Anda di halaman 1dari 13

OBAT TROMBOLITIK DAN

ANTIPLATELET

KELOMPOK VIII:
REFIZA PUTRI MUSLIM
RIZA LUTHFIA SARI
SAFITRI YONANDA
SELLYANA LUBIS
SINDI ARLINA
YULI WARDANI

OBAT TROMBOLITIK

Terapi trombolitik adalah terapi klinis yang ditujukan untuk reperfusi


jaringan miokardium dengan memperbaiki aliran darah pada pembuluh
darah yang tersumbat. Bekuan darah yang terdapat dalam pembuluh
darah akan mengganggu aliran darah ke bagian tubuh yang dialiri oleh
pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan suatu kerusakan serius pada
bagian-bagian tubuh. Jika bekuan terdapat pada arteri yang memasok
darah ke jantung, maka dapat menyebabkan serangan jantung. Jika
bekuan terdapat pada aliran darah ke otak, maka dapat terjadi stroke.
Terapi trombolitik digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang akan
mengancam kehidupan jika tidak segera diatasi.

PENGGOLONGAN OBAT TROMBOLITIK

1.Streptokinase
Mekanisme Kerja: Streptokinase mengaktivasi
plasminogen dengan cara tidak langsung yaitu dengan
bergabung terlebih dahuluu dengan plasminogen untuk
membentuk kompleks aktivator. Selanjutnya kompleks
aktivator
tersebut
mengkatalisis
perubahan
plasminogen bebas menjadi plasmin. Kebanyakan
pasien memiliki antibodi terhadap streptokinase
sebagai akibat infeksi streptokokus sebelumnya; oleh
karena itu mula-mula di berikan dosis muat. Bila
dengan dosis 1 juta IU tidak efektif obat ini mungkin
tidak aktif dan tidak digunakan.

Efek samping:
Perdarahan, nyeri kepala dan
punggung, kenaikan suhu
sementara, reaksi anafilaksis.

Kontraindikasi:
Kadar
antistreptokinase
darah yang tinggi.

Dosis. IV:
Dosis dewasa untuk
infark miokard akut
dianjurkan dosis total
1,5 juta IU secara
infus selama 1 jam.
Untuk
trombosis
vena akut, emboli
paru,
trombosis
arteri
akut
atau
emboli
dapat
diberikan dosis muat
250.000IU
secara
infus
selama
30
menit diikuti dengan
100.000
IU/jam
(biasanya selama 24
jam
pada
pasien
emboli paru, 24-72
jam
pada
pasien
trombosis arteri atau
emboli dan sampai
dengan 72 jam pada
pasien
trombosis
vena dalam).

2. Urokinase
Mekanisme Kerja: Berbeda dengan streptokinase, urokinase langsung
mengaktifkan plasminogen. Selain terhadap emboli paru, urokinase juga
digunakan untuk tromboemboli pada arteri dan vena. Seperti streptokinasi obat
ini tidak bekerja spesifik terhadap fibrin sehingga menimbulkan lisis sistemik
(fibrinogenolisis da destruksi faktor pembekuan darah lainnya). Penggunaan
urokinase bersama heparin menyebabkan insiden perdarahan yang lebih besar
(45%) dibandingkan dengan heparin saja(27%). Sebaiknya tidak diberikan
pada pasien emboli paru yang berumur lebih dari 50 tahun, pasien dengan
sejarah penyakit kardiopulmonal atau gangguan hemostatis berat.

Efek samping: Perdarahan,


nyeri kepala dan punggung,
kenaikan suhu sementara,
reaksi anafilaksis.

Kontraindikasi:
Urolitiasis

Dosis yang dianjurkan:


Dosis muat 1000-4500
IU/kgBB secara IV
dilanjutkan dengan infus IV
4400 IU/kgBB/jam.

3. Tissue plasminogen aktivator (t-PA)


Mekanisme Kerja: Plasminogen secara endogen juga
diaktifkan oleh aktivator plasminogen jaringan
alteplase dan reteplase yang merupakan aktivator
plasminogen jaringan manusia dan di produksi
dengan teknik rekayasa DNA.
Obat ini bekerja lebih selektif mengaktivasi
plasminogen yang mengikat fibrin daripada
plasminogen bebas di dalam darah. Denga demikian,
t-PA bekerja lebih selektif terhadap bekuan
darah/fibrin.

Efek samping: Perdarahan, kenaikan


suhu sementara

OBAT ANTI
PLATELET

Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit


sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama
sering ditemukan pada sistem arteri yang bekerja mencegah pelekatan (adhesi)
platelet dengan dinding pembuluh darah yang cedera atau dengan platelet
lainnya, yang merupakan langkah awal terbentuknya trombus

PENGGOLONGAN OBAT ANTIPLATELET

1. Aspirin
Mekanisme Kerja: Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit
dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara ireversibel enzim
siklooksigenase (akan tetapi siklooksigenase dapat di bentuk kembali oleh sel endotel).
Penghambatan siklooksigenase terjadi karena aspirin mengasetilasi enzim tersebut.
Aspirin dosis kecil hanya dapat menekan pembentukan TXA2, sebagai akibatnya terjadi
pengurangan agregasi trombosit.
Dosis: Sebagai antiplatelet dosis efektif aspirin 80-320 mg per hari.
Efek samping: Misalnya rasa tidak enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna
biasanya dapat di hindarkan bila dosis perhari tidak lebih dari 325 mg. Penggunaan
bersama antasid atau antagonis h2 dapat mengurangi efek tersebut. Obat ini dapat
mengganggu hemostatis pada tindakan operasi dan bila diberikan bersama heparin atau
antikoagulan oral dapat menigkatkan resiko perdarahan.
Indikasi: Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan
nyeri otot serta menurunkan demam.
Kontra Indikasi: Penderita tukak lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat,
penderita asma dan alergi. Penderita yang pernah atau sering mengalami pendarahan
bawah kulit, penderita yang sedang terapi dengan antikoagulan, penderita hemofolia dan
trombositopenia.

