Pembimbing
dr. Harie Basoeki Soedjono, Sp.M
Disusun oleh
William Djauhari (2014-061-050)
Arviana Laurensia Cahyadi Putri (2015-061-078)
Denish Gunawan (2015-061-079)
Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan ini ditandai
oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus
dan pengecilan lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi
mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa
ekstravasasi (penggaungan/cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat
berakhir dengan kebutaan.(1)
Secara global saat ini diperkirakan terdapat 60 juta orang dengan neuropati
optikus glaukomatosa dan sekitar 8.4 juta orang mengalami kebutaan karena
glaukoma. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 80 juta dan 11.2 juta
pada tahun 2020. Glaukoma merupakan penyebab kedua utama penyebab kebutaan
secara global. Glaukoma sudut terbuka primer (primary open angle glaucoma/POAG)
paling sering terjadi pada etnis Afrika, sedangkan glaukoma sudut tertutup primer
(primary angle closure glaucoma/PACG) paling sering terjadi pada ras Inuit. (2) Secara
umum, di Asia glaukoma dengan prevalensi terbanyak adalah PACG. Namun
epidemiologi glaukoma pada asia dibagi pula berdasarkan daerah, dimana PACG
lebih sering terjadi di Asia Timur. PACG juga lebih sering terjadi di daerah pedesaan
sedangkan POAG lebih sering terjadi pada daerah perkotaan(3) Meskipun di Asia
sendiri lebih sering terjadi PACG, namun POAG lebih sering menyebabkan
komplikasi karena seringkali bersifat asimtomatik dan lebih sering menyebabkan
gangguan penglihatan bahkan sampai kebutaan dibandingkan PACG, terutama pada
glaukoma tekanan rendah (low tension glaucoma/normal tension glaucoma/NTG).(4)
Tekanan intraokular (TIO) yang tinggi tanpa adanya gangguan lapangan
pandang (LP) atau kelainan diskus disebut juga hipertensi okular (ocular
hypertension/OHT). Kejadian OHT yang berkembang menjadi glaukoma hanya
sebesar 1-2%, yang menandakan bahwa peningkatan TIO tidak selalu menyebabkan
glaukoma, namun merupakan salah satu faktor risiko dari glaukoma, dan sepertiga
dari pasien glaukoma memiliki tekanan normal sehingga mempersulit para petugas
medis unuk mendiagnosa glaukoma.(4)
Karena alasan diatas maka refrat ini perlu dibuat dan diharapkan dapat
membantu dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan NTG.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
), serta oksigen. Komposisi aqueous humor tersebut mirip dengan plasma, namun
kadar askorbat, piruvat, dan laktat pada aqueous humor lebih tinggi, sedangkan kadar
protein, urea, dan glukosa pada aqueous humor lebih rendah.(4,5)
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Produksi aqueous humor melalui
dua mekanisme, yaitu:(4,6)
1. Sekresi aktif oleh epitel siliar tidak berpigmen dengan bergantung pada
sistem pompa Na+/K+ ATPase yang mensekresikan senyawa-senyawa
tertentu ke bilik posterior. Senyawa yang ditransportasikan secara aktif
meliputi ion sodium, klorida, potassium, asam askorbat, asam amino, dan
bikarbonat.(5,6)
2. Sekresi pasif melalui ultrafiltrasi dan difusi yang bergantung pada tekanan
hidrostatik kapiler, tekanan onkotik, dan tekanan intraokuler. Senyawa
yang paling berperan dalam perpindahan air ke bilik posterior adalah ion
sodium.(5,6)
Gambar 2.2. Teori vakuolisasi transport humor akueous. (1) Tahap non-vakuolisasi;
(2) tahap lipatan awal dari permukaan basal dari sel endotel; (3) tahap
makrovakuolisasi pembentukan struktur; (4) tahap pembentukan kanal vakuolar
transelular; (5) tahap oklusi lipatan basal.(5)
2. Uveoscleral. Sekitar 10% aqueous humor keluar dari mata melalui jalur
uveoskleral. Aqueous humor melalui badan siliar menuju ruang
suprakoroidal dan masuk ke sirkulasi vena di badan siliar, koroid, dan
sclera.(46)
Glaukoma
Glaukoma adalah suatu kondisi neuropati optic kronis yang ditandai dengan
adanya cupping dari diskus optikus dan penurunan lapang pandang. Kondisi ini biasa
disertai dengan peningkatan tekanan intraokuler. Tekanan intraokuler merupakan
faktor risiko yang paling umum terhadap terjadinya glaukoma, namun ada pula
glaukoma yang memiliki TIO normal (glaukoma tekanan normal). Terjadinya
glaukoma juga diketahui berhubungan dengan adanya endothelial leucocyte adhesion
molecule-1 (ELAM-1) yang mengaktivasi respon stress pada sel trabecular meshwork.
