PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ginjal adalah sepasang organ yang berbentuk seperti kacang yang terletak
saling bersebelahan dengan vertebra di bagian posterior inferior tubuh manusia
yang normal. Fungsi utama ginjal adalah untuk mengeluarkan bahan buangan
yang tidak diperlukan oleh tubuh dan juga mensekresi air yang berlebihan dalam
darah.
Bahan buangan adalah hasil daripada proses normal metabolisme tubuh
seperti penghadaman makanan, degradasi jaringan tubuh, dan lain-lain. Ginjal
juga memainkan peran yang penting dalam mengatur konsentrasi mineral-mineral
dalam darah seperti kalsium, natrium dan kalium. Selain itu ia berfungsi untuk
mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah,
serta sekresi bahan buangan dan lebihan garam. Beberapa penyakit yang berkaitan
dengan ginjal yag sering kita temui diantaranya ialah gagal ginjal dan batu ginjal.
Penyakit gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu saat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Penyakit Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan
masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan
uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih
dan infeksi. Dari penjabaran ini, akan kami paparkan kedua jenis penyakit ini
dalam makalah ini selanjutnya.
BAB II
ISI
2.1 Anatomi dan fisiologi ginjal
2.1.1 Anatomi
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang
berbentuk
mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) daridarah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin.
a. Letak
Ginjal terletak dibelakang peritoneum pada bagian belakang rongga abdomen,
mulai dari vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke 3. Ginjal kanan
lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya hati. Saat inspirasi, kedua ginjal
tertekan ke bawah karena kontraksi diafragma. Setiap ginjal diselubungi oleh
kapsul fibrosa, lalu dikelilingi oleh lemak perinefrik, kemudian oleh fascia
perinefrik yang juga menyelubungi kelenjar adrenal. Korteks ginjal merupakan
zona luar ginjal dan medulla ginjal merupakan zona dalam yang terdiri dari
piramida-piramida ginjal. Korteks terdiri dari semua glomerulus dan medulla
terdiri dari ansa henle, fasa rekta, dan bagian akhir dari duktus kolektivus.
b. Struktur detail
Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin, umur, serta
ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada orang dewasa, rata-rata ginjal memiliki
ukuran panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan
berat sekitar 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal
memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di
tiap
ginjal
terdapat
bukaan
yang
disebut
hilus
yang
Nefron
berfungsi
sebagai
regulator
air
dan
zat
terlarut
lainnya
akan
dibuang.
Reabsorpsi
dan
pembuangan
dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urine.
Sebuah
nefron
terdiri
dari
sebuah
komponen
penyaring
yang
tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan
masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan
ginjal lewat arteri eferen.
Bagian bagian ginjal :
1.
glomerulus
Filtrasi adalah proses pasif yang terjadi melalui dinding semipermeabel
glomerulus dan kapsul glomerulus. Semua zat dengan massa molekul kurang dari
68 kilodalton (kDa) terdorong keluar dari kapiler glomerulus untuk masuk ke
kapsul Bowman. Jadi, air dan molekul kecil masuk ke nefron, sedangkan sel
darah, protein plasma, dan molekul besar lainnya bertahan di darah. Isi kapsul
Bowman disebut sebagai filtrat glomerulus dan kecepatan pembentukan cairan
ini disebut sebagai laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate, GFR).
Ginjal membentuk sekitar 180 liter cairan encer setiap hari (GFR sekitar
125ml/mnt). Sebagian besar cairan ini secara selektif direabsorpsi sehingga
volume akhir urine yang dibentuk adalah sekitar 1 sampai 1,5 liter per hari.
2. Tubulus
a. Tubulus Kontortus Proksimal
b.
selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan
tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti
sel berdekatan. Sitoplasma sel berwarna basofil (kebiruan) dan permukaan sel
yang mengahadap lumen tidak mempunyai paras sikat. Bagian ini terletak di
korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin.
3.
Ansa Henle
Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars asendens),
bagian tipis (segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens). Segmen tebal
turun mempunyai gambaran mirip dengan tubulus kontortus proksimal, sedangkan
segmen tebal naik mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal. Segmen
tipis ansa henle mempunyai tampilan mirip pembuluh kapiler darah, tetapi
epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal
sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu lumennya tampak kosong.