2. Dipiridamol
Mekanisme Kerja: Dipiridamol menghambat ambilan dan metabolisme adenosin
oleh eritrosit dan sel endotel pembuluh darah, dengan demikian meningkatkan
kadarnya dalam plasma. Adenosin menghambat fungsi trombosit dengan
merangsang adenilat siklase dan merupakan vasolidator. Dipiridamol juga
memperbesar efek antiagregasi prostasiklin. Karena dengan dosis yang di
perlukan untuk menghambat agregasi trombosit kira-kira 10% pasien mengalami
flushing dan sakit kepala, maka sering di berikan dosis dipiridamol yang lebih
kecil bersama aspirin atau antikoagulan oral.
Efek samping: Yang paling sering yaitu sakit kepala biasanya jarang
menimbulkan masalah dengan dosis yang di gunakan sebagai antiplatelet. Bila
digunakan untuk pasien angina pektoris, dipiridamol kadang kadang
memperberat gejala karena terjadinya fenomena coronary steal. Efek samping
lain ialah pusing, sinkop, dan gangguan saluran cerna.
Dosis: Untuk profilaksis jangka panjang pada pasien katup jantung buatan
400mg/hari bersama dengan warfarin. Untuk mencegah aktivasi trombosit selama
operasi by-pass dosisnya 400 mg dimulai 2 hari sebelum operasi.
Indikasi: meningkatkan kadar cAMP intraselular dengan menghambat
fosfodieterase nukleotida siklik. Hal ini menghambat sintesis tromboksan A2 dan
dapat memperkuat efek prostasiklin (PGI2) untuk melawan perlengketan trombosit
dan karenanya menurunkan perlengketan trombosit pada permukaan
trombogenik.

3. Tiklopidin
Mekanisme Kerja: Tiklopidin menghambat
agregasi trombosit yang di induksi oleh ADP.
Inhibisi maksimal agregasi trombosit baru
terlihat setelah 8-11 hari terapi.

Efek samping: Yang umum adalah mual,


muntah, dan diare. Yang paling berbahaya
adalah neutropenia parah pada sekitar 1%
pasien.

Indikasi:
Mengurangi resiko stroke
trombotik pada penderita yang pemah
mengalami prekursor stroke atau pemah
mengalami stroke merupakan pilihan bila
terjadi intoleransi terhadap aspirin.

Kontraindikasi: Perubahan gambaran


darah,
kecendrungan
perdarahan,
kehamilan, masa menyusui dan anak-anak.

4. Klopidogrel
Mekanisme Kerja: Sebagai antagonis ADP
menghambat pengikatan ADP pada reseptor
trombositnya secara selektif dan juga aktivasi
kompleks reseptor GP IIb/IIIa yang di perantarai oleh
ADP sehingga terjadi pencegahan lempeng lempeng
darah.
Dosis: Umumnya 75 mg/hari dengan atau tanpa dosis
muat 300 mg.
Efek samping: Perdarahan GIT, perdarahan hidung,
hematom, perubahan gambaran darah, keluhan GIT.

Kontraindikasi: Perubahan gambaran


darah, gagguan hati berat, kecendrungan
perdarahan, kehamilan.
Indikasi: Penggunaan terapi profilaksis
sekunder terhadap infrak otak dan jantung
pada pasien yang tidak tahan asam atau
mendapat serangan sewaktu menggunakan
asam.

5. Penghambat glikoprotein IIb/IIIa

Absiksimab merupakan antibodi monoklonal chimeric


mencit/manusia.
Mekanisme kerja: Absiksimab bekerja dengan
memblokade resptor glikoprotein IIb/IIIa sehingga
menghambat agregasi trombosit. Absiksimab digunakan
bersama asspirin dan heparin untuk pasien yang sedang
menjalani angioplasti dan aterektomi.

Tirofiban merupakan senyawa nonpeptida bermolekul


kecil yang berperan sebagai inhibitor terhadap IIb3
yang merupai eptifibatid.
Mekanisme kerja: Penghambatan spesifik terhadap
pengikatan fibrinogen pada reseptor GP-IIb/IIIa dari
trombosit.

Indikasi: Penggunaan terapi angina pektoris nonstabil,


intervensi koroner perkutan
Efek samping: Perdarahan, nyeri punggung, hipotensi,
mual dan muntah, nyeri dada, nyeri kepala, bradikardi,
demam, pembentukan antibodi antisimer manusia.

Indikasi: : Indikasi Mencegah penggumpalan darah atau


serangan jantung.
Efek samping: Perdarahan, nyeri punggung, hipotensi,
mual dan muntah, nyeri dada, nyeri kepala, bradikardi,
demam, pembentukan antibodi antisimer manusia.

Kontraindikasi: Perdarahan aktif, operasi besar atau


traumata dalam 2 bulan terakhir, malformasi pembuluh
darah, kecendrungan perdarahan, hipertensi malignan,
trombositopenia, gangguan hati berat, komplikasi
serebrovaskuler dalam 2 tahun terakhir.

Kontraindikasi: Perdarahan aktif, operasi besar atau


traumata dalam 2 bulan terakhir, malformasi pembuluh
darah, kecendrungan perdarahan, hipertensi malignan,
trombositopenia, gangguan hati berat, komplikasi
serebrovaskuler dalam 2 tahun terakhir.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai