerusakan ini dapat
dideteksi dengan oftalmoskopi atau fotofundus, keduanya dilengkapi dengan cahaya bebas
merah, optikal koheren tomography, scanning laser, polary metri, atau scanning laser
tomografi.
2.9.2 Pemeriksaan Lapangan Pandang
Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur berperan penting dalam diagnosis
dan tindak lanjut glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak
spesifik karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada
semua penyakit nervus optikus namun, pola kelainan lapangan pandang sifat progresifitas,
dan hubungannya dengan kelainan- kelainan diskus optikus merupakan ciri khas penyakit ini.
Gangguan lapangan pandng akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat
lapangan pandang bagian sentral. Perubahan paling dini adalah semakin nyata bintik buta.
Perluasan kontinu ke lapangan pandang daerah Bjerrun 15 derajat dari fiksasi membentuk
skotoma bjerrun, kemudian skotoma arkuata.
Daerah daeraha penurunan lapangan pandang yang lebih parah didalam daerah
bjerrun dikenal sebagai skotoma seidel. Skotoma arkuata ganda diatas dan dibawah meridian
horizontal sering disertai oleh nasal step (rowennne) karena perbedaan ukuran kedua defek
arkuata tersebut. Pengecilan lapangan pandang perifer cenderung berawal di perifer nasal
sebagai konstrikti isobtel. Terdapat hubungan defek arkuata, menimbulkan breakthrough
perifer.
3.1.1 Tonometri
BAB III
LAPORAN KASUS
: Syaribanun
1.2 Anamnesis
Umur
:72 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Agama
: islam
Suku
: Aceh
Pekerjaan
: IRT
Alamat
CM
Tanggal pemeriksaan
: Peusangan, bireun
: 1050080
: 11 februari 2016
Status Opthalmologis
Okular Dextra
Okular Sinistra
VOD : 0
VOS : 5/45
Sulit Dinilai
Normal
Keterangan OD
Edema (-)
Edema
Hiperemis (+)
Komponen
Palpebara Superior
Palpebra Inferior
Konjuntiva Tarsal
Keterangan OS
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis(-)
Superior
Konjuntiva Tarsal
Hiperemis (-)
Inferior
Konjuntiva Bulbi
Siliar(-)
Sangat Keruh ,
Siliar(-)
Jernih , Infiltrat (-),
Kornea
Infilltrat(+)
Edema (+)
Sulit Dinilai
Sulit Dinilai
Atrofi Pupil
Sangat Keruh
Edema (-)
COA
Kripta Iris
Pupil
Lensa
3.6 Penatalaksanaan
1. Timolol 0,25% 2dd 1 tetes perhari
2. Noncort 4 dd 1 tetes perhari
3. Mecobalamin tab 500mg
4. KSR 2x1 tab
5. Glaucon 2x1 Tab
Normal
Norml
Normal
Keruh
BAB IV
PEMBAHASAN
Paisen datang ke poli mata RSUDZA dengan keluhan tidak biasa melihat pada
mata kanan. disertai keluhan mata kabur sebelah kiri dan pandangan sepeti berasap, kelauhan
ini sudah dirasakan sejak 3 tahun yang lau, Pasien mengaku mata kanan awalnya sering
neyeri dan kadang kadang seperti berbanyang hitam dan pandangan seperti terowong
perlahan lahan dan semakin memberat hingga saat ini pasien tidak dapat melihat lagi dengan
mata kanann, pada daerah mata pasien, mata juga terasa berdenyut-denyut dan disertai nyeri
kepala, riwayat DM dan hipertensi disangkal, Pemeriksaan VOD : 0, VOS : 5/45 , TIOD :
30,4, TIOS : 25,8
Gejala yang dialami oleh penderita glaukoma dapat bervariasi menurut jenis
glaukomanya, pada POAG biasanya didapatkan keluhan pandangan kabur yang
progesifitasnya berkembang secara pelan dan lama. Pada pasien keluhan sudah ada sejak 3
tahun yang lalu seperti kerusakan nervus optikus mata kabur, pandangan berbayang hitam
adalah kerusakan lapangan pandang serta peningkatan tekanan intra okular lebih dari 21
mmHG. Namun, akibat dari progesifitasnya berkembang secara pelan dan lama seperti pada
glaukoma sudut terbuka primer sehingga sering terjadi keterlambatan dalam penegekakn
diagnosis ataupun penderita menyadarinya sehingga sering mengakibatkan terjadinya suatu
glaukoma absolout dimana komplikasi akhir dari semua jenis glaukoma dan menjadi
kebutaan yang permanen. Pada tahap ini kebutaan tidak dapat di kembalikan lagi.
Pentalaksanaan hanya terbatas pada gejala symptoms seperti nyeri bola mata akibat TIO yang
tinggi.
Tekanan Intra okular yang melebihi 21 mmhg dapat menyebabkan perubahan pada
diskus optikus, isi bola mata dapat menekan dinding bola mata ke segala arah , menyebabkan
peregangan terhadap struktur yang melapisinya. Retina merupakan lapisan terdalam pada
dinding bola mata. Akibar dari perengangan terjadi kerusakan pada pada struktur retina yang
ditunjukan dengan penyempitan lapangan pandang.
Pada glaukoma absolute visus 0, dan light perception negative. Pada pasien ini
didapatkan visusnya 0 mata kanan, dimana pasien tidak dapat melihat dengan lambaian
tangan dan dan light perception. Funduskopi didapatkan perubahan pada papil berupa
penggaungan. Perubahan juga terjadi pada saraf disekitar papil.
Akibat dari keterlambatan dalam dalam pengobatan ataupun terdiagnosis
glaukoma yang mendasarinya sehingga proses kerusakan terus berlangsung dan berakhir
menjadi glaucoma absolute. Pemeriksaan Gonioskopi dapat juaga dilakukan untuk melihat
kedaalaman sudut mata untuk mengetahui jenis glaucoma yang mendasarinya sebelum
berlanjut menjadi glaukoma absolute.
BAB V
KESIMPULAN
Glaukoma Absolute merupakan tahap akhir dari semua jenis glaucoma, terutama pada kasus
glaucoma yang tidak terdiagnosis dini dan tidak tertangani dengan benar. Riwayat mengenai
gejala serta pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien ini sesuai dengan gejala glaucoma
sekunder. Namun karena penanganan yang tidak adekuat dapat menjadi glaucoma absolute.
Karena sudah mencapai glaucoma absolute, maka penatalaksanaanya hanya terbatas untuk
menurunkan TIO. Dengan penurunan TIO diharapkan keluhan seperti rasa pegal disekitar
mata yang dialami pasien saat ini biasa berkurang.