I.
Pendahuluan
Seiring dengan perjalanan waktu, nilai-nilai dan sikap-sikap yang
manusia
yang
anggota
kelas
sosial
dan
mengomunikasikan
terjadi bukan semata-mata melalui bahasa verbal namun dilakukan melalui pesanpesan dalam tanda.
II.
Pengertian Semiotika
Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda. Konsep tanda
ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau
in absentia antara yang ditandai (signified) dan yang menandai (signifier). Tanda
adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau
petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna
atau coretan yang bermakna.
Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berati berarti tanda atau
sign dalam bahasa Inggris ini adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda yang
menjadi segala bentuk komunikasi yang mempunyai makna antara lain: kata
(bahasa), ekspresi wajah, isyarat tubuh, film, sign, serta karya sastra yang
mencangkup musik ataupun hasil kebudayaan dari manusia itu sendiri.
Menurut Roland Barthes (1915-1980), mengembangkan semiotika
menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di
dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.
Sedangkan menurut Charles Sanders Peirce, Teori segitiga makna atau
triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object,
dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap
oleh
panca
indera
manusia
dan
merupakan
sesuatu
yang
merujuk
(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri
dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari
perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat).
Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks
sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang
menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna
yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
III.
Pengertian Fashion
Secara etimologi kata fashion terkait kembali lewat bahasa Latin, factio,
yang artinya membuat atau melakukan, facere yang artinya membuat atau
melakukan. Karena itu, arti asli kata fashion mengacu pada kegiatan; fashion
merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang, tak seperti dewasa ini, yang
memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang. Artian asli fashion
pun mengacu pada ide tentang fetish, facere pun menjadi akar kata fetish
(Barnard, 2011:11). Fashion dapat didefinisikan sebagai gaya atau kebiasaan yang
paling lazim dalam berpakaian.
Fashion merupakan salah satu hal penting yang tidak dapat dilepaskan dari
penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju dan aksesoris yang
dikenakan bukanlah sekadar penutup tubuh dan hiasan, lebih dari itu menjadi
sebuah alat komunikasi dalam menyampaikan identitas pribadi. Fashion adalah
bentuk dari komunikasi, karna fashion dapat merepresentasikan apa yang
seseorang lakukan melalui sebuah konteks layaknya kata-kata tertulis maupun
lisan. Fashion atau pakaian pada dasarnya adalah berfungsi sebagai penutup,
pelindung, kesopanan dan daya tarik namun tidak menutup kemunkinan peran
fashion adalah untuk sebagai identitas diri baik individual maupun kelompok.
IV.
komunikasi adalah budaya. Komunikasi dan budaya adalah dua hal yang
memiliki hubungan timbal balik. Secara garis besar, komunikasi merupakan alat
yang mampu memelihara, menentukan dan mewariskan budaya. Norma, nilai dan
berbagai macam produk kebudayaan dipelihara dan kemudian diwariskan secara
horizontal dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya dan secara vertikal dari
satu generasi ke generasi. Sedangkan budaya adalah kesatuan yang menetapkan
atau memperbaharui norma-norma dalam berkomunikasi.
Sebuah kata dalam suatu bahasa adalah sebuah tanda, dan bahwa bahasa
berfungsi sebagai sistem tanda-tanda. Saussure menganalisis tanda dalam dua
bagian. Bagian suara sebagai penanda (signifier), dan bagian mental atau
konseptual sebagai yang ditandakan (signified). Tanda yang lazim menunjuk
benda-benda sendiri yang ditunjuk oleh tanda-tanda bahasa tidak mendapat
perhatian, yang ditandakan bukanlah benda melainkan pengertian tentang benda
yang terdapat dalam pikiran pembaca atau pendengar, ketika mengucapkan atau
mendengarkan penanda tertentu.
Tentu saja, komunikasi tidak hanya terbatas pada hubungan timbal
baliknya dengan budaya. Sebagai satu-satunya cara bertukar pesan dalam
kehidupan sosial, fungsi komunikasi begitu beragam dan penting. Sehingga dalam
perkembangannya, komunikasi menjadi sesuatu yang jauh lebih luas dan terus
dikembangkan.
Menurut Saussure signifier dan signified merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan. Verbalitas tanda tak akan mempunyai arti apa-apa tanpa segi
mental tersebut, sedangkan segi mental mustahil bisa tertangkap oleh indera
seseorang apabila lepas dari aspek verbal bahasa. Kesatuan keduanya diibaratkan
Saussure menyerupai dua sisi sebuah mata uang. Sementara menurut Peirce,
sebuah tanda mengacu pada suatu acuan, dan refresentasi adalah fungsi utamanya.
Hal ini sesuai dengan definisi tanda itu sendiri, yaitu sebagai sesuatu yang
memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda
tersebut. Dalam pengertian semiotik yang termasuk tanda adalah kata-kata, citra,
suara, bahasa tubuh atau gestur dan juga objek. Semiotika adalah suatu ilmu atau
metode analisis untuk mengkaji tanda.
