16816334
Constructivism
(Teori Konstruktivisme)
Of Jesse Delia
1. Latar Belakang
Jesse Delia adalah bekas kepala departemen bagian pidato komunikasi di University of
Illinois, sekarang menjadi dekan Pengetahuan Budaya dan Ilmu Pengetahuan di universitas
yang sama. Teori Constructivism dikembangkan oleh Delia pada tahun 1982. Delia
menggambarkan constructivism sebagai tukang kayu yang mencoba untuk mendirikan atau
memperbaiki hubungan di dunia dimana kita hidup.
Inti dari constructivism adalah seseorang akan menggambarkan dunia melalui sistem
dari gagasan-gagasan atau apa yang mereka pikirkan sendiri. Gagasan-gagasan atau pikiran-
pikiran berupa komponen-komponen kognitif yang dilengkapi atas realita-realita yang ada
dalam lingkunganya. Jadi teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan
interpretasi dan bertindak menuirut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya.
Menurut teori ini, realitas tidak menunjukan dirinya dalam bentuk yang kasar, tetapi harus
disaring terlebih dahulu melalui cara seseorang melihat sesuatu.
Kita biasanya tidak tahu bahwa penafsiran skema yang kita gunakan untuk membuat
pengertian tentang dunia sosial kita. Delia dan Jaringan Peneliti menciptakan Role Category
Questionnare (RCQ). RCQ membantu kita masuk kedalam kepala kita, menjelaskan suatu
makna. RCQ merupakan sebuah metode penelitian yang menekankan pada kepribadian dan
tindakan seseorang dalam mendefinisikan karakter seseorang, bukan secara fisik.
1
2. Asumsi Teori Konstruktivisme
Asumsi dasar dari constructivism adalah bahwa orang-orang akan memahami dunia
melalui sistem yang dibentuknya sendiri. Individu yang telah memiliki kedewasaan, dia
melihat dunia dari gambaran kehidupan yang ada, dan mampu mengambarkan orang dengan
lebih kompleks, bahwa tidak hanya terpaku pada satu sudut pandang saja. Teori ini
menjelaskan bahwa orang orang memiliki tingkat pemikiran yng berbeda-beda. Untuk
mengukurnya ada yang dinamakan RCQ. RCQ merupakan sebuah metode penelitian yang
menekankan pada kepribadian dan tindakan seseorang dalam mendefinisikan karakter
seseorang.
3. Konsep-Konsep Teori Konstruktivisme
Role Category Questionnaire Instructions
Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa orang orang memiliki tingkat pemikiran
yang berbeda-beda. Untuk mengukurnya ada yang dinamakan RCQ. RCQ merupakan
sebuah metode penelitian yang menekankan pada kepribadian dan tindakan seseorang
dalam mendefinisikan karakter seseorang.
Delia melakukan pengujian terhadap RCQ dengan mengembangkan kompleksitas
kognitif itu berdasar kronologi usia anak yang kemudian secara berurutan pada nilai
yang lebih tinggi antara dewasa menuju usia tua. Pada akhirnya menyimpulkan bahwa
perbedaan individu antara orang dewasa relatif stabil dari waktu ke waktu. Dia
menuliskan bahwa test kepribadian tidak harus digambarkan oleh karakter lain atau
faktor yang tidak berhubungan. Peneliti harus memahami bahwa nilai RCQ itu bebas
dari IQ, empati, ataupun kemampuan menulis.
2
respon bebas yang dirancang untuk mengukur kerumitan kognitif dari persepsi
interpersonal seseorang.
2. abstraksi, yaitu derajat yang melihat pada tingkah laku yang tampak dalam kaitannya
dengan sifat internal, motivasi, dan disposisi (kecenderungan / kecondongan)
Para peneliti yang mengandalkan RCQ sedang mencoba untuk menentukan derajat
kompleksitas (kerumitan) kognitif kita ketika kita membentuk kesan tentang orang lain
dan menganalisa situasi sosial. Kompleksitas kognitif adalah kemampuan mental untuk
membedakan kepribadian yang halus dengan perbedaan perilaku diantara manusia.
Mereka yakin bahwa orang yang memiliki rangkaian konsep interpersonal yang besar
memilikiketerampilan persepsi yang lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam teori
pengolahan informasi sosial Walther, pembentukan kesan merupakan tahap penting
yang pertama dalam perkembangan hubungan.
