Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak bias diragukan lagi bahwasanya manusia tak akan lepas dengan
mengeksplorasi segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan cara
mencurahkannya segala daya dan kemampuannya untuk selalu berinovasi
menemukan sesuatu yang baru yang dapat membantu hidupnya menjadi lebih baik.
Jika manusia tidak menggali segala kemampuannya maka ia akan tertinggal bahkan
tergerus-gerus oleh zaman yang selalu berkembang.

Dalam dunia pendidikan inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa
inovasi akan terjadi kemandekan pada duniua pendidikan yang kemudian berimbas
pada elemen=elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, social, dan lain-
lain

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Inovasi dan Difusi?
2. Apa saja Unsur-unsur Difusi Inovasi?
3. Apa Saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi?
4. Apa Konsep Dasar Proses Keputusan Inovasi?
5. Apa saja Strategi Difusi Inovasi?
6. Apa Desiminasi Inovasi?
7. Apa Hambatan-Hambatan Dalam Difusi Inovasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Inovasi dan Difusi
2. Untuk mengetahui Unsur-unsur Difusi Inovasi
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi
4. Untuk mengetahui Konsep Dasar Proses Keputusan Inovasi
5. Untuk mengetahui saja Strategi Difusi Inovasi
6. Untuk mengetahui Desiminasi Inovasi
7. Untuk mengetahui Hambatan-Hambatan Dalam Difusi Inovasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inovasi dan Difusi

Secara umum inovasi didefenisikan sebagai suatu ide, praktek, atau objek yang
dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.
Thompson dan Evelen (1967) mendefenisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu
suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka
mengurangi ketidakteraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai
tujuan tertentu.

Fullan (1996) menyatakan bahwa tahun 1960an adalah era dimana banyak
inovasi-inovasi pendidikan lontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, dan
fisika baru, mesin belajar, pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran
secara team,dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.

Sedangkan Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah suatu gagasan, praktek,


atau benda yang dianggap atau darasa baru oleh individu.

Difusi di defenisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi


dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap
anggota suatu system social. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe
komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga
dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan social yaitu suatu proses perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi sitem social. Jelas disini bahwa istilah difusi
tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah
diadopsinya suatu inovasi oleh anggota system social tertentu. Anggota system
social dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau subsistem.

2
B. Unsur-unsur Difusi Inovasi
1. Innovation atau inovasi yaitu ide, praktek atau benda yang dianggap baru
oleh individu atau kelompok.
2. Communication channel (saluran komunikasi) yaitu bagaimana pesan itu
didapat suatu individu dari individu lainnya.

Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi


informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah
diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe
komunikasi khusus dimana informasi yang di pertukarkannya adalah ide baru.
Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana
seorang individu mengkomukikasikan suatu ide baru keseseorang atau beberapa
orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini
meliputi: 1. Inivasi itu sendiri, 2. Seorang individu atau satu unit adopsi lain yang
mempuntai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi, 3. Orang
lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman
dalam menggunakan inovasi, 4. Saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit
tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah
upaya mempertukarkan ide baru oleh seorang atau unit tertentu yang telah
mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut
kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman
mengenai inovasi itu melalui saluran komunikasi tertentu.

Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua


yaitu:

1. Saluran media masa (mass media channel)


2. Saluran antar pribadi (inter personal channel)

Media msa dapat berupa radio, televise, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan
media msa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dalam satu
sumber. Sedangkan saluran antar pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi
tatap muka antara dua atau lebih individu.

3
3. Time (waktu)

Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu,
dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal:

a). innovation decision process, yakni proses keputusan inovasi atau tahapan proses
sejak seorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak
inovasi.

b). Relative time which an inovation is adopted by individual or group, yaitu waktu
yang diperlukan oleh individu maupun kelompok untuk mengadopsi sebuah
inovasi. Dalam hal ini berkaitan dengan keinovativan individu atau unit adopsi lain,
yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan

c).Innovations rate of adoption, atau tingkat/laju adopsi inovasi ataupun rata-rata


adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem
mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.

4. Social System (sistem sosial), yaitu serangkaian bagian yang saling


berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum.

Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem
sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung
dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal,
organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial
ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen
perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi

Tujuan utama proses difusi adalah agar diadopsinya suatu inovasi. Namun
demikian, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi
tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi
proses keputusan inovasi.

4
a. Karakteristik Inovasi

Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:

1) Keunggulan relatif (relative advantage)

Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih


baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari
beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan
dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi,
semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.

2) Kompatibilitas (compatibility),

Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten


dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan
pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat
diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai
(compatible).

3) Kerumitan (complexity),

Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit
untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan
mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang
sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi,
maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.

4) Kemampuan diuji cobakan (trialability)

Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat
diujicoba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam

5
seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat
dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan
(mendemonstrasikan) keunggulannya.

5) Kemampuan diamati (observability).

Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat
terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi,
semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian
(compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati
serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi
tersebut dapat diadopsi.

b. Saluran Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual


understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan
(dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan
demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh: 1) partisipan
komunikasi dan 2) saluran komunikasi.

Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat


kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain)
antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi.
Semakin besar derajat

kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif


komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut
partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya,
dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik
adopter potensialnya untuk memperkecil heterophily.

Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-


tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran

6
komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis
saluran komunikasi lain. Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi
menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut: 1) saluran komunikasi masa relatif
lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal)
relatif lebih penting pada tahap persuasi; 2) saluran kosmopolit lebih penting pada
tahap penetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.3)
saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi
bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late
adopter); dan 4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan
saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter
akhir (late adopter).

c. Karakteristik Sistem Sosial

Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial
terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma
tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor
yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1)
struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin
opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent).

Struktur sosial adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu.
Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu
(unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan
antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada
struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu.
Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu
sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh
mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter
potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang
dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi

7
suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem
sosial dimana individu tersebut berada.

Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota
sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota
sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima
suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian
(compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu
sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau
nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem
social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
Opinion Leaders dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-
orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam
suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi
pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan
sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh
para pengikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders)
memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.

Agen perubah (change agent), adalah bentuk lain dari orang berpengaruh.
Mereka samasama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk
menerima suatu inovasi. Tapi, agen perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan
oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen perubah adalah
orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan
tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan
keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya
inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik
strukstur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem social (misal: suatu
institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara
ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang
berjalan saat itu.

8
D. Konsep Dasar Proses Keputusan Inovasi (INNOVATION DECISION
PROCESS)

Merupakan proses mental dimana seseorang atau lembaga melewati


serangkaian proses yang diperlukan, mulai dari pengetahuan awal tentang suatu
inovasi sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut, membuat
keputusan apakah menerima atau menolak inovasi tersebut, mengimplementasikan
gagasan baru tersebut, dan mengkonfirmasi keputusan ini. Seseorang akan mencari
informasi pada berbagai tahap dalam proses keputusan inovasi untuk mengurangi
ketidakyakinan

tentang akibat/dampak atau hasil dari inovasi tersebut. Proses keputusan


inovasi ini adalah sebuah model teoritis dari tahapan pembuatan keputusan tentang
pengadopsian suatu inovasi teknologi baru. Proses ini merupakan sebuah contoh
aksioma yang mendasari pendekatan psikologi sosial yang menjelaskan perubahan
sikap dan perilaku yang dinamakan hierarchy-of-effect principle
Proses keputusan inovasi dibuat melalui sebuah cost-benefit analysis yang mana
rintangan terbesarnya adalah ketidakpastian (uncertainty). Orang akan mengadopsi
suatu inovasi jika mereka merasa percaya bahwa inovasi tersebut akan memenuhi
kebutuhan mereka. Jadi mereka harus percaya bahwa inovasi tersebut akan
memberikan keuntungan relatif pada hal apa yang digantikannya.

E. Strategi Difusi Inovasi

Suparman (2012:331) menyatakan terdapat dua strategi yang dilakukan


dalam digusi inovasi yaitu :

1. Startegi jalur terbuka ; startegi jalur terbuka ditempuh dengan menjual ide
baru atau inovasi agar individu yang diharapkan dapat secara sukarela
menerima dan menggunakan inovasi baru terebut.proses difusi yang
dilakukan pada jalur terbuka adalah:
a. Agen pembaharuan dalam hal ini pendesain inovasi ataupun tidak lain
melakukan identifikasi individu atau kelompok individu yang
dipandang sebagai calon pengguna utama.

9
b. Memperkenalkan inovasai baru melalui berbagai media massa, surat
selebaran, leaflet dan lain-lain.
c. Melakukan kontak individual dan tatap muka dengan mereka untuk
membujuk agar menerima produk inovasi baru tersebut, dalam hal ini
manfaat produk inovasi baru dijelaskan dan ditekankan.
d. Setiap ada individu atau kelompok yang menyatakan menerima produk
inovasi baru atau yang biasa disebut pengadopsi memerlukan
pendampingan oleh agen pembaharuan, tujuannya adalah meyakinkan
pengadopsi bahwa produk inovasi baru tersebut telah dilaksanakan
dengan baik.
e. Proses pendampingan itu dapat dihentikan apabila para pengadopsi
dipandang tidak membutuhkan lagi.
f. Mmebujuk para pengadopsi yang sudah mantap untuk memjadi agen
pembaharuan, dengan mengajak individu lain menggunakan produk
inovasi baru.
2. Strategi jalur organisasi
Proses strategi difusi inovasi melalui jalur organisasi dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi daftar pengambilan keputusan puncak sampai lini
pertama, mialnya pejabat pada kementerian pendidikan Nasional.
b. Memperkenalkan produk inovasi baru kepada pengambil keputusan
tersebut.
c. Membujuk untuk meyakinkan kehebatan penggunaan inovasi baru dan
pengaruhnya bila digunakan secara institusional oleh lembaga
pendidikan yang berada dibawahnya.
d. Membantu penggunaan produk inovasi baru pada organisasi tersebut
sampai seluruh jajaran pimpinan lini pertama terlibat dan memeliki
komitmen yang sama.
e. Memberi pendampingan bagi jajaran pimpinan tersebut sampai produk
inovasi baru benar-benar digunakan oleh seluruh individu pada lembaga
atau organisasi yang bersangkutan.

10
F. Desiminasi Inovasi
Desiminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan
dan dikelola. Apabila difusi terjadi secara spontan desiminasi terjadi setelah ada
perencanaan (Rusdiana, 2014: 65) dalam pengertian ini, dapat juga direncanakan
terjadinya difusi. Misalnya dalam penyebaran inovasi penerapan kurikulum 2013,
setelah diadakan uji publik ternyata penerapan kurikulum dapat dilakukan secara
efektif dalam melakukan berbagai kegiatan pelatihan berjenjang. Diharapkan
dengan pelatihan berjenjang ini maka difusi inovasi pendidikan yaitu
pemberlakukan kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik.
G. Hambatan-Hambatan Dalam Difusi Inovasi
Dalam implementasi difusi inovasi dalam organisasi terkadang sering
mendapati beberapa hambatan yang berkaitan dengan difusi inovasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa hampir setiap individu atau organisasi memiliki semacam
mekanisme penerimaan dan penolakan terhadap perubahan. Penolakan ini mungkin
ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau secara tersembunyi dan pasif. Banyak
upaya telah dilakukan untuk menggambarkan, mengkatego risasikan dan
menjelaskan fenomena penolakan ini.
Roger(2003) menjelaskan faktor-faktor hambatan yang memepengaruhi
secara alami aturan dari proses difusi inovasi yaitu:
a. Knowledge of Innovation, yaitu seberpa jauh kesadaran organisasi terhadap
inovasi dan presepsinya tentang karakteristik mereka yang menonjol. Faktor
pengetahuan ini dipengaruhi oleh sebagian oleh karakteistik personi-personil
dalam organisasi.
b. Eksternal accountability, adalah tingktan dimana suatu organisasi tergantung
atau bertanggung jawab kepada lingkungannya.
c. Lack Resources, adalah sumber daya yang tidak siap digunakan pada maksud
atau tujuan yang lain.
d. Organizationa , adalah susunan dari komponen-komponen dan sub sistem
sub sistem kedalam suatu sistem.
Dalam konteks difusi inovasi dalam organisasi terdapat beberapa hambatan
yaitu:

11
1. Hambatan psikologis; hambatan ini ditemukan apabila kondisi
psikologis individu dalam organisasi menjadi faktor penolakan.
Hambatan psikologis telah dan masih merupkan kerangka kunci untuk
memahami apa yang terjadi apabila individu dan sistem melakukan
penolakan terhadap suatu upaya perubahan. Jenis hambatan ini dengan
memilih satu faktor sebagai suatu contoh yaitu dimensi kepercayaan,
keamanan dan kenyamanan versus ketidak percayaan, ketidak nyamanan
dan ketidak keamanan. Faktor-faktor psikologisnya yang dapat
mengakibatkan penolakan terhadap inovasi baru adalah rasa enggan
karena merasa sudah cukup dengan keadaan yang ada.
2. Hambatan praktis. Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan
yang bersifat fisik. Faktor-faktor tersebut adalah waktu, sumber daya dan
sistem. Faktor-faktor ini adaalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan
untuk mencegah atau memperlambat perubahan dalam organisasi dan
sistem sosial. Oleh karena itu, inovais dalam bidang ini dapat
menimbulkan penolakan yang terkait dengan hal-hal yang bersifat
prkatis. Artinya , semakin praktis suatu bidang akan semakin mudah
individu dalam organsasi meminta penjelasan tentang penolakan praktis.
3. Hambatan Nilai. Hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu
inovasi mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-
tradisi yang dianut organisasi tertentu, tetapi mungkin bertentangan
dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah organisasi lain. Jika inovasi
berlawanan dengan nilai-nilai sebagian individu dalam organisasi, maka
bentrokan nilai akan terjadi dalam penolakan terhadap inovasi akan
muncul.

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara umum inovasi didefenisikan sebagai suatu ide, praktek, atau objek
yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit
adopsi lain. Difusi di defenisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap
anggota suatu system social. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe
komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru.

Desiminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan,


diarahkan dan dikelola.

Roger(2003) menjelaskan faktor-faktor hambatan yang memepengaruhi secara


alami aturan dari proses difusi inovasi yaitu:
e. Knowledge of Innovation, yaitu seberpa jauh kesadaran organisasi terhadap
inovasi dan presepsinya tentang karakteristik mereka yang menonjol. Faktor
pengetahuan ini dipengaruhi oleh sebagian oleh karakteistik personi-personil
dalam organisasi.
f. Eksternal accountability, adalah tingktan dimana suatu organisasi tergantung
atau bertanggung jawab kepada lingkungannya.
g. Lack Resources, adalah sumber daya yang tidak siap digunakan pada maksud
atau tujuan yang lain.
h. Organizationa , adalah susunan dari komponen-komponen dan sub sistem
sub sistem kedalam suatu sistem.

13
Daftar Pustaka

Ananda R.dkk.2017. Inovai Pendidikan.Medan: CV. Widya Pustaka


Danim, S.2002. Inovasi Pendidikan, Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikam. Bandung: Pustaka Setia.
Plomp, Tjeerd and Donald P.Ely.1996.Internasional Encylopedia of
Educational Technology. Cambridge, UK:Elsevier Science Ltd.
Roger, Event M.1983. Diffusion of innovation. Canada: The free press, A
Division of Macmillan Publishing co.,In.New York
Rogers, Event M and F.Floyd Shoemaker.1971.Communication of innovation,
A cross-cultural Approach.

14

Anda mungkin juga menyukai