(46)
Herediter. Risiko dari mendapatnya penyakit ini adalah 10% pada saudara
Hal ini paling tepat dideskripsikan sebagai sebuah proses kompleks yang
ditandai dengan cedera jaringan okular dengan karakteristik tersendiri. Proses dimulai
dengan perubahan jaringan dan faktor risiko awal yang kemudian akan menghasilkan
manifestasi klinis dari cedera glaukomatosa (degenerasi sel ganglion retina dan
perubahan morfologi pada kepala nervus optikus), dan terakhir disabilitas visual dan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Melihat POAG sebagai sebuah
proses merupakan hal yang penting karena hal tersebut mendeskripsikan alur atau
perkembangan dari penyakit kronis ini.(7)
Gambar 2.4. Proses glaukomatosa. Kecepatan dari keempat tahapan ini sangat
bervariasi, dapat terjadi sangat cepat sampai sangat lama.(7)
Gambar 2.5. Gambaran histologis (pewarnaan H&E) dari atrofi lapisan serabut nervus
retina (panah hijau) dan lapisan sel ganglion (panah kuning).(7)
Gambar 2.6. Gambaran histologis (pewarnaan H&E) dari cupping diskus yang
diinduksi oleh glaukoma, beserta atrofi lapisan serat nervus retina.(7)
Seringkali proses glaukoma ini mirip pada POAG atau NTG karena keduanya
dianggap merupakan wujud yang kurang lebih sama. Namun diagnosis dari POAG
memerlukan riwayat TIO yang lebih tinggi dari rata-rata TIO normal.
2.5.
Saat ini pengertian tentang POAG adalah terdapat neuropati optikus dengan
karakteristik cedera nervus optikus struktural dan penurunan LP fungsional, yang
tidak berhubungan dengan TIO.(1)
Setelah diperkenalkan metode tonometri aplanasi Goldmann pada tahun 1950
untuk mengukur TIO dengan lebih akurat, serta penelitian epidemiologi berbasis
populasi didapatkan batas atas dari TIO normal adalah < 22 mmHg. Saat ini diyakini
bahwa neuropati optik glaukomatosa dengan TIO normal terdapat pada 30-50%
pasien dengan POAG.(1)
2.5.1. Definisi
NTG, seperti yang telah dibahas sebelumnya, merupakan neuropati optikus
primer dengan causa yang belum diketahui, berkarakteristik:(1)
1. TIO dalam batas normal secara statistik < 22 mmHg secara diurnal atau
pengukuran lebih dari 1 hari.
2. Cupping diskus optikus dan asosiasi hilangnya lapisan serat nervus retina,
seringkali berbentuk seperti api (flame-shaped), perdarahan lapisan serat
nervus, mirip dengan POAG dengan peningkatan TIO.
3. Defek LP yang konsisten dengan tampakan cedera nervus optikus, seperti
defek berkas serat nervus seperti skotoma arkuata atau skotoma parasentral
4. Sudut BMD terbuka tanpa bukti adanya kemungkinan peningkatan TIO
sebelumnya, seperti sinekia anterior perifer karena uveitis atau penutupan
sudut BMD atau resesi sudut karena trauma
Tidak adanya penyebab lain dari defek LP atau cedera nervus optikus yang
dapat memimik glaukoma, seperti kelainan diskus kongenital, myopic tilted disc,
tumor nervus optikus atau pituitari/kiasma, riwayat iskemik neuropati optikus, syok
kardiogenik atau kelaunan vaskular lain dimana cedera diskus biasanya nonprogresif.