Ansa henle terletak di medula ginjal. Fungsi ansa henle adalah untuk memekatkan
atau mengencerkan urin.
4.
Nefron
Setiap ginjal memiliki sekitar sejuta nefron, yang masing-masing
panjangnya sekitar 3 cm. nefron adalah tubulus yang tertutup di satu ujung dan
terbuka ke duktus koligentes (collecting duct) di ujung yang lain. Nefron memiliki
enam region tersendiri, masing-masing beradaptasi untuk melakukan fungsi
spesifik. Terdapat dua jenis nefron. Sebagian besar nefron (90%) adalah nefron
korteks; nefron ini memiliki ansa Henle (loops of Henle) yang pendek dan
terutama berperan dalam pengendalian volume plasma pada kondisi normal.
Nefron jukstaglomerulus, yang memiliki ansa (lengkung) Henle yang lebih
panjang, dapat meningkatkan retensi air apabila persediaan air kurang.
Korpustel ginjal terdiri atas kapsul Bowman, suatu tabung buntu, dan
glomerulus, suatu susunan kapiler membentuk kumparan yang dikelilingi oleh
invaginasi kapsul Bowman. Glomerulus membentuk kapiler dengan luas
permukaan yang besar tempat lewatnya berbagai substansi menembus sel epitel
gepeng khusus untuk masuk ke kapsul nefron. Terdapat susunan kapiler ganda
yang arterior aferen memasok kapiler glomerulus dan arterior eferen berjalan dari
glomerulus
kejaringan
kapiler
nefronsisanya.Vasokonstriksi
kedua
diferensial
yang
arterior
memperdarah
bagian
aferen
eferen
dan
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangat
vaskuler)
tugasnya
memang
pada
dasarnya
adalah
b)
c)
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d)
amoniak.
e)
f)
g)
merah.
2.2 Penyakit pada ginjal
2.2.1 Gagal ginjal
2.2.1.1 Defenisi
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi
urin.
10
kencing.
Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain karena
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal lainnya yang dialami penderita
secara akut antara lain : nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam,
kencing sedikit, kencing merah /darah, sering kencing.
Kelainan Urin : Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal
kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah,
bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi.
Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain:
Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.
11
ini belum merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal
masih dalam masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan
kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita
asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan
memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes pemekatan kemih yang lama atau
dengan mengadakan test GFR yang teliti.
Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini
penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi
ginjal menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi
kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan
pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah
ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap
yang lebih berat.
Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar
BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini
berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar
kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini
penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi
ginjaL menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi
kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan
pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah
ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap
yang lebih berat.
Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar
BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini
12
berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar
kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang
terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih
dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal
diantara 5 % – 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala
gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, , aktifitas penderita mulai
terganggu.
Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %). Semua gejala sudah
jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan tugas sehari
hair sebaimana mestinya. Gejal gejal yang timbul antara lain mual, munta, nafsu
makan berkurang., sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang
tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma.
Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR
nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml /
menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita
mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita
biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena
kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula menyerang tubulus
ginjal, Kompleks menyerang tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia dan
gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam
tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan menggal kecuali ia
mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
13
untuk
mengendalikan
gejala,
meminimalkan
komplikasi
dan
14
pengobatan yang diberikan dapat dilakukan secara baik. Dalam beberapa kasus
serius, Pasien akan disarankan atau diberikan tindakan pencucian darah
{Haemodialisa (dialysis)}. Kemungkinan lainnya adalah dengan tindakan
pencangkokan ginjal atau transplantasi ginjal .
seperti
penghambat
Sedangkan
bagi
mereka
yang
dinyatakan
2.2.2
15
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein.
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu
yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih
bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon
ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat. Gangguan fungsi ginjal akibat BSK
pada dasarnya akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Obstruksi menyebabkan
perubahan struktur dan fungsi pada traktus urinearius dan dapat berakibat
disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat kerusakan dari paremkim ginjal. Berikut
16
ini
adalah
gambar
anatomi
ginjal
dengan
BSK
17
menutup sehingga dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam
kandung kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan
di tampung dan terkumpul di dalam kandung kemih.
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor
yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh
terhadap pembentukan BSK yaitu :
a. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses
kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa
terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di
saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu,
yaitu:
1. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan
suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi
sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk
batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam
air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut,
tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.