Teoretikus kognitif seperti Delia dan Burleson membedakan antara struktur mental
dengan proses mental. Apa yang anda ketahui tentang pengolahan kata di komputer
anda dapat membantu anda memahami peran yang berbeda dari struktur dan proses
didalam pikiran. Perangkat keras komputer adalah struktur. Apa yang dilakukan oleh
perangkat lunak ketika kita memencet tombol fungsi adalah proses.
Walaupun RCQ dapat dinilai dengan cara yang berbeda, namun kebanyakan
peneliti konstruktivis memisahkan penjelasan tentang pasangan-pasangan yang disukai
dan tidak disukai untuk jumlah diferensiasi konsep. Diferensiasi diartikan sebagai
3
jumlah konsep kepribadian yang berbeda yang digunakan untuk menggambarkan orang
yang dipertanyakan.
Kata sifat dan kata keterangan yang hanya memodifikasi tingkatan sebuah
karakteristik tidak mencerminkan konsep-konsep lain. Para konstruktivist menganggap
jumlah konsep gabungan untuk kedua penjelasan tersebut sebagai indeks kompleksitas
kgnitif.
Delia membuat sebuah kasus yang baik untuk validitas mereka. Pernyataannya
bahwa kompleksitas kognitif berkembang dengan usia kronologis anak tercermin
dalam nilai yang lebih tinggi ketika anak kecil tumbuh besar. Ia juga percaya bahwa
perbedaan individu antara orang dewasa seharusnya relatif stabil dari waktu ke waktu.
Yang terakhir, Delia mencatat bahwa sebuah tes kepribadian murni seharusnya
tidak diganggu oleh sifat karakter lain atau faktor-faktor luar. Penelitian telah
menetapkan bahwa skor RCQ terlepas dari IQ, empati, keahlian menulis, dan
ekstroversi.
Pesan yang terpusat kepada orang adalah sebuah pesan yang dibuat disesuaikan
untuk individu dan konteks tertentu; mencerminkan kemampuan komunikator untuk
mengantisipasi respon dan juga menyesuaikan diri. Ketika Delia menggunakan frase
ini, pesan yang terpusat kepada orang mengacu kepada pesan-pesan yang
mencerminkan kesadaran tentang dan adaptasi terhadap aspek subyektif, afektif dan
huungan dari konteks komunikasi. Dengan kata lain, pembicara mampu mengantisipasi
bagaimana individu yang berbeda dapat menanggapi sebuah pesan dan menyesuaikan
komunikasinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ruth Ann Clark dan Delia tentang anak-anak kelas
dua sampai sembilan adalah sebuah prototype penelitian konstruktivist yang
menghubungkan pesan yang terpusat kepada orang dengan kompleksitas kognitif. Hal
ini terfokus kepada kemampuan anak-anak untuk mengadaptasikan daya tarik
persuasive dengan target pendengar yang berbeda. Konstruktivisme berasumsi bahwa
adaptasi strategi merupakan keterampilan yang dipelihara dalam segi perkembangan.
4
Sesuai dengan keyakinan mereka, Clark dan Delia menemukan bahwa kualitas pesan
semakin baik seiring dengan bertambahnya usia anak. Akan tetapi perbedaan dalam
diferensiasi konsep yang bukan disebabkan oleh usia kronologi juga memiliki dampak
yang signifikan.
5
pesan yang dapat digunakan oleh para konstruktivisme untuk menjelaskan proses
pemikiran yang menghubungkan struktur kognitif dengan tindakn ujaran. Delia dan
teman-temnanya sekarang menganggap urutan (rangaian) mental dasar yang diuraikan
oleh para ilmuwan kognitif sebagai garis yang hilang yang menghubungkan
kompleksitas mental dengan pesan-pesan yang terpusat kepada orang. Untuk
memahami proses pemikiran, kita akan bekerja melalui model produksi pesan sasaran-
rencana-tindakan yang diuraikan oleh professor komunikasi Universitas Pennsylvania,
James Dillard.
Sasaran
Rencana
Jika kita tahu apa yang kita ingin dicapai oleh respon kita, maka kita
merencanakan sebuah rencana pesan dengan mengunakan catatan prosedural yang
disimpan dalam ingatan jangka panjang kita. Catatan prosedural adalah pengumpul
kembali sebuah situasi tertentu yang dipasangkan dengan konsekuensinya; sebuah
ingatan jika-ketika-maka.