Semiotika adalah sebuah upaya manusia dalam mempelajari tanda untuk
memaknai sesuatu yang dibawa oleh tanda-tanda tersebut. Memaknai berarti
bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek
itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari
tanda (Barthes, 1988:179).
yakni
suatu
budaya
yang
memungkinkan
individu
untuk
Dalam mazhab proses, makna dalam fashion telah ada sejak garmen yang
dimaksud dibuat. Makna adalah sesuatu yang dibentuk oleh perancang atau
pembuat. Sedangkan dalam mazhab semiotika, proses komunikasi yang terjadi
ketika fashion sampai kepada pembacalah yang memproduksi atau menghasilkan
makna. Maka, dalam hal ini, mazhab semiotika memusatkan perhatian pada
negosiasi makna dan bukannya penerimaan pesan (Barnard 1996:44).
Ketika berkomunikasi, manusia senantiasa menggunakan sesuatu untuk
mempresentasikan atau menjelaskan sesuatu yang lain. Tanda adalah alat yang
berfungsi sebagai perantara dalam berkomunikasi. Semiotika adalah salah satu
cara untuk mempelajari tanda, membaca tanda-tanda untuk membongkar
maknanya lebih jauh. Sangat jelas bahwa bentuk komunikasi yang terjadi melalui
fashion adalah komunikasi non verbal, karena dalam proses pertukaran makna
yang terjadi melalui fashion, makna dihasilkan melalui tanda dan simbol.
Salah satu ahli logika yang juga pendiri Semiotika dari Amerika Serikat,
Charles S. Pierce (Zeman, 1977) menjelaskan tanda sebagai berikut; Tanda adalah
sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau
kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang
tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih
berkembang.Tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda
pertama.Tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni objeknya.
Interpretant yang dimaksud Pierce di sini adalah, sebuah konsep mental
yang dihasilkan tanda maupun pengalaman pengguna terhadap objek. Semiotika
adalah ilmu yang mempelajari tentang pertandaan. Ilmu ini mempelajari tanda dan
cara tanda-tanda tersebut bekerja. Dalam bukunya Cultural and Communication
Studies, John Fiske menjelaskan tiga bidang studi utama dalam Semiotika sebagai
ilmu. Tiga bidang tersebut adalah;
1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna,
cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam terkait dengan manusia yang
perancang.
Pemakai atau Penonton. Makna adalah apa yang berusaha dikatakan dari
pakaian yang dikenakan oleh sang pemakai, dan kemudian dimaknai
ulang oleh penonton. Menurut Barnard, pemaknaan oleh pemakai dan
objek yang digambarkan. Tanda visual seperti fotografi atau film adalah ikon,
karena tanda yang ditampilkan mengacu pada persamaanya dengan objek. Sebuah
foto mobil adalah ikon dari objek yang bernama mobil, karena foto tersebut
berusaha menyamakan dengan objek yang diacunya. Gambar laki-laki dan
perempuan yang banyak dijumpai di toilet adalah juga merupakan contoh sebuah
ikon karena menirukan bentuk tubuh orang laki-laki mauupun perempuan.
Karena bentuknya sama/mirip dengan objek, ikon dapat diamati dengan cara
melihat. Icon yang tergambar dalam fashion memiliki makna tersendiri terhadap
gaya hidup dan gaya berpakaian yang digunakan. Icon yang terdapat pada fashion
dapat terlihat dari pengamatan langsung kepada objek yang ada. Pemaknaan icon
yang digunakan dalam fashion itu sendiri memiliki pesan-pesan tertentu dari
setiap icon, ataupun logo yang kenakan.
Penggunaan icon dalam fashian dapat dilihat pada komunitas Punk
memiliki pesan-pesan tertentu dari setiap icon, ataupun logo yang mereka
kenakan. Seperti komunitas Punk jalanan umumnya menggunakan jaket kumal,
rambut berwarna dan atribut-atribut tertentu yang memperlihatkan bahwa mereka
adalah komunitas yang anti terhadap kemapanan yang merupakan ideologi mereka
(Yusra Aini, 2016).
VI.
persetujuan, atau aturan tertentu. Makna dari suatu simbol di sini ditentukan oleh
suatu persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran.
Simbol memiliki makna yang umum atau makna yang dipahami bersama oleh
suatu budaya. Meskipun sebagian besar simbol tersebut dikomuniaksikan secara
verbal tetapi beberapa di antaranya disalurkan melalui penglihatan, seperti gestur,
gerak (motion), dan objek. Pakaian dan hiasan tubuh lainnya merupakan objek
yang dipergunakan secara simbolik oleh manuisa dalam berinteraksi dengan
manusia lainnya. Penampilan seseorang menyampaikan makna simbolik kepada
orang lain yang melihatnya. Pesan yang diterima oleh orang lain tersebut tidak
selalu berupa pesan termaksud. Tingkat konsistensi antara dua pesan merupakan
ukuran dari efektifitas suatu interaksi. Di dalam suatu unit budaya yang homogen
hanya akan terjadi sedikit perbedaan saja. Meskipun demikian banyak komunikasi
silang budaya yang tidak efektif dapat terjadi karena pesan-pesan simboliknya
ditafsirkan secara tidak tepat.
Fashion khususnya pada pakaian memiliki beragam simbol dengan ciri
khas budaya atau agama yang memiliki ketentuan-ketentuan tersendiri, Contoh
umum yang dapat dilihat di kehidupan sehari-hari adalah bawah seseorang yang
memakai hijab mengenakan pakaian yang menutup aurat si pemakainya dan hal
ini telah di sepakati secara umum sebagai suatu kebenaran kebenarannya, Untuk
artifaktual
didefinisikan
sebagai
komunikasi
yang
ataupun
dekorasi
ruangan.
Karena
fashion
atau
pakaian
bentuk
komunikasi
yang
berinteraksi
sosial
di
dalam
lingkungannya, dalam proses ini selalu terjadi produksi dan pertukaran makna
dimana pesan yang tersembunyi dibalik tanda-tanda tersebut diproduksi dan
dimaknai oleh penerimanya. Sebaliknya penerima pesan mempunyai kebebasan
penuh untuk menginterpertasikan pesan yang diterimanya dari pengirim pesan,
dalam hal ini adalah orang yang mengenakan faysen tertentu. Masalah yang
kemudian muncul adalah pada ranah pemaknaan yang akan sangat tergantung
pada pengalaman budaya dan pengetahuan si penerima pesan, dimana sangat
mungkin sekali berbeda dengan pengalaman budaya dan pengetahuan dari si
pengirim pesan. Ketidaksaman pengalaman budaya dan pengetahuan ini yang
sering kali menyebabkan perbedaaan antara makna yang dikirimkan dengan
makna yang diterima. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa makna menjadi
sebuah pengertian yang cair, tergantung pada lingkup budaya dimana pesan
tersebut disampaikan.
Lingkup budaya, atau dapat juga disebut sebagai konteks, harus selalu
dihubungkan dengan semua tanda yang digunakan atau yang dapat dibaca sebagai
teks. Teks dan konteks menjadi dua sisi yang tak boleh terpisahkan karena
keduanya menghasilkan makna. Dalam pengertian semiotik yang secara sejarah
banyak dipengaruhi oleh ilmu linguistik, teks dapat dibaca seperti membaca
bahasa. Selain membawa pesan, bahasa juga membawa ideologi, sehingga apa
yang nampak dari struktur bahasa diandaikan sebagai struktur dari masyarakat
yang mewadahi sebuah idelogi tertentu. Hal ini sesuai dengan pandangan teori
kritis, dimana ideologi melekat dalam seluruh proses sosial dan kultural, dan
bahasa menjadi ciri terpenting bagi bekerjanya sebuah ideologi. Kini, dengan
perkembangan teknologi informasi yang pesat, proses produksi dan pertukaran
teks, hingga interpertasi makna terjadi sangat cepat sehingga dipercaya bahwa
sekarang ini tidak lagi terdapat ideologi tunggal yang bermain dalam masyarakat
VIII. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat kami buat adalah
sebagai berikut:
1. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika
berasal dari bahasa Yunani semeion yang berati berarti tanda atau sign
dalam bahasa Inggris ini adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda yang
menjadi segala bentuk komunikasi yang mempunyai makna antara lain:
kata (bahasa), ekspresi wajah, isyarat tubuh, film, sign, serta karya sastra
yang mencangkup musik ataupun hasil kebudayaan dari manusia itu
sendiri.
2. Secara etimologi kata fashion terkait kembali lewat bahasa Latin, factio,
yang artinya membuat atau melakukan, facere yang artinya membuat atau
melakukan. Karena itu, arti asli kata fashion mengacu pada kegiatan;
fashion merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang, tak seperti dewasa
ini, yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.
3. Fashion adalah salah satu bentuk komunikasi non-verbal. Misalnya
pakaian, sepatu dan aksesoris yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau untuk menjelaskan identitas diri. Fashion merupakan sebuah cara
yang dapat digunakan untuk menyembunyikan atau mengkomunikasikan
status sosial pemakainya. Dalam hal ini, fashion merupakan cara yang
paling signifikan yang bisa digunakan dalam mengkonstruksi, mengalami
dan memahami relasi sosial pada masyarakat.
4. Ikon adalah tanda yang dicirikan oleh persamaan (resembles) dengan
objek yang digambarkan. Kemudian, simbol merupakan sebuah tanda
yang ditentukan lewat konvensi, persetujuan, atau aturan tertentu. Dan
indeks adalah Indeks adalah hubungan langsung antara sebuah tanda dan
objek yang kedua-duanya dihubungkan. atau Indeks merupakan tanda
yang memiliki keterikatan eksistensi terhadap petandanya atau objeknya
atau sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
mengisyaratkan penandanya.
5. Fashion, pakaian, dan busana/ baju telah menjadi fenomena kultural ketika
ketiganya menunjukkan praktik-praktik penandaan. Melalui ketiganya,
berproses dengan caranya sendiri dialami dan dikomunikasikan tatanan
sosial. Sebagai bentuk komunikasi yang berinteraksi sosial di dalam
lingkungannya, dalam proses ini selalu terjadi produksi dan pertukaran