Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS WACANA KRITIS TEKS BERITA

RAJA JOKOWI PADA MEDIA DARING (ONLINE)

Shafira Noor Permatasari


NIM 121611133072

Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya


Universitas Airlangga

ABSTRAK

Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana relaitas


itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. Pendefinisian tersebut bukan hanya
peristiwa, melainkan juga aktor-aktor sosial. Di antara berbagai fungsi dari media dalam
mendefinisikan realitas, fungsi pertama dalam ideologi adalah media sebagai makanisme
integrasi sosial. Media di sini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok itu dijalankan.

Pada penelitian ini, penulis akan mengindentifikasi bagaimana ideologi yang ada pada
dua media online di Indonesia, yakni MediaIndonesia.com dan Viva.co.id melalui liputan
berita Raja Jokowi. Pengindentifikasian ini termasuk ke dalam analisis wacana kritis yang
menggunakan pendekatan Critical Linguistics. Pendekatan jenis ini, akan menganalisis
bagaimana penggunaan bahasa mulai dari wacana hingga pada kata.

Penelitian ini menggunakan metode jenis kualitatif dengan penyajian tabel-tabel data
kutipan dari artikel pada berita tersebut. Dengan penyajian tabel-tabel ini, diharapkan hasil
analisis yang didapatkan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan pembaca menjadi
mudah memahami isi dari penelitian ini.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa MediaIndonesia.com adalah media dengan
ideologi yang pro terhadap kubu Jokowi-Ma’ruf. Sedangkan, Viva.co.id. adalah media dengan
ideologi yang pro terhadap kubu Prabowo-Sandiaga. Hal ini dibuktikan dengan model
penyampaian berita yang begitu berbeda.

KATA KUNCI: Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis), Analisis Bahasa Kritis
(Critical Linguistics), Konstruksi Realitas, Ideologi.
PENDAHULUAN

Setiap media memiliki idelogi dalam menyajikan berita-beritanya. Produksi berita


berhubungan dengan bagaimana rutinitas yang terjadi dalam ruang pemberitaan – yang
mementukan bagaimana wartawan didikte/dikontrol – untuk memberitakan peristiwa dalam
suatu perspektif tertentu. (Eriyanto, 2002)

Selain praktik organisasi dan ideologi professional tersebut, ada satu aspek lain yang
sangat penting yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa ditempatkan dalam keseluruhan
teks, yakni bagaimana berita itu bisa bermakna dan berarti bagi khalayak. Menurut Stuart Hall
(1978), menyebut aspek ini sebagai konstruksi berita.

Menurut Eriyanto (2001), ideologi sebuah media dapat diamati melalui pilihan bahasa
serta struktur gramatika yang digunakan dalam penulisan berita. Ideologi ini biasanya
disesuaikan dengan target pembaca sebagai konsumen berita. Kesamaan ideologi antara media
serta pembacanya dianggap penting sebafa bagian dari legitimasi dominasi media terhadap
pembaca. Dengan memiliki ideologi yang sama, diharapkan liputan berita yang diturunkan
seorang jurnalis melalui sebuah media dapat diterima secara taken for granted oleh pembacanya.

Pada dasarnya teks media massa bukan realitas yang bebas nilai. Pada titik kesadaran
pokok manusia, teks selalu memuat kepentingan. Teks pada prinsipnya telah diambil sebagai
realitas yang memihak. Tentu saja teks dapat dimanfaatkan untuk memenangkan pertarungan
ide, kepentingan atau melegitimasi ideologi tertentu dari kelas tertentu. (Littlejohn, 2002)

Sumber data artikel ini adalah teks berita dari dua media online yaitu
MediaIndonesia.com dan Viva.co.id pertanggal 13 November hingga 16 November 2018 yang
diunduh dari internet. Pembatasan tanggal pada pengumpulan data dilakukan untuk
memudahkan analisis data karena unit analisis artikel ini hingga pada tahap kata. Data berita
dari MediaIndonesia.com sebanyak 7 berita, sedangkan dari Viva.co.id sebanyak 6 berita.
Selanjutnya, pada MediaIndonesia.com, berita tentang Raja Jokowi diambil pertanggal 13
November hingga 16 November 2018. Sedangkan, pada Viva.co.id, berita Raja Jokowi diambil
pertanggal 13 November hingga 15 November 2018. Perbedaan waktu dalam pengambilan data
berita ini dikarenakan waktu berita diunggah pada kedua website ini juga berbeda.

Artikel ini berusaha untuk mengidentifikasi ideologi media online yang diwakili oleh
MediaIndonesia.com dan Viva.co.id pada liputan berita tentang poster Raja Jokowi melalui
penggunaan bahasa pada penulisan atau penyajian berita tersebut.
Pemilihan kedua media online ini karena saat ini sedang gencar-gencarnya kampanye
untuk Pilpres 2019. Kedua media online ini nyatanya memiliki “kiblat” yang berbeda terhadap
siapa pasangan calon presiden dan wakil presiden yang didukung. Selain itu, kedua media
online ini juga terintegrasi dengan stasiun televisi swasta di Indonesia yang kontennya lebih
menitikberatkan pada penyajian berita. MediaIndonesia.com terintegrasi dengan Metro TV,
sedangkan Viva.co.id masih terintegrasi dengan TV One dan ANTV. Seperti yang diketahui
bahwa pada Pilpres 2015, kedua kubu stasiun televisi ini terlihat jelas memiliki paslon andalan
yang berbeda.

Artikel ini termasuk dalam ancangan studi analisis wacana kritis (Critical Discourse
Analysis). Wacana itu sendiri (dalam bahasa Inggris discourse) merupakan rangkaian teks baik
lisan maupun tulis sebagai wujud tindak komunikasi yang mangandung gagasan dari addressor
kepada addressee berdasarkan konteks tertentu (Foucault, 1972). Wacana sebagai bentuk
praktis sosial dapat dianalisis dengan analisis wacana kritis untuk mengetahui hubungan antara
wacana dan perkembangan sosial budaya dalam domain sosial yang berbeda dalam dimensi
linguistik (Eriyanto, 2006:7). Critical Analysis Discourse adalah sebuah studi yang tidak hanya
menganalisis pemakaian bahasa dalam tuturan dan lisan tetapi melihat bahasa sebagai praktik
sosial. Pengkaitan ini menyebabkan terjadinya hubungan dialektis antara wacana tersebut
(Eriyanto, 2001).

Menurut Van Dijk (2001), analisis wacana kritis yang menitikberatkan kekuatan dan
ketidaksetaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab itu, analisis wacana kritis
digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah politik, ras,
gender, hegemoni, budaya, kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada prinsip analisis
wacana kritis yakni: tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi.

Artikel ini melihat bagaimana pilihan kata yang digunakan dalam menyajikan teks
berita pada kedua media online ini. Pilihan kata tersebut dapat membawa posisi dan makna
ideologi tertentu. Jadi, ideologi dapat diamati dengan melihat pada pilihan kata yang dipakai.
Pembahasannya terpusat pada kajian analisis bahasa kritis (Critical Linguistics) yang mana
memusatkan analisis wacana pada bahasa dan menghubungkannya dengan ideologi. Dalam
Critical Linguistics, aspek kebahasaan lebih konkret dengan melihat gramatika. (Eriyanto, 2001)

Selain menganalisis aspek kebahasaan, artikel ini juga mengkaji hubungan antara teks
konteks sosial yang melatarbelakangi munculnya teks berita tersebut. Menurut Fairclough
(1989), hubungan antar teks terdapat pada tahap interpretasi, sedangkan hubungan antar teks
dengan konteks sosial termasuk dalam tahap eksplanasi.