Tindakan
6
kompleks secara kognitif memiliki persepsi sosial untuk melihat persepsi sosial untuk
melihat kebuthan mengejar berbagai sasaran dan keahlian untuk mengembangkan
rencana-rencana pesan untuk mencapai mereka, mereka adalah orang-orang beruntung
yang dapat berkomunikasi dengan terampil ketika situasi menuntutnya. Kebanyakan
orang menganggap konteks komunikasi sebagai sebuah faktor yang membatasi pilihan
seorang pembicara.
7
4. Kritik Teori Konstruktivisme
Delia meluncurkan apa yang ia sebut sebagai teori perbedaan kognitif interpretatif
pada konstruktivist tentang pesan-pesan yang terpusat kepada orang jelas memenuhi
sasarannya.
Ketika para peneliti bidang kedokteran menemukan pengaruh yang mematikan otak
dari racun timah, mereka dengan cepat merencanakan kampanye umum untuk
menghentikan cat berbahan dasar timah. Demikian halnya, para guru melobi untuk
Project Head Start ketika mereka menyadari bahwa makanan untuk perut merupakan
sebuah prasyarat makanan untuk pikiran, jelasnya kemiskinan, cat yang mengelupas,
dan gizi yang buruk saling berhubungan, dan peneliti konstruktivist menunjukkan
bahwa seorang anak yang sama sekali tidak memiliki komunikasi yang merangsang
refleksi merupakan bagian dari lingkaran keji yang sama. Konstruktivisme terbuka bagi
tuntutan kaum elitisme jika para teoretikus merencanakan sebuah rencana untuk upaya
perbaikan yang akan membantu mempersempit kesenjangan antara yang kaya
dengan yang miskin.
8
SOCIAL JUDGMENT THEORY
(Teori Pertimbangan Sosial)
Of Muzafer Sherif
1. Latar Belakang
Teori pertimbangan sosial adalah hasil penelitian seorang psikolog yang
bernama Muzafer Sherif dari Oklahoma University. Teori pertimbangan sosial
didasarkan pada penelitian filsafat zaman dulu, dimana orang-orang diuji
kemampuannya untuk menilai rangsangan-rangsangan fisik seperti beban suatu objek
atau terangnya sebuah cahaya. Bentuk penelitian ini dijadikan perumpamaan oleh
sheriff untuk meneliti cara-cara individu menilai berbagai macam pesan, ternyata sherif
menemukan prinsip psikofisika yang juga berpegang pada penilaian sosial.
Secara ringkas teori ini menyatakan bahwa perubahan sikap seseorang terhadap
objek sosial dan isu tertentu merupakan hasil proses pertimbangan (judgement) yang
terjadi dalam diri orang tersebut terhadap pokok persoalan yang dihadapi. Proses
mempertimba/ngkan isu atau objek sosial tersebut. Sherif berpatokan pada kerangka
rujukan (reference points) yang dimiliki seseorang. Menurut Sherif ada tiga rujukan
yang digunakan seseorang untuk merespons suatu stimulus yang dihadapi. Ketiganya
merupakan bagian yang saling terkait. Yang pertama disebut latitude of acceptance
(rentang atau wilayah penerimaan) yang terdiri dari pendapat-pendapat yang masih
dapat diterima dan ditoleransi. Bagian kedua disebut latitude of rejection (rentang
penolakan) yang mencakup pendapat atau gagasan-gagasan yang kita tolak karena
bertentangan dengan kerangka rujukan kita (sikap dan keyakinan), dan yang terakhir
disebut latitude of noncommitment (rentang ketidakterlibatan) yang terdiri dari
pendapat atau pesan-pesan persuasif yang tidak kita tolak dan tidak kita terima. Dalam
rentang ketidakterlibatan ini kita tidak memiliki opini apa-apa sehingga bersifat netral
terhadap pokok permasalahan yang ada.
Disamping ketiga konsep pokok diatas, masih ada satu konsep penting lainnya
dari teori yang disebut ego-involevement yakni derajat yang menunjukkan arti penting
suatu isu bagi seseorang. Meskipun tiga konsep latitude yang dikemukan teori
pertimbangan sosial sudah cukup memadai dalam menjelasakan bagaimana seseorang
akan bereaksi terhadap pesan-pesan persuasif namun derajat penting tidaknya suatu
stimulus (ego-involvement) akan turut menentukan sejauhmana seseorang dapat
dipengaruhi. Dengan kata lain makin berarti suatu isu bagi seseorang maka semakin
9
kecil kemungkinan orang tersebut dapat dipengaruhi. Dalam teori ini juga dijelaskan
adanya dua macam efek yang timbul akibat proses menilai atau mempertimbangkan
pesan yakni efek asimilasi (assimilation effect) dan efek kontras (contrast effect).
Efek asimilasi terjadi ketika seseorang menempatkan sebuah pesan persuasif
dalam rentang penerimaan dan pesan-pesan tersebut mendekati pernyataan patokan
(kerangka rujukan) yang ada. Karena pesan tersebut mendekati pernyatan patokan,
maka pesan tersebut akan diasimilasi atau dianggap mirip dengan patokan yang ada dan
dijadikan satu kelompok. Asimilasi ini merupakan efek gelang karet, dimana setiap
pernyataan baru dapat ditarik mendekati pernyatan patokan sehingga tampak menjadi
lebih dapat diterima daripada keadaan sebenarnya. Orang yang menjadi sasaran
persuasi akan menilai pesan atau pernyataan tersebut tampak sejalan dengan
patokannya. Teori ini berparadigma positivistik.
Pernyataan yang berada dalam rentang penolakan akan tampak semakin
berbeda (kontras) dan bertentangan dengan pernyataan patokan meskipun sebenarnya
perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Karena kita memperbesar perbedaan maka sebuah
pesan yang seolah-olah bertentangan sepenuhnya dengan patokan yang ada. Akhirnya
pesan tersebut kita tolak.
2. Asumsi Teori Pertimbangan Sosial
Teori ini mempelajari tentang proses psikologis yang mendasari pernyataan
sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Asumsi dasarnya bahwa dalam menilai
sesuatu, manusia membuat deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam kategorisasi
manusia melakukan perbandingan-perbandingan diantara berbagai alternatif yang
disusun oleh individu untuk menilai stimulus-stimulus yang datang dari luar. Teori ini
mengemukakan bahwa seseorang mengetahui apa sikapnya dan mampu menentukan
perubahan sikap apa yang akan diterimanya serta perubahan apa yang akan ditolaknya.
Teori ini menjelaskan kepada kita tentang suatu pesan atau pernyataan diterima
atau ditolak itu didasarkan atas peta kognitif kita sendiri terhadap pesan tersebut.
Seseorang menerima atau menolak suatu pernyataan atau pesan-pesan tertentu,
bergantung kepada keterlibatan egonya sendiri. Ketika orang menerima pesan, baik
verbal ataupun nonverbal, mereka dengan segera men-judge (memperkirakan, menilai)
di mana pesan harus ditempatkan dalam bagian otaknya dengan cara
membandingkannya dengan pesan-pesan yang diterimanya selama ini. Teori ini juga
menjelaskan tentang bagaimana individu menilai pesan-pesan yang mereka terima. Ia
10
juga mampu memprediksi bahwa seseorang menerima atau menolak terhadap pesan-
pesan yang masuk. Selain itu teori ini juga melahirkan hipotesis-hipotesis baru dan
memperluas rentangan pengetahuan seseorang, termasuk kita ketika sedang menerima
pesan-pesan, dan juga memiliki kekuatan terorganisir melalui pengorganisasian
pengetahuan yang ada di dalam otak kita mengenai sesuatu.
Jika seseorang individu melibatkan dirinya sendiri dalam situasi yang dinilainya
sendiri, maka ia akan menjadikan dirinya sendiri sebagai patokan. Hanya hal-hal yang
dekat dengan posisinya mau diterimanya. Rentang penolakan yang mencakup pendapat
atau gagasan-gagasan yang kita tolak karena bertentangan dengan kerangka rujukan
kita (sikap dan keyakinan).
3. Latitute of noncommitment (rentang keterlibatan)
11
Keterlibatan Ego (Ego Involvement)
Jika Anda pengguna kartu kredit, seberapa penting bunga cicilan 0% bagi
Anda? Pertanyaan seperti inilah yang disebut Sherif sebagai konsep ego-involvement.
Ego-involvement mengacu pada tingkatan seberapa penting sebuah tawaran terhadap
kehidupan seseorang. Ego-involvement merupakan kunci utama munculnya latitude of
acceptance atau bahkan rejection. Konsep ini dilatarbelakangi dengan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut: Apakah ini hal utama bagi kita?, Apa kita sangat
memikirkannya?, Apakah sudah sesuai dengan pola hidup kita?
Di dalam teori ini juga menjelaskan dua macam efek yang timbul akibat proses
mempertimbangkan pesan yaitu efek asimilasi dan efek kontras. Efek asimilasi
cenderung dapat bisa diterima ketimbang keadaan yang sebenarnya. Masyarakat yang
menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau pernyataan tersebut tampak sejalan
dengan patokannya. Sedangkan pernyataan yang berada dalam rentang penolakan akan
tampak semakin berbeda karena sebenarnya secara teori kita memperbesar perbedaan
dan pada akhirnya pesan dapat ditolak dengan mudah oleh masyarakat.
12
2). Jika suatu pesan oleh seseorang dinilai terletak dalam rentang penolakan, maka
perubahan sikap akan berkurang atau tidak ada.
3). Dalam rentang penerimaan dan rentang non komitmen semakin tidak sesuai suatu
pesan dengan pendirian/prinsip seseorang, maka akan semakin besar kemungkinan
sikap akan berubah.
13
ELABORATION LIKELIHOOD MODEL
Latar Belakang
Elaborasi Kemungkinan Model adalah teori umum perubahan sikap . Menurut
pengembang teori Richard E. Petty dan John T. Cacioppo, mereka dimaksudkan untuk
memberikan kerangka kerja untuk mengatur, mengkategorikan, dan memahami proses
dasar yang mendasari efektivitas komunikasi persuasif umum.
Studi tentang sikap dan persuasi dimulai sebagai fokus utama psikologi sosial,
ditampilkan dalam karya psikolog Gordon Allport (1935) dan Edward Alsworth Ross
(1908). Allport digambarkan sebagai sikap "konsep yang paling khas dan sangat
diperlukan dalam psikologi sosial kontemporer". jumlah yang cukup dari penelitian
yang dikhususkan untuk mempelajari sikap dan persuasi dari tahun 1930-an melalui
tahun 1970-an.
Teori ini berparadigma postivistik
ELM adalah sebuah teori persuasi karena teori ini mencoba untuk memprediksi kapan
serta bagaimana individu akan dan tidak akan terbujuk oleh pesan (Littlejohn & Foss,
2008:72). Kemungkinan elaborasi (elaboration likelihood ) adalah suatu kemungkinan
bahwa individu akan mengevaluasi informasi secara kritis. Kemungkinan elaborasi bergantung
pada cara seseorang mengolah pesan.
Pesan ini diterima dan disalurkan melalui dua jalur yang berbeda yakni central
route dan peripheral route. Ketika kita memroses informasi melalui central route, kita
14
secara aktif dan kritis memikirkan dan menimbang-nimbang isi pesan tersebut dengan
menganalisis dan membandingkannya dengan pengetahuan atau informasi yang telah
kita miliki. Pada umumnya orang berpendidikan tinggi atau berstatus sebagai pemuka
pendapat (opinion leader) berkecenderungan menggunakan central route dalam
mengolah pesan-pesan persuasif. Sementara orang berpendidikan rendah cenderung
menggunakan jalur peripheral dimana faktor-faktor di luar isi pesan atau
nonargumentasi lebih berpengaruh bagi yang bersangkutan dalam menentukan
tindakan. .Jika seseorang secara sungguh-sungguh mengolah pesan-pesan persuasif
yang diterimanya dengan tidak semata-mata berfokus pada isi pesan yang diterimanya
melainkan lebih memperhatikan daya tarik penyampai pesan, kemasan pruduk atau
aspek peripheral lainnya maka ia dipandang menggunakan jalur pinggiran (peripheral
route).
15
Konsep-Konsep Model Elaborasi Kemungkinan
Rute Sentral dan Periferal
Rute Central dan perifer: keduanya adalah gaya efektif teknik persuasi, namun
masing-masing memiliki strategi dan prinsip-prinsip panduan untuk membuatnya
lebih efektif. Memahami dua rute persuasi yang dibahas dalam Model Elaborasi
Kemungkinan sangat penting untuk proses persuasi.
1. Rute Sentral
Pesan yang dikirim melalui rute pusat persuasi harus lurus ke depan dan
lengkap. Rute pusat terdiri dari "pertimbangan bijaksana dari argumen (ide, konten)
dalam pesan "(Benoit dkk., 2001). Penerima hati-hati dalam mendalami isi pesan
dan mengevaluasi subyek ide. Pesan yang dikirim melalui rute ini harus memiliki
tingkat keterlibatan yang tinggi, yaitu, penerima harus benar-benar peduli tentang
dan berhubungan dengan subjek. Karena itu penting bagi mereka, maka pesan akan
dievaluasi secara menyeluruh. Pesan rute Tengah harus kuat. Pesan akan dibedah
dan dianalisis dari setiap sudut, jadi sebaiknya memiliki beberapa substansi untuk
itu.
Misalnya, pengawas lapangan golf sangat prihatin dengan kondisi rumput di
lapangan golf tempat dia bekerja, maka ketika sebuah iklan produk baru keluar
untuk menyemprot gulma, ia akan membayar perhatian, ia akan menganalisis isi
pesan dan apa artinya untuk dia supaya rumput menjadi lebih hijau. Di sisi lain,
seorang wanita bisnis yang tinggal di lantai apartemen tidak memiliki perhatian
dengan rumput itu, karena dia tidak memiliki halaman rumput. Oleh karena itu iklan
semprotan gulma tidak penting baginya.
Kelemahan untuk mengirim pesan melalui rute central adalah bahwa penerima
harus memiliki motivasi untuk menganalisis pesan. Jika penerima tidak langsung
dipengaruhi oleh pesan, dia tidak akan menempatkan pesan tersebut untuk
dipertimbangkan. Oleh karena itu, pesan persuasif hilang pada banyak orang.
Namun, bagi mereka yang terlibat langsung dengan masalah ini, ada dua
keuntungan penting terkait dengan persuasi melalui rute pusat yaitu "Perubahan
sikap cenderung bertahan lebih lama daripada perubahan yang disebabkan melalui
jalur peripheral"(Scott, 1996). Di lain kata, jika sikap dari penerima telah berubah
sebagai hasilnya, kemungkinan yang terjadi pesan itu akan lama menetap dan
16
perasaan dicapai dengan persuasi rute sentral lebih permanen dibandingkan dengan
rute peripheral.
2. Rute Peripheral
Rute persuasi peripheral berhasil untuk pesan dengan penerima yang rendah
keterlibatannya, motivasi penerima rendah, dan pesan lemah. Tidak seperti rute
pusat, pesan yang dikirim melalui rute peripheral tidak diproses secara kognitif.
Sebaliknya, rute perifer menyatakan bahwa "jika seseorang tidak mampu untuk
menguraikan pesan ekstensif, maka dia masih dapat dibujuk oleh faktor-faktor yang
tidak ada hubungannya dengan isi sebenarnya dari pesan itu sendiri "(Moore,
2001). Ini adalah tempat pemasaran, periklanan, dan hubungan masyarakat masuk
Menurut Profesor Dekan Kruckeberg dan Ken Starck, "Pandangan publik dominan
PR, pada kenyataannya, merupakan salah satu persuasif dan komunikasi tindakan
... "(Wilcox et al., 2003, p.214). Jadi bagaimana Anda pergi membujuk seseorang
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan produk Anda atau layanan untuk
membeli itu? Lagu catchy, warna-warna cerah, dan dukungan selebriti semua
adalah cara persuasi peripheral. "Pesan tersebut akan berusaha untuk menarik
perhatian dengan membuat penerima berpikir tentang sesuatu yang dia sudah akrab
dengan dan memiliki pikiran positif tentang "
Tipe pesan-pesan Peripheral :
Sama seperti argumen pada rute sentral, pesan peripheral dapat dievaluasi sebagai
positif, negatif dan netral
Pesan Positif :
17
Pesan Netral :
Pesan Negatif :
Menurut Petty & Cacioppo, 1986 dalam buku Dainton (2013:127) Penting untuk memahami
khalayak yang akan menjadi target sebelum memilih rute penyampaian pesan, namun selain itu
memahami target khalayak tersebut juga penting dalam menyusun / membentuk elaborasi
argumen yang akan disampaikan.
Strong Arguments
Argumen yang menciptakan respon kognisi positif di dalam pikiran penerima pesan
juga secara positif mempengaruhi keyakinan mereka dengan pandangan-pandangan dari
pemberi argumen atau orang yang mengajak. Argumen yang kuat dapat menanamkan
kepada khalayak dalam melawan penolakan dan kebanyakan mengubah perilaku jangka
panjang menuju perilaku yang dapat diprediksi. Pengulangan pesan juga
Neutral Arguments
18
perubahan perilaku yang terjadi dan akibatnya penerima pesan mungkin menjadi beralih
ke jalur pinggiran atau jalan pintas.
Weak Arguments
19
COGNITIVE DISSONANCE THEORY
(Teori Disoansi Kognitif)
Of Leon Festinger
1. Latar Belakang
Teori Disonansi Kognitif diperkenalkan oleh Leon Festinger pada tahun 1957 (Shaw &
Contanzo, 1985) dan berkembang pesat sebagai sebuah pendekatan dalam memahami area
umum dalam komunikasi dan pengaruh social (Festinger, 1957).
Teori disonansi kognitif menjadi salah satu penjelasan yang paling luas yang diterima
terhadap perubahan tingkah laku dan banyak perilaku sosial lainnya. Teori ini telah
digeneralisir pada lebih dari seribu penelitian dan memiliki kemungkinan menjadi bagian yang
terintegrasi dari teori psikologis sosial untuk bertahun-tahun (Cooper & Croyle, 1984, dalam
Vaughan & Hogg, 2005).
Sebenarnya kata disonansi kognitif merupakan perasaan yang tidak seimbang, ketika
mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka
ketahui atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang
(1957:4). Konsep ini membentuk inti dari Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance
Theory-CDT) Festinger, teori ini berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak
nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan
itu.
Menurut Roger Brown (1965), dasar dari teori ini mengikuti sebuah prinsip yang cukup
sederhana Keadaan disonansi kognitif dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan
psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi.
Disonansi adalah sebuah sebutan untuk ketidakseimbangan dan konsonansi adalah sebutan
untuk keseimbangan. Menurut Browns dua elemen memiliki untuk memiliki tiga hubungan
yang berbeda satu sama lain diantaranya, Hubungan Konsonan (Consonant
Relationship), Hubungan Disonan (Dissonant Relationship), dan Tidak Relevan (Irrelevant).
Hubungan Konsonan (consonant relationship) ada dua elemen ketika dua elemen
tersebut ada pada posisi seimbang satu sama lain. Hubungan disonan (dissonant relationship)
berarti bahwa elemen-elemennya tidak seimbang satu dengan lainnya. Maksudnya tidak ada
sinergis antara pemikiran dan perbuatan. Hubungan relevan (tidak irrelevant) ada ketika
elemen-elemen tidak mengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain.
20
Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernytaan
Festinger bahwa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya
perubahan. Paradigm ini berparadigma positivistik/objektif.
2. Asumsi Teori Disonansi Kognitif
Teori kognitif disonansi adalah menjelaskan mengenai keyakinan dan perilaku mengubah
sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara kognisi-kognisi. Ada empat
asumsi dasar dari teori ini :
1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap dan
perilakunya.
Penjelasan : menekankan sebuah model mengenai sifat dasar manusia yang
mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang
tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya,
mereka akan mencari konsistensi.
2. Disonansi diciptakan oleh inskonsistensi psikologis.
Penjelasan : berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini
tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sebaliknya teori ini merujuk pada
fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis (dibandingkan
tidak konsisten secara logis).
3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan
tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
Penjelasan : menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis
disonansi tercipta menimbulkan perasaan tidak suka jadi orang tidak senang berada
dalam keadaan disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman.
4. Disonansi mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk
mengurangi disonansi.
Penjelasan : untuk menghindari situasi yang menciptakan inskonsistensi dan berusaha
mencari situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar
manusia membingkai teori ini adalah sifat dimana manusia mencara konsistensi
psikologis sebagai hasil rangsangan yang disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan
terhadap kognisi yang tidak konsisten.
21
3. Konsep-Konsep Teori Disonansi Kognitif
Tingkat Disonansi
Tiga faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan seseorang:
1) Tingkat kepentingan (importance), faktor dalam menentukan tingkat
disonansi merujuk pada seberapa signifikan masalah itu.
2) Rasio disonansi (dissonance ratio), faktor dalam menentukan tingkat
disonansi merupakan jumlah kognisi konsonan berbanding dengan yang
disonan.
3) Rasionalitas (rationale) yang digunakan individu untuk menjustifikasi
inkonsistensi. Faktor ini merujuk pada alasan yang dikemukan untuk
menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi muncul. Makin banyak alasan
yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesenjangan yang ada, maka
semakin sedikit disonansi yang seseorang rasakan.
