FAKULTAS TEKNIK
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Paiman, MP. selaku Rektor Universitas PGRI Yogyakarta yang
2. Ibu Meilany Nonsi Tentua, S.Si, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas PGRI Yogyakarta yang telah memberi ijin menyusunan skripsi ini.
3. Ibu Setia Wardani, M.Kom, selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika
4. Bapak Theofilus Bayu D., S.T., M.Sc selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
karyawan.
6. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
i
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan tugas ini masih banyak
kekurangan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang
berkepentingan, amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
iii
BAB I
ISI MAKALAH
penciptaan makna yang terjadi antara dua orang serta bagaimana makna itu
sebuah proses interaksi antara dua orang yang dilakukan secara tatap muka
atau face to face atau melalui media. Karena itu, dengan kata lain, sebuah
dialog atau percakapan yang terjadi antara dua orang bersifat personal,
yang terjadi sebagian besar bergantung pada hubungan antara dua individu,
1
1
teori tindak tutur yang paling sepenuhnya dikembangkan oleh anak didiknya,
realitas tertentu, tetapi suatu praktek tertentu yang dapat digunakan untuk
tahun 1957 dalam karyanya mengenai teori makna. Peter Strawson lalu
ketinggalan pula John Searle dan Eike von Savigny yang turut
secara sistematis.
tetapi ia juga melakukan suatu tindakan. Pada dasarnya pada saat seseorang
komunikasi pada dua individu yang sebelumnya saling tidak kenal, menjadi
informasi tentang orang lain. Teori ini berhubungan dengan cara-cara individu
3
memantau lingkungan sosial mereka dan menjadi tahu lebih banyak tentang
terkadang juga disebut Initial interaction theory. Teori ini diciptakan pada
tahun 1975. Berger dan Calabrese yakin bahwa ketika orang -orang asing
dari kemungkinan pilihan yang tersedia bagi diri sendiri atau bagi partner
Versi umum dari teori ini menyatakan bahwa ada dua tipe dari
Stephen Levinson pada tahun 1980. Teori ini berpendapat bahwa orang akan
orang membentuk pesan-pesan yang ditujukan pada satu atau dua aspek
mengelola identitas kita sendiri dan orang lain melalui interaksi, khususnya,
Goffman (1967), bahwasanya bersikap santun itu adalah bersikap peduli pada
“wajah” atau “muka,” baik milik penutur, maupun milik mitra tutur. “Wajah,”
dalam hal, ini bukan dalam arti rupa fisik, namun “wajah” dalam artian
public image, atau mungkin padanan kata yang tepat adalah “harga diri”
atribut pribadi yang dimiliki oleh setiap insan dan bersifat universal.
5
Asumsi
pada citra diri yang dikehendaki; juga termasuk pengakuan bahwa mitra
harapkan. Ada dua dimensi mengenai konsep wajah: wajah positif dan wajah
negatif.
dan dikagumi oleh orang lain. Wajah positif berkaitan dengan nilai-nilai
diri sebagai orang lain. Berbeda dengan wajah positif, yang mana penutur dan
kesekoncoan, maka wajah negatif ini dimana penutur dan mitra tutur
mengharapkan adanya jarak sosial. Yang jelas, sulit untuk mencapai wajah
belakang.
wajah (Brown & Levinson, 1978, 1987). Dengan kata lain, Anda memiliki
pujian, kritik, permintaan, dan ancaman (Craig, Tracy, & Spisak, 1993).
jikalau penutur dan mitra tutur sama-sama tidak berbahasa sesuai dengan
jarak sosial. Perhatikan contoh berikut ini, dimana terjadi interaksi antara
Tua: He… so malam deng apa kong baribut sampe, tarada rumah ka?
(Heh… ini kan sudah malam, kok ribut banget? Tidak ada rumah ya?)
Muda: Saya, om. Maaf lagi… (Saya, om. Kami minta maaf).
pengancaman wajah dengan mengatakan “tidak ada rumah ya?” ini disebut
pengancaman wajah karena jarak sosial (usia dan mungkin juga jarak
keakraban) antara mereka jauh. Bahkan, hal ini bukan hanya mengancam
wajah mitra tutur muda, bahkan wajah penutur tua itu sendiri. Hal ini
7
dan wajah negatif penutur tua. Artinya, mitra tutur muda menyadari
keinginan wajah penutur tua untuk merdeka dan memiliki hak untuk tidak
terganggu.DAFTAR PUSTAKA
McGraw-Hill.
C.
1
Yule, G. (2008). Pragmatik. Indonesia: Pustaka Pelajar.