Tujuan artikel ini adalah untuk mengidentifikasi serta menjelaskan ideologi teks pada
liputan berita Raja Jokowi pada media online yaitu MediaIndonesia.com dan Viva.co.id melalui
wacana berita yang telah disajikan.

ANALISIS WACANA KRITIS

Analisis wacana kritis tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa semata. Pada
akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi
bahasa yang dianalisis di sini sedikit berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik
tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspekk kebahasaan,
tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan
dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.

Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk
dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah
hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur
sosial yang membentuknya.

Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni sebagai alat untuk
melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat. Analisis wacana kritis menyelidiki
bagaimana antar kelompok sosial yang ada saling beradu dan mengajukan versinya masing-
masing melalui bahasa.

Analisis wacana kritis yang terdiri atas tiga tahap, yaitu deskripsi, interpretasi dan
eksplanasi (Fairclough, 1989: 26). Analisis teks pada tahap deskripsi mengacu pada tingkatan
yang berhubungan dengan sifat formal teks, kajiannya meliputi aspek kosakata dan gramatikal
yang tercakup pada aspek makna eksperensial (ideasional), interpersonal serta makna tekstual
teks, sedangkan aspek struktur teks ada pada analisis genre. Atau secara global, bisa dikatakan
bahwa tahapan deskripsi adalah tahapan yang mengacu pada fitur-fitur linguistik.

Tahap interpretasi berkaitan dengan hubungan antara teks dan interaksi dalam teks
yaitu dengan melihat teks sebagai suatu produk proses produksi, dan sebagai sumber dalam
proses interpretasi. Tahap ini merupakan tahap yang mengikutkan faktor-faktor sosial
(interpretasi konteks) dari suatu teks, misalnya saja tentang siapa yang terlibat, apa yang sedang
terjadi, dalam hubungan apa, serta apa peran bahasa pada teks tersebut, selanjutnya baru
ditentukan interpretasi teksnya berdasarkan hubungannya dengan interpretasi konteks tersebut.
Dijelaskan lebih detail oleh Fairclough (1989: 141), bahwa interpretasi adalah
penggeneralisasian melalui apa yang ada dalam teks dan apa yang ada dalam benak si
interpreter serta dalamkerangka berpikir members of resources.

Tahapan selanjutnya adalah eksplanasi. Tahap ini berkaitan dengan hubungan antara
konteks interaksi dan sosial. Tahapannya berhubunganan dengan penentuan sosial proses
produksi dan interpretasi serta efek-efek sosial pada terwujudnya sebuah teks. Pertanyaan yang
muncul pada tahap ini biasanya adalah apa yang membantu terbentuknya sebuah wacana yang
berhubungan dengan penentuan sosial yang meliputi level situasional, institusional dan
kemasyarakatan. Sedangkan pada level ideologi, pertanyaan yang muncul adalah elemen apa
yang digambarkan memiliki muatan ideoligis.

Artikel ini menggunakan salah satu dari lima pendekatan analisis wacana kritis.
Pendekatan Fowler dkk. tentang analisis bahasa kritis (Critical Linguistics) yang
dikembangkan dari teori linguistik, penulis pilih sebagai pendekatan dalam analisis ini. Critical
Linguistics memusatkan analisis wacana pada bahasa dan menghubungkannya dengan ideologi.
Critical Linguistics lebih konkret dengan melihat gramatika. Inti dari gagasan analisis jenis ini
adalah melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu.
Dengan kkata lain, aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata
bahasa yang dipakai.

Bahasa , baik pilihan kata maupuan struktur gramatika, dipahami sebagai pilihan,
mana yang dipilih oleh seseorang untuk diungkapkan membawa makna ideologi tertentu.
Ideologi itu dalam taraf yang umum menunjukkan bagaimana satu kelompok berusaha
memenangkan dukungan publik, dan bagaimana kelompok lain berusaha dimarjinalkan lewat
pemakaian bahasa dan struktur gramatika tertentu. Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, di
mana kosakata tertentu dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu.

KARAKTERISTIK ANALISIS WACANA KRITIS

Berikut ini adalah karakteristik penting dari analisis wacana kritis:

1. Tindakan
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Dengan pemahaman semacam ini
mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam
ruangan tertutup. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, diekspresikan secara
sadar dan terkontrol.
Dalam artikel ini, data yang berupa wacana berita merupakan sesuatu yang hendak
diekspresikan oleh wartawan untuk kemudian membangun adanya sebuah interaksi antara
berita dengan pembacanya. Berita-berita yang ada dalam MediaIndonesia.com dan Viva.co.id
ditulis secara sadar dan terkontrol oleh wartawannya. Berita-berita ini ditulis secara sadar agar
isi dari berita tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, berita yang ditulis juga
dalam kontrol pengawasan pihak media-media yang menaungi wartawan tersebut. Karena
bersifat terkontrol ini, maka karakteristik tulisan setiap media dapat berbeda-beda.

2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi,
peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada
suatu konteks tertentu. Analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi.
Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan
memengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks
tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Titik perhatian dari analisis
wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses
komunikasi.
Berita tentang Raja Jokowi yang disajikan oleh Mediaindonesia.com dan Viva.co.id,
jika dikaitkan dengan konteks situasi di mana teks tersebut ditulis, maka didapatkan bahwa
adanya kampanye-kampanye yang gencar dilakukan karena Pemilu 2019 mendatang.
Kampanye-kampanye ini dapat dilakukan dengan segala hal, termasuk pembuatan baliho-
baliho Raja Jokowi. Adanya baliho ini jika diberitakan maka akan dapat membuat masyarakat
memiliki persepsi masing-masing tentang pasangan calon presiden dan calon wakil presiden
yang terdaftar di Pemilu 2019 mendatang.

3. Historis
Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan
wacana itu dalam konteks historis tertentu. Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan
diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Oleh
karena itu, pada waktu menganalisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang
berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu, dan
seterusnya.
Dalam artikel ini, konteks historis dapat dilihat dari situasi politik yang saat ini sedang
memanas di Indonesia. Begitu banyak partai politik yang mengajukan pasangan calon
presiden dan wakil presiden melalui dukungan-dukungan di berbagai media. Oleh karena itu
peran wacana untuk mempersuasi masyarakat Indonesia dalam menentukan pilihan pada
Pemilu 2019 mendatang, sangat dipentingkan. Model wacana yang menggunakan pilihan kata
yang baik, dapat mempengaruhi si pembaca. Begitu pula pada wacana berrupa berita yang
memang tidak bisa diremehkan lagi kekuatannya dalam mempengaruhi persepsi masyarakat
pembacanya.

4. Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan dalam analisisnya.
Setiap wacana yang muncul tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral
tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci
hubungan antara wacana dengan masyarakat. Hal ini mengimplikasikan analisis wacana kritis
tidak membatasi dirinya pada detil teks atau struktur wacana saja tetapi juga menghubungkan
dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu.
Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang
disebut sebagai kontrol. Satu orang atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain
lewat wacana. Kontrol di sini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi
jjuga kontrol secara mental atau psikis. Kelompok dominan dapat saja membuat kelompok
lain bertindak sesuai kemauan kelompok dominan. Menurut Van Dijk, kelompok yang
dominan memiliki lebih banyak akses dibandingkan dengan kelompok yang tidak dominan.
Akses yang dimaksud dapat berupa pengetahuan, uang, dan pendidikan.
Bentuk kontrol terhadap wacana tersebut bisa bermacam-macam. Bisa berupa kontrol
atas konteks, yang secara mudah dapat dilihat dari siapakah yang boleh dan harus berbicara,
sementara siapa pula yang hanya bisa mendengar dan mengiyakan. Seseorang yang mempunyai
kekuasaan yang lebih besar bukan hanya menentukan bagian mana yang perlu ditampilkan dan
mana yang tidak tetapi juga bagaimana ia harus ditampilkan. Misalnya, dapat dilihat dari
penonjolan beberapa kata tertentu.
Bentuk kontrol pada kedua media online ini pasti berbeda karena memiliki ideologi
yang berbeda pula. Pembuatan konten berita sangat memperhatikan pemilihan kosakata yang
akan dipakai agar tidak keluar dari kekuasaan yang mengikatknya. Oleh karena itu, penggunaan
bahasa dalam penyusunan atau pembuatan berita dari MediaIndonesia.com dan Viva.co.id pasti
berbeda pula.

5. Ideologi
Ideologi merupakan konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis.
Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau
pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya
mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk
mereproduksi dna melegitimasi dominasi mereka. Salah satu stategi utamanya adalah dengan
membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted.
Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana
kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi
kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak abash dan benar. Ideologi dari
kelompok dominan hanya efektif jka didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas
termasuk yang didominasi menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran.
Menurut Van Dijk, dapat menjelaskan fenomena apa yang disebut sebagai “kesadaran palsu”,
bagaimana kelompok dominan melalui kampanye disinformasi, melalui kontrol media, dan
sebagainya.
Ideologi dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau
anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak
dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi
dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok.
Ideologi memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren
bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan share di antara anggota
kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. Kedua, meskipun ideologi
bersifat sosial, ia digunakan secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh
karena itu, ideologi tidak hanya menyediakan dungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga
membentuk identitas diri dari kelompok yang membedakan sengan kelompok lain.
Ideologi di sini bersifat umum, abstrak dan nilai-nilai yang terbagi antaranggota
keompok menyediakan dasar bagaimana masalah harus dilihat. Dengan pandangan semacam
ini, wacana lalu tidak dipahami sebagai suatu yang netral dan berlangsung secara alamiah.
Karena dalam setiap wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut
pengaruh. Oleh karena itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup,
tetapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada
tersebut berperan dalam bentuk wacana.
Data berita yang dianalisis di dalam artikel ini dapat diidentifikasi ideologi apa yang
mendasari penyusunan berita-berita dari MediaIndonesia.com dan Viva.co.id sehingga sistem
bahasa yang digunakan oleh kedua media online ini bisa berbeda.

KONSTRUKSI REALITAS
Sebuah teks berupa berita harus diipandang sebagai konstruksi atas realitas.
Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dionstruksi secara berbeda. Wartawan
bisa saja memiliki pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa atau
fakta dalam arti yang riil. Di sini realitas bukan dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah
produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi, wartawan dilanda
oleh relaitas. Realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam
proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi
tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil berita adalah produk dari proses
interaksi dan dialektika tersebut.
Demikian halnya ketika seseorang melakukan wawancara, ketika seseorang
mewawancarai narasumber, di sana terjadi interkasi antara wartawan dengan narasumber.
Reakitas yang terbentuk dari wawancara tersebut adalah produk interaksi antara keduanya.
Relaitas hasil wawancara bukan hasil operan antara apa yang dikatakan oleh narasumber dan
ditulis sedemikian rupa ke dalam berita. Di sana juga terdapat proses eksternalisasi: pertanyaan
yang diajukan dan juga sudut penggammbaran yang dibuat oleh pewawancara yang membatasi
pandangan narasumber. Belum termasuk bagaimana hubungan dan kedekatan antara wartawan
dengan narasumber. Proses dialiektika di antara keduanya yang menghasilkan wawancara yang
kita baca di surat kabar (online ataupun cetak), kita lihat di televisi dan kita dengar di radio.
Fakta dan peristiwa adalah hasil dari konstruksi. Sebuah realitas itu bersifat subjektif.
Realitas hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat
konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Di sini tidak ada realitas yang bersifat
objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa
berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan
yang mempunya pandangan berbeda. Fakta atau realitas bukanlah sesuatu yang tinggal ambil,
ada, dan menjadi bahan dari berita. Fakta atau realitas pada dasarnya dikonstruksi sedemikian
rupa.
Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga
subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di
sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan
semacam ini menolak argument yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran
bebas. Berita yang kit abaca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan
pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen
yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.
Berita bukanlah sebuah refleksi dari realitas. Berita hanyalah konstruksi dari realitas.
Berita adalah hasil dari konstruksi sosial di mana selalu melibatkan panangan, ideologi, dan
nlai-nilai dari wartawan atau media. Begaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung
pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses oemaknaan selalu melibatkan nilai-
nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan cerminan dari realitas.
Berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan
seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda-beda dengan orang lain. Hal tersebut sudah pasti
dapat menghasilkan sebuah “realitas” yang berbeda pula. Sama halnya dengan wartawan, yang
menyusun berita melalui tahap pemaknaan dan konstruksi realitas tersebut. Wartawan melihat
realitas dengan prespektif dan pertimbangan subjektif. Opini wartawan tentu saja tidak dapat
dihilangkan. Akhirnya, berita menjadi bersifat subjektif bukan objektif lagi.
Sama halnya dengan situasi pembuatan berita di MediaIndonesia.com dan Viva.co.id.
kedua media online ini memiliki banyak wartawan yang dikerahkan untuk meliput berbagai hal.
Wartawan-wartawan ini sudah memiliki pemahaman ideologi yang disesuaikan dengan media
yang menaungi mereka, dalam peliputan dan pembuatan konten berita. Realitas-realitas yang
ditemukan oleh wartawan dari keuda media ini, nantinya akan dikonstruksi sesuai dengan
ideologi yang mereka pahami untuk kemudian menghasilkan berita yang sama dengan gaya
bahasa yang berbeda.

CRITICAL LINGUISTICS
Fowler dkk. melakukan pendekatan analisis wacana kritis yang dikenal sebagaai
critical linguistics. Critical linguistics terutama memandang bahasa sebagai praktik sosial,
melalui mana suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologinya. Analisis jenis ini,
melihat bagaimana tata bahasa tertentu dan pilihan kosakata tertentu membawa implikasi dan
ideologi tertentu.
Dalam membangun model analisisnya, Fowler dkk. terutama mendasarkan pada
penjelasan Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan struktur bahasa ini
menjadi dasar struktur tata bahasa, di mana tata bahasa itu menyediakan alat untuk
dikomunikasikan kepada khalayak. Apa yang dilakukan Fowler dkk. adalah meletakkan tata
bahasa dan praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi.
Dalam menganalalisis wacana pemberitaan suatu teks berita, yang perlu diperhatikan
pertama kali adalah bahwa bahasa yang dipakai media bukanlah sesuatu yang netral, tetapi
memiliki aspek atau nilai ideologis tertentu. Bahasa sebagai representasi dari realitas tersebut
bis menjjadi berubah dan berbeda sama sekali dibandingkan dengan realitas yang sesungguhnya.
Teks berita yang hendak dianalisis menggunakan teori pendekatan ini maka memiliki
dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, pada level kata. Bagaimana peristiwa dan akor-aktor
yang terlibat dalam peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Kata-kata disini bukan hanya
penanda atau identitas tetapi dihubungkan dengan ideologi tertentu, makna apa yang ingin
dikomunikasikan kepada khalayak. Pihak atau kelompok mana yang diuntungkan dengan
pemakaian kata-kata tersebut dan pihak atau kelompok mana yang dirugikan dan posisinya
termajinalkan. Kedua, pada level susunan kata, atau kalimat. Bagaimana kata-kata disusun ke
dalam bentuk tkalimat tertentu dimengerti dan dipahami bukan semata sebagai persoalan teknis
kebahasaan, tetepi praktik bahasa. Yang ditekankan di sini adalah bagaimana pola pengaturan,
penggabungan, penyusunan tersebut menimbulkan efek tertentu: membuat posisi satu pihak
lebih menguntungkan atau mempunyai citra ppositif dibandingkan dengan pihak lain, atau
peristiwa tertentu dipahami dalam kategori tertentu yang lebih menguntungkan dibandingkan
dengan kategori pemahaman lain.

