Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DAN PRINSIP PERUBAHAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA

OLEH : SUTRIO, SKM, M.Kes


Disampaikan Pada Mata Kuliah Pendidikan dan Konsultasi Gizi Dasar
No Hp/WA 081379225102 email : sutrio.syakir@yahoo.com

Unsur-Unsur dalam Proses Difusi Inovasi

Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi ;


1. Inovasi;
2. Saluran komunikasi;
3. Kurun waktu tertentu; dan
4. Sistem sosial.

Inovasi
Inovasi ini dapat berupa gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu
yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk
orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
Komunikasi dan Salurannya
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu
sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya
bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang
dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah
pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang
atau beberapa orang lain.
Menurut Rogers, ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi:
1. inovasi itu sendiri;
2. seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman
dalam menggunakan inovasi;
3. orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman
dalam menggunakan inovasi; dan
4. saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya
mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai
pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada
seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi
itu (potential adopter melalui saluran komunikasi tertentu.
Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Saluran media massa (mass media channel).
Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media
massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber.
2. Saluran antar pribadi (interpersonal channel).
Saluran antar pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua
atau lebih individu.
Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses
difusi, berpengaruh dalam hal :
1. Proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi
pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi;
2. keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter
awal atau akhir); dan
3. rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu
sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.
   
       Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial.
Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya
pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial
dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam
kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran
pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi


Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah agar
diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti terlihat dalam model proses keputusan
inovasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi tersebut. Berikut ini
adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.
Karakteristik Inovasi
Menurut Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:
1) keunggulan relatif (relative advantage),
2) kompatibilitas (compatibility),
3) kerumitan (complexity),
4) kemampuan diuji cobakan (trialability) dan
5) kemampuan diamati (observability).
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari
yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi,
prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif
dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-
nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika
suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka
inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai
(compatible).
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk
dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti
dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan
dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba
batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya
akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya
harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh
orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar
kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan
bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji
cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat
kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

Saluran Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding)
antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide
baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru
(inovasi) dipengaruhi oleh : 1) partisipan komunikasi dan 2) saluran komunikasi.
Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut
(seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi
(partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut
partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya.
Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif
komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk
memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.
Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu
dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu
memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain.
Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip
sebagai berikut:
1. Saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran
antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2. Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih
penting pada tahap persuasi.
3. Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi
adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan
4. Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi
adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).

Karakteristik Sistem Sosial


Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat
struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan
hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses
keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2)
norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah
(change agent).
Struktur social adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur
ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu
sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem
sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau
struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat
difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa
sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter
potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers
dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh
karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.
Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social
yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma
juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat
berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau kepercayaan
masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan
kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu
sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang
tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem
sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau
sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana prilakunya (baik
mendukung atau menentan) diikuti oleh para pengikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang
berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
Agen perubah adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama orang
yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen
perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi
kliennya. Agen perubah adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan
dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan
keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu.
Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik strukstur sosial, norma dan orang
kunci dalam suatu sistem social (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya
suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan
dengan apa yang sedang berjalan saat itu.
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang
cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain
menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi
serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi.
Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup;
(1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion),
(2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions),
(3) saluran komunikasi (communication channels),
(4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan
(5) peran agen perubah (change agents).

Mengubah perilaku seseorang, bukan pekerjaan yang mudah. Perubahan memang


dapat terjadi secara alamiah yang disebabkan oleh pengaruh sekitarnya, tetapi perubahan juga
dapat diperbuat dengan sengaja dan sistematis.
Proses perubahan perilaku pada individu atau masyarakat selalu melibatkan proses
perubahan mental. Proses perubahan juga terjadi dalam tahap-tahap tertentu, ada yang cepat
dan ada yang prosesnya lambat. Proses yang alami biasanya lambat.
Proses perubahan perilaku adalah adanya suatu ide/gagasan baru yang diperkenalkan
kepada individu dan yang diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Ahli Ilmu Sosial,
Rogers menamakan teorinya sebagai “Theory Innovation Decision Process” yang diartikan
sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh seseorang , sejak menerima informasi/pengetahuan
tentang suatu hal yang baru, sampai pada saat dia menerima atau menolak ide baru itu.
Mula-mula Rogers dibantu oleh rekannya Shoemaker (1971) mengatakan bahwa proses
adopsi melalui lima tahap, sebagai berikut:
1. Awareness: seseorang sadar akan adanya suatu tingkah laku yang baru. Misalnya,
pentingnya pentingnya imunisasi hepatitis B, untuk mencegah terjadinya hepatitis.
2. Interest: seseorang mulai tertarik akan adanya pengetahuan atau tingkah laku yang
baru.
3. Evaluation: seseorang akan menilai pengetahuan atau tingkah laku baru tersebut
dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya.
4. Trial: setelah melakukan penilaian, dan manfaatnya cukup besar, seseorang akan
mencoba tingkah laku yang baru tersebut.
5. Adoption: setelah mencoba tingkah laku yang bau tersebut, dan kalau dia menyukainya,
orang itu menganut tingkah laku itu.
Menurut beberapa pendapat, setelah tahap trial masih ada tahap evaluasi kembali,
yaitu untuk menilai apakah tingkah laku yang sedang dicobanya itu menguntungkan.
Sebenarnya, proses penilaian dan proses pengambilan keputusan terjadi pada tiap tahap dalam
proses adopsi.
Setelah orang menganut tingkah laku yang baru, ada dua kemungkinan, yaitu orang
tersebut akan menganut terus (tingkah laku yang lestari) dan berhenti menganut. Kejadian ini
sering terjadi pada peserta keluarga berencana (KB). Sebagai seorang petugas kesehatan,
hendaknya menciptakan kondisi mempermudah tercapainya proses adopsi diatas dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:

Awareness Penggunaan media komunikasi sangat bermanfaat, seperti:


poster,pamflet,spanduk,radio,TV dan lain-lain yang tujuanny
membuat mereka sadar.
Interest Untuk membuat orang tertarik, penggunaan media komunikasi
diatas sudah berkurang, dan harus dibarengi dengan informasi
lebih lanjut. Disini, penting dilakukan komunikasi langsung,
seperti kunjungan rumah, diskusi, demonstrasi
dengan ceramah yang lebih efektif dan informatif.
Evaluation Setelah orang tersebut tertarik, diperlukan dukungan mental dan
social. Dukungan mental social dapat diberikan oleh tokoh formal,
maupun tokoh informal dimasyarakat. Misalnya, petugas
puskesmas dan tokoh masyarakat, seperti para kiai. Pada tahap ini, perlu
juga diberikan contoh-contoh nyata dari manfaat tingkah laku yang baru
tersebut, seperti mengikuti KB, tingkat kesejahteraan keluarga akan
terjamin.
Trial Setelah melalui proses evaluasi dan seseorang berkesimpulan
bahwa manfaat tingkah laku yang baru tersebut cukup banyak, dia
akan mencobanya. Hal yang perlu dilakukan oleh petugas
kesehatan adalah tetap memberikan dukungan
mental dan social. Perlu komunikasi langsung dan penggunaan
media informasi sangat bermanfaat.

Kategori Adopter
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima
inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu
pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi,
yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Innovators : Sekitar individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang,
berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi.
Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority (Pengikut Dini): yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh
pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi.
Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-
hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya:
tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.
Dengan pengetahuan tentang kategorisasi adopter ini dapatlah kemudian disusun
strategi difusi inovasi yang mengacu pada kelima kategori adopter, sehingga dapat diperoleh
hasil yang optimal, sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing kelompok adopter. Hal
ini penting untuk menghindari pemborosan sumberdaya hanya karena strategi difusi yang tidak
tepat. Strategi untuk menghadapi adopter awal misalnya, haruslah berbeda dengan strategi
bagi mayoritas akhir,mengingat gambaran ciri-ciri mereka masing-masing (Rogers, 1983).
Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi Inovasi
senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk
terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari
pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi
merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana
perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:
1. Penemuan (invention),
2. Difusi (diffusion), dan
3. Konsekuensi (consequences).
Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan.
Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial,
sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi
atau penolakan inovasi.
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian
tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi
atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang
berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses
difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981).
Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan Parker
(1974), yang mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah
pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan
suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi
merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator,
inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima
sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination of
Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi pemanfaatan
pengetahuan (knowledge utilization), yaitu
1. Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang
bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2. Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru
dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3. Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau
produk tersebut dikemas dan disalurkan.
4. Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.

Kecepatan difusi inovasi berhubungan dengan status sosial masyarakat pengguna,


namun ditemukan lapisan atas lebih cepat menerima suatu inovasi. Sedangkan pemuka atau
elit desa sangat berperan untuk mempercepat proses penerimaan inovasi dalam suatu
masyarakat desa. Hal ini sesuai dengan temuan Chambers (1988) di India, ternyata petani kaya
lebih cepat mengadopsi teknologi karena memiliki modal untuk menerima inovasi yang
disampaikan

PERAN DAN FUNGSI KONSELOR


Setiap orang mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari jenis
pekerjaannya, pendidikannya, dan faktor lain sehingga ia dikenal oleh masyarakat. Apa beda
peran dan fungsi? Menurut Baruth dan Robinson III (1987) role is the interraction of expetation
about a “position” and perception of the actual person in that position; funtion refers to what
the individual does in the way of specific activity.
Dikatakan pula oleh Baruth dan Robinson III bahwa konselor mempunyai 5 peran
generik, yaitu sebagai konselor, sebagai konsultan, sebagai agen perubahan, sebagai agen
prevensi primer, dan sebagai manajer. Tabel 7.1 membedakan antara peran, fungsi, dan
kepakaran.
Tabel 7.1 perbedaan peran, fungsi, dan kepakaran
PERAN (ROLE):
Sebagai konselor Sebagai konsultan Sebagai agen Sebagai agen Sebagai manager
pengubah prevensi primer
Mencapai sasaran Agar mampu Mempunyai Mencegah Untuk mengelola
intarpersonal dan bekerja sama dampak/ kesulitan dan program pelayanan
interpersonal, dengan orang lain pengaruh atas perkembangan multifaset yang
mengatasi defisit yang lingkungan untuk dan koping diharapkan dapat
pribadi dan memengaruhi meningkatkan sebelum terjadi memenuhi berbagai
kesulitan kesehatan mental fungsi klien (penekanan pada: macam ekspetasi
perkembangan. klien, misalnya ( asumsi: strategi peran seperti yang
Membuat supervisor, orang keseluruhan pendidikan dan sudah
keputusan dan tua, commanding lingkungan pelatihan sebagai dideskripsikan
memikirkan officer, eksekutif tempat klien sarana untuk sebelumnya fungsi
rencana tindakan perusahaan harus berfungsi memperoleh administratif.
untuk perubahan ( Siapa saja yang mempunyai keterampilan
dan memiliki dampak pada koping yang
pertumbuhan. pengaruh kesehatan meningkatkan
Meningkatkan terhadap mental) fungsi
kesehatan dan kehidupan interpersonal)
kesejahteraan. kelompok primer)

FUNGSI (FUNCTION):

Sebagai Sebagai Sebagai agen Sebagai agen Sebagai manager


konselor konsultan pengubah prevensi primer
- Asesmen - Asesmen - Analisis - Mengajarkan - Membuat skedul
- Evaluasi - Memimpin sistem kelompok edukasi - Testing
- Diagnosis kelompok - Testing orang tua - Riset
- Rujukan pelatihan - Evaluasi - Memimpin - Perencanaan
- Wawanca - Rujukan - Perencanaan kelompok - Asesmen
ra - Membuat program pelatihan, misalnya kebutuhan
- Individual skedul - Hubungan keterampilan - Mengembngkan
- Wawanca - Interpretasi masyarakat interpersonal. survei dan/atau
ra tes - Konsultasi - Merencanakan kuesioner
kelompok - Advokasi panduan untuk - Mengelola
klien pembuatan tempat
- Aksi politik keputusan pribadi - Menyusun dan
- Networking dan keterampilan menyimpan data
pemecahan serta material
masalah.

KEPAKARAN (EXPERTASE)
Sebagai konselor Sebagai Sebagai agen Sebagai agen Sebagai manager
konsultan pengubah prevensi primer
- Pertumbuhan - Bidang - Mengalami - Dinamika - Perencanaan
dan sama sistem sosial kelompok program
perkembangan dalam dan lingkungan - Pelatihan - Assesmen
manusia peran/ - Keterampilan kelompok/terstruk kebutuhan
- Keterampilan konselor merancang dan tur - Strategi evaluasi
interpersonal - Proses mengimplemen - Pengembangan program
- Ketermpilan konsultasi tasikan kurikulum - Perencanaan
pembuatan - Sertifikat perubahan - Pengembangan sasaran
keputusan mengajar institusional manusia normal - Budgeting
- Keterampilan - Sedikitnya masyarakat, - Psikologi belajar - Pembuatan
pemecahan 3 tahun dan sistem - Teknologi keputusan
masalah pengalama mengajar
- Intervensi krisis n mengajar
sosial,
interpersonal,
dan
perkembangan
- Orientasi
teoritis
terhadap
pemberian
bantuan

SOCIAL POWER KONSELOR


Seorang konselor mempunyai kekuatan sosial (sosial power) yang dapat digunakan untuk
mengefektifkan proses konseling. Sosial power ini dapat dimanfaatkan sebagai kekuatan untuk
memengaruhi klien.
French dan Raven (2008) mengatakan ada 4 power, yaitu coercive power, reward power,
legitimate power, adn expert power. Penggunaan power ini harus hati-hati, sesuai dengan
situasi dan kondisi pada saat proses konseling dan dengan karakteristik klien.
Reward power adalah pemberian hadiah kepada klien. Reward ada yang berbentuk
materi dan reward sosial. Reward berupa materi tidak dipergunakan oleh konselor, tetapi yang
umum digunakan oleh konselor adalah reward sosial. Bentuk reward sosial, antara lain dalam
bentuk verbal, seperti kata-kata: tepat sekali, bagus, super, dan excelent. Rewerd sosial juga
berbentuk expresi empati kepada klien, senyum, kontak mata, dan berupa simbol, seperti
mengangguk.
Expert dan legitimate power artinya seorang konselor adalah seorang ahli dan
mempunyai kewenangan untuk melaksanakan proses konselinh. Power ini dapat memengaruhi
klien. Penerapannya dapat berupa memasang ijaza dan sertifikat sebagai anggota Persatuan
Ahli Gizi Indonesia (Persagi) di dinding praktik. Hal ini memberikan bahwa konselor tersebut
profesional, dapat dipercaya, dan mempunyai kredibilitas tinggi.
Model Perubahan Perilaku dan Sosial Budaya
1. Model Kepercayaan dan Sosial Budaya (Health Belief Model)
Kurt Lewin adalah salah seorang peletak dasar-dasar ilmu perilaku yang menyusun
konsep Health Belief Model berdasarkan konsep psikologi topografis. Menurut beliau, tindakan
maupun sikap manusia adalah hasil dari berbagai faktor yang ada dalam ruang kehidupan (life
space) seseorang.
Model kepercayaan dalam kesehatan adalah suatu upaya untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang berperan dalam memunculkan perilaku dibidang kesehatan. Secara
sederhana, model kepercayaan kesehatan yang disusun oleh Rosenstock dan Hochbaum
terlihat pada Gambar
Manfaat tingkah laku
yang dirasakan dari segi :

- Emosi/Kejiwaan
- Social ekonomi,

SARANA SARANA

Kepercayaan bahwa dia


peka/dapat terkena
penyakit (perceived
susceptibility)

PENDIDIKAN A

PENGHASILAN C
Kerugian dan akibat yang
NORMA-NORMA dirasakan akan timbul T
INDIVIDU apabila terkena penyakit MOTIVASI
NILAI-NILAI I
(perceived loss and
KEBIASAAN danger) O

KEADAAN SOSIAL N
BUDAYA

Hambatan-hambatan yang
dirasakan dari segi :

- Emosi CUE TO
- Social ACTION
- Ekonomi
- Jarak, dll

Kesediaan mental
PERAN DAN FUNGSI KONSELOR
Setiap orang mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari jenis
pekerjaannya, pendidikannya, dan faktor lain sehingga ia dikenal oleh masyarakat. Apa beda
peran dan fungsi? Menurut Baruth dan Robinson III (1987) role is the interraction of expetation
about a “position” and perception of the actual person in that position; funtion refers to what
the individual does in the way of specific activity.
Dikatakan pula oleh Baruth dan Robinson III bahwa konselor mempunyai 5 peran
generik, yaitu sebagai konselor, sebagai konsultan, sebagai agen perubahan, sebagai agen
prevensi primer, dan sebagai manajer. Tabel 7.1 membedakan antara peran, fungsi, dan
kepakaran.
Tabel Perbedaan Peran, Fungsi, dan Kepakaran
PERAN (ROLE):

Sebagai Sebagai Sebagai agen Sebagai agen Sebagai


konselor konsultan pengubah prevensi primer manager
Mencapai Agar mampu Mempunyai Mencegah Untuk
sasaran bekerja sama dampak/ kesulitan dan mengelola
intarpersonal dengan orang pengaruh atas perkembangan program
dan lain yang lingkungan dan koping pelayanan
interpersonal, memengaruhi untuk sebelum terjadi multifaset yang
mengatasi kesehatan meningkatkan (penekanan diharapkan
defisit pribadi mental klien, fungsi klien pada: strategi dapat
dan kesulitan misalnya ( asumsi: pendidikan dan memenuhi
perkembangan. supervisor, keseluruhan pelatihan berbagai macam
Membuat orang tua, lingkungan sebagai sarana ekspetasi peran
keputusan dan commanding tempat klien untuk seperti yang
memikirkan officer, eksekutif harus berfungsi memperoleh sudah
rencana perusahaan mempunyai keterampilan dideskripsikan
tindakan untuk ( Siapa saja yang dampak pada koping yang sebelumnya
perubahan dan memiliki kesehatan meningkatkan fungsi
pertumbuhan. pengaruh mental) fungsi administratif.
Meningkatkan terhadap interpersonal)
kesehatan dan kehidupan
kesejahteraan. kelompok
primer)

FUNGSI (FUNCTION):

Sebagai Sebagai Sebagai agen Sebagai agen Sebagai manager


konselor konsultan pengubah prevensi primer
- Asesmen - Asesmen - Analisis - Mengajarkan - Membuat
- Evaluasi - Memimpin sistem kelompok edukasi skedul
- Diagnosi kelompok - Testing orang tua - Testing
s pelatihan - Evaluasi - Memimpin - Riset
- Rujukan - Rujukan - Perencanaan kelompok - Perencanaan
- Wawanc - Membuat program pelatihan, misalnya - Asesmen
ara skedul - Hubungan keterampilan kebutuhan
- Individu - Interpretasi masyarakat interpersonal. - Mengembngka
al tes - Konsultasi - Merencanakan n survei
- Wawanc - Advokasi panduan untuk dan/atau
ara klien pembuatan kuesioner
kelompo - Aksi politik keputusan pribadi - Mengelola
k - Networking dan keterampilan tempat
pemecahan - Menyusun dan
masalah. menyimpan
data serta
material

KEPAKARAN (EXPERTASE)

Sebagai Sebagai Sebagai agen Sebagai agen Sebagai


konselor konsultan pengubah prevensi primer manager
- Pertumbuha - Bidang - Mengalami - Dinamika - Perencanaan
n dan sama sistem sosial kelompok program
perkembang dalam dan - Pelatihan - Assesmen
an manusia peran/ lingkungan kelompok/ters kebutuhan
- Keterampila konselor - Keterampila truktur - Strategi
n - Proses n merancang - Pengembanga evaluasi
interpersona konsultasi dan n kurikulum program
l - Sertifikat mengimplem - Pengembanga - Perencanaan
- Ketermpilan mengajar entasikan n manusia sasaran
pembuatan - Sedikitnya perubahan normal - Budgeting
keputusan 3 tahun institusional - Psikologi - Pembuatan
- Keterampila pengalam masyarakat, belajar keputusan
n an dan sistem - Teknologi
pemecahan mengajar mengajar
masalah
- Intervensi
krisis sosial,
interpersona
l, dan
perkembang
an
- Orientasi
teoritis
terhadap
pemberian
bantuan

SOCIAL POWER KONSELOR


Seorang konselor mempunyai kekuatan sosial (sosial power) yang dapat digunakan untuk
mengefektifkan proses konseling. Sosial power ini dapat dimanfaatkan sebagai kekuatan untuk
memengaruhi klien.
French dan Raven (2008) mengatakan ada 4 power, yaitu coercive power, reward power,
legitimate power, adn expert power. Penggunaan power ini harus hati-hati, sesuai dengan
situasi dan kondisi pada saat proses konseling dan dengan karakteristik klien.
Reward power adalah pemberian hadiah kepada klien. Reward ada yang berbentuk
materi dan reward sosial. Reward berupa materi tidak dipergunakan oleh konselor, tetapi yang
umum digunakan oleh konselor adalah reward sosial. Bentuk reward sosial, antara lain dalam
bentuk verbal, seperti kata-kata: tepat sekali, bagus, super, dan excelent. Rewerd sosial juga
berbentuk expresi empati kepada klien, senyum, kontak mata, dan berupa simbol, seperti
mengangguk.
Expert dan legitimate power artinya seorang konselor adalah seorang ahli dan
mempunyai kewenangan untuk melaksanakan proses konselinh. Power ini dapat memengaruhi
klien. Penerapannya dapat berupa memasang ijaza dan sertifikat sebagai anggota Persatuan
Ahli Gizi Indonesia (Persagi) di dinding praktik. Hal ini memberikan bahwa konselor tersebut
profesional, dapat dipercaya, dan mempunyai kredibilitas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai