B. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau
campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu
empedu dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus
pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu
menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40
tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999).
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-
pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin,
kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
1. batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan
penurunan produksi empedu.
C. Faktor Resiko
Usia : Setelah 20 tahun, kecepatan pembentukan batu empedu meningkat
setiap dekade. Jumlah kolesterol dalam empedu yang seharusnya meningkat
dengan usia,hal ini disebabkan oleh dislipoproteinemia yang menghasilkan
peningkatan linier dalam ekskresi kolesterol ke dalam empedu dan dengan
sintesis asam empedu berkurang karena aktivitas menurun dari enzim
kolesterol 7α-hidroksilase (CYP7A1).Hemoperfusi dari dinding kantung
empedu menurun dengan usia karena karena adanya perubahan sklerotik.
Hal inimemberikan kontribusi terhadap disfungsi kantung emdpedu, infeksi,
dan peradangan dengan eksudasi ke dalam lumen organ.
Gender : jenis kelamin perempuan adalah faktor risiko secara umum penyakit
batu empedu. Pada wanita usia reproduksi, risiko kolelitiasis adalah 2-3 kali
lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki. Kehamilan juga berkontribusi
terhadap pembentukan batu di kantung empedu.Penyakit batu empedu
umumnya pada multipara (paritas 4 kali atau lebih). Perbedaan gender dan
deteksi penyakit batu empedu sering pada wanita hamil terkait dengan latar
belakang hormonal. Peningkatan kadar estrogen diketahui akan
meningkatnya ekskresi kolesterol ke dalam empedu dengan supersaturasi
kolesterol. Selama kehamilan, di samping peningkatan kadar estrogen, fungsi
evakuasi kantung empedu terganggu sehingga menimbulkan bile sludge dan
batu empedu.
Kelebihan berat badan dan obesitas: Kelebihan berat badan dan obesitas
merupakan faktor risiko penting cholelithiasis. Obesitas disertai dengan
peningkatan sintesis dan ekskresi kolesterol ke dalam empedu.Pada saat yang
sama, jumlah kolesterol yang dihasilkan berbanding lurus dengan kelebihan
berat badan. Siklus berat badan, independen dari BMI, dapat meningkatkan
risiko penyakit batu empedu pada pria. Besar berat fluktuasi dan siklus berat
badan lebih banyak dikaitkan dengan risiko yang lebih besar.Reseptor Beta3-
adrenergik (ADRB3) adalah reseptor transmembran sangat disajikan dalam
jaringan adiposa dan dianggap terlibat dalam regulasi lipolisis. ADRB3 juga
sangat disajikan dalam jaringan kandung empedu mungkin terlibat dalam
kontraksi kandung empedu. Diet rendah kalori yang digunakan pada pasien
obesitas menimbulkan ointment-like bile seperti empedu dan batu pada 25%
kasus. Dalam kasus operasi bypass untuk obesitas, kemungkinan cholelithiasis
bahkan lebih tinggi: 50% dari pasien yang ditemukan memiliki batu empedu
dalam 6 bulan pasca operasi. Berat badan disertai dengan peningkatan kadar
musin dan kalsium dalam empedu kistik, sehingga menimbulkan biliary
sludge dan batu empedu di kandung empedu.
Diet: Asupan tinggi kolesterol meningkatkan kadar empedu. Diet rendah serat
memperlambat transit isi usus, yang meran batu empedu Yang peningkatan
pembentukan dan penyerapan asam empedu sekunder dan sifat lithogenic
disempurnakan empedu.Pengolahan karbohidrat meningkatkan saturasi
kolesterol empedu selama dosis kecil alkohol memiliki efek sebaliknya.
Penyakit hati dan pankreas: Dalam sirosis hati, batu empedu terdeteksi di
30% dari pasien. Hal ini menyatakan bahwa subyek dengan HBsAg dan C
virus hepatitis memiliki peningkatan risiko untuk pembentukan batu empedu.