PENERAPAN CRITICAL LINGUSITICS DALAM ANALISIS WACANA KRITIS


BERITA RAJA JOKOWI DI MEDIAINDONESIA.COM
A. Judul berita
Model analisis Fowler dkk. ini dapat kita lihat dalam berita Raja Jokowi di
MediaIndonesia.com. Pada pembuatan judul berita, dari 7 berita yang diunggah oleh
MediaIndonesia.com, terdapat dua judul yang menggunakan kalimat pasif dan empat judul
berita yang menggunakan kalimat aktif. Judul tersebut dapat dirinci dan dianalisis sebagai
berikut:

o Judul berita dengan menggunakan kalimat aktif


a. Judul berita yang diunggah pada 13 November
TKN sebut ada upaya kotor merusak citra Jokowi
Subjek Predikat Objek Keterangan

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah jenis kalimat aktif. Objek
di sini menggunakan kata “merusak”. Kata tersebut merupakan kata negatif yang lazim
digunakan sebagai predikat sebuah kalimat. Namun, dalam kalimat ini kata tersebut dijadikan
pelengkap, penjelas dan penegas makna dari objek yaitu “upaya”. Kemudian keterangan dalam
kalimat ini merupakan suatu elemen yang dikenai oleh perlakuan objek karena pada judul ini
kalimat yang digunakan juga merupakan jenis kalimat tidak langsung. Keterangan “Jokowi”
menjadi ‘korban’ dari “upaya kotor” dalam judul berita ini.

PDIP gambar Jokowi jadi raja jurus baru black campaign


Subjek Subjek Predikat Objek
(yang memberi penyataan) (dalam pernyataan)

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah jenis kalimat aktif dan kalimat
langsung karena menggunakan pernyataan subjek “PDIP” sebagai judul. Pada predikat “urus
baru” memberi makna yang negatif bila diikuti dengan objek “black campaign”. Sebaliknya,
jika predikat tersebut diikuti oleh kata/frasa/kalimat yang bersifat positif, maka ia akan
bermakna positif juga. Dalam judul ini, penggunaan frasa “jurus baru” seolah-olah memberi
makna bahwa black campaign adalah hal yang baik dilakukan, padahal hal tersebut merugikan
salah satu pihak.

b. Judul berita yang diunggah pada 14 November 2018


APK ‘Raja Jokowi’ Hasto Ada yang coba mendiskreditkan Jokowi & PDIP
Keterangan Subjek Predikat Objek

Pada judul berita ini, kalimat aktif digunakan dalam penulisannya. Kalimat pada judul
ini juga termasuk ke dalam kalimat langsung, karena terdapat kutipan dari pernyataan si subjek.
Penggunaan kalimat aktif ini dapat memberi kesan atau makna bahwa objek adalah korban atau
pihak yang dirugikan. Diperkuat lagi dengan penggunaan kata “mendiskreditkan” pada predikat
yang semakin memberi informasi bahwa “Jokowi dan PDIP” adalah pihak yang dirugikan
dalam berita ini.
c. Judul berita yang diunggah pada 15 November 2018
Ada upaya mendiskreditkan Jokowi di Jawa Tengah
Subjek Predikat Objek Keterangan

Pada judul berita ini, kalimat aktif digunakan dalam penulisannya. Kalimat aktif
digunakan agar memberi kesan bahwa objek yang dikenai predikat adalah pihak yang dirugikan
atau korban pada berita ini. Selain itu terdapat penggunaan kembali kata “mendiskreditkan”
pada judul berita ini. Penggunaan kata tersebut sudah digunakan pada judul berita tentang Raja
Jokowi yang diunggah pada tanggal 14 November 2018. Kata ini memang memiliki makna
‘menjelekkan atau memperlemah kewibawaan satu pihak ttertentu’. Kata ini lebih dipilih
karena dapat memperkuat makna bahwa objek adalah korban, jika dibandingkan dengan kata
“menjelekkan” atau “memperlemah”.

Pembuatan poster melibatkan cukong


‘Jokowi Raja’
Subjek Predikat 2 Keterangan

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Pada predikat
menggunakan kata “melibatkan” yang memberi makna bahwa keterangan adalah pihak yang
ikut melakukan kegiatan. Keterangan di sini adalah cukong ‘orang yang mempunyai uang
banyak yang menyediakan dana atau modal yang diperlukan untuk suatu usaha atau kegiatan
orang lain’. “Cukong” jika dikenai oleh predikat tersebut maka akan memberi makna bahwa ia
adalah pihak yang bersalah karena ia adalah pihak yang membiayai pelaksanaan kampanye
hitam melalui pembuatan poster tersebut.

o Judul berita yang menggunakan kalimat pasif


a. Judul berita yang diunggah pada 15 November
TKN ada kampanye hitam terhadap Jokowi-Amin lewat poster
Subjek Predikat Objek Keterangan

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif. Judul tersebut
juga menggunakan kalimat langsung karena mengutip pernyataan si subjek. Predikat yang
menyatakan bahwa adanya kampanye hitam tersebut membuat objek yang dikenai olehnya
menjadi pihak yang dirugikan. “Jokowi-Amin” merupakan korban atau pihak yang dirugikan
bila dikenai dengan predikat “adanya kampanye hitam” tersebut. Hal ini juga dilengkapi dengan
adanya keterangan bahwa objek dirugikan melalui adanya keterangan “poster”.

b. Judul berita yang diunggah pada 16 November 2018


Poster Jokowi bermahkota raja dikirim dari Jakarta
Subjek Predikat Objek

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif. Pada judul
ini “Jokowi” diberi makna sebagai pemimpin yang baik melalui penggunaan klausa
“bermahkota raja”. Hal ini berbeda dengan judul-judul pada berita sebelumnya yang mana
“Jokowi” dikenai menjadi korban. Citra “Jokowi” secara tidak langsung diselamatkan melalui
penggunaan kata “bermahkota” tersebut.

