EMPEDU
Rikayana
(16 20 777 14 420)
PEMBIMBING
dr. Maria Rosa DA Lima Rupa.M.Biomed
2
PENGANTAR Batu empedu diklasifikasikan berdasarkan lokasinya (kandung empedu atau saluran
empedu) dan komposisinya, yang ditentukan oleh perubahan fisik- kimiawi dalam empedu,
dan dibedakan oleh peningkatan konsentrasi kolesterol atau bilirubin. Sekitar 90% dari
batu empedu adalah batu kolesterol. Sisanya 10% terdiri dari batu pigmen hitam dan coklat
yang terutama terdiri dari kalsium bilirubinat, kompleks kalsium, dan glikoprotein atau
bilirubin tak terkonjugasi.
3
LANJUTAN…
4
Batu empedu menjadi semakin umum dikarenakan penyakit ini
dapat ditemukan pada semua kelompok usia, namun kejadian meningkat
EPIDEMIOLOGI
seiring bertambahnya usia dan sekitar seperempat wanita berusia di atas
50 tahun akan meningkatkan pembentukan batu empedu. Dalam
kebanyakan kasus penyakit ini asimtomatik, dan hanya 10% dan 20%
yang pada akhirnya akan menjadi simtomatik, dalam kurun waktu 5-20
tahun. Dengan demikian, rata-rata resiko pengembagangan penyakit
simtomatik rendah yaitu mendekati 2,0-2,6 % /tahun.
Dinegara negara barat 10-15% pasien dengan batu kandung
empedu juga disrtai batu pada saluran empedu. Pada beberapa keadaan,
batu saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu
intra atau ekstrahepatik tanpa melibatkan kandung empedu.
Di Asia sendiri, prevalensi batu kolestrol semakin meningkat
seiringan dengan pola makan yang buruk di masyarakat. Tetapi di
Indonesia sendiri, belum ada data prevalensinya, dikarenakan masih
sedikit penelitian batu empedu di Indonesia
5
Mekanisme faktor resiko yang meningkatkan risiko batu empedu dengan kelebihan lemak tubuh
FAKTOR RESIKO bersifat multifaktorial. Risiko utama adalah terjadinya batu empedu kolesterol, yang dihasilkan dari
akumulasi kristal kolesterol monohidrat yang mengendap dalam kandung empedu yang mengandung
kolesterol berlebih dibandingkan dengan garam empedu.
Secara umum, penurunan berat badan mengurangi risiko batu empedu, dengan pengecualian 2
pengaturan khusus: penurunan berat badan yang sangat cepat (yaitu,> 1,5 kg/minggu) dan penurunan
berat badan yang berlebihan (yaitu,> 25% berat badan). Dalam kedua kasus ini, risiko terjadinya batu
empedu meningkat. Peningkatan berat badan juga merupakan faktor risiko yang mempengaruhi
pembentukan batu empedu, dan peningkatan BMI telah terbukti secara kausal terkait dengan risiko batu
simtomatik,
Distribusi lemak tubuh juga mempengaruhi risiko batu empedu, Pengaruh berat badan pada batu
empedu juga baru-baru ini disarankan untuk terjadi secara independen dari usia.
6
PENCEGAHAN & Peran Kolesistektomi
PENGOBATAN BATU
EMPEDU PADA OBESITAS Kolesistektomi adalah pengobatan standar emas untuk batu empedu simtomatik, dan sering tetapi
tidak rutin dilakukan selama operasi bariatrik pada pasien obesitas. Telah terjadi penurunan tingkat
kolesistektomi simultan dalam beberapa tahun terakhir karena morbiditas dan mortalitas yang terkait
dengan prosedur serta risiko intervensi yang tinggi.
Diet dan Aktifitas Fisik
Penurunan berat badan yang stabil (yaitu <1,5 kg/minggu). Peningkatan risiko batu empedu telah
diilustrasikan dengan 2 metode penurunan berat badan yang populer, yaitu, operasi bariatrik dan diet
sangat rendah kalori , dengan perkiraan risiko masing-masing 30 dan 25%. Uji coba terkontrol secara
acak pada pasien obesitas telah menunjukkan risiko ini untuk dikurangi ke tingkat tertentu ketika diet
penurunan berat badan memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi
Asam ursodeoksikolat profilaksis
Selama fase penurunan berat badan, profilaksis asam ursodeoksikolat telah menunjukkan harapan
besar dalam mengurangi pembentukan batu empedu terlepas dari metode penurunan berat badan, yaitu
diet rendah kalori atau operasi bariatrik, dengan pengurangan setinggi 58% dilaporkan dalam uji coba
terkontrol secara acak.
7
KOMPLIKASI
8
THANKS