Inovasi mengacu pada sejauh mana individu, organisasi, atau sistem mengadopsi ide atau
praktik baru. Lima kategori pengadopsi telah dijelaskan:
1. Innovators : pencari informasi yang aktif dan dapat mengatasi tingkat ketidakpastian yang tinggi
tentang ide baru. Mereka terbuka untuk mengambil risiko dan yang pertama mengadopsi ide baru.
2. Early Adopters : biasanya mengadopsi inovasi setelah melihat cara kerjanya untuk inovator.
3. Early Majority : Mayoritas awal mungkin berunding sebelum mengadopsi, jadi mereka
jarang memimpin dalam adopsi sebuah ide.
4. Late Majority : Mayoritas yang terlambat memandang inovasi dengan skeptisisme dan
mungkin mengadopsi hanya karena meningkatnya tekanan dari teman sebaya, atau
karena mereka merasa aman untuk mengadopsi.
5. Laggards : Orang yang lamban cenderung curiga terhadap inovasi dan perubahan.
Mereka ingin memastikan bahwa inovasi tidak akan gagal sebelum mereka mengadopsi
dan seringkali memperlambat proses difusi inovasi.
1. Manusia
Manusia adalah organisme yang terdiri dari aspek biopsikososial yang
sebagiannya dibentuk oleh lingkungan tetapi juga memperhatikan karakteristik
lingkungan dan kemungkinan seseorang dapat mengaktualisasi diri. Manusia
dalam HPM merupakan individu yang menjadi focus utama dari model ini.
Menurut Pender, setiap individu memiliki karakter personal yang unik dan
pengalaman yang mempengaruhi perilakunya. Teori HPM mengakui bahwa
individu belajar perilaku kesehatan dalam konteks keluarga dan komunitas,
sebagaimana dijelaskan mengapa model dari pengkajian termasuk komponen dan
intervensi pada level keluarga dan komunitas, seperti level individu.
2. Lingkungan
Lingkungan seperti sosial, budaya, dan konteks fisik merupakan sumber
kehidupan yang selalu berkembang. Lingkungan dapat dimanipulasi oleh individu
yang menggambarkan konteks positif dan interaksi dan memfasilitasi untuk
adanya perubahan perilaku kesehatan. Menurut Pender, HPM lingkungan terdiri
dari fisik, interpersonal, dan keadaan ekonomi dalam kehidupan seseorang.
Kualitas lingkungan tergantung pada keadaan substansi toksin, adanya
pengalaman yang menguatkan, dan akses untuk memenuhi kebutuhan dan
ekonomi untuk kehidupan yang sehat.
3. Kesehatan
Kesehatan individu didefinisikan sebagai aktualisasi dari karakteristik dan potensi
seseorang yang diperoleh melalui perilaku, kemampuan perawatan diri, dan
kepuasaan hubungan dengan individu lainnya, sementara itu penyesuaian
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan integritas structural dan
keharmonisan dengan lingkungan yang sesuai. Kesehatan adalah pengembangan
pengalaman individu.
4. Keperawatan
Keperawatan merupakan kolaborasi dari individu, keluarga dan komunitas untuk
menggambarkan kondisi yang paling menguntungkan untuk mengkspresikan
kesehatan yang optimal dan level yang tinggi.
5. Sakit
Sakit mencirikan seluruh peristiwa dalam rentang kehidupan baik singkat (akut)
maupun lama (kronis) yang dapat menghalangi atau memudahkan seseorang
dalam melakukan aktivitasnya dengan sehat.
2.1 Konsep Teori dan Model Theory Reasoned Action (Theory of Reasoned Action) / Teori
Perilaku yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior)
Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan tentang perilaku yang beruba
h berdasarkan hasil dari niat perilaku, dan niat perilaku dipengaruhi oleh
norma sosial dan sikap individu terhadap perilaku (Eagle, Dahl, Hill, Bird,
Spotswood, & Tapp, 2013 hal 123). Sedangkan menurut (Lee & Kotler, 2011 hal
198) theory of reasoned action (TRA) yang dikembangkan oleh Ajzen dan Fishb
ein, mengatakan bahwa prediksi terbaik mengenai perilaku seorang adalah ber
dasarkan minat seseorang tersebut.
Model Theory of Reasoned Action (TRA) praktik atau perilaku menurut theo
ry of reasoned actionakan dipengaruhi oleh niat individu, dan niat dari ind
ividu tersebut terbuat dari sikap dan norma subjektif. Salah satu variable
yang mempengaruhi yaitu sikap dipengaruhi oleh tindakan yang dilakukan di m
asa lalu. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperil
aku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang terse
dia.
Theory of Planned Behavior (TPB) konsep dari teory ini merupakan perkem
bangkan dan perluasan dari theory reasoned action (TRA) teori (TPB) ini me
ngembangkan dengan menambahkan konstruk yang belum ada pada TRA. Konstruk i
ni disebut dengan control perilaku persiapan (perceived behavioural contro
l). Konstruk ini ditambahkan untuk mengontrol perilaku individual yang diba
tasi oleh kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari kekur
angan sumber-sumber dayayang digunakan untuk melakukan perilakunya (Hsu dan
Chui 2002)
Model Theory of Planned Behavior (TPB) menurut (Lee & Kotler, 2011 hal
199) teori ini sebagai konstruk yang melengkapi TRA. Target individu memili
ki kemungkinan yang besar untuk mengadopsi perilaku apabila individu terseb
ut memiliki sikap yang positive terhadap perilaku tersebut, mendapatkan per
setujuan dari individu yang lain yang lebih dekat dan terkait dengan perila
ku tersebut dan percaya perilaku tersebut dapat dilakukan dengan baik.
2.2 Teori dan Model Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) / Teori
Perilaku yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior)
A. SEJARAH THEORY OF REASONED ACTION (TRA) DAN THEORY OF PLANED
BEHAVIOR (TPB)
Theory of reasoned action (TRA) berasal dari penelitian Fishbein mengenai sikap
atau pendirian individu yang disebabkan oleh perilaku. (Fishbein 1967a) dan analisa
gangguan untuk memprediksi perilaku individu terhadap sikapnya. Theory of reasoned
action (TRA) sendiri juga sering disebut Behavioral Intention Theory. Model ini
menggunakan pendekatan kognitif dan dasari ide bahwa,”…manusia adalah hewan yang
memiliki alasan dalam memilih aksi yang dilakukan, prosesnya sitematis dan
memanfaatkan informasi yang tersedia bagi mereka....” (Ajzen dan Fishbein, 1980;
Fishbein dan Middlestadt: 1989)
Pada awalnya teori ini dinamai dengan Theory of Reasoned Action (TRA), yang
dikembangkan pada tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas
oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk
mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang
lebih mengena. Pada tahun 1988, ada hal lain ditambahkan pada model reasoned action
yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai dengan Theory of Planned Behavior
(TPB), untuk mengatasi kekurangan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui
penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan TRA. Kedua model
mempertimbangkan proses yang disengaja dilakukan dan implikasinya terhadap perilaku
individu.
1. Sikap, penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yang akan
diambil,
2. Norma Subjektif, kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui
atau tidak menyetujui tentang tindakan yang akan diambil tersebut, dan
3. Pengendalian Perilaku, bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari
perilaku yang akan diambilnya.
Misalnya perilaku ibu untuk mengimunisasikan anaknya di Posyandu, didasari
oleh “niat” atau “intention” ibu sendiri. Niat ibu sendiri ditentukan oleh :
a. Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya tindakan yang
akan diambil untuk imunisasi anaknya.
b. Norma subjektif, yakni kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap perilaku yang
akan diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju. (Notoatmodjo, 2010).
Ketiga komponen ini dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti faktor ersonal berupa
sikap umum, kepribadian, nilai hidup, emosi, kecerdasan; faktor sosial berupa usia, jenis
kelamin, etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama, faktor infirmasi seperti pengalaman,
pengetahuan, dan ekspos media.
Ketiga komponen ini pula akan memengaruhi intensi atau kehendak individu dalam
berperilaku nantinya. Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan intensi sebagai
komponen dalam diri individu ayang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah
laku tertentu. Bandura (1986) menyatakan intensi merupakan suatu ebulatan tekad untuk
melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu kedaan tertentu di masa depan.
Komponen yang memengaruhi perceived behavior control dan behavior secara
langsung disebut actual behavior control.
C. Perbedaan antara Theory of Reasoned Action (TRA) dan Theory of Planed Behavior
(TPB)
Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi
berperilaku yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC ditentukan oleh
dua faktor yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam
mengendalikan) dan perceived power (persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk
melakukan suatu perilaku). PBC mengindikasikan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi
oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan
suatu perilaku tertentu. Jika seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai
faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut
memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya,
seseorang tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu
perilaku jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang
menghambat perilaku. Persepsi ini dapat mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi
terhadap situasi yang akan datang, dan sikap terhadap norma-norma yang berpengaruh di
sekitar individu. Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia
adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin
baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum
mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.
2.3 Penerapan Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) / Teori Perilaku
yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior)
Penerapan Teori Tindakan Beralasan (Theory Reasoned Action) yang telah berhasil
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan berbagai perilaku kesehatan dan niat antara lain :
a. Merokok
b. Penggunaan kontrasepsi
c. Penggunaan mamografi
d. Ibu menyusui
e. Penggunaan narkoba
f. HIV atau Penyakit Menular Seksual
Banyak orang bersedia membayar premi besar untuk makanan yang diproduksi
secara organik seperti buah organik yang dihasilkan dan vegetasi khusus. Saat ini
diperkirakan perintah harga premium semakin mengingkat. (Chadwick dkk: 1990).
Banyaknya orang yang melakukan hal tersebut turut memengaruhi keputusan individu
dalam masyarakat tersebut untuk turut membayar tinggi demi konsumsi sayuran organic.
Pengalaman individu dalam konsumsi sayuran organik terjadi sejak akhir perand
dunia II di United States. Hal ini membuat wapsada individu dan memutuskan
mengkonsumsi yang aman.
2. Imunisasi
Seorang ibu yang selalu mengimunisasikan analknya entah imunisasi wajib atau
tidak karena sudah terbukti bahwa imunisasi dapat memperkuat antibody anak dan
berkemungkinan tidak akan terserang penyakit yang telah diimunisasikan tersebut.
MAKALAH THEORY TRANSTHEORITICAL MODEL
Transtheoretical model (TTM) atau yang biasa kita sebut dengan “the stages of change
model” merupakan model perubahan perilaku yang berfokus pada kemampuan individu dalam
mengambil keputusan daripada pengaruh sosial dan biologis seperti pada pendekatan lain. TTM
berusaha memasukkan dan mengintegrasikan konsep dasar dari berbagai teori menjadi sebuah
teori yang komprehensif untuk dapat diaplikasikan pada berbagai macam perilaku, populasi dan
berbagai macam latar belakang.
Teori ini dikembangkan oleh Prochaska and DiClemente pada akhir 1970, melalui
penelitiannya tentang alasan mengapa beberapa orang mau berhenti merokok dengan
sendirinya. Dari penelitian itu dapat diketahui bahwa alasan orang untuk berhenti merokok
adalah karena terdapat kesiapan untuk berhenti merokok pada dirinya. Dari penelitian awalnya
tentang merokok tersebut, kemudian berkembang dalam penyelidikan dan aplikasi dengan
berbagai perilaku kesehatan dan kesehatan mental, antara lain penggunaan dan penyalahgunaan
alkohol, eating disorder dan obesitas, pencegahan AIDS, dan lain sebagainya.
B. Definisi dan Konsep
Dalam teori ini terdapat 4 konsep dasar yakni stages of change, process of changes, decisional
balance, dan self efficacy.
1. Stages of change
Stages of change merupakan aspek yang temporal dalam TTM. Teori ini beranggapan bahwa
perubahan merupakan proses yang akan terus terjadi sepanjang waktu. Ada 6 tahapan perubahan,
yakni:
a. Pre Contemplation
Tahap precontemplation terjadi ketika seseorang tidak memiliki niat untuk mengganti
perilakunya. Individu yang berada di tahap ini bisa saja sudah mendapat informasi atau belum
mendapat informasi tentang konsekuensi perilakunya. Atau dia sudah pernah mencoba untuk
merubahnya dan menjadi tidak peduli tentang hal tersebut.
b. Contemplation
Tahap ini adalah tahap dimana individu telah memiliki kesadaran akan problem yang
dihadapinya dan mulai berpikir untuk itu. Namun pada tahap ini, individu belum membentuk
komitmen untuk segera mengubah perilaku lamanya. Individu masih menimbang- nimbang pro
dan kontra dalam mengubah perilakunya agar menjadi lebih sehat.
c. Preparation
Di tahap ini, individu mulai berniat untuk merubah perilakunya. Rencana dibuat untuk
mengurangi perilaku yang menjadi masalah dimana individu dapat memilih beberapa solusi yang
potensial. Individu dapat lanjut pada tahap selanjutnya ketika individu telah menetapkan
rencananya dan yakin bahwa dia dapat mengikutinya.
d. Action
Merupakan tahap di mana individu membuat modifikasi spesifik dalam perilakunya untuk
menghadapi masalahnya dalam kata lain untuk mencapai target behavior. Tindakan memerlukan
komitmen waktu dan energy untuk dapat benar-benar mengubah perilakunya. Termasuk dalam
menghentikan perilaku lama dan memodifikasi gaya hidup serta lingkungan yang bisa
membuatnya kembali ke perilaku lamanya.
e. Maintenance
Tahap di mana individu telah membuat perubahan yang terlihat/besar dalm gaya hidup mereka
dan juga berusaha untuk mencegah perilaku lamanya kembali, tetapi mereka tidak
mengaplikasikan proses sebanyak ketika tahapan action. Di tahapan ini, individu akan kurang
tergoda untuk kembali ke perilaku lamanya dan kepercayaan diri merka akan bertambah untuk
meneruskan perubahan mereka.
f. Termination
Individu yang telah berada pada tahap ini memiliki kepercayaan diri 100% dan terhindar dari
godaan. Sekalipun mereka depresi, cemas, bosan, kesepian, marah, atau stress, individual pada
tahapan ini yakin bahwa mereka tidak akan kembali ke gaya hidup tidak sehat sebagai salah satu
cara coping. Seolah-olah, perilaku baru mereka telah menjadi suatu kebiasaan.
2. Processes of Changes
Processes of Changes merupakan aktivitas yang dilakukan individu untuk maju di tiap tahapnya.
Hal ini penting sebagai panduan dalam program intervensi seperti variabel yang perlu disiapkan
individu dalam proses berpindah dari satu tahap ke tahap yang lain. Ada 10 proses di dalamnya,
yakni:
c. Self re-evaluation merupakan pandangan individu bagaimana dirinya dengan perilaku yang
menjadi masalahnya dan bagaimana jika tidak.
e. Self liberation merupakan keyakinan individu bahwa dia mampu berkomitmen dan bertindak
merubah kebiasaan buruknya
f. Social liberation merupakan kebutuhan peningkatan sosial atau alternatif khususnya untuk
orang-orang yang tertindas (minoritas).
g. Counterconditioning merupakan kebutuhan individu untuk mempelajari perilaku sehat yang
bertujuan untuk mengganti perilaku tidak sehat
h. Stimulus control menghapus petunjuk untuk perilaku/kebiasaan yang tidak sehat dan
menambah petunjuk untuk perilaku sehat
i. Contingency management merupakan reward atau punishment yang diri kita berikan saat
melakukan perilaku sehat maupun tidak sehat
j. Helping relationship merupakan dukungan yang diterima individu dari orang lain ketika ia
melakukan perilaku sehat
3. Decisional balance
4. Self efficacy
Keyakinan individu untuk dapat mengatasi masalahnya dan tidak kembali pada hal tersebut
Pada kehidupan sehari-hari TTM dapat digunakan untuk menjelaskan tahapan perubahan
perilaku individu yang awalnya perokok menjadi seseorang yang tidak merokok.