2.5.2. Faktor Risiko Terkait TIO
2.6.1. Faktor terkait TIO
a. Variasi diurnal-nokturnal dan fluktuasi TIO
The Collaborative Normal Tension Glaucoma Study (CNTGS)
merupakan penelitian randomisasi dengan membandingkan tatalaksana
penurunan TIO sebanyak 30% dengan observasi progresifitas pasien NTG.
Didapatkan bahwa penurunan TIO yang agresif dapat memperlambat
progresifitas dari penyakit diskus glaukomatosa dari 35% menjadi 12%
pada follow up selama 5 tahun. Didapatkan juga terjadi fluktuasi TIO pada
siang hari (variasi diurnal) dan saat tidur malam hari (variasi nokturnal),
sehingga sangat memungkinkan pasien dengan penampakan NTG
memiliki TIO yang tinggi di luar pemeriksaan di rumah sakit, atau
peningkatan TIO pada posisi supinasi saat tidur. Hal ini harus menjadi
pertimbangan saat mendiagnosa seseorang sebagai NTG atau HTG.(1)
atrophy/PPA)
menandakan
adanya
risiko
vaskular
yang
dengan 22.4% pada pasien NTG dan 6.9% pada populasi normal. Selain itu usia
tua dan jenis kelamin perempuan lebih sering terkena NTG.(1)
4. Faktor sistemik
Penyakit kardiovaskular, hipotensi nokturnal, autoimun, anemia, diabetes
merupakan faktor risiko dari NTG namun perlu penelitian lebih lanjut untuk
menentukan prevalensi dan hubungan dari faktor sistemik ini dengan NTG.(1)
5. Migrain dan fenomena Raynaud
Mendukung konsep iskemia dan vasospasme sebagai penyebab dari cedera
nervus optikus pada glaukoma, penelitian di Amerika Serikat (AS) mendapatkan
prevalensi tinggi dari sakit kepala (migrain secara lebih spesifik) pada pasien
NTG (86%) dibandingkan pasien tanpa nyeri kepala (64%).(1)
2.5.4. Etiopatogenesis
Penyebab dari NTG masih belum jelas, namun ada beberapa mekanisme yang
dipostulasi yakni, kelainan fungsi vaskular lokal dan sistemik, kelainan nervus
optikus, dan penyakit autoimun. Ditemukan juga pada pasien NTG memiliki Central
Corneal Thickness (CCT) yang kecil dibandingkan dengan pasien POAG. Sejumlah
kecil pasien NTG juga memiliki lonjakan TIO nocturnal yang besar yang kadangkadang dideteksi pada posisi supine.(6)
Mekanisme terjadinya NTG dipercaya disebabkan oleh karena perfusi
vaskular yang rendah secara kronis sehingga menyebabkan terjadinya kerentanan
diskus nervus optikus terhadap TIO normal. Hal tersebut didukung oleh keterkaitan
beberapa hal yang ditemukan pada NTG lebih banyak dibanding POAG.(5)
1. Fenomena Raynauld, misalnya spasme vaskular perifer pada keadaan
dingin
2. Migraine
3. Hipotensi sistemik nocturnal dan hipertensi sistemik yang diobati
berlebihan
4. Penurunan kecepatan aliran darah pada arteri oftalmik (diketahui dengan
USG Doppler transcranial)
Peningkatan kadar endothelin-1 (ET-1) berkaitan dengan glaucoma. ET-1
merupakan protein vasoregulator berasal dari endothelium yang bekerja sebagai
vasokonstriktor endogen poten terutama pada pembuluh darah kecil dan pada mata
dihasilkan oleh prosesus siliaris dan berperan dalam modulasi aliran darah ocular.
