Ontologi Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang ada)”
Rodric (1972: 105)1 artinya ilmu yang membahas keberadaan. Paradigma positivis
menganut ontologi realisme yang menyakini bahwa realitas sosial ada (exist) dan
berjalan sesuai dengan hukum alam (natural law)2. Maksudnya realitas dianggap
seragam dan statis. Dimana manusia dianggap pasif tidak memilki kehendak sendiri
dan manusia dikontrol oleh lingkungan sehingga dapat diramalkan. Sedangkan
Paradigma Interpretive secara ontologi merupakan kritik terhadap critical realism
bahwa realitas memang bersifat objektif sesuai dengan hukum alam, tetapi tidak
sepenuhnya dapat dilihat secara benar oleh peneliti. Artinya realitas ganda tidak
sama, dinamis, dapat dikonstruksikan dan di negosiasikan. Dimaana manusia
dianggap aktif berkemauan bebas, tidak sepenuhnya dikontrol oleh lingkungan dan
tidak sepebuhnya dapat diramalkan. Paradigma Kritis secara ontologi menyakini
bahwa realitas diciptakan secara bersama oleh peneliti dan subjek penelitian dalam
dunia dan pikiran sosial. Artinya realitas bersifat palsu.
1
Terminologi filsafat adalah “pecinta hikmah atau kebijaksanaan” [Nyong Eka Teguh Iman Santosa, FENOMENA
PEMIKIRAN ISLAM, (Sidoarjo: UruAnna Books, 2015), hal. 47
2
Abdul Malik dan Aris Dwi Nugroho, MENUJU PARADIGMA PENELITIAN SOSIOLOGI YANG INTEGRATIF, Volume 10
no 2. April 2016
3
Deddy N Hidayat, Metodelogi Penelitian Dalam sebuah Multi-Paradigma Science, Mediator 2002
perilaku tersembunyi, perilaku yang punya makna historis, sampel kecil/purposif.
Paradigma Kritis menganut epistemologi subjektif kritis. Peneliti membongkar
struktur sosial dengan menggali dan menempatkan peneliti dalam bagian yang diteliti
atau ikut serta didalamnya4.
Sumantri (1996) menyatakan aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh5. Paradigma Positivistik secara aksiologi
nilai dan etika dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian. Paradigma
Interpretive nilai, etika dan pilihgan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari
penelitian. Sedangkan Paradigma Kritis nilai, etika, dan pilihan moral merupakan
bagian tak terpisahkan dari penelitian dimana peneliti sebagai passionate-
participant6.
3. Jelaskan inti teori fenomenologi dari Alfred Schutz, teori interaksi simbolik dari
George H. Mead, dan teori dramaturgi dari Erving Goffman (cari uraian yang paling
4
Ibid
5
Abdulhak, I. (2008). Filsafat ilmu pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
6
Deddy N Hidayat, Metodelogi Penelitian Dalam sebuah Multi-Paradigma Science, Mediator 2002
7
Deddy Mulyanan & Jalaludin Rakhmat. Komunikas Antar Budaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang
Berbeda Budaya.(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006), hal 2
8
Alo Liliweri. Makna Budaya dalam Komuinikasi Antarbudaya. ( Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2009), hal
12
relevan), dan berikan contoh penelitiannya dari buku Deddy Mulyana (“Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bagian II, cukup judul penelitian dan penulisnya)
Inti dari Teori interaksi simbolik George H. Mead adalah teori tentang “diri” (self)
dimana terletak pada konsep “pengambilan peran orang lain” (talking the role of the
other). Suatu sikap yang dimiliki seseorang membangkitkan sika serupa dalam upaya
sosial. Bahwa perilaku khas manusia adalah perilaku berdasarkan apa yang
disimbolisasikan oleh situasi. Contoh penelitiannya: Mengindonesia di Australia :
Perubahan dan Kesinambungan Identitas Etnik - Deddy Mulyana
Inti dari Teori dramaturgi dari Erving Goffman adalah ketegangan antara diri yang
spontana dimana untuk memilihara citra diri yang stabil, orang melakukan
“pertunjukan” perfomance dihadapan khalayak. Goffman memusatkan perhatian
pada dramutugi atau pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian
pertunjukan drama di panggung. Bahwa ketika manusia berinteraksi dengan
sesamanya ia ingin mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain
terhadapnya. Contoh penelitiannya : Kematian Sebagai Pertunjukan : Dramatugi
Pemakaman di Amerika Ssserikat – Ronny E. Turner dan Charles Edgley.
4. Konstruk Derajat ke-2? Apa bedanya dengan Konstruk Derajat ke-1? Berikan contoh
Konstruk Derajat ke-2 dari buku Deddy Mulyana (“Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bagian II).
Konstruk derajat pertama temuan data awal sedangkan konstruk derajat keua yaitu
konsep harus sedekat mungkin dengan realitas yang akan diangkat (termasuk
pemilihan istilah). Konsep harus dirundingkan dengan subjek penelitian. Jika subjek
tidak setuju, konsep harus dirumuskan ulang. Diskusikan dengan teman sejawat.
Motif Konsumen Memilih Menonton Film Online Di Masa Pandemi Covid-19 sebagai
berikut :
• Menonton film online sebagai Relaksasi setelah beraktifitas
• Menonton film online dijadikan sebagai budaya trend
• Menonton fillm online sudah menjadi habit atau kebiasaan
• Menonton fillm online karena terpaksa keadaan di saat pandemi, bioskop tutup
• Menonton fillm online agar aman tidak keluar rumah
• Menonton fillm online karena banyak waktu senggang di rumah
• Menonton fillm online karena kemudahannya diakses menggunakan
smartphone atau laptop dan fleksibel dapat diakses dimanapun
Jika berdasarkan profesi yang sering mengakses film online sebagai berikut :
0
Category 1 Category 2 Category 3