18
2. Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria
sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium
fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman
sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari protein 65%,
heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal batu
yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut merupakan
bahan yang merangsang timbulnya batu.
3. Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik
terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu
yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang
jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin.
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang
paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal
kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada
membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar
tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian
individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun
sama-sama terjadi supersanturasi.
4. Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang
berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini
disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal
kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.
19
5. Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari
beberapa teori yang ada.
6. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman
tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu
survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium
dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium
fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan
urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab
pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan
membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama
kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung
nano bakteria.
b. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk
terjadinya BSK, yaitu :
1. Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada
orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%.
20
Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran darah
berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran
turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla
(Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu.
2. Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).
Diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan nukleasi.
Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah
yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang menekan
pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat
dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian
merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan
nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami
mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal
terapi pada penderita BSK.
21
dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu
kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut.
Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi
di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua
tipe yang berbeda, yaitu:
1. Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam
dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
2. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu
berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
b. Batu asam urat
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih
besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan
ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat
bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk
staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah
dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteus
spp,
Klebsiella,
Serratia,
Enterobakter,
Pseudomonas,
dan
22
Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi
saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih
>7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk
membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
d. Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%.
Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang,
pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine
yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga
terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu
yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet
mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah
dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.
23
yaitu saluran kemih bawah adalah jenis kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi
sedangkan pada perempuan 0,7 per-100.000 populasi.
2. Determinan
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan
yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang
berasal dari lingkungan disekitarnya.
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
1. Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50 tahun,
sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Penyebab
pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan
faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.
2. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki
tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya
kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada lakilaki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air
kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air
kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon
testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta
adanya hormon estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi garam
kalsium.
24
3. Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit
BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor keturunan tersebut sampai
sekarang belum diketahui secara jelas.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
1. Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi
oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral
seperti phospor, kalsium, magnesium, dan sebagainya.
Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan
tempat lainnya. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial
budaya seperti kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang
dapat menjadi predoposisi kejadian BSK.
2. Faktor Iklim dan Cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya
banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih.
Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal
air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko
menderita penyakit BSK.
3. Jumlah Air yang di Minum
25
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut. Bila
jumlah air yang diminum sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air kemih,
sehingga mempermudah pembentukan BSK.
4. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK. Misalnya
saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya adalah 600
mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan risiko terbentuknya
BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama protein hewani dapat
menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan
naik, konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi.
5. Jenis Pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk
dalam melakukan pekerjaannya.
6. Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air kemih
yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang
disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu
struvit.
26
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya
disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada
gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional
(nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri
tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka
pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal.
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut,
dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa
berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai
dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini
disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di
kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran
kemih
karena
kuman
Proteus
spp,
Klebsiella,
Serratia,
Enterobakter,
27
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya
penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK.
Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan.
Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan
untuk minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat
meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam
air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya
lebih banyak duduk atau statis.
2. Pencegahan Sekunder
28
29
struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di
dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan
untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
d. Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita
penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat.
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling
kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi
saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi
organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit
BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ginjal adalah sepasang organ yang berbentuk seperti kacang yang terletak
saling bersebelahan dengan vertebra di bagian posterior inferior tubuh manusia
yang normal. Fungsi utama ginjal adalah untuk mengeluarkan bahan buangan
yang tidak diperlukan oleh tubuh dan juga mensekresi air yang berlebihan dalam
darah.
Penyakit gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu saat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Terjadinya
31
gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita oleh tubuh
yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium: Stadium
I, Stadium II, dan Stadium III.
Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab
terjadinya kegagalan fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, tujuan pengobatan
adalah
untuk
mengendalikan
gejala,
meminimalkan
komplikasi
dan
32
DAFTAR PUSTAKA
Brenner BM, Lazarus JM. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3 Edisi
13. Jakarta : EGC, 2000. 1435-1443.
Ganong,W,F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 17. Jakarta:EGC
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta:
EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC
33
Suhardjono, Lydia A, Kapojos EJ, Sidabutar RP. Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: FKUI, 2001.427-434.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Tierney LM, et al. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi Kedokteran
Penyakit Dalam Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.2003.
34