Anda di halaman 1dari 8

Diskontinyuansi adalah keputusan untuk menolak suatu inovasi setelah sebelumnya inovasi itu

diadopsi. Menurut Leuthold (1967), sedikitnya ada dua jenis diskontinyuansi: (1) penggantian
dan (2) kekecewaan. Diskontinyuansi penggantian adalah keputusan untuk menolak suatu
gagasan untuk dapat mengadopsi gagasan yang lebih baik. Sedang diskontinyuitas
kekecewaan adalah keputusan untuk menolak suatu gagasan sebagai akibat dari
ketidakpuasan dengan kinerjanya.

Tersebarnya inovasi ke dalam suatu sistem sosial dapat melalui keempat macam keputusan
inovasi yang disebutkan sebelumnya. Di sini akan dibahas secara lebih terperinci tipe-tipe
keputusan inovasi yakni keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi kolektif, dan keputusan
inovasi otoritas.

1. Proses Keputusan Inovasi Opsional


Sarjana-sarjana difusi Inovasii telah lama mengetahui bahwa keputusan seseorang untuk
menerima atau menolak inovasi bukanlah tindakan yang sekali jadi, melainkan lebih
menyerupai suatu proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu.
Keputusan difusi inovasi terdiri atas 4 tahap, yaitu :

a. Tahap Pengenalan

Tahap pengenalan bermula ketika seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh
beberapa pengertian mengenai bagaimana inovasi itu berfungsi. Banyak peneliti yang
menyatakan bahwa kesadaran pengetahuan itu sebagai peristiwa yang tak disengaja oleh
seseorang. Tetapi Hessinger mengkritik asumsi bahwa kesadaran itu tak disengaja; dia
mengemukakan bahwa pencarian pengetahuan itu pasti atas prakarsa seseorang, bukan
kegiatan yang pasif. Predisposisi seseorang mempengaruhi tingkah lakunya terhadap pesan-
pesan komunikasi. Umumnya seseorang membuka diri terhadap ide-ide yang sesuai dengan
minat, kebutuhan dan sikap yang apa adanya. Sadar atau tidak biasanya kita menghindari
pesan-pesan yang bertentangan dengan predisposisi pribadi. Kecenderungan seperti ini disebut
selective exposure. Hessinger menyatakan bahwa jarang sekali seseorang membuka diri
terhadap pesan-pesan inovasi jika mereka belum membutuhkan inovasi itu (selective
perpection).
Selective exposure dan selective perpection bertindak sebagai kunci jendela hati kita terhadap
pesan-pesan inovasi, karena ide-ide itu masih baru. Seseorang biasanya tidak dapat mempunyai
sikap atau kepercayaan yang konsisten dan berkenaan terhadap inovasi yang belum pernah kita
kenal sebelumnya. Hal ini menunjang pendapat Hassinger bahwa kebutuhan terhadap difusi
inovasi itu lebih dahulu ada, baru kemudian orang mencari pengetahuan. Ada tiga tipe
pengetahuan dalam pengenalan difusi inovasi, yaitu kesadaran atau pengetahuan mengenai
adanya difusi inovasi, pengetahuan “teknis” dan pengethuan “prinsip”. Peran agen pembaru
dalam dalam menyampaikan ketiga tipe pengetahuan tersebut yaitu memusatkan usahanya
untuk menciptakan pengetahuan-kesadaran (pengetahuan tentang adanya difusi inovasi)
walaupun tujuan ini sebetulnya lebih efisien dicapai dengan menggunakan media massa.
Agen pembaru semestinya dapat diharapkan memainkan peranan yang lebih penting dalam
proses keputusan difusi inovasi ini jika mereka memusatkan perhatiannya dalam penyampaian
pengetahuan teknis, bagi klien mungkin pengetahuan ini paling penting agar setidaknya ia
dapat mencoba inovasi.

b. Tahap Persuasi

Pada tahap persuasi, seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak terhadap inovasi. Jika
aktivitas mentap pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya fungsi kognitig,
aktivitas mental pada tahap persuasi yaitu utama afektif (perasaan).
Sebelumnya seseorang mengenal suatu ide baru, ia tidak dapat membentuk sikap tertentu
terhadapnya. Pada tahap persuasi seseorang lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi.
Sekarang dengan giat ia mencari keterangan mengenai ide baru itu. Kepribadiannya begitu
pula norma-norma sistem sosialnya mempengaruhi dimana ia harus mencari informasi, pesan
apa saja yang tidak ia terima, dan bagaimana ia menafsir keterangan yang ia peroleh tersebut.
Dengan demikian selective perpection penting dalam menentuka perilaku komunikasi pada
tahap penentuan sikap. Pada tahap persuasi inilah persepsi umum terhadap inovasi dibentuk.
Ciri-ciri difusi inovasi yang tampak misalnya keuntungan relative, kompatibilitas dan
kerumitan atau kesederhanaannya sangat penting artinya pada tahap ini.
Dalam tahap ini ada dua tingkatan sikap yaitu sikap khusus dan sikap umum. Sikap khsusus
terhadap difusi inovasi adalah berkenaan atau tidaknya seseorang, percaya atau tidaknya
seseorang terhadap kegunaan suatu inovasi bagi dirinya sendiri. Sementara itu, salah satu
strategi difusi yang dapat dilakukan oleh agen pembaru adalah mengembangkan sikap umum
yang positif terhadap perubahan, pada sebagian kliennya. Orang atau sistem berorientasi pada
perubahan akan selalu memperbaruhi diri, terbuka pada hal-hal baru giat mencari informasi.
Sikap terhadap inovasi pada umumnya (tapi tidak selalu) merupakan prediksi bagi keputusan
untuk menerima atau menolak.

c. Tahap Keputusan

Pada tahap keputusan seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk
menerima atau menolak inovasi. Sebetulnya seluruh proses keputusan difusi inovasi
merupakan serangkaian pemilihan pada setiap tahapnya. Misalnya pada tahap pengenalan,
seseorang harus memilih pesan inovasi mana yang akan diambil dan mana yang tidak. Pada
tahap persuasi dia harus menentukan untuk mencari pesan-pesan tertentu. Tetapi pemilihan
pada tahap keputusan berbeda dengan semua itu, karena ia harus memilih satu diantara dua
alternative saja : menerima atau menolak ide baru.

Keputusan ini meliputi keputusan pertimbangan lebih lanjut apakah ia akan mencoba inovasi
atau tidak. Sebagian besar orang tidak menerima suatu inovasi tanpa mencobanya terlebih
dahulu sebagai dasar untuk melihat kemungkinan kegunaan inovasi itu bagi situasi dirinya
sendiri. Percobaan dalam skala kecil ini sering kali menjadi bagian dari keputusan untuk
menerima, dan ini penting sebagai jalan untuk mengurangi resiko difusi inovasi.
Dalam beberapa kasus, difusi inovasi itu tidak dapat dicoba, biasanya seseorang hanya dapat
melihat contoh melalui teman-teman yang sudah lebih dulu menggunakan sebagai “percobaan”
pengganti. Inovasi yang dapat dicoba penggunaannya dalam skala kecil biasanya lebih cepat
diterima. Seringkali orang yang mencoba inovasi berlanjut dengan keputusan untuk
mengadopsi, jika inovasi itu setidak-tidaknya mempunyai keuntungan relative tertentu.

d. Tahap Konfirmasi

Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada keputusan untuk menerima atau menolak selama
jangka waktu yang tak terbatas. Pada tahap ini seseorang berusaha untuk menghindari
kenyataan yang menyimpang, yang bertentangan dengan keputusannya, jika hal itu terjadi, ia
berusaha memperkecil ketaksesuaian itu.

(i) Dissonansi Tindakan

Sebagian perubahan tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketakselarasan atau
ketakseimbangan internal, suatu kenyataan psikologis yang tak menyenangkan sehingga
seseorang berusaha mengurangi atau menghilangkannya. Jika seseorang merasakan adanya
ketakselarasan ini, biasanya ia terdorong untuk mengurangi keadaan ini dengan jalan
mengubah pengetahuan, sikap atau tindakan-tindakannya.

(ii) Diskontinuansi

Diskontinuansi adalah keputusan seseorang untuk menghentikan penggunaan inovasi setelah


sebelumnya mengadopsi. Ada dua macam diskontinuansi; diskontinuansi karena mengganti
inovasi, dan diskontinuansi karena kecewa. Macam yang pertama adalah keputusan untuk
menghentikan penggunaan suatu inovasi karena ia menerima ide baru yang lebih baik .
Dalam perubahan sosial budaya yang cepat pasti terjadi gelombang difusi inovasi yang ajeg.
Selalu ada ide baru muncul menggantikan praktek yang ada. Diskontinuansi macam yang
kedua adalah keputusan untuk mogok sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap hasil inovasi.
Ketidakpuasan itu mungkin timbul karena inovasi tersebut tidak cocok baginya atau relative
tidak memberikan keuntungan.

2. Proses Keputusan difusi Inovasi Kolektif


Suatu saat menyebarnya inovasi ke dalam sistem sosial itu melalui proses keputusan yang
melibatkan seluruh anggota sistem (difusi inovasi), dilakukan secara consensus. Hal yang
demikian seringkali terjadi pada inovasi-inovasi yang digunakan secara kolektif oleh seluruh
anggota sistem, misalnya pemberian fluoride untuk air minum.

Keputusan difusi inovasi kolektif lebih rumit daripada keputusan opsional. Salah satu
alasannya karena proses keputusan kolektif itu terdiri dari keputusan sejumlah besar individu.
Untuk itu perlu memperkenalkan ide baru ke dalam sistem sosial, mengadakan penyesuaian
usul baru dengan kondisi setempat, mengukuhkan ide baru tersebut, mencari dukungan bagi
inovasi itu dan sebagainya. Dalam kasus keputusan opsional semua tindakan ini, sejak
pengenalan hingga pengambilan keputusan, terjadi dalam jiwa seseorang dan berakhir dengan
pengadopsian inovasi oleh orang tersebut.

a. Stimulasi

Stimulasi merupakan subproses dalam pembuatan keputusan kolektif dimana ada orang yang
sadar bahwa sistem sosial itu membutuhkan inovasi tertentu. Stimulator biasanya orang dari
luar sistem atau anggota sistem yang berorientasi ke luar karena hubungannya dengan
anggota atau orang-orang di luar sistem.

b. Inisiasi

Inisiasi adalah subproses dalam pembentukan keputusan kolektif di mana ide baru mulai
diperhatikan oleh anggota sistem sosial dan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sistem.
Jika stimulator melihat atau menunjukkan adanya kebutuhan atau masalah dalam sistem dan
menyarankan ide baru (inovasi) yang mungkin dapat membantu memecahkan masalah, maka
inisiator membuat rancangan penggunaan inovasi itu di dalam sistem sosial, dengan
mengadakan penyesuaian dengan kondisi yang ada.

c. Legitimasi

Legitimasi adalah subproses dalam pembentukan keputusan difusi inovasi kolektif di mana
inovasi kolektif disetujui oleh prang-orang yang secara informal mewakili sistem sosial dalam
norma-norma dan nilai-nilainya dan dalam kekuasaan sosial yang mereka miliki. Peranan
legitimator terutama terutama menyaring ide yang akan dikukuhkan, tetapi ia juga sering
mengganti atau mengubah usul-usul yang disampaikan inisiator kepadanya.
Legitimator merupakan pemegang kunci. Kecepatan adopsi suatu inovasi kolektif berhubungan
positif dengan tingkat keterlibatan legitimator sistem sosial itu dalam proses pengambilan
keputusan. Artinya semakin legitimator itu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,
semakin cepat inovasi kolektif itu tersebar ke dalam sistem sosial (difusi inovasi).

d. Keputusan

Pada tahap ini anggota sistem sosial mulai terlibat; warga masyarakat mengambil keputusan
untuk bertindak, menerima atau menolak inovasi itu. Partisipasi adalah tingkat keterlibatan
anggota sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi anggota sistem
sosial dalam pembuatan keputusan berhubungan positif dengan kepuasaan mereka terhadap
keputusan difusi inovasi kolektif. Ini berarti bahwa semakin tinggi partisipasi anggota dalam
proses pengambilan keputusan, semakin besar pula tingkat kepuasan mereka terhadap
keputusan.
e. Tindakan

Kita tidak boleh lupa bahwa rata-rata anggota sistem sosial memiliki peranan penting dalam
keputusan kolektif. Setelah para legitimator menentukan inovasi, lalu diserahkan kepada
anggota untuk menerima atau menolak keputusan itu. Namun, keputusan tersebut tidak sama
dengan keputusan opsional sebab hubungan anggota dengan sistem sosial dan para
legitimatornya serta tingkat partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan akan
terbukti dalam reaksi mereka terhadap ide-ide kolektif itu.

3. Keputusan difusi Inovasi Otoritas dan Perubahan Organisasional


Keputusan difusi Inovasi otoritas adalah tekanan terhadap seseorang oleh orang lain yang
berada dalam posisi atasan. Seseorang diperintah oleh seorang lebih tinggi kekuasaannya untuk
menerima atau menolak inovasi. Di sini seseorang tidak bebas lagi menentukan pilihannya
dalam proses keputusan inovasi. Jadi struktur kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap
seseorang agar ia mengikuti keputusan yang telah diambil oleh atasan, keputusan otoritas
memiliki 5 tahap yaitu :

i. Pengenalan.

Pengenalan adalah tahap paling penting dalam proses keputusan otoritas. Pada tahap ini unit
pengambil keputusan mengetahui adanya inovasi. Pengenalan terhadap suatu inovasi itu
mungkin dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan; bawahan kemudian menunggu
persetujuan resmi dari unit pengambil keputusan. Inilah yang disebut arus difusi inovasi ke
atas. Penyaringan informasi ke atas ini terjadi pada organisasi terutama yang otokratis. Namun
demikian keakuratan data juga dipengaruhi oleh hubungan interpersonal antara atasan dengan
bawahan, terutama kepercayaan di antara mereka.

ii. Persuasi

Tidak peduli siapa yang menjadi sumber pengenalan inovasi, unit pengambil keputusan akan
meneliti inovasi itu berdasarkan kebutuhan organisasi. Tahap ini ditandai dengan pencarian
informasi lebih banyak lagi termasuk penilaian terhadap biaya, kelayakan, kemungkinan
pelaksanaannya, dan sebagainya. Pada hakikatnya di tahap persuasi organisasi sedang
mengadakan suatu percobaan.

iii. Keputusan

Setelah unit pengambil keputusan mencari tahu lebih jauh mengenai inovasi itu dan telah
menilainya berdasarkan kemanfaatan yang tampak, kelayakannya dan konsekuensi-
konsekuensi yang diharapkan, pada tahap keputusan, unit ini menetapkan untuk menerima atau
menolak inovasi itu.

Penerimaan seseorang terhadap keputusan otoritas berhubungan positif dengan partisipasinya


dalam pembuatan keputusan; ini berarti bahwa besarnya partisipasi unit adopsi membawa
kecenderungan penerimaan mereka terhadap keputusan. Di pihak lain, keikutsertaan unit
adopsi ini dalam pembuatan keputusan juga membawa kepuasaan terhadap keputusan tersebut.

iv. Komunikasi
Jika unit keputusan telah memilih alternative inovasi yang diterima, informasi ini harus
dioperkan melalui arus turun dari atasan ke bawahan mengikuti pola kekuasaan dalam posisi
hirarkhi unit adopsi. Dalam proses keputusan oprasional tahap komunikasi ini tidak diperlukan
karena pengambil keputusan adalah juga pelaksananya. Sedangkan dalam keputusan otoritas,
tahap komunikasi merupakan suatu tahap yang menentukan karena pengadopsian atau
penolakan suatu inovasi tidak dapat dilaksanakan sebelum ada perintah kepada unit adopsi
untuk melaksanakannya.

v. Tindakan
Tindakan dalam hal ini adalah tahap di mana penggunaan inovasi itu oleh unit adopsi mulai
dilaksanakan. Bisa juga dikatakan ini merupakan tahap akhir dalam keputusan difusi inovasi
otoritas. Pada tahap ini biasanya tampak jelas konsekuensi yang berupa tingkah laku, apakah
itu menyenangkan ataukah mengecewakan.

Dissonansi dalam organisasi formal ialah tidak cocoknya sikap anggota terhadap inovasi
dengan perilaku nyata (menerima atau menolak inovasi) yang dituntut oleh unit pembuat
keputusan. Jika sikap terhadap inovasi selaras dengan tuntutan atas maka yang demikian
disebut konsonan. Ada 4 tipe dissonansi konsonansi tindakan dalam organisasi formal yaitu :

Tipe I : seseorang tidak menyukai inovasi dan tindakan yang dituntut organisasi agar ia
menolaknya, maka ia berada dalam kondisi penolak yang konstan.
Tipe II : seseorang tidak menyukai inovasi dan tindakan yang dituntut organisasi ialah agar ia
menerimanya, maka ia berada dalam kondisi “penerima yang dissonan”.
Tipe III : seseorang menyukai inovasi sedangkan tindakan yang dituntut organisasi ialah agar
ia menolaknya, maka ia berada dalam kondisi “penolak dissonan”.
Tipe IV : seseorang menyukai inovasi dan tindakan yang dituntut oleh organisasi adalah agar
ia menerimanya, maka ia berada dalam kondisi “penerima yang konsonan”.

Menurut teori keseimbangan, kondisi pada tipe I dan IV tidak menimbulkan masalah bagi
seseorang. Akan tetapi jika seseorang berada pada kondisi tipe II dan III, seiring dengan
berjalannya waktu, ada kecenderungan seseorang untuk mengubah sikap mereka (suka atau
tidak suka) yang tidak cocok dengan tindakan yang dituntut oleh organisasi, atau melanjutkan
pengadopsian maupun penolakan inovasi tetapi menyelewengkan inovasi tersebut sedemikian
rupa sehigga cocok dengan sikap mereka.

Teori keseimbangan menyatakan bahwa seseorang akan berusaha menghilangkan ketidak-


selarasan dalam sistem kognitifnya dengan mengambil alternative yang paling mudah ia capai.
Dalam organisasi formal alternative yang paling mudah yaitu mengubah sikap sedikit demi
sedikit dan menyesuaikan tingkah lakunya.

Anda mungkin juga menyukai