Dari ketujuh judul berita pada MediaIndonesia.com ini, jenis kalimat yang paling
banyak digunakan adalah kalimat aktif dengan bantuan kalimat langsung. Penggunaan dua jenis
kalimat ini dapat memberi efek agar pembaca menjadi fokus pada siapa subjek yang melakukan
suatu hal terhadap objek pada liputan berita Raja Jokowi ini. Persepsi pembaca semakin kuat
tergiring jika menggunakan kalimat aktif ini. Kemudian penggunaan kutipan langsung pada
pernyataan beberapa pihak sebagai judul merupakan sebuah strategi agar pembaca mudah
percaya dengan isi berita. Kutipan langsung pada nyatanya memang mampu menarik perhatian
pembaca karena dirasa apa yang dinyatakan merupakan hal yang benar.
Berbeda dengan kalimat pasif yang hanya digunakan pada dua judul berita.
Penggunaan kalimat pasif sebenarnya dapat membuat pembaca menjadi menaruh fokus pada
korban atau pihak yang dirugikan karena peran pelaku sebagai subjek tersamarkan. Mengapa
tersamarkan? Jika kita menggunakan kalimat pasif, perhatian para pembaca tertuju pada
bagaimana nasib si objek setelah dikenai perlakuan si subjek. Dengan begitu kita tidak fokus
pada kesalahan atau kebenaran apa yang dilakukan oleh si subjek. Di kedua judul ini, “Jokowi”,
sebagai objek yang sesungguhnya, tidak dijadikan fokus untuk pembaca. Fokus pembaca
digiring untuk menganggap bahwa subjek yang bersalah dan harus ditindak dengan citra
“Jokowi” yang seharusnya menjadi korban namun tersamarkan.

B. Isi Berita
Selain judul berita yang menjadi fokus kajian model Fowler dkk., isi berita juga
dianalisis. Bagaimana pembentukan sebuah kalimat, bagaimana pemilihan kata yang dipakai,
apa saja kosakata yang sering digunakan, dapat diteliti melalui isi berita ini. Berikut adalah
analisis isi berita liputan Raja Jokowi:

o Berita yang diunggah pada 13 November 2018


a. PDIP: Gambar Jokowi Jadi Raja Jurus Baru Black Campaign.
Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Modus PDIP dengan elektabilitas tertinggi Kami yakin atribut tersebut
dipasang oleh pihak yang
mau mendiskreditkan kami.
Memalsukan Kepemimpinan merakyat Pak Jokowi Pemasangan APK illegal itu
tidak terlepas dari hasil
survei.
Men-downgrade Akibatnya ada kekuatan-
kekuatan tertentu yang
berupaya men-downgrade
PDIP.

b. TKN sebut ada upaya kotor merusak citra Jokowi.


Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Merusak Tim kampanye Poster itu dinilai sebagai
upaya kotor untuk merusak
citra Jokowi.
Tak mewakili Tokoh-tokoh tertentu Ada upaya menurunkan citra
Jokowi melalui atribut
kampanye.
Menurunkan Orang yang gila kekuasaan Dengan demikian, dapat
disimpulkan kegiatan itu
disengaja dan bermaksud
menyerang.
Menyerang Orang yang mau disembah seperti raja

c. APK ‘Raja Jokowi’, Hasto: Ada Yang Coba Mendiskreditkan Jokwoi dan PDIP.
Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Mendiskreditkan Calon presiden Sekjen PDIP menegaskan
APK tersebut bukan
dipasang oleh pihaknya.
Pihak-pihak Ada pihak-pihak yang
mencoba untuk
mendiskreditkan PDIP
bersama dengan Pak Jokowi.
Pemasangan APK tersebut,
menurut Hasto, tidak sesuai
jika dilihat dari aspek
estetika apalagi strategi
komunikasi.

d. Pembuatan Poster ‘Jokowi Raja’ Melibatkan Cukong.


Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Perburuan Cukong berduit Pemilik APK ‘Jokowi
bermahkota raja’ diduga
merupakan seorang sukong
berduit.
Penyebaran Jokowi bermahkota raja Pembuatan dan pemasangan
poster dan stiker ini, diduga
melibatkan cukong berduit
karena setidaknya
membutuhkan biaya Rp 3,5
M – 4 M.
Pemasangan Koordinator penyebaran
Berdiskusi Seorang pemuda
Pembiayaan Sutradara
Pemilik APK

e. TKN: Ada Kampanye Hitam Terhadap Jokowi-Amin Lewat Poster.


Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Mendiskreditkan Juru bicara Tim kampanye nasional
Jokowi-Amin mencium
adanya upaya
mendiskreditkan pasangan
Jokowi-Amin secara terpola
dengan menggunakan
poster/baliho.
Merugikan Orang yang mengaku sebagai kader
partai

f. Ada Upaya Mendiskreditkan Jokowi di Jawa Tengah.


Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Penyebaran Calon presiden no. 1 Penyebaran dan pemasangan
APK seperti poster dan
stiker calon presiden no. 1
Jokowi yang massif di 31
kabupaten/kota se-Jawa
Tengah merupakan upaya
pembusukan.
Pemasangan Pelaku bukan anggota partai
Pembusukan Orang tertentu
Mendiskreditkan Warga Pati

g. Poster Jokowi Bermahkota Raja Dikirim dari Jakarta.


Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Dikirimkan Calon presiden nomor urut 01 Poster bergambar CAPRES
no. urut 01 yang bermahkota
bak raja, dikirimkan dari
Jakarta.
Diterima Koordnator pemasangan poster Poster dikirimkan satu paket
dengan poster lainnya yang
bergambar Jokowi-Amin
bertuliskan Selamat Maulid
Nabi.
Relawan ruang publik Poster baru dikirim setelah
maisng-masing koordinator
menyerahkan daftar
alamatnya.
Organisasi anak muda Ade membeberkan jumlah
poster yang diterima
masing-masing daerah
berbeda sesuai dengan
jumlah desa yang ada.

Data tabel di atas merupakan tingkatan-tingkatan yang dapat dilihat untuk kemudian
dianalisis dalam sebuah berita. Mulai dari tingkatan kosakata yang mewakili peristiwa,
kosakata yang menggambarkan aktor atau pelaku dalam periswiwat, dan kalimat yang
menggambarkan peristiwa. Penggunaan kosakata yang digunakan untuk menggambarkan
peristiwa yang paling banyak adalah mendiskreditkan yakni sebanyak 3 data berita. Kata ini,
mampu menyampaikan makna bahwa adanya poster Raja Jokowi tersebut merupakan tindakan
beberapa oknum yang berniat menjatuhkan nama Jokowi. Penggunaan kata ini juga semakin
memberi kesan yang sangat kuat bahwa korban yang dirugikan ini merupakan sosok yang kuat
dan sangat berpengaruh sehingga mengundang adanya pihak-pihak lain yang ingin
menjatuhkan si korban. Selain itu, kosakata yang lain juga memberikan kesan makna bahwa
objek yang dikenai merupakan korban dari tindakan subjek seperti pada kata merusak,
menyerang, dan merugikan. Ketiga kata ini juga membuat pembaca semakin digiring
persepsinya untuk mengiyakan, bahwa adanya peristiwa ini sangat merugikan bagi si korban
dan bukan salah si korban.
Pada penggambaran karakter si subjek atau aktor dalam liputan berita ini, masih
menggunakan kosakata yang tidak berlebihan atau masih mudah dipahami oleh pembaca yang
awam. Namun, ada kata yang tidak biasa digunakan yakni cukong. Mungkin bagi beberapa
orang, kata tersebut sangat asing didengarkan. Penambahan kata berduit sebagai pelengkap kata
itu memberikan pemahaman yang baru bagi orang yang awalnya asing mendengar kata cukong
sebelumnya.
Dalam liputan berita Raja Jokowi oleh MediaIndonesia.com ini, citra Jokowi
dibangun menjadi pihak yang dirugikan karena adanya poster, stiker dan baliho tersebut.
Pemilihan kosakata dalam penyusunan kalimat-kalimat dalam wacana berita tersebut seakan
menyelamatkan citra Jokowi dan menyalahkan pihak lain yang tidak bertanggung jawab dalam
pembuatan APK tersebut. Memang tidak disebutkan dari kubu politik manakah si pelaku yang
menyebar dan memasang APK tersebut, tetapi wacana dibangun sedemikian rupa agar
menggiring persepsi pembaca bahwa pihak PDIP dan Jokowi tidak mungkin melakukan
kampanye dengan model seperti itu. Pembaca diberi pemahaman bahwa ada pihak lain yang
ingin menjatuhkan elektabilitas calon presiden dan wakil calon presiden no. urut 01 ini.

PENERAPAN CRITICAL LINGUSITICS DALAM ANALISIS WACANA KRITIS


BERITA RAJA JOKOWI DI VIVA.CO.ID
A. Judul Berita
Model analisis Fowler dkk. ini dapat kita lihat dalam berita Raja Jokowi di Viva.co.id.
Pada pembuatan judul berita, dari 7 berita yang diunggah oleh Viva.co.id, terdapat satu judul
yang menggunakan kalimat pasif dan lima judul berita yang menggunakan kalimat aktif. Judul
tersebut dapat dirinci dan dianalisis sebagai berikut:

o Judul berita yang menggunakan kalimat aktif


a. Judul berita yang diunggah pada 13 November 2018
Tim kampanye poster raja Jawa rendahkan Jokowi
Subjek (yang Subjek Predikat Objek
memberi
pernyataan)

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif dan kalimat
langsung. Penggunaan jenis kalimat langsung ini, dapat meyakinkan pembaca bahwa
pernyataan tersebut adalah benar adanya. “Rendahkan” merupakan pilihan kata negatif yang
tidak terlalu membuat objek benar-benar dirugikan atau menjadi korban. Objek dimaknai
sebagai sesutau yang seharusnya menjadi korban yang dirugikan. Namun, makna tersebut
sedikit diperhalus dan disamarkan dengan menggunakan kata “rendahkan”

Kubu Prabowo tak terpikir bikin poster Raja Jokowi


Subjek Predikat Objek

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Subjek pada
judul ini, jika diikuti dengan predikat “tak terpikir” akan memberi makna, bahwa subjek
bukanlah pihak yang bersalah. Penggunaan kata tersebut digunakan untuk menyangkal tuduhan
yang diterima oleh “kubu Prabowo” sehingga dapat membuat pembaca berpersepsi bahwa
pihak kubu prabowo memang benar-benar tidak bersalah karena sedari awal tidak terpikirkan
untuk membuat alat peraga kampanye tersebut.

b. Judul berita yang diunggah pada 14 November 2018


PDIP Jateng pemasangan poster ‘Raja punya duit banyak
Jokowi’
Subjek (yang Subjek Predikat Objek
memberi pernyataan)

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif dan kalimat
langsung. Penggunaan jenis kalimat langsung ini, dapat meyakinkan pembaca bahwa
pernyataan tersebut adalah benar adanya. Selain itu, pada judul ini disebutkan bahwa pelaku
pemasangan APK Raja Jokowi adalah pihak yang memiliki uang banyak atau kaya raya.
Penggunaan klausa “punya duit banyak” sangat berbeda dengan judul pada berita di
MediaIndonesia.com yang secara langsung menyebutnya dengan “cukong berduit”. Perbedaan
penyebutan ini dapat memengaruhi seberapa kuat makna ‘kesalahan’ yang telah dilakukan oleh
pelaku.

Heboh poster ‘Raja Jokowi’, Gerindra curiga maling teriak maling


Subjek Predikat Objek

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Penggunaan
klausa “maling teriak maling” pada objek memberi makna, bahwa tuduhan kepada Gerindra,
yang merupakan lawan poitik dari Jokowi-Amin, adalah suatu yang tidak benar. Pembaca
dibuat berpersepsi bahwa kubu jokowi-Amin, adalah dalang yang sebenarnya dalam
pemasangan APK poster Raja Jokowi tersebut. Namun, cara subjek mengkis tuduhan yang
diberikan, ia diikuti dengan predikat “curiga”. Pemilihan kata ini sebagai predikat dapat
memberikan kesan bahwa subjek tidak langsung mengenai objek atau tidak langsung menuduh
balik pihak lawan politik.

c. Judul berita yang diunggah pada tanggal 15 November 2018


PDIP tuding pihak lawan pasang untuk
poster ‘Raja Jokowi’ gembosi
Subjek Predikat Objek Keterangan

Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Penggunaan
kalimat aktif ini membuat pelaku atau aktor dalam judul ini langsung terfokuskan pada subjek.
Penempatan fokus langsung pada subjek ini memberikan makna bahwa “PDIP” adalah pihak
yang bersalah. Ditambah lagi dengan penggunaan kata “tuding” sebagai predikat.

o Judul yang menggunakan kalimat pasif


a. Judul berita yang diunggah pada 14 November 2018
Kubu Prabowo bisa saja ‘Raja Jokowi’ dibuat sendiri terus diviralkan
Subjek (yang Subjek Predikat Objek Keterangan
memberikan
pernyataan)
Pada judul berita ini, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif dan kalimat
langsung. Penggunaan jenis kalimat langsung ini, dapat meyakinkan pembaca bahwa
pernyataan tersebut adalah benar adanya. Selain itu, ada dua subjek di sini. Pertama adalah
subjek yang memberi pernyataan dan yang kedua adalah subjek yang awalnya merupakan objek
jika kalimat dijadikan kalimat aktif. Pemilihan kata dalam pembuatan judul berita ini sangat
menunjukkan bahwa secara tidak langsung “kubu Prabowo” menuduh lawan politiknya, yakni
kubu Jokowi dalam kasus APK Raja Jokowi.

Dari enam judul berita pada Viva.co.id ini, jenis kalimat yang paling banyak
digunakan adalah kalimat aktif dengan bantuan kalimat langsung. Penggunaan dua jenis
kalimat ini dapat memberi efek agar pembaca menjadi fokus pada siapa subjek yang melakukan
suatu hal terhadap objek pada liputan berita Raja Jokowi ini. Persepsi pembaca semakin kuat
tergiring jika menggunakan kalimat aktif ini. Kemudian penggunaan kutipan langsung pada
pernyataan beberapa pihak sebagai judul merupakan sebuah strategi agar pembaca mudah
percaya dengan isi berita. Kutipan langsung pada nyatanya memang mampu menarik perhatian
pembaca karena dirasa apa yang dinyatakan merupakan hal yang benar.
Judul berita menggunakan kalimat pasif hanya terdapat satu judul berita saja.
Penggunaan kalimat pasif sebenarnya dapat membuat pembaca menjadi menaruh fokus pada
korban atau pihak yang dirugikan karena peran pelaku sebagai subjek tersamarkan. Mengapa
tersamarkan? Jika kita menggunakan kalimat pasif, perhatian para pembaca tertuju pada
bagaimana nasib si objek setelah dikenai perlakuan si subjek. Namun, meskipun penggunaan
kalimat pasif, si pelaku atau aktor terkesan disamarkan, pada judul Kubu Prabowo: Bisa Saja
‘Raja Jokowi’ Dibuat Sendiri Terus Diviralkan, masih terasa ada penegasan pada pelaku
sebagai subjek di pernyatan Kubu Prabowo ini. Jika judul ini tidak disertai kutipan pernyataan,
maka bisa saja Kubu Prabowo yang menjadi aktor di sini.
Berbeda dengan pemilihan kata-kata yang digunakan pada judul berita di
MediaIndonesia.com, judul-judul berita yang digunakan pada Viva.co.id terkesan menangkis
tuduhan-tuduhan yang diberikan untuk Kubu Prabowo. Unsur-unsur yang ada pada judul-judul
di Viva.co.id ini, memberi makna tersirat bahwa “Kubu Prabowo” bukanlah pihak yang
bersalah pada kasus pemasangan APK poster ‘Raja Jokowi’ ini. Kemudian penggunaan kata
curiga dan tidak terpikirkan pada predikat di dua judul berita yang ada di Viva.co.id ini juga
memberi kesan pembelaan.

B. Isi berita
a. Tim Kampanye: Poster Raja Jawa Rendahkan Jokowi
Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Memastikan Juru bicara Juru bicara TKN Jokowi-
Ma’ruf, memastikan tidak
memproduksi APK dengan
gambar Jokowi
menggunakan seragam
pakaian Raja Jawa.
Meminta Tim kampanya Ia juga meminta kepada tim
kampanye provinsi Jawa
Tengah untuk
menelusurinya.
Menelusurinya Aparat Dan jika terdapat indikasi
adanya upaya black
campaign, maka sesuai
dengan UU Pemilu &
peraturan KPU serta
Bawaslu, kami meminta
kepada tim kampanye
provinsi Jawa tengah untuk
melaporkan pada aparat
yang terkait.
Mengusutnya
Men-downgrade
Menuduh
Menunggu
Melaporkan

b. Kubu Prabowo tak Terpikir Bikin Poster Raja Jokowi


Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Curiga Kubu calon presiden Kubu capres Jokowi curiga
poster ‘Raja Jokowi’ yang
tengah viral dibuat oleh
kubu lawannya.
Tak pernah Kubu lawan Juru bicara BPN Prabowo,
terpikir mengaku pihaknya tak
pernah terpikir untuk
membuat poster semacam
itu.
Mengaku Juru bicara Ketua DPP Parta Gerindra,
mengaku selama ini kubu
Prabowo bekerja lurus-lurus
saja.
Menyosialisasikan Pihaknya Dia mengaku mendukung
saja jika ada pengusutan
poster itu oleh pihak
kepolisian.
Menegaskan Ketua DPP Parta Gerindra

c. PDIP Jawa Tengah: Pemasang Poster ‘Raja Jokowi’ Punya Duit Banyak
Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Menyebut Ketua DPP PDIP Jawa Tengah Ketua DPP PDIP Jateng
menyebutk bahwa dalang
dibalik pemasangan poster
bergambar ‘Raja Jokowi’ di
sejumlah daerah di
wilayahnya bukanlah orang
sembarangan.
Meminta Pihaknya Pihaknya meminta
pemasang poster itu bisa
bersikap ksatria.
Mengajak diskusi Oknum Anda memasang seperti itu,
kami enggak mengatakan
apapun, kami mengaak
diskusi sebagai sesama anak
bangsa.
Melaporkan Lawan Politik Jika pemasang tersebut
adalah pendukung Jokowi,
Bambang menyebut
pemahaman organisasi dan
budayanya cukup rendah.
Sebaliknya, jika oknum
tersebut merupakan lawan
politik, Bambang mengaku
bahwa oknum tersebut
punya kecerdasan yang luar
biasa.

d. Heboh Poster ‘Raja Jokowi’ Gerindra Curiga Maling Teriak Maling


Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Mencuri-curi Lembaga yang berwenang Gerindra juga membantah
tuduhan PDIP yang
menyebut poster itu
dipasang oleh pihak oposisi.
Membantah Pelakunya Kami justru heran dan malah
geli, kita tidak tahu-menahu
dan tidak pernah punya cara-
cara picik seperti itu, kok
tiba-tiba dituduh.
Heran Elite politik Kecurigaan lain, kata
Sriyanto, juga kenapa PDIP
Jateng justru mencopot
sendiri sejumlah alat peraga
kampanye dan tidak segera
melaporkan kasus itu ke
lembaga yang berwenang.
Tidak tahu- Gerindra sebagai pengusung Capres dan Tapi dalam politik memang
menahu Cawapres Prabowo-Sandi ada isstilah lempar batu
sembunyi tangan, maling
teriak maling juga ada.
Dituduh Anggota DPRD Karika kandidat ada dua,
kok yang dituduh lawan
politik.
Kejanggalan Ketua Panwas
Kecurigaan Rival
Menyayangkan

e. Kubu Prabowo: Bisa Saja ‘Raja Jokowi’ Dibuat Sendiri Terus Diviralkan
Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Menuding Kubu pendukung Kubu pendukung Jokowi
masih merasa poster
bergambar Raja Jokowi
dibikin oleh kubu lawan.
Tuduhan Kubu lawan Tapi juru kampanye
Prabowo, meminta mereka
tidak gegabah menuding
koalisi pendukung Prabowo
yang membuat poter
tersebut.
Menegaskan Juru kampanye Kami bisa saja menuduh
bahwa pemasangan tersebut
dilakukan oleh mereka
sendiri, kemudian dicopot
sendiri dan diviralkan
sendiri.
Melaporkan Politikus
Fitnah Lawan politik
Menggerus
Menggerogoti

f. PDIP Tuding Pihak Lawan Pasang Poster ‘Raja Jokowi’ untuk Gembosi
Kosakata yang Kosakata yang menggambarkan Kalimat yang
menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam menggambarkan peristiwa
peristiwa peristiwa
Melaporkan Pria yang akrab disapa Bambang Pacul PDIP belum melaporkan
kasus itu kepada Bawaslu.
Menunggu Raja di Tanah Jawa Bambang mengaku masih
menunggu dalan pembuat
dan penyebar poster Raja
Jokowi untuk datang ke
kantor PDIP di Semarang.
Menggembosi Lawan politik Bambang menyebut,
pemasang poster itu
merupakan lawan politik
yang bertujuan untuk
menggembosi suara Jokowi-
Ma’ruf di Pemilu 2019.
Mencurigai Oknum
Mengarahkan
persepsi
Mendongkrak
Pelecehan

Data tabel di atas merupakan tingkatan-tingkatan yang dapat dilihat untuk kemudian
dianalisis dalam sebuah berita. Mulai dari tingkatan kosakata yang mewakili peristiwa,
kosakata yang menggambarkan aktor atau pelaku dalam periswiwat, dan kalimat yang
menggambarkan peristiwa. Penggunaan kosakata yang digunakan untuk menggambarkan
peristiwa yang paling banyak adalah melaporkan, yakni sebanyak empat data berita. Kata ini
memang merupakan salah satu dari inti berita yang ingin disampaikan tersebut. Pelaku
pembuatan, penyebaran dan pemasangan APK poster, baliho dan stiker Raja Jokowi ini pada
liputan berita yang diunggah oleh Viva.co.id, sangat ditekankan untuk segera dilaporkan ke
aparat kepolisian agar segara ditindaklanjuti. Penekanan makna ini juga dapat membuat pihak
kubu Prabowo menjadi terlepas dari tudingan yang mengatakan, bahwa lawan politik dari kubu
Jokowilah yang merupakan dalang dari APK Raja Jokowi tersebut.
Selain itu, sering ditemukan pula kata-kata yang menggambarkan adanya kesan saling
menyalahkan di antara dua kubu politik ini. Kata-kata tersebut adalah curiga, mencurigai,
tuding, tudingan, menuding, tuduhan, dan dituduh. Kata-kata tersebut merupakan kata yang
bersifat negatif. Kata-kata ini, tentunya memiliki peran masing-masing dalam sebuah kalimat.
Dalam berita liputan tentang Raja Jokowi, kata-kata ini dirangkai sedemikian rupa sehingga
membangun persepsi pembaca bahwa siapa yang bersalah dan siapa yang benar. Pada kata
mencurigai membuat subjek yang mengikutinya menjadi aktor atau pihak yang benar karena ia
yang mencurigai sebuah kesalahan. Lalu, pada kata menuding yang jika diikuti oleh subjek akan
memberi kesan bahwa subjek adalah pihak yang bersalah terhadap objek yang dikenai.

KESIMPULAN
Ideologi setiap media memang tidak sama. Ideologi tersebut adalah sesuatu yang
secara tidak langsung mengikat semua pekerja media dalam pembuatan konten beritanya. Maka
dari itu, kesan objektivitas dalam pembuatan berita tidak dapat ditemukan kembali karena sudah
dipengaruhi oleh subjektivitas sang wartawan yang menulis. Hal tersebut juga berlaku pada
MediaIndonesia.com dan Viva.co.id.
Kedua media online ini, memiliki ideologi yang berbeda terutama dalam hal politik.
Pada data berita dan analisis wacana yang telah penulis sebutkan di atas, dapat ditemukan fakta,
bahwa berita-berita yang disajikan oleh MediaIndonesia.com dan Viva.co.id memiliki “kiblat”
politik yang berbeda. MediaIndonesia.com menyajikan berita-berita tentang liputan Raja
Jokowi dengan menggiring persepsi pembaca, agar pembaca menjadi simpati terhadap kubu
Jokowi, karena kesan kubu Jokowi adalah pihak yang dirugikan sangat ditekankan dalam
pemilihan kata-kata dalam beritanya. Sedangkan, pada Viva.co.id pembaca digiring
persepsinya untuk memahami, bahwa kubu Prabowo bukan merupakan dalang dari kasus Raja
Jokowi ini. Judul-judul berita pada Viva.co.id dirangkai sedemikian rupa agar menarik dan
meyakinkan pembaca bahwa kubu Prabowo hanyalah pihak yang dituduh dan balik menuduh
kubu Jokowilah yang sengaja membuat APK sendiri dan diviralkan sendiri.
Kita sebagai konsumen berita, semestinya tidak langsung percaya terhadap apa yang
telah diberitakan oleh suatu media. Bisa jadi berita tersebut adalah hasil dari konstruksi realitas
yang penuh dengan subjektivitas si wartawan atau bahkan berita tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran dan kekonkritannya. Perlu diingat kembali bahwa setiap
media pasti memiliki ideologi yang berbeda-beda. Maka dari itu, kita harus bisa menyerap
informasi tidak hanya dari satu media saja agar kita mengerti sebuah informasi dari berbagai
perspektif pembacaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Azhar, M. Sholahadhin. 2018. TKN Sebut Ada Upaya Kotor Merusak Citra Jokowi.
http://m.mediaindonesia.com/read/detail/197653-tkn-sebut-ada-upaya-kotor-merusak-
citra-jokowi. Diakses online pada 7 Desember 2018.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS.
Ellyawati, Hetty Catur. 2011. “Analisis Wacana Kritis Teks Berita Kasus Terbongkarnya
Perlakuan Istimewa terhadap Terpidana Suap Arthalyta Suryani pada Media Online.” The
Messenger: Vol. III, No. 1, Edisi Juli. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Semarang.
Fairclough, Norman. 1989. Language and Power. London: Longman.
Fauzi, Akmal. 2018. PDIP: Gambar Jokowi Jadi Raja Jurus Baru Black Campaign.
http://m.mediaindonesia.com/read/detail/197557-pdip-gambar-jokowi-jadi-raja-urus-
baru-black-campaign. Diakses online pada 7 Desember 2018.
Fauzi, Akmal. 2018. TKN: Ada Kampanye Hitam terhadap Jokowi-Amin lewat Poster.
http://m.mediaindonesia.com/read/detail/198119-tkn-ada-kampanye-hitam-terhadap-
jokowi-amin-lewat-poster. Diakses online pada 7 Desember 2018.
Ins/AS/LDP/P-2. 2018. Ada Upaya Mendiskreditkan Jokowi di Jawa Tengah.
http://m.mediaindonesia.com/read/detail/197960-ada-upaya-mendiskreditkan-jokowi-di-
jawa-tengah. Diakses online pada 7 Desember 2018.
Jelita, Insi Nantika. 2018. APK 'Raja Jokowi', Hasto: Ada yang Coba Mendiskreditkan Jokowi
dan PDIP. http://m.mediaindonesia.com/read/detail/197843-apk-raja-jokowi-hasto-ada-
yang-coba-mendiskreditkan-jokowi-dan-pdip. Diakses online pada 7 Desember 2018.
Rasban, Supardji. 2018. Poster Jokowi Bermahkota Raja Dikirim dari Jakarta.
http://m.mediaindonesia.com/read/detail/198355-poster-jokowi-bermahkota-raja-
dikirim-dari-jakarta. Diakses online pada 7 Desember 2018.
Safuan, Akhmad. 2018. Pembuatan Poster 'Jokowi Raja' Melibatkan Cukong.
http://m.mediaindonesia.com/read/detail/198068-pembuatan-poster-jokowi-raja-
melibatkan-cukong. Diakses online pada 7 Desember 2018.
Tim Viva. 2018. Tim Kampanye: Poster Raja Jawa, Rendahkan Jokowi.
https://www.viva.co.id/pemilu/berita-pemilu/1093979-tim-kampanye-poster-raja-jawa-
rendahkan-jokowi. Diakses online pada 8 Desember 2018.
Tim Viva. 2018. Kubu Prabowo Tak Terpikir Bikin Poster Raja Jokowi.
https://www.viva.co.id/pemilu/berita-pemilu/1094004-kubu-prabowo-tak-terpikir-bikin-
poster-raja-jokowi. Diakses online pada 8 Desember 2018.
Tim Viva. 2018. Heboh Poster 'Raja Jokowi', Gerindra Curiga Maling Teriak Maling.
https://www.viva.co.id/pemilu/berita-pemilu/1094103-heboh-poster-raja-jokowi-
gerindra-curiga-maling-teriak-maling. Diakses online pada 8 Desember 2018.
Tim Viva. 2018. Kubu Prabowo: Bisa Saja 'Raja Jokowi' Dibuat Sendiri Terus Diviralkan.
https://www.viva.co.id/pemilu/berita-pemilu/1094266-kubu-prabowo-bisa-saja-raja-
jokowi-dibuat-sendiri-terus-diviralkan. Diakses online pada 8 Desember 2018.
Tim Viva. 2018. PDIP Jateng: Pemasang Poster 'Raja Jokowi' Punya Duit Banyak.
https://www.viva.co.id/pemilu/berita-pemilu/1094352-pdip-jateng-pemasang-poster-
raja-jokowi-punya-duit-banyak. Diakses online pada 8 Desember 2018.
Tim Viva. 2018. PDIP Tuding Pihak Lawan Pasang Poster 'Raja Jokowi' untuk Gembosi.
https://www.viva.co.id/pemilu/berita-pemilu/1094627-pdip-tuding-pihak-lawan-pasang-
poster-raja-jokowi-untuk-gembosi. Diakses online pada 8 Desember 2018.
Van Djik, Teun A. 1985. Handbook to Discourse Analysis: Volume 2. Dimension of Discourse.
London: Academic Press Inc.

Anda mungkin juga menyukai