Inovasi
Inovasi ini dapat berupa gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu
yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk
orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
Komunikasi dan Salurannya
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu
sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya
bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang
dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah
pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang
atau beberapa orang lain.
Menurut Rogers, ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi:
1. inovasi itu sendiri;
2. seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman
dalam menggunakan inovasi;
3. orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman
dalam menggunakan inovasi; dan
4. saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya
mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai
pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada
seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi
itu (potential adopter melalui saluran komunikasi tertentu.
Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Saluran media massa (mass media channel).
Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media
massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber.
2. Saluran antar pribadi (interpersonal channel).
Saluran antar pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua
atau lebih individu.
Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses
difusi, berpengaruh dalam hal :
1. Proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi
pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi;
2. keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter
awal atau akhir); dan
3. rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu
sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.
Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial.
Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya
pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial
dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam
kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran
pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.
Saluran Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding)
antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide
baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru
(inovasi) dipengaruhi oleh : 1) partisipan komunikasi dan 2) saluran komunikasi.
Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut
(seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi
(partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut
partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya.
Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif
komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk
memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.
Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu
dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu
memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain.
Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip
sebagai berikut:
1. Saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran
antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2. Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih
penting pada tahap persuasi.
3. Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi
adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan
4. Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi
adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
Kategori Adopter
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima
inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu
pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi,
yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Innovators : Sekitar individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang,
berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi.
Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority (Pengikut Dini): yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh
pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi.
Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-
hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya:
tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.
Dengan pengetahuan tentang kategorisasi adopter ini dapatlah kemudian disusun
strategi difusi inovasi yang mengacu pada kelima kategori adopter, sehingga dapat diperoleh
hasil yang optimal, sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing kelompok adopter. Hal
ini penting untuk menghindari pemborosan sumberdaya hanya karena strategi difusi yang tidak
tepat. Strategi untuk menghadapi adopter awal misalnya, haruslah berbeda dengan strategi
bagi mayoritas akhir,mengingat gambaran ciri-ciri mereka masing-masing (Rogers, 1983).
Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi Inovasi
senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk
terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari
pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi
merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana
perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:
1. Penemuan (invention),
2. Difusi (diffusion), dan
3. Konsekuensi (consequences).
Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan.
Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial,
sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi
atau penolakan inovasi.
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian
tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi
atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang
berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses
difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981).
Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan Parker
(1974), yang mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah
pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan
suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi
merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator,
inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima
sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination of
Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi pemanfaatan
pengetahuan (knowledge utilization), yaitu
1. Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang
bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2. Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru
dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3. Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau
produk tersebut dikemas dan disalurkan.
4. Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.
FUNGSI (FUNCTION):
KEPAKARAN (EXPERTASE)
Sebagai konselor Sebagai Sebagai agen Sebagai agen Sebagai manager
konsultan pengubah prevensi primer
- Pertumbuhan - Bidang - Mengalami - Dinamika - Perencanaan
dan sama sistem sosial kelompok program
perkembangan dalam dan lingkungan - Pelatihan - Assesmen
manusia peran/ - Keterampilan kelompok/terstruk kebutuhan
- Keterampilan konselor merancang dan tur - Strategi evaluasi
interpersonal - Proses mengimplemen - Pengembangan program
- Ketermpilan konsultasi tasikan kurikulum - Perencanaan
pembuatan - Sertifikat perubahan - Pengembangan sasaran
keputusan mengajar institusional manusia normal - Budgeting
- Keterampilan - Sedikitnya masyarakat, - Psikologi belajar - Pembuatan
pemecahan 3 tahun dan sistem - Teknologi keputusan
masalah pengalama mengajar
- Intervensi krisis n mengajar
sosial,
interpersonal,
dan
perkembangan
- Orientasi
teoritis
terhadap
pemberian
bantuan
- Emosi/Kejiwaan
- Social ekonomi,
SARANA SARANA
PENDIDIKAN A
PENGHASILAN C
Kerugian dan akibat yang
NORMA-NORMA dirasakan akan timbul T
INDIVIDU apabila terkena penyakit MOTIVASI
NILAI-NILAI I
(perceived loss and
KEBIASAAN danger) O
KEADAAN SOSIAL N
BUDAYA
Hambatan-hambatan yang
dirasakan dari segi :
- Emosi CUE TO
- Social ACTION
- Ekonomi
- Jarak, dll
Kesediaan mental
PERAN DAN FUNGSI KONSELOR
Setiap orang mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari jenis
pekerjaannya, pendidikannya, dan faktor lain sehingga ia dikenal oleh masyarakat. Apa beda
peran dan fungsi? Menurut Baruth dan Robinson III (1987) role is the interraction of expetation
about a “position” and perception of the actual person in that position; funtion refers to what
the individual does in the way of specific activity.
Dikatakan pula oleh Baruth dan Robinson III bahwa konselor mempunyai 5 peran
generik, yaitu sebagai konselor, sebagai konsultan, sebagai agen perubahan, sebagai agen
prevensi primer, dan sebagai manajer. Tabel 7.1 membedakan antara peran, fungsi, dan
kepakaran.
Tabel Perbedaan Peran, Fungsi, dan Kepakaran
PERAN (ROLE):
FUNGSI (FUNCTION):
KEPAKARAN (EXPERTASE)