Mengatasi Disonansi
Meskipun teori disonansi kognitif menjelaskan bahwa disonansi dapat
dikurangi baik melalui perubahan perilaku maupun sikap, kebanyakan penelitian
difokuskan kepada sikap. Banyak cara untuk meningkatkan konsistensi didasarkan
pada kognisi. Meskipun CDT menjelaskan bahwa disonansi dapat dikurangi baik
melalui perubahan perilaku maupun sikap, kebanyakan penelitian difokuskan pada
sikap, yaitu :
1) mengurangi pentingnya keyakinan disonansi kita
2) menambahkan keyakinan yang konsonan,
3) menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.
22
Disonansi Kognitif dan Persepsi
Secara spesifik, Teori Disonansi Kognitif berkaitan dengan proses pemilihan
terpaaan (selective exposure), pemilihan perhatian (selective attention), pemilihan
interpretasi (selective interpretation), dan pemilihan retensi (selective retention)
karena teori ini memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang
meningkatkan disonansi. Proses perseptual ini merupakan dasar dari penghindaran
ini.
Terpaan selektif (selective exposure), metode untuk mengurangi disonansi
dengan mencari informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang
ada saat ini.
Perhatian selektif (selective attention), metode untuk mengurangi disonansi
dengan memberikan perhatian pada informasi yang konsonan dengan keyakinan
dan tindakan yang ada saat ini.
Interpretasi selektif (selective interpretation), metode untuk mengurangi
disonansi dengan menginterpretasikan informasi yang ambigu sehingga
informasi menjadi konsisten dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.
Retensi selektif (selective retention), metode untuk mengurangi disonansi
dengan mengingat informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan
yang ada saat ini.
Justifikasi Minimal
Menawarkan jumlah insentif paling kecil yang dibutuhkan untuk mendapatkan
persetujuan. Festinger (1975) berpendapat bahwa jika seseorang berkeinginan untuk
memperoleh perubahan pribadi selain persetujuan publik, cara terbaik untuk
melakukannya adalah menawarkan cukup penghargaan atau hukuman untuk
memperoleh persetujuan.
Teori Disonansi Kognitif dan Persuasi
Banyak penelitian berkonsentrasi pada disonansi kognitif sebagai fenomena pasca
pengambilan keputusan. Beberapa studi mempelajari mengenai penyesalan pembeli (a
buyers remorse), yaitu disonansi yang sering dialami seseorang setelah memutuskan
suatu pembelian yang besar. Kajian yang menarik mengenai penyesalan pembeli
berhubungan dengan pembelian kendaraan bermotor (Donnely & Ivancevich, 1970).
23
4. Kritik Teori Disonansi Kognitif
Meskipun para peneliti telah menggunakan dan merevisi teori Festinger sejak 1957, dan
beberapa ilmuwan menekankan bahwa teori ini merupakan prestasi utama dari bidang
psikologi social . teori ini juga memiliki kelemahan dan kritikan.
Satu kelemahan berhubungan dengan komplen para kritikus bahwa disonansi mungkin
bukan merupakan konsep yang paling penting untuk menjelaskan perubahan sikap.
Contohnya, bebrapa peneliti percaya bahwa kerangka teoritis lain dapat menjelaskan
peribahan sikap yang dotemukan oleh Festinger dan Carlmith (1959) dalam eksperimen
satu dolar/dua puluh dolar.
Irving Janis dan Robert Gilmore (1965) berpendapat ketika orang berpartisipasi dalam
inkonsistensi ,seperti berdebat mengenai sebuah posisi yang tidak mereka yakini, mereka
menjadi termotivasi untuk memikirkan kembali semua argument yang mendukung posisi
tersebut sementara menekan setiap argumen yang tidak mendukungnya. Janis dan Gilmore
menyebut proses ini penyeleksian bias. Proses penyeleksian bias ini ini meningkatkan
kemungkinan akan penerimaan posisi baru contohnya, mengubah posisi evaluasi seseorang
bahwa menyortir gelondongan merupakan pekerjaan yang membosankan menjadi posisi
yang baru yaitu bahwa pekerjaan itu benar-benar pekerjaan yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
24
Litlejohn, Stephen W & Karen A.Foss. 2014. Theories of Human Communication 9th ed.
Diterjemahkan oleh Mohammad Yusuf Hamdan, dengan judul Teori Komunikasi Edisi
9. Jakarta: Salemba Humanika.
West, Richard & Lynn H.Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis dan
Aplikasi Buku 2 terjemahan. Jakarta: Salemba Humanika.
25