Disfungsi batu empedui metabolik hepar dan lesi saluran empedu yang
disebutkan sebagai penyebab yang mungkin.Dalam sirosis biliar primer, batu
saluran empedu (lebih umum yang pigmen) yang ditemui dalam 39% dari
pasien. Insiden penyakit batu empedu meningkat di hepatosis lemak. Pasien
dengan diabetes mellitus berada pada risiko yang lebih tinggi untuk penyakit
batu empedu, yang dihubungkan dengan hiperkolesterolemia diamati dalam
penyakit ini.
D. Patofiologi
Ada beberapa tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan
batu yang tersusun dari kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak
terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan)
sehingga terjadi batu-batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus
dikeluarkan dengan jalan operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak
larut dalam air, kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin
(fosfolipid) dalam empedu. Pasien penderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol
dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu
yang jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu,
mengendap dan membentuk batu dan menjadi iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne
C., 2000).
3. Penurunan sekresi phosphatidylcholine sebagai penyebab batu
kolesterol ditemukan pada wanita Chili yang hidup hanya memakan
sayuran.
Batu pigmen terdiri atas sebagian besar kalsium bilirubinat (50%)
yang memberikan warna hitam atau coklat pada empedu. Batu hitam
juga mengandung kalsium karbonat dan fosfat, dimana batu coklat
juga mengandung stearat, palmitat dan kolesterol. Peningkatan jumlah
bilirubin tak terkonjugasi pada empedu, yang dipecahkan hanya
dalam micelles, ini merupakan penyebab utama pembentukan batu
empedu, dimana normalnya mengandung hanya 1-2% dalam empedu.
TANDA : TANDA:
4. Ikterus ringan
GEJALA: GEJALA:
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)
E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Tes laboratorium :
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan
istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.
Diit yang dianjurkan adalah tinggi protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial,
chenofalk). Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam
hati dan sekresinya dan tidak desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut
(monooktanoin atau metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung
empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan
alat jaring untuk memegang dan menarik keluar batuyang terjepit
dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut
berulang yang diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya
dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung
empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka
insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil
melalui dinding abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian
batu empedu.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)
H. Pathway dan Masalah Keperawatan
Ekskresi kolesterol E. coli
bilirubin
Masak dalam
Kristalisasi kolesterol empedu
bilirubin
Bilirubin glukoronis
Terbentuk batu diubah jadi bilirubin
bebas
Menyumbat Pergerakan batu
choleduktusistikus Aliran bilirubin
Iritasi mukosa empedu terkonjugasi
Aliran asam empedu
Aktivitas syaraf nyer organ Penumpukan
Kontriksi kantong empedu viseral dan aktivitas bilirubin
simpatis
Distensi kandung empedu Masuk aliran darah
Motilitas lambung
Sensitivitas syaraf nyeri menurun Menumpuk pada
subkutis
Nyeri Pengosongan lambung
lambat Merangsang
produksi histamin
Akumulasi asam
L Perut terasa penuh Gatal
Mual
ambung Nafsu makan menurun Resiko kerusakan
integritas kulit
Iritasi mukosa lambung Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Merangsang pusat muntah
Muntah
(Smeltzer, Suzanne, C, 2001)
II. Rencana asuhan keperawatan
Pengkajian :
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Ikterus ringan ( kolelitiasis akut),menggigil
Palpasi : Nyeri tekan murphy sign (nyeri lokal tajam yang terjadi bila
kandung empedu di palpasi dan pasien instruksikan nafas dalam).
Perkusi : Nyeri ketuk pada kolangitis,kolelitiasis
1. Aktivitas dan istirahat:
subyektif : kelemahan
Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi :
Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen
atas/quadran kanan atas, urine pekat .
4. Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
Kegemukan.
Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :
6. Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal,
rasa tak nyaman.
7. Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus ,
cenderung perdarahan (defisiensi Vit K )
8. Belajar mengajar
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami
batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan /
peradangan pada saluran cerna bagian bawah.
Prioritas Perawatan :
Soeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUI
Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC
Surabaya, Februari 2018
(…………….…………..…………) (…………………………………..…)