Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media massa berfungsi utama sebagai penyampai informasi ke publik.


Publik mengkonsumsi media massa (seperti membaca koran, menonton televise
dan mendengarkan radio) karena memerlukan informasi terkait segala hal yang
terjadi di dunia ini. Di samping itu, media massa juga berfungsi untuk mendidik
dan menghibur masyarakat.
Berdasarkan teori agenda setting yang mengatakan bahwa apa yang
dianggap penting oleh media juga akan dianggap penting oleh masyarakat. Maka
tidak heran bila jurnalistik atau pers dianggap sebagai kekuatan keempat dalam
sistem kenegaraan setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Masyarakat pun
kerap menggunakan media massa sebagai penyampai opini dan penyalur aspirasi
masyrakat melalui berbagai cara yang disediakan oleh masing-masing media.
Dunia kewartawanan mempunyai Sembilan elemen jurnalisme yang di
antaranya adalah; media harus mengungkapkan kebenaran, media harus loyal
kepada masyarakat, media harus menjunjung verifikasi, media harus menjaga
independensi terhadap sumber berita, media harus menjadi pengawas jalannya
pemerintahan, media harus menyediakan forum untuk kritik maupun dukungan
warga, media harus berupaya memuat hal yang penting, media harus menjaga agar
berita tetap komperhensif dan proporsional, menarik dan relevan, dan menulis
berita dengan hati nurani.
Media massa pun mempunyai caranya masing-masing dalam
menyampaikan berita ke publik, hal ini berkaitan dengan kepentingan media itu
sendiri. Begitu pula dengan pesan yang dikemas dalam sebuah berita. Penulis
berperan besar dalam mengkonstruksi makna pada tulisannya. Sehingga apa yang
sampai ke masyarakat merupakan hasil konstruksi pesan dari penulis berdasarkan
pandangan, pemikiran, kepercayaan, dan pengetahuannya.
Di Indonesia media massa mempunyai peran penting dalam tiap aspek
kehidupan, kita dapat melihat traffic berita di media massa yang sangat padat,
mulai dari persoalan politik dan hukum, sosial dan budaya, hingga berita dunia

1
hiburan. Khususnya berita politik di Indonesia, suatu media massa kerap
menyampaikannya dari sudut pandang yang berbeda dengan media massa lain.
Berdasarkan hal ini, penulis memutuskan untuk menganalisa wacana berita
berjudul Perang Terakhir Principe Hambalangyang dimuat di Majalah Tempo
edisi 28 Oktober 2013. Berita ini merupakan rubrik Laporan Utama dengan cover
berjudul Palagan Terakhir Prabowo.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana deskripsi teks yang dibangun pada pemberitaan tentang


Prabowo Subianto di berita berjudul Perang Terakhir Principe
Hambalang di Majalah Tempo?
2. Bagaimana model kognisi sosial pada pemberitaan tentang Prabowo
Subianto di berita berjudul Perang Terakhir Principe Hambalang di
Majalah Tempo?
3. Bagaimana konteks sosial pada pemberitaan tentang Prabowo Subianto
di berita berjudul Perang Terakhir Principe Hambalang di Majalah
Tempo?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan penelitian di atas, secara


khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
Untuk mengetahui deskripsi teks pada pemberitaan tentang Prabowo
Subianto di berita berjudul Perang Terakhir Principe Hambalang
di Majalah Tempo?
Untuk mengetahui model kognisi sosial pada pemberitaan tentang
Prabowo Subianto di berita berjudul Perang Terakhir Principe
Hambalang di Majalah Tempo?
Untuk mengetahui konteks sosial pada pemberitaan tentang Prabowo
Subianto di berita berjudul Perang Terakhir Principe Hambalang
di Majalah Tempo?

1.4 Manfaat Penelitian

2
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut;
Manfaat Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi penambah wawasan di
bidang akademis mengenai metode analisis wacana di media massa. Selain
itu diharapkan dapat menjadi bahan rujukan informasi untuk penelitian
sejenis di masa yang akan datang.
Manfaat Praktisi
Penelitian analisis wacana ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi berupa masukan dan saran bagi praktisi PR dalam menganalisa
wacana berita ataupun media dalam memproduksi berita agar lebih factual
dan berimbang.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sejenis

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menelaah beberapa penelitian


sejenis terdahulu dan tidak menemukan analisis yang sama untuk judul artikel
berita ini. Tinjauan ini bermaksud untuk dijadikan bahan acuan sebagai
pembanding. Penelitian sejenis tersebut adalah sebagai berikut;
1. Analisis Wacana Van Dijk Terhadap Berita Sebuah Kegilaan di Simpang
Kraft Di Majalah Pantau.
Oleh : Tia Agnes Astuti (2011)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wacana teks, kognisi
sosial dan konteks sosial dalam artikel berita Sebuah Kegilaan di Simpang
Kraft di Majalah Pantau dikonstruksi. Penelitian menggunakan paradigma
konstruktivisme yang menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana
seseorang membuat gambaran tentang realitas. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan analisis wacana model Teun Van Dijk. Dari
penelitian ini ditarik kesimpulan bahwa jurnalis menulis berita mengambil
perspektif sudut pandang wartawan yang menjadi saksi pembunuhan dari
peristiwa Simpang Kraft pada Mei 1999. Teks berita tidak lahir dari realitas yang
apa adanya namun realitas dari peristiwa tersebut dikonstruksi oleh pihak di
belakang wacana teks tersebut. Sama halnya dengan peristiwa ini yang terjadi
bukan hanya karena alamiah bentrokan belaka, namun juga dibangun oleh pihak
GAM dan militer Indonesia yang menorehkan satu kali lagi peristiwa berdarah di
Aceh.
2. Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis Dalam Novel (Analisis
Wacana Teun A. Van Dijk Mengenai Representasi Gaya Hidup Wanita
Metropolis Dalam Novel Indiana Chronicles Blues Karya Clara Ng
Oleh : Khairia Rahmatika (2010)
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana yang dipakai dalam
menyampaikan representasi gaya hidup wanita metropolis dan mengetahui nilai-
nilai ideology penulis dalam menyajikan ceritanya. Penelitian ini menggunakan

4
analisis wacana kritis dengan model pendekatan Teun A. Van Dijk yang meneliti
pada level teks. Hasil penelitian menemukan bahawa makna yang terkandung
pada tiap teks yang ada dalam novel Indiana Cronicle Blues menunjukkan
bagaimana realita yang ada dalam kehidupan wanita metropolis pada zaman
sekarang yang dikemukakan secara gambling serta dikemas dengan sangat baik
oleh pengarang. Serta terdapat pula ideology dari pengarang yang ingin
memberikan sudut pandang yang baru, pemcerahan dan cara berfikir yang kreatif
buat pembaca.

2.2 Landasan Teori

Secara etimologi istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta


wac/wak/uak yang memiliki arti berkata atau berucap. Kemudian kata
tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ana yang berada di
belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna membendakan
(nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat dikatakan sebagai
perkataan atau tuturan. Menurut Eriyanto, dalam khasanah studi analisis
tekstual, analisis wacana masuk dalam paradigma penelitian kritis, suatu
paradigma berpikir yang melihat pesan sebagai pertarungan kekuasaan, sehingga
teks berita dipandang sebagai bentuk dominasi dan hegemoni satu kelompok
kepada kelompok lain. Wacana dengan demikian adalah suatu alat representasi di
mana satu kelompok yang dominan memarjinalkan posisi kelompok yang tidak
dominan. Analisis wacana memandang media sebagai yang dikuasai oleh
kelompok dominan dan menjadi sarana untuk memojokkan kelompok lain
sehingga media hanya dimanfaatkan dan menjadi alat kelompok dominan
tersebut.
Sementara itu, wartawan sebagai seseorang yang terjun langsung meliput
dan menulis berita dianggap oleh analisis wacana memiliki beberapa pengaruh
dalam membuat wacana. Nilai dan ideologi wartawan dalam analisis wacana
tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan peristiwa. Wartawan
juga dianggap sebagai partisipan dari kelompok yang ada dalam masyarakat
yang memiliki profesi atau pekerjaan yang memosisikannya pada kelas sosial
yang berbeda. Sehingga analisis wacana melihat tujuan peliputan dan penulisan

5
sebagai pemihakkan kelompoknya sendiri dan atau pihak lain.

2.2.1 Gambaran Analisis Van Dijk

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model analisa wacana Teun


A. Van Dijk yang disebut juga model kognisi sosial. Istilah ini sebenarnya
diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan
struktur dan proses terbentuknya teks.
Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial
dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi
tersebut dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah
bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan
suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks
berita yang melibatkan kognisi individu penulis. Sementara itu aspek konteks
sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat
mengenai suatu masalah.

Bagan 1.
Menurut van Dijk, analisisAnalisis
wacanaWacana
memiliki
Vantujuan
Dijk ganda: sebuah teoritis
sistematis dan deskriptif yaitu struktur dan strategi di berbagai tingkatan dan
wacana lisan tertulis, dilihat baik sebagai objek tekstual dan sebagai bentuk
praktek sosial budaya, antar tindakan dan hubungan. Sifat teks ini berbicara
dengan yang relevan pada struktur kognitif, sosial, budaya, dan sejarah konteks.
Singkatnya, studi analisis teks dalam konteks. Momentum penting dari
pendekatan tersebut terletak pada fokus khusus yang terkait pada isu sosial-
politik, dan terutama membuat eksplisit cara penyalahgunaan kekuasaan
kelompok dominan dan mengakibatkan ketidaksetaraan, legitimasi, atau
ditantang dalam dan dengan wacana.

Tabel 1
Skema Penelitian dan Metode Van Dijk

6
Struktur Metode
Teks Critical linguistic
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang
digunakan untuk menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk
memarjinalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa
tertentu.

Kognisi Sosial Wawancara mendalam


Menganalisis bagaimana kognisi penulis dalam
memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan
ditulis.

Konteks Sosial Studi pustaka, penelusuran


Menganalisis bagaimana wacana yang berkembangsejarah, dan wawancara
dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi
seseorang atau peristiwa digambarkan.

2.2.2 Kerangka Analisis Van Dijk

a) Dimensi Teks
Van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat digunakan, untuk
melihat suatu wacana yang terdiri dari berbagai tingkatan atau struktur dari teks.
Van Dijk membaginya kepada tiga tingkatan, yaitu;

7
Tabel 2
Struktur Teks Van Dijik
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang
diangkat oleh suatu teks

Superstruktur
Kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun
dalam teks secara utuh, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan
kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat,
dan gaya yang dipakai oleh suatu teks

Sedangkan struktur atau elemen yang dikemukakan oleh van Dijk dapat
digambarkan sebagai berikut
Tabel 3.
Elemen Wacana Teks Van Dijk
Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen

Tematik Topik
Struktur Makro Tema atau topik yang dikedepankan
dalam suatu berita.
Skematik Skema atau Alur
Superstruktur Bagaimana bagian dan urutan berita
diskemakan dalam teks berita utuh.
Semantik Latar,Detil,
Makna yang ingin ditekankan dalam teksMaksud,

Struktur Mikro berita. Misal, dengan memberi detil padaPraanggapan,


satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi
Nominalisasi
dan mengurangi sisi lain.

8
Sintaksis Bentuk kalimat,
Struktur Mikro Bagaimana kalimat (bentuk, susunan)Koherensi, Kata
yang dipilih. ganti
Stilistik Leksikon
Struktur Mikro Bagaimana pilihan kata yang dipakai
dalam teks berita.
Retoris Grafis,Metafora,
Struktur Mikro Bagaimana dan dengan cara penekananeskpresi
dilakukan.

Berbagai elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan


dan mendukung satu sama lainnya. Untuk memperoleh gambaran dari elemen-
elemen yang harus diamati tersebut, berikut adalah penjelasan singkatnya, yaitu:
Tematik (Tema atau Topik)
Elemen ini menunjuk kepada gambaran umum dari teks, disebut juga
sebagai gagasan inti atau ringkasan. Topik menggambarkan apa yang ingin
diungkapkan oleh jurnalis dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep
yang dominan, sentral, dan yang paling penting dalam sebuah berita.
Skematik (Skema atau Alur)
Teks umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai
akhir. Alur menunjukkan bagian-bagian dalam teks yang disusun dan diurutkan
hingga membentuk kesatuan arti. Makna yang terpenting dari skematik adalah
strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan
dengan urutan tertentu.
Semantik (Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi)
Semantik dikategorikan sebagai makna lokal (local meaning), yakni
makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi, yang
membangun makna tertentu dari suatu teks. Analisis wacana memusatkan
perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang eksplisit maupun implisit.
Latar teks merupakan elemen yang berguna untuk
membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan.
Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke

9
mana makna teks itu dibawa.
Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi dari yang
ingin ditampilkan oleh penulis. Detil ini adalah strategi dari
penulis untuk menampilkan bagian mana yang harus diungkapkan
secara detil lengkap dan panjang, dan bagian mana yang diuraikan
dengan detil sedikit. Detil hampir mirip dengan elemen maksud,
kalau detil itu mengekspresikan secara implisit sedangkan maksud
yaitu secara eksplisit atau jelas atas maksud pengungkapan
informasi dari wartawan.
Praanggapan (presuppotion) merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna dari suatu teks. Dengan cara
menampilkan narasumber yang dapat memberikan premis yang
dipercaya kebenarannya.
Sintaksis (Bentuk kalimat, Koherensi, Kata Ganti)
Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Dalam sintaksis terdapat
koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Di mana, keriga hal tersebut untuk
memanipulasi politik dalam menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan
secara negatif dengan cara penggunaan sintaksis (kalimat).
Stilistik (Leksikon)
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata
atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Seperti kata meninggal yang
memiliki kata lain seperti wafat, mati, dan lain-lain.
Retoris (Grafis, Metafora, Ekspresi)
Retoris mempunyai daya persuasif, dan berhubungan dengan bagaimana
pesan ini ingin disampaikan kepada khalayak. Grafis, penggunaan kata-kata yang
metafora, serta ekspresi dalam teks tertulis adalah untuk menyakinkan kepada
pembaca atas peristiwa yang dikonstruksi oleh penulis.
b) Dimensi Kognisi Sosial
Dalam kerangka analisis van Dijk, pentinya kognisi sosial yaitu
kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut. Karena, setiap teks
pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau

10
pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Di sini, penulis tidak dianggap
sebagai individu yang netral tapi individu yang memiliki beragam nilai,
pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya
Peristiwa dipahami berdasarkan skema atau model skema dikonseptualisasikan
sebagai struktur mental di mana tercakup cara pandang terhadap manusia,
peranan sosial dan peristiwa. Beberapa skema/model yang dapat digunakan
dalam analisis kognisi sosial penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 4.
Skema/ Model Kognisi Sosial Van Dijk
Skema Person (Person Schemas):
Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan
memandang orang lain

Skema Diri (Self Schemas):


Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami,
dan digambarkan oleh seseorang

Skema Peran (Role Schemas):


Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan
menggambarkan peranan dan posisi seseorang dalam masyarakat

Skema Peristiwa (Event Schemas):


Skema ini yang paling sering dipakai, karena setiap peristiwa selalu ditafsirkan
dan dimaknai dengan skema tertentu

c) Dimensi Konteks Sosial


Dimensi ketiga dari analisis van Dijk ini adalah konteks sosial, yaitu
bagaimana wacana komunikasi diproduksi dalam masyarakat. Titik pentingnya
adalah untuk menunjukkan bagaimana makna dihayati bersama, kekuasaan sosial
diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut van Dijk, ada dua
poin yang penting, yakni praktik kekuasaan (power) dan akses (access).
Praktik kekuasaan didefinisikan sebagai kepemilikan oleh suatu

11
kelompok atau anggota untuk mengontrol kelompok atau anggota lainnya. Hal
ini disebut dengan dominasi, karena praktik seperti ini dapat memengaruhi di
mana letak atau konteks sosial dari pemberitaan tersebut.
Kedua, akses dalam mempengaruhi wacana. Akses ini maksudnya adalah
bagaimana kaum mayoritas memiliki akses yang lebih besar dibandingkan kaum
minoritas. Makanya, kaum mayoritas lebih punya akses kepada media dalam
memengaruhi wacana.

2.3 Landasan Konsep

2.3.1 Berita

Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang
terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut ke mulut
kepada orang ketiga atau orang banyak. Berita adalah laporan tercepat mengenai
fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar
khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-
line internet. Menurut Kusumaningrat (2005) karateristik sebuah berita adalah:
1) Cepat (actual)
Dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news) yakni sesuatu yang baru,
2) Nyata (factual)
Informasi tentang sesuatu yang fakta, bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam
dunia jurnalistik terdiri atas kejadian nyata (rel even), pendapat (opinion), dan
pernyataan (statemen) sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pula pengertian,
sebuah berita harus merupakan informasi tentang sesuatu sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya,
3) Penting
Menyangkut kepentingan orang banyak, misalnya peristiwa langka berpengaruh
pada hidup masyarakat luas. Seperti kebijakan pemerintah, kenaikan harga dan
sebagainya, dan
4) Menarik
Mengundang orang untuk membaca berita yag kita tulis. Berita yang biasanya
menarik perhatian orang selain aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan

12
banyak orang, juga berita yang bersifat menghibur, mengandung keganjilan, atau
berita human interest.
Sedangkan menurut Brook (2007) karateristik berita yang berbeda karakteristik
berita ada tujuh.
1) Audience
Karakter manusia yang berbeda menyebabkan kita dalam menulis memperhatikan
siapa yang akan membaca atau mendengar apa yang kita tulis. Di sini seyogyanya
penulis mempertimbangkan aspek kultural, sosial dan ekonomi sebuah
masyarakat pembaca.
2) Impact.
Seberapa banyak orang yang terpengaruh berita dan seberapa serius mereka
terpengaruh akan menentukan pentingnya berita. Oleh sebab, akibat dari berita
itulah yang mungkin bermanfaat.
3) Proximity
Biasanya sesuatu kejadian bisa menjadi berita lebih besar jika terjadi di seputar
Anda daripada peristiwa yang jaraknya lebih dari 1000 km dari Anda sendiri.
4) Timeliness
Berita hari ini akan basi pada esok hari. Namun karena cepatnya pelaporan berita
maka surat kabar dan majalah lebih mengkonsentrasikan mengenai berita
bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi dan kurang memberi tempat kepada apa
yang telah terjadi.
5) Prominence
Nama tidak selalu mebuat berita. Pertunjukkan rodeo dan lomba memotong
batang kayu mungkin kurang menarik perhatian orang. Namun jika Ronald
Reagan melakukannya maka itu menjadi berita. Ia sudah berusia 70 tahun dan
masih menjadi presiden AS.
6) Unusualness
Hal tidak biasa membuat berita. Pada abad ke-19 ada ungkapan anjing menggigit
manusia bukan berita tetapi manusia menggigit anjing, itulah berita. Saat ini
resep lama tersebut masih bertuah.
7) Conflict

13
Sebagian besar wartawan menghabiskan banyak waktu untuk meliput konflik
apakah itu perang, pertarungan politisi, kejahatan atau olahraga. Konflik membuat
berita menjadi menarik dan keingintahuan orang akan akhir cerita mendorong
orang membaca atau mendengar berita.
2.3.2 Komunikasi Massa
Menurut Mulyana (2005) komunikasi massa adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di
banyak tempat, anonim dan heterogen. Menurut Gebner, komunikasi massa adalah
produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan
yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri.
Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2004) adalah sebagai berikut:
1. Surveillance (Pengawasan)
Pengawasan mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan
informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang
mempekerjakan pengawasan.
2. Interpretation (Penafsiran)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta atau data, tetapi juga informasi beserta
penafsiran mengenai suatu peristiwa tertentu. Tujuan penafsiran media ingin
mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan
membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi
kelompok.
3. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu.
4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai)
Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana
individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa menyajikan

14
penggambaran masyarakat dan dengan membaca, mendengar, dan menonton
maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa
yang penting.
5. Entertainment (Hiburan)
Fungsi menghibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat berita-berita
ringan atau melihat tayangan-tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran
khalayak segar kembali.
Menurut Steven M. Chaffe, efek media massa dapat dilihat dari beberapa
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pertama yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri.
. Efek Ekonomi
Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan
berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa.
Efek Sosial
Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai
akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh, misalnya kehadiran televisi
dapat meningkatkan status dari pemiliknya.
Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor
masyarakat kota akan lebih dahulu melihat siaran berita di televisi.
Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya
dengan tujuan menghilangkan perassan tidak nyaman, misalnya untuk
menhilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.
Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perassan tidak nyaman
pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang
seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu.
Ini erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

15
2. Pendekatan kedua yaitu jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak
Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa
dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita
memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas
yang sudah diseleksi.
Efek Afektif
Tujuan dari komunikasi massa bukan sekadar memberitahu khalayak tentang
sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan
iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa.
Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk
tindakan atau kegiatan.
2.3.3 Prabowo Subianto
Prabowo Subianto merupakan anak dari begawan ekonomi, Soemitro
Djojohadikusumo. Prabowo adalah cucu dari Raden Mas Margono
Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI 46) yang juga merupakan
ketua Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPARI) pertama serta
anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto pada bulan
Mei 1983 dan berpisah pada tahun 1998, tidak lama setelah Soeharto mundur dari
jabatan Presiden Republik Indonesia.
Prabowo menjadi siswa Akademi Militer Magelang pada tahun 1970 dan
lulus pada tahun 1974 sebagai letnan dua. Karir Militer Prabowo Subianto dinilai
sangat bersinar, di antaranya :

16
Komandan Pleton Grup I Para Komando Komando Pasukan Sandhi Yudha
(Kopassandha) pada operasi Tim Nanggala di Timor Timur untuk menangkap
Nicolau dos Reis Lobato.
Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando
Pasukan Khusus (Kopassus).
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus.
Pemimpin operasi penyelamatan Mapenduma yang menyelamatkan nyawa 10 dari
12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka
(OPM)
Memimpin Tim Nasional Indonesia pada pengibaran bendera di Puncak Everest
Pengamanan Jakarta pada peristiwa 1998
Prabowo dinilai turut bertanggung jawab atas penculikan dan
penghilangan aktivis pada tahun 1997-1998. Ia dipecat dari jabatannya sebagai
Komandan Jenderal Pasukan Khusus karena hal ini. Prabowo juga menolak
panggilan Komnas HAM untuk mengklarifikasi hal ini. Pada tahun 1997,
Prabowo dituduh mendalangi penculikan terhadap sejumlah aktivis pro-
Reformasi. Dalam penculikan ini, setidaknya tiga belas orang dikabarkan hilang,
termasuk di antaranya aktivis Herman Hendrawan, Petrus Bima, dan seniman
teater rakyat Widji Thukul.
Terkait penculikan ini, Prabowo sendiri mengaku bahwa ia hanya
memerintahkan Tim Mawar untuk menculik sembilan orang aktivis yang
kesemuanya sudah dilepaskan kembali setelah diculik. Mereka adalah Desmond
Junaidi Mahesa, Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Faisol Reza, Rahardjo
Walujo Djati, Nezar Patria, Aan Rusdianto, dan Mugianto dan Andi Arief. Pada
bulan Mei 1998, Prabowo dituduh akan melakukan kudeta dan menggerakkan
tentara ke Jakarta dan sekitar kediaman Presiden Habibie. Karena tuduhan rencana
kudeta tersebut, Prabowo diberhentikan (secara hormat) dari jabatannya sebagai
Panglima Kostrad oleh Wiranto atas perintah Presiden Habibie
Setelah tidak aktif dalam dinas militer, Prabowo menghabiskan waktu di
Yordania dan beberapa negera Eropa. Ia menekuni dunia bisnis, mengikuti
adiknya Hashim Djojohadikusumo yang pengusaha minyak. Bisnis Prabowo
meliputi sedikitnya 27 perusahaan yang bergerak di sektor berbeda. Kembali ke

17
Tanah Air, ia berkecimpung dalam politik. Prabowo mencalonkan diri sebagai
calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos
sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara
oleh Wiranto.
Pada 2008, ia bersama rekannya mengukuhkan pembentukan Partai
Gerakan Indonesia Raya. 9 Mei 2008, Partai Gerindra menyatakan keinginannya
untuk mencalonkan Prabowo menjadi calon presiden pada Pemilu 2009 saat
mereka menyerahkan berkas pendaftaran untuk ikut Pemilu 2009 pada KPU.
Namun, setelah proses tawar menawar yang alot, akhirnya Prabowo bersedia
menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri dan keduanya
menandantangani Perjanjian Batu Tulis. Keduanya mengambil motto 'Mega-Pro'.
Hasil Perhitungan Manual KPU yang diumumkan 25 Juli 2009 pasangan
Megawati-Prabowo kalah telak dari pasangan Susilo Bambang
YudhoyonoBoediono, dan Pemilu Presiden 2009 berakhir dalam satu putaran.
Pada tanggal 17 Maret 2012, Prabowo menerima mandat dari 33 Dewan
Pimpinan Daerah Partai Gerindra untuk maju pada pemilihan presiden 2014. Pada
19 Mei 2014, Hatta mendeklarasikan diri sebagai calon wakil presiden
berpasangan dengan calon presiden Prabowo Subianto yang akan maju dalam
Pemilu 2014.

2.3.4 Majalah Tempo


Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliput
berita dan politik dan diterbitkan oleh Tempo Media Group. Majalah ini
merupakan majalah pertama yang tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah.
Tempo didirikan oleh Goenawan Mohamad dan Yusril Djalinus, dengan edisi
pertamanya terbit pada 6 Maret 1971.
Perjalanan Majalah Tempo menemui banyak rintangan. Tanggal 12 April
1982, Tempo dibredel selama dua bulan karena mengeluarkan artikel yang
mengindikasi kecurangan pada pemilu tahun 1982. Pada Juni 1994, Tempo
kembali dibredel bersama Editor dan Detik terkait laporan utama tentang
pembelian kapal perang bekas dari Jerman Timur oleh B.J. Habibie, orang

18
kepercayaan Soeharto. Laporan itu turun dalam edisi 11 Juni 1994 dan sebulan
kemudian, tepatnya 21 Juni 1994, Tempo dibredel. Setelah rezim Soeharto runtuh,
barulah Tempo muncul lagi. Edisi perdana Tempo pascapembredelan terbit 6
Oktober 1998.
Tempo beberapa kali berurusan dengan ranah hukum dalam menghadapi
tuntutan pihak yang tidak terima akan pemberitaan majalahnya. Salah satunya
ialah perseteruan Tempo dengan pengusaha Tomy Winata. Tuntutan Tomy terkait
pemberitaan tentang dirinya yang ikut bermain dalam kebakaran yang terjadi di
Pasar Tekstil Tanah Abang Jakarta. Tomy menuduh Tempo telah melakukan
penccemaran nama baik, melakukan pembunuhan karakter dan menerbitkan
artikel yang dapat menimbulkan kekacauan sosial. Kantor Tempo diserbu preman
yang mengaku sebagai orang- orang Tomy Winata. Perseteruan Tempo vs Tomy
Winata ini berakhir di tingkat Mahkamah Agung dengan kemenangan Tempo.
Pada edisi 10 Februari 2008, Tempo menampilkan sampul bergambar
mantan presiden Soeharto bersama anak-anaknya di meja makan dengan posisi
mirip format lukisan karya Leonardo Da Vinci, The Last Supper (perjamuan
terakhir Yesus dengan para muridnya). Gambar ini dianggap melecehkan simbol
kudus umat kristiani. Umat Katolik meminta klarifikasi dan pernyataan maaf dari
penanggung jawab Tempo. Majalah edisi itu pun ditarik dari peredaran. Sesuai
tuntutan perwakilan umat Katolik, Tempo meminta maaf melalui Koran Tempo,
Tempo Interaktif, dan majalah Tempo.
Juni 2010, Polri mengirim teguran keras pada Tempo dan meminta Tempo
meminta maaf terkait sampul majalah yang menggambarkan seorang polisi sedang
menggiring tiga celengan babi. Pada 8 Juli 2010, kedua belah pihak sepakat untuk
berdamai di luar pengadilan. Meskipun berkali-kali mendapat reaksi keras dari
pihak yang diberitakan, Tempo tidak pernah mau berhenti memberikan informasi
yang akurat, tajam dan berkualitas kepada pembaca. Tempo berharap bisa menjadi
teladan, dalam era kemerosotan kualitas informasi dan tayangan media, untuk
menghadirkan informasi yang tidak hanya menambah wawasan, tapi juga
mencerahkan.

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualaitatif, yaitu penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dari fenomena yang diteliti.
Analisis wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari
subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Analisis wacana menekankan pada
bagaimana suatu teks komunikasi dikonstruksi. Melalui analisis wacana, selain
mengetahui isi teks berita, kita juga akan mengetahui bagaimana pesan itu
disampaikan. Ini dapat dianalisa melalui alur penyampaian teks, pemilihan kata,
frase, metarfora, dll. Analisis wacana kritis dianggap semakin berkualitas bila
penelitian tersebut banyak memperhatikan konteks histori, sosial, budaya,
ekonomi dan politik dari teks yang diteliti. Analisis wacana berita ini dilakukan
dengan menginterpretasi teks-teks yang ada, maka subjektivitas tidak dapat
dihindarkan karena merupakan hasil interpretasi penulis pribadi.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis wacana dari Teun A. Van Dijk
yang menganalisa wacana melalui 3 aspek, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial.

20
21

Anda mungkin juga menyukai