Oleh :
NIM 561802008
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Kolelitiasis saat ini merupakan penyakit saluran cerna yang sering ditemukan
biaya pengobatan yang paling mahal sekitar 6,5 juta per tahun. 1
survei klinis di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Asia, penyakit ini sering
tidak bergejala, hanya 20% penderita dengan kolelitiasis yang mengeluhkan nyeri.
Faktor resiko yang paling tinggi adalah jenis kelamin wanita terutama pada usia 40
-50 tahun, hal tersebut juga berhubungan dengan kejadian sindrom metabolik.
Beberapa faktor resiko lain yaitu, genetik, aktivitas yang kurang yang berhubungan
empedu.2
pada usia muda. Pertambahan jumlah penderita kolelitiasis harus diiringi dengan
penengakkan diagnosis yang lebih akurat dikarenakan banyak kasus kolelitiasis tanpa
gejala, meskipun angka mortalitas dari kasus ini minimal namun akan menyebabkan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
atau saluran empedu, ataupun keduanya. Sumbatan yang terjadi akibat batu
empedu, hal tersebut berakibat dari tidak lancarnya sauran empedu yang berakibat
2.2 Patofisiologi
a. Supersaturasi kolesterol
hepar namun, jika hepar memproduksi kolesterol yang lebih tinggi dari
sel darah merah, disekresikan ke empedu oleh sel-sel hepar. Kondisi kelainan
Faktor resiko terjadinya batu empedu sering kali dikenal dengan istilah 6F
(fat, female, forty, fair, fertile, family history) , beberapa faktor resiko tersebut
dapat diuraikan,
a. Berat badan
Semakin tinggi Body Mass Index (BMI) semakin tinggi pula resiko
terkena batu empedu. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol
dalam kandung empedu pada BMI yang obese ataupun overweight akhirnya
b. Jenis kelamin
Pada wanita tingkat kejadian dua kali lebih tinggi dari pada pria.
c. Usia
dari peningkatan resiko terkena kolelitiasis pada usia >40 tahun adalah :
empedu,
d. Kesuburan
kandungan estrogen.
empedu.6
2.4 Klasifikasi
a. Batu kolesterol
kasus batu empedu, tingkat kejadian mencapai 90%. Bentuk dari batu
kolesterol yaitu oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari
empedu, senyawa organik dan inorganik lain. Batu kolesterol murni sangat
jarang ditemukan, tingkat prevelensi hanya kurang dari 10% dengan bentuk
- Pembentukan nidus
- Kristalisasi
b. Batu pigmen
Batu pigmen dijumpai 10% dari total jenis batu empedu, terdapat
hitam yaitu tidak berbentuk, bisa seperti bubuk dan kaya akan zat
c. Batu campuran
metabolism dari batu campuran sama dengan batu kolesterol yang bersifat
a. Asimtomatik
tidak masuk hingga duktus sistikus atau duktus koleduktus, atau jika batu
berukuran kecil sehingga dapat melewati duktus koledokus dan masuk hingga
ke duodenum.
b. Simtomatik
Gejala yang paling sering ditemukan pada penderita kolelitiasis adalah
nyeri kolik biler, ditandai dengan nyeri yang konstan dan intermitten, tajam di
bagian abdomen kuadran kanan atas. Nyeri yang dirasakan dapat menjalar
hingga punggung tengah, scapula, atau ke puncak bahu. Gejala lain yang
dapat timbul antara lain, dispepsia, mual, muntah, demam, jaundice dan gejala
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
datang dengan keluhan nyeri di kuadran kanan atas yang dapat menyebar,
mual, dan muntah, hingga nyeri menjadi menetap dan bertambah saat menarik
nafas dalam.
b. Pemeriksaan fisik
saluran empedu akan timbul ikterus yang dimulai dari sklera hingga ke kulit.14
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
oleh batu.9
- Pemeriksaan USG
2.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana yang dapat dilakukan jika pasien mengalami gejala yang menetap
a. Kolesistektomi terbuka
kasus lain, jika hal tersebut terjadi, penanganan kolesistektomi lebih baik
terbuka.
koledokus. Indikasi lain adalah jika ditemukan kasus Mirizzi’s syndrome dan
ileus batu kandung empedu. Ileus batu kandung empedu disebabkan karena
b. Kolesistektomi laparoskopi
Kolesistektomi laparoskopi memiliki angka morbiditas, komplikasi,
sakit sekaligus biaya pengobatan, waktu penyumbuhan luka lebih cepat, dan
ESWL dapat dilakukan pada kasus batu empedu yang soliter, diameter
kurang dari 2 cm. Gelombang energi yang tinggi disinarkan langsung melalui
yang nantinya dapat memecahkan batu. Fragmen dari batu yang telah terpecah
e. Disolusi
Disolusi merupakan penatalaksanaan non medis yang dapat dilakukan
2.8 Komplikasi
a. Kolesistisis
adanya batu empedu dan infeksi bakteri. Pada kolesistisis akan ditemukan
gejala murphy’s sign yaitu nyeri tekan pada kanan saat pasien diperikasan
b. Kolangitis
kolangitis adalah infeksi yang telah menyebar dari saluran empedu ke saluran-
c. Hidrops
Hidrops terjadi akibat obstruksi di duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi
empedu kembali.
d. Empiema
meskipun kasus ini jarang terjadi namun dapat membahayakan jiwa dan
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
yaitu kolesistektomi.
c. Pencegahan tersier
mortalitas.11
BAB III
KESIMPULAN
Faktor resiko kolelitiasis sering dikenal dengan istilah 6F (female, fat, forty,
fair, fertile, family history). Wanita memiliki angka kejadian dua kali lebih tinggi
meninkatkan produksi kolesterol, dimana batu empedu paling sering ditemukan pada
fisik, dan pemeriksaan penunjang, meskipun pada beberapa kasus tidak menunjukkan
gejala. Gejala khas berupa adanya nyeri perut di kuadran kanan atas, selain itu dapat
disertai dispepsia, mual, muntah, demam, ataupun ikterus. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan nyeri tekan di kuadran kanan atas atau adanya murphy’s sign jika sudah
yaitu USG.
Penatalaksanaan berupa kolesistektomi terbuka ataupun laparoskopi,
1. Febyan, Dhillion, H., Ndraha, S., & Tendean, M. (2017). Karakteristik Penderita
Kolelitiasis Berdasarkan Faktor Resiko di Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Jurnal
Kedokteran Meditik Volume 23.
2. Nurhikmah, R., & Abdullah, D. (2015). Hubungan Peningkatan IMT dengan Kejadian
Kolelitiasis. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory.
3. Tuuk, A., Panelewen, J., & Noersasongko, D. (2016). Profil Kasus Batu Empedu di
RSUP Prof. R. D. Kandou Manado Periode Oktober 2015-Oktober 2016. Jurnal e-
clinic.
5. Tanaja, J., Lopez, R., & Meer, J. (2020). Cholelithiasis. StatPearls Publishing.
6. Gross, A., Bacaj, P., & William, J. (2020). Educational Case: Gallstones, Cholelithiasis,
and Cholecystitis. Academic Pathology: volume 7.
8. Khan SP, Izhar S. Ultrasound as a first line investigation of choice in diagnosis acute
cholicystitis. IJAR 2018;6(11):65-9.
9. Peswani AR, Sequeira VJ, D’silva M, Ghanwat S, Shah PP, Pinto AC. Association
between gallstone disease and metabolic syndrome. IJCMR 2019;6(10):J1-J5
11. Gore JM. Cholelithiasis. Journal of the American Academy of PAs. 2013 Dec
1;26(12):54-5.
12. Al-Saad, M. H., Alawadh, A. H., Al-Bagshi, H. A., & Al Ali, H. M. (2018). Surgical
Management of Cholelithiasis. The Egyptian Journal of Hospital Medicine.
13. Guarino MP, Cocca S, Altomare A, Emerenziani S, Cicala M. Ursodeoxycholic acid
therapy in gallbladder disease, a story not yet completed. World Journal of
Gastroenterology: WJG. 2013 Aug 21;19(31):5029
14. Shabanzadeh DM. Incidence of gallstone disease and complications. Curr Opin
Gastroenterol 2018;34:81-9.
15. European Association for the Study of the Liver. EASL clinical practice guidelines on
the prevention, diagnosis and treatment of gallstones. Journal of Hepatology
2016;65:146-81