Peningkatan ET-1 ini berkaitan dengan terjadinya hiporperfusi diskus nervus optikus
dan juga apoptosis sel ganglion retina pada percobaan injeksi intravitreal. Oleh karena
itu, peningkatan regulasi ET-1 dikatakan berperan dalam pathogenesis NTG, di mana
terjadi disregulasi vaskular.(8)
Faktor lain yaitu peningkatan sitokin inflamasi TNF- yang dihasilkan akibat
sel glia yang mengalami iskemik dan penekanan dapat menyebabkan kematian sel
ganglion retina. Hal tersebut memberi kesan adanya hubungan antara proses inflamasi
local dengan terjadinya neuropati optik glaucomatous. Tak jarang juga dipostulasikan
adanya hubungan antara disfungsi autoimun dengan NTG.(8)
2.5.5. Manifestasi Klinis
Secara umum manifestasi klinis NTG mirip dengan POAG, tetapi TIO secara
konstan nilainya < 21 mmHg. Karakteristik lain juga telah disebutkan di
etiopatogenesis.(6)
a. Gejala:(6)
Penyakit ini timbul secara diam-diam dan umumnya asimptomatik
sampai nantinya menyebabkan kehilangan lapang pandang (perlu
pemeriksaan mata berkala pada usia paruh baya)
o Defek pada lapang pandang
o Sakit kepala ringan dan sakit mata
o Membaca dan pekerjaan jarak dekat menjadi lebih sulit akibat
kegagalan akomodasi yang disebabkan oleh tekanan konstan pada otot
siliaris dan suplai nervusnya, karenanya pasien akan mengeluhkan
perubahan sering pada kacamata presbiopi
o Adaptasi gelap yang terhambat (terjadi pada tahap lanjut)
b. Tanda:(6,9)
o Segmen anterior mata:
Pemeriksaan slit-lamp biomicroscopy menunjukkan segmen anterior
mata yang normal
o TIO:
TIO yang diukur selalu < 21 mmHg
o Perubahan diskus optikus:
Terjadi peningkatan cup/disc ratio secara progresif, asimetrik, dan
muncul dengan berbagai pola. Terjadinya perdarahan splinter juga
tampak lebih sering pada NTG
o Defek lapang pandang:
neuropati
optik
nutritional/toxic dicurigai
7. Alergi:
o Terutama pada obat yang digunakan untuk pengobatan glaucoma,
terutama sulfonamide
seperti
pigmentary
dan
pseudoexfoliative
Tonometry
o Pada NTG hasilnya selalu < 21 mmHg
Pachymetry
o Untuk pemeriksaaan CCT
Gonioskopi
o Pemeriksaan sudut bilik mata depan dengan hasil normal
Pemeriksaan diskus optikus:
o Dilakukan pada pupil yang berdilatasi,
Penggunaan cahaya bebas merah dapat mendeteksi kelainan Retinal Nerve
khas pada tipe ini akan menjadi kurang jelas seiring bertambahnya umur
Episode peningkatan TIO sebelumnya, yang dapat munucl akibat trauma ocular,
glaucoma
Anterior Ischemic
Optic
Neuropathy
(AION)
sebelumnya
yang
dapat
menyebabkan perubahan diskus dan defek lapang pandang yang mirip dengan
glaucoma
Kerusakan nervus optikus akut sebelumnya, seperti oleh karena syok
hipovolemik, syok sepsis, atau cedera kepala
2.5.8. Tatalaksana(5,6,8)
1. Terapi pengobatan untuk menurunkan TIO. Tujuan dari pengobatan yaitu untuk
menurunkan TIO sebesar 30%, misalnya untuk mencapai TIO pada level 12-14
mmHg. Beberapa obat yang berguna yaitu:
- Betaxolol: sebagai drug of choice karena selain dapat menurunkan TIO juga
-
seperti
diabetes,
hipertensi,
dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Shacknow PN, Samples JR. The Glaucoma Book. 1st ed. New York: Springer; 2010.
2. Cook C, Foster P. Epidemiology of glaucoma: whats new? Can J Ophthalmol J Can
Ophtalmol. 2012 Jun;47(3):2236.
3. Chan EW, Li X, Tham Y-C, Liao J, Wong TY, Aung T, et al. Glaucoma in Asia: regional
prevalence variations and future projections. Br J Ophthalmol. 2015 Jun 25;bjophthalmol
2014306102.
4. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. New
York: Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical Pub. Division; 2008.
5. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age
International; 2007.
6. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systematic approach. 7th ed. Windsor:
Elsevier; 2011.
7. Choplin NT, Traverso CE. Atlas of Glaucoma. 3rd ed. Florida: Taylor & Francis Group;
2014.
8. Caprioli J, Song B. New directions in the treatment of normal tension glaucoma. Indian J
Ophthalmol. 2014;62(5):529.
9. Anderson D. Normal-tension glaucoma (Low-tension glaucoma). Indian J Ophthalmol.
2